NovelToon NovelToon

Istriku Seorang Buta Huruf

Hari yang sangat melelahkan

Pagi ini seperti biasanya, aku bangun jam lima pagi. sebelum memulai aktivitasku. aku tidak lupa menunaikan kewajibanku sebagai seorang umat muslim. ku tunaikan ibadah sholat subuh dua rakaat.

Dalam sujud terakhirku. aku memohon kepada Allah,untuk membukakan pintu hati ibuku agar dia bisa menyayangi aku walaupun sedikit saja. aku benar-benar merindukan kasih sayang dan juga pelukannya.

Entahlah aku tidak tahu apa yang menyebabkan ibu begitu membenciku, padahal aku adalah anak kandungnya, aku terlahir dari rahimnya. tapi kenapa dia tidak bisa menyayangi aku? ah sudahlah aku tidak ingin pagi pagi begini diliputi oleh rasa sedih.

Setelah selesai sholat subuh aku segera keluar dari kamar. dan aku mencoba membangunkan ibu untuk sholat subuh. "Ibu, bangun Bu.sholat subuh dulu," aku menggoyangkan tubuhnya dengan pelan

"Aku ngantuk Nia. kamu jangan ganggu Ibu,udah sana kamu keluar!" bentak ibu kepadaku. aku hanya bisa menghela nafas berat. lalu aku kembali keluar dan membiarkan ibu untuk tidur dengan nyenyak.

Setelah selesai dengan aktivitas rumah. aku segera bersiap untuk berangkat bekerja. ya, aku hanya seorang buruh pemetik teh di kebun keluarga kaya raya yang ada di desa itu.

"Nia.. Nia.." panggil Ibuku dari dalam kamar. aku segera masuk menemui ibu di kamarnya. "Ibu manggil Aku? ada apa, Bu?"

"Kamu udah mau pergi?"

"Iya Bu, apakah ibu butuh sesuatu?" tanyaku

"Ibu hanya mau bilang, hari ini kamu kerahan, kan? nanti jangan lupa uangnya kamu sisihkan untuk ibu. jangan kamu belanjakan semua."

"Baiklah bu, kalau begitu aku pergi dulu ya Bu," pamitku kepada ibu sembari menyalami tangannya,

Entah kenapa aku selalu tak bisa menahan air mataku jika aku sedang mencium tangan ibu. aku rindu dengan pelukannya aku ingin sekali memeluk tubuh wanita yang telah melahirkan aku itu.

Aku tidak pernah menyesal dilahirkan olehnya. walaupun aku tumbuh sebagai wanita bodoh yang tak pernah bersekolah, namun aku tetap menyayangi ibuku.

Kuhapus air mataku. dia menatapku dengan wajah datar. "Udah sana pergi nanti kamu terlambat, kerja itu yang rajin jangan malas," ujarnya padaku. aku hanya tersenyum menanggapi kata kata yang sudah sering aku dengar itu.

***

Kini aku sudah sampai di perkebunan teh tempat sehari hariku mencari nafkah untuk aku dan ibu. walaupun gajinya tidak seberapa tapi aku selalu bersyukur karena mampu memenuhi kebutuhanku dan ibu.

"Sudah dari tadi kamu, Nia?" tanya Bu Asih.

"Belum Bu. aku juga baru sampai," jawabku

Bu Asih adalah tetanggaku. hanya dialah teman curhat, dia sangat menyayangi aku,dan dia juga yang selalu menyemangati aku dan terus menasehati agar aku selalu sabar menghadapi sikap Ibu.

Sebenarnya ibu asih sangat mengenal ibu sejak lama. dan mereka juga berteman baik. Bu Asih juga mengetahui semua tentang ibuku. tetapi dia tidak mau memberi tahuku yang sebenarnya. entah rahasia apa yang mereka sembunyikan dariku.

Ah, sudahlah. aku harus fokus saja dengan pekerjaanku. agar sore ini aku mendapatkan upah yang lebih banyak dari Minggu kemarin.

Ya, kami akan menerima upah setiap Minggu dan dihitung dengan seberapa banyak kilo yang kami kumpulkan dalam seminggu itu.

Tak terasa waktu berjalan. kini waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. aku dan Bu Asih segera menyudahi pekerjaan kami. kami bersiap untuk kerahan hasil petikan Minggu ini.

***

Alhamdulillah, ternyata upahku Minggu ini lumayan dari Minggu kemarin. aku segera pulang. aku akan memberikan hasil upahku kepada ibu semuanya. aku belum membelanjakan uang itu.

Ya,aku memang buta huruf. tapi aku tidak Buta dengan mata uang, karena sedari kecil ibu sudah mengajarkan aku untuk bekerja sehingga aku sudah mengenali nilai rupiah, maka aku masih bersyukur. setidaknya aku benar-benar tidak menjadi wanita bodoh akut.

Setelah sampai di rumah aku segera menemui ibu. aku ingin memberikan gajiku hari ini. aku berharap semoga dengan ini ibu bisa tersenyum dan menyayangi aku.

Saat aku masuk ke kamar ibu,tapi aku melihat ibu sudah tidur. padahal ini masih jam tujuh malam.ah sudahlah. mungkin ibu memang capek, lebih baik aku simpan saja uang ini. nanti akan aku berikan setelah ibu bangun.

Aku menuju kamar ku.dan segera aku mandi untuk membersihkan diri. setelah selesai mandi aku menunaikan shalat isya. dan setelah shalat aku merasakan tubuhku sangat lelah hari ini, maka aku segera istirahat.

Bersambung....

Kemarahan Ibu

"Nia,bangun.. ayo bangun! ibu lapar nih, ayo masak sana!"

Aku terbangun saat bahuku ada yang mengguncang, perlahan aku membuka mata. ternyata ibu yang membangunkan aku

"Ah, iya Bu." aku segera bangun sembari memperbaiki rambutku

"Nia, kamu sudah terima uang kan? mana sini ibu minta uang lebih belanjaan kamu."

Aku segera mengambil uang gajiku yang tadi belum sempat aku berikan pada ibu. "ini Bu. ini semua gajiku masih utuh, karena aku belum belanja, dan gajiku Minggu ini lumayan Bu," ujarku sembari memberikan uang itu kepada ibu. aku berharap ibu akan tersenyum dan bersikap baik sedikit saja padaku.

"Baguslah. kerja itu memang harus rajin agar banyak mendapatkan uang. ini kamu simpan uang belanja,ibu ambil segini saja."

Ibu mengambil beberapa helai uang kertas itu, dan memberikan selebihnya kepadaku untuk belanja bahan pokok yang biasanya akan aku bawa besok ke pasar.

Setelah mengambil uang itu. ibu kembali keluar dari kamarku. dan aku hanya bisa tersenyum getir, "Ah, ya Allah. ternyata aku masih belum bisa untuk membuat ibu tersenyum kepadaku. tapi tidak apa-apa. aku percaya nanti suatu saat ibu pasti akan menyayangi aku." aku menyemangati diriku sendiri. aku tidak boleh sedih, aku harus tegar

Kini aku mulai memasak untuk makan malam. memang sudah telat, karena aku sangat lelah hari ini, jadi aku ketiduran. aku hanya memasak bahan yang ada di dapur. walaupun sederhana tapi aku sangat bersyukur karena Allah masih memberikan kami rezeki yang halal.

Setelah masakan ku selesai. aku segera menyajikannya di atas meja makan yang sudah patut minta diganti itu.ah tapi syukuri saja semua yang ada dirumah ini.

Semoga saja Allah memberikan aku rezeki yang berlimpah, agar aku bisa mengganti semua perabot dirumah ini. dan bahkan aku akan membelikan ibu rumah yang bagus, jadi kami tidak perlu ngontrak lagi. niatku dalam hati, semoga saja Allah mendengarkan niat baik ku. aamiin Ya Allah

Setelah semua terhidang. aku segera memanggil ibu di kamarnya. namun saat aku membuka pintu kamar itu. aku sangat shock, aku melihat ibu sedang merokok. dan bahkan aku melihat ibu juga menangis.

Aku segera menghampiri ibu. "Ya Allah, ibu. kenapa ibu merokok? sejak kapan ibu seperti ini? ini tidak baik untuk kesehatan Ibu." cecarku kepada ibu.

"Sudahlah Nia. kamu jangan ikut campur urusanku! tahu apa kamu tentang kesehatanku? bahkan sampai saat ini aku masih sakit. kamu tidak akan pernah merasakannya! sudah sana kamu keluar!" bentak ibu kepadaku. ibu menatapku dengan benci

Aku kembali ke meja makan dengan air mata yang sudah mengambang di pelupuk mataku. sebenarnya apa yang membuat ibu seperti itu ya Allah? kenapa aku tidak pernah melihat ibu bahagia? kenapa ibu sangat membenciku? banyak pertanyaan menyeruak dalam pikiranku.

Air mataku luruh begitu saja. aku selalu bertanya tanya dalam hati, apa yang sedang ibu sembunyikan dariku.

"Sudah tidak usah menangis, jangan menjadi wanita yang cengeng." ujar ibu yang tiba-tiba datang

Aku menghapus air mataku. dan segera aku berikan ibu piring. akhirnya kami makan dengan diam. tak ada suara namun rasa penasaran ku kembali datang.

"Bu, kenapa ibu tidak pernah tersenyum? apakah aku ini anak yang tak ibu inginkan? Kenapa ibu sangat membenciku? jika ibu tidak menyukai aku. kenapa ibu tidak memberikan aku kepada ayahku saja? maka ibu tidak perlu-"

Brakk!!!

"Diam! Diam!!.. hentikan ocehanmu itu. jangan pernah bicara tentang itu lagi. kamu tidak akan pernah tahu. dengan apa yang aku rasakan!"

Ibu menggebrak meja makan itu, dia begitu marah. dia segera meninggalkan aku sendiri di meja makan. aku menatap kepergian ibu dengan air mata yang kembali menganak sungai. aku segera membereskan meja makan itu.

Aku segera masuk kedalam kamar,kembali tangisku pecah. dadaku terasa begitu sesak. aku membuka jendela kayu kamarku itu. dan kubiarkan angin malam masuk untuk menghebus wajah sedihku, aku berharap rasa sakit dan sesak di dadaku ini akan pergi terbawa oleh angin.

"Ya Allah, kapan aku bisa merasakan kebahagiaan? aku tidak menyesali jika aku terlahir menjadi wanita bodoh begini. tapi aku tidak sanggup jika aku harus di benci oleh ibuku sendiri. aku benar-benar tidak sanggup ya Allah. hiks...hiks.."

Aku masih betah menatap keluar. aku menatap gelapnya malam, tak ada cahaya,semua tampak begitu gelap seperti hatiku saat ini. entah berapa lama aku menumpahkan rasa sesak di dadaku, sehingga aku merasa cairan asin di kelopak mataku tak lagi mengalir.

Kini malam semakin larut. kurasakan hembusan angin malam yang sudah tidak sehat lagi masuk melalui jendela kamarku yang masih terbuka lebar. aku segera menutup pintu jendela itu. dan ku rebahkan kembali tubuhku yang kini terasa semakin lelah. Ya, aku lelah dengan hati, lelah dengan pikiran dan juga badan.

***

Pagi telah menjelang. setelah menunaikan shalat subuh. aku segera mengerjakan seluruh tugas dirumah. aku ingin pergi ke kebun secepatnya. walaupun ini hari libur yang biasanya aku gunakan untuk ke pasar membeli semua bahan pokok untuk aku dan ibu,bekal satu Minggu kedepan. tapi karena kejadian tadi malam membuat aku tidak bersemangat untuk melakukannya. aku lebih memilih untuk pergi bekerja.

Entah kenapa rasa kecewaku pada ibu, membuat aku belum ingin bertemunya pagi ini. aku ingin memberi ibu waktu dari segala pertanyaan pertanyaan yang selalu aku lontarkan kepadanya karena dengan segala rasa penasaranku.

Setelah selesai mengerjakan pekerjaan rumah. aku segera ingin berangkat kerja. namun saat aku melewati kamar ibu. hatiku kembali sedih. aku ingin sekali memeluk tubuh wanita yang sudah melahirkan aku kedunia ini.

Meskipun aku tidak mendapatkan kasih sayang darinya. tetapi ibu masih mau membesarkan aku,dan merawatku di saat aku sakit. ya, meskipun dengan segala omelannya tetapi dia tidak pernah membiarkan aku menahan rasa sakitku sendiri.

Kembali air mataku jatuh,namun segera kuhapus.aku membuka pintu kamar ibu dengan pelan. aku melihatnya tidur dengan gelisah, dan kulihat mata ibu juga sembab. apakah ibu menangis semalaman? "Maafkan aku Bu. maaf jika pertanyaan pertanyaanku selama ini membuat ibu sedih." gumamku dengan pelan sembari menutup pintu kamar itu kembali.

***

Pagi ini udara terasa begitu sejuk. ya, mungkin karena desa ini di kelilingi oleh pegunungan, jadi udaranya masih bersih dan asri. kabut pagi yang masih belum menghilang di terpa sengatan matahari. itu menandakan bahwa aku pergi terlalu pagi, dan orang yang lewatpun masih tidak seberapa, mungkin dikarenakan ini juga hari libur jadi penduduk desa banyak istirahat dirumah mereka masing masing, untuk melepaskan penat setelah beraktivitas selama satu Minggu.

Aku masih menyusuri jalanan yang menuju ke perkebunan teh itu. kembali ingatanku tentang perdebatan ku dan ibu tadi malam. aku semakin heran, entah kenapa ibu sangat marah saat aku menyinggung tentang ayah. aku juga heran sampai saat ini aku tidak pernah tahu dimana ayahku berada. ibu tak pernah memberi tahuku.

Aku masih fokus dengan pikiranku sendiri.hingga tanpa aku sadari bahwa aku telah memakan jalan.

"Heeiii.... awas!"

Buugg...

Aku terguling dipinggir jalan aspal itu. aku membuka mata dengan perlahan, karena aku merasakan sedang berada di atas tubuh seseorang.

Saat aku membuka mataku. netraku bertemu dengan bola mata bening yang meneduhkan itu. aku tertegun saat menatap wajah yang begitu Tampan. sehingga jantungku berdetak sangat kencang. darahku berdesir.

ya ampun, kenapa dia begitu Tampan sekali.

"Apakah kamu baik2 saja?" suara itu membuyarkan lamunanku sedang menatap mahluk tuhan yang begitu sempurna itu.

"Ah, ya. aku baik2 saja. terimakasih ya mas, atas segala pertolongannya.maaf jika aku sudah menyusahkan," ucapku dengan tulus

"Ya, sama sama. tapi bisakah kamu untuk berdiri dulu. karena kita sedang berada di pinggir jalan." jawabnya sehingga membuat aku terperanjat saat menyadari bahwa aku masih berada di atas tubuhnya.

"Ah, maaf mas." aku segera berdiri dan memperbaiki rambutku yang berantakan dan bajuku telah kotor.

Bersambung...

Mengetahui semua tentang Ibu

"Ya, tidak apa-apa. lain kali jalan hati2 ya. soalnya disini sepi. jadi pengendara banyak yang ngebut." jelas Pria Tampan itu kepadaku.

"Iya, sekali lagi terimakasih banyak mas." ujarku dengan tulus. aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika tidak ada pria baik ini menyelamatkan nyawaku.

Ya, mungkin saja aku sudah tidak ada lagi di dunia ini. tapi jika aku mati, mungkin ibu baru bisa tersenyum. dan mungkin aku ini memang anak yang tak di inginkan oleh ibu.

Ah, ya Allah. apa yang sedang aku pikirkan. ampuni aku ya Rabb. aku belum mau mati sebelum aku melihat ibu bahagia. aku masih ingin berusaha merebut hati ibu.

"Perkenalkan, nama saya ikhsan." dia mengulurkan tangannya. seketika itu juga wajahku terasa panas. jantungku Kembali tidak tenang.

"Sa-saya, Rania." jawabku menyambut uluran tangannya. aku merasakan bahwa tanganku berkeringat dingin.

"Nama yang bagus. sama seperti orangnya, Cantik!" dia tersenyum kepadaku, sehingga aku menjadi semakin berkeringat dingin.

"Sayang... kamu disini? ya ampun, aku dari tadi nungguin kamu di ujung jalan sana. kamu bicara dengan siapa?"

Aku melihat seorang wanita cantik turun dari sepedanya, dan memanggil sayang kepada Pria yang bernama Ikshan itu. akhirnya aku baru menyadari bahwa wanita itu adalah kekasihnya mas Ikhsan.

"Iya, maaf ya yank. tadi aku bantuin Rania yang hampir ketabrak motor."

"Oh, emang kamu kenal dengan dia sayang?" tanya wanita itu lagi

"Tidak. aku memang niat membantu saja. yasudah sekarang kita jalan lagi yuk. Nia, aku pamit dulu ya? kamu hati-hati jalannya," ucapnya

"Ah, ya. hati2 mas, Mbak." ucapku dengan ramah, dan disambut senyum menawan pria itu. tapi lain dengan wanita cantik itu. dia tidak menjawab ucapanku tetapi menatapku dengan sinis.

Hah, dasar aneh. emang apa yang dia cemburui dariku? Karena dilihat dari sudut pandang manapun sudah jelas aku kalah dan tidak ada apa-apanya dengan dia.

Aku segera meneruskan perjalananku menuju perkebunan teh. aku fokus dengan pikiranku. aku tidak ingin sedih lagi. rasanya kesedihanku sudah cukup. aku harus bisa menjalani hidupku dengan semangat.

Aku berjanji tidak akan bertanya apa apa lagi pada ibu. biarlah ibu bersikap seperti itu kepadaku. yang penting aku akan tetap menjadi anak yang berbakti kepada ibu yang telah melahirkan aku dengan bertaruh nyawa.

Jika aku ingat saja tentang itu. aku tidak akan mungkin tega menyakiti perasaan ibuku. biarlah aku terlahir sebagai wanita bodoh yang tak tahu tulis baca, dan tak mendapatkan kasih sayang.yang penting aku masih mempunyai akhlak dan selalu menanamkan rasa sabar dihatiku.

Setelah sampai di perkebunan. aku segera melakukan aktivitas seperti biasanya. aku mulai fokus dengan pekerjaan yang selama ini aku cintai. karena kata orang seberat dan se ruwet apapun pekerjaan, jika kita mencintainya,maka pekerjaan itu akan terasa anteng.

***

Tak terasa waktu berjalan.kini sudah menunjukkan pukul setengah satu siang. dan aku segera istirahat, hari ini hanya aku sendiri tanpa Bu Asih, karena biasanya hari Minggu kami memang libur. tapi berbeda dengan Minggu ini, aku ingin bekerja , karena aku ingin menghilangkan semua sesak di dadaku yang disebabkan oleh perdebatan aku dan ibu tadi malam.

Aku segera menuju pondok, yang memang dikhususkan untuk tempat beristirahat para karyawan pemetik teh itu. aku bergabung dengan ibu ibu yang lainnya.

"Tumben sekali kamu hari Minggu masuk kerja Nia?" tanya salah seorang ibu yang ada di pondok itu, sambil menikmati menu siangnya.

"Iya, Bu. lagi suntuk saja dirumah, jadi aku memilih untuk bekerja saja." jawabku dengan sedikit senyum ku ukirkan

Aku segera berlalu dari hadapan mereka, aku menuju sumur kecil yang berada tidak jauh dari pondok itu. segera aku mencuci tangan, kaki dan ambil wudhu untuk sholat Zuhur.

Setelah selesai sholat. aku segera mengeluarkan bekal makan siang. karena aku belum jadi kepasar, maka bekal yang aku bawa hanya sisa masakan yang tadi malam kembali aku panaskan untuk bekalku siang ini.

"Ternyata kamu disini Rania? ya ampun nak. ibumu tadi sangat mencemaskan kamu."

Tiba-tiba Bu Asih datang dengan segala kecemasannya. dan yang membuat telingaku nyalang adalah saat aku mendengar pernyataan Bu Asih, bahwa ibuku sangat mencemaskan aku.

Ah, benarkah ibu sangat mencemaskan aku? atau Bu Asih sengaja mengatakan itu, untuk membesarkan hati saja. bermacam pertanyaan berkecamuk dalam hatiku

"Maaf Bu. tadi aku memang tidak pamit dengan ibuku, karena tadi pagi ibu masih tidur, jadi aku tidak mau mengganggunya."

"Nia, ibu berharap kamu selalu bersabar ya nak! percayalah.suatu saat semuanya akan baik baik saja." ujar Bu Asih, dia menggenggam tanganku seakan memberiku kekuatan.

"Bu, kenapa ibu tidak mau memberi tahuku yang sebenarnya? aku mohon tolong beri tahu aku Bu. aku ini sudah besar, aku sudah dewasa. jadi aku berhak untuk mengetahui yang sebenarnya. aku tidak ingin selalu dihantui dengan rasa penasaranku,dan selalu bertanya tanya kenapa ibu sangat membenciku."

"Bu, aku mohon kali ini saja. ceritakan semuanya denganku." aku menatap Bu Asih dengan penuh harap.

"Rania, sebenarnya ibu belum siap untuk mengatakan hal ini kepadamu. tetapi ibu juga tidak tega melihat penderitaan mu. dan ibu juga tidak ingin kamu selalu salah paham pada ibumu."

"Nia, sebenarnya ibumu itu dulunya wanita yang baik. namun suatu peristiwa menimpa dirinya, sehingga membuat trauma yang mendalam hingga sampai saat ini."

Aku memasang Indra pendengaran ku dengan sebaik mungkin, agar tak ada kata yang tertinggal dari semua penjelasan Bu Asih.

"Emangnya peristiwa apa yang telah terjadi Bu?" tanyaku dengan penuh penasaran

"Dulu sewaktu ibumu pulang bekerja di sebuah perusahaan swasta. dia di perkosa oleh beberapa preman mabuk. sehingga menyebabkan ibumu stres dan depresi. yang lebih sakitnya lagi, dia ditinggalkan oleh tunangannya, karena tunangannya itu tidak percaya pada musibah yang menimpa ibumu.

"Tunangannya dan juga saudara ibumu sendiri menuduh bahwa itu hanya rekayasa ibumu. mereka membenci ibumu dan mengusirnya dari kampung itu. ibumu itu seorang gadis yatim piatu. semua saudara membencinya, itu disebabkan oleh kejadian yang tak pernah ia lakukan.

"Pada saat itu ibumu benar2 sudah putus asa ditambah lagi dia hamil dari hasil pemerkosaan itu. dan akhirnya ibumu meninggalkan kampung halamannya.

Pada suatu hari ibu menemukan dia saat ingin mengakhiri hidupnya dengan cara melompat dari jembatan ke sungai. namun ibu mencoba untuk membujuknya dan berjanji untuk menjadi teman baiknya sampai kapanpun.

Akhirnya dia mau mengikuti semua kata kata ibu.dan aku sangat senang, aku membawanya pulang untuk tinggal bersamaku hingga kamu lahir. dan setelah kamu lahir dia minta pindah rumah. ibu terpaksa mengikuti kemauannya, maka ibu mencarikan dia rumah kontrakan di sebelah rumahku. agar aku bisa memantaunya.

Kamu tahu Nia? awalnya aku sangat takut dan cemas membiarkan kamu di asuh oleh wanita yang depresi seperti ibumu. aku takut dia akan menyakitimu. namun semua diluar dugaanku. ya,didepan orang dia akan marah kepadamu. namun saat dia hanya berdua denganmu, maka dia akan memberikan kasih sayangnya sepenuhnya kepadamu."

Nia, percayalah nak. bahwa ibumu itu sangat menyayangi kamu. namun dia masih belum bisa berdamai dengan keadaan dan rasa traumanya. sehingga dia berlaku seperti itu denganmu. ibu berharap kamu lebih sabar lagi ya nak!"

Aku menangis sesenggukan. aku benar-benar tidak menyangka begitu beratnya beban batin ibu. aku ingin sekali untuk pulang dan memeluk tubuh wanita rapuh itu. aku tak kuasa menahan tangisku. sehingga Bu Asih membawaku kedalam pelukannya.

Bersambung...

Happy reading 🥰

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!