"ayu sini ibu mau bicara hal penting sama kamu" ibu memanggil dari teras rumah ku
"iya Bu sebentar" sahut ku yang tengah sibuk membereskan rumah
aku keluar untuk menemui ibu ku yang tengah duduk di teras mengiris sayuran
"ad apa Bu" tanyaku
"ibu mau bicara hal yang sangat penting sama kamu" ujar ibu sembari menaruh sayuran itu
"nanti siang keluarga pak Yasir yang punya kebun di belakang rumah kita ini akan datang kesini" ujar ibu ku..
"mau ngapain?" tanya ku lagi
"dia kesini untuk menentukan tanggal pernikahan"
"pernikahan siapa?" tanya ku dengan rasa penasaran dengan apa yang ibu maksud
"pernikahan kamu"
"apaaaa, kan aku belum punya calon suami dengan siapa aku akan menikah"
aku kaget dengan apa yang ibu ku katakan, dengan siapa dia akan menikahkan aku.
"dengan anak nya pak Yasir" ujar ibu ku
"aku akan menikah dengan anak pak Yasir?" tanya ku
"iya"
"astaghfirullah Bu aku kan tidak mencintai laki-laki itu, kenapa ibu mau menikah kan aku dengannya" ujar ku
"ini semua sudah menjadi ibu kepada pak Yasir"
"janji apa yang ibu maksud" tanya ku yang tidak tau perjanjian apa yang telah ibu ku sepakati dengan pak Yasir
"ibu pernah janji sama pak Yasir 5 tahun lalu ketika ayah mu masuk rumah sakit, ibu meminjam uang untuk biaya pengobatan ayah mu kepada pak Yasir, dengan jaminan jika ibu tidak bisa melunasi hutang itu dalam kurun waktu 5 tahun ibu harus menikahkan kamu dengan anaknya" ungkap ibu dengan mata yang berkaca
"jadiii, ibu telah menjual ku?, ibu tega menjual anak ibu kepada mereka" ujar ku dengan air mata yang menetes
""maafkan ibu nak, ibu ngelakuin itu semua untuk menyelamatkan ayah mu, hiks,,,hikss" ibu menangis
"kenapa ibu tidak bilang dari dulu Bu, kan ayu bisa cari kerja untuk membayar hutang itu" kataku yang tidak menyangka kalau ibu menyembunyikan hal itu dari ku
"hiksss,,,hikss, maafkan ibu yu, ibu juga tidak bisa berbuat apa-apa, hutang ibu sama pak Yasir sangat banyak bahkan sertifikat rumah kita ini ada di pak Yasir, jika ibu tidak menikahi kamu dengan anaknya, kita bakal tinggal dimana" ungkap ibu dengan air mata yang mengalir deras di wajahnya
Hari ini adalah hari pertama ku melihat wajah ibu ku yang berlinang air mata.
bagaimana aku bisa melihat seorang ibu yang sudah merawat dan membesarkan aku dengan kasih sayang menangis di hadapanku.
Aku bingung tidak tau harus berbuat apa, di satu sisi aku tidak ingin ibu ku menangis dan di sisi lain aku juga tidak ingin menikah dengan laki-laki sombong itu.
aku menghapus air mata yang mengalir dari mata ibu dengan kedua tangan ku sembari berkata.
"iya udah Bu, kalau memang itu sudah menjadi kesepakatan ibu dan juga pak Yasir ayu ikhlas jika harus menikahi laki-laki itu" ungkap ku dengan rasa terpaksa
aku memeluk ibu sembari mengelus punggung ibu agar dia tidak menangis lagi.
"maafkan ibu ya nak"
"iya Bu ayu tidak menyalahkan ibu kok" ujar ku
setelah aku menenangkan ibu, aku pergi ke kamar untuk menenangkan diriku.
Di dalam kamar aku merenung, membayangkan bagaimana nasib ku nanti jika sudah menikah dengan laki-laki sombong itu.
tak terasa hari sudah siang, aku menangis di dalam kamar dengan hati yang dipatahkan oleh kenyataan.
Aku sudah mulai ikhlas dengan apa yang terjadi, karena itu semua sudah menjadi takdir ku.
keluarga pak Yasir itu datang ke rumah ku dengan segerombolan orang yang membawa seserahan.
aku melihat dari jendela kamarku sembari menatap laki-laki yang akan menjadi suamiku, laki-laki itu bernama Farhan Yasir Maulana, kakak kelas ku waktu SMA dulu.
Dia adalah laki-laki tampan yang menjadi idaman teman-teman sekelas ku.
meskipun wajahnya yang tampan tidak membuat ku jatuh hati kepadanya, karena dia adalah laki-laki sombong yang terus saja merendahkan aku.
dia selalu menghina ku dan juga orang tua ku karena itu aku sangat benci kepadanya.
"ayuu keluar nak keluarga pak Yasir sudah datang" ibu memanggil dari luar kamar ku
aku bergegas menghapus sisa-sisa air mata ku dan beranjak keluar untuk menemui keluarga pak Yasir...
Dengan perasaan hancur aku menemui calon suami dan calon mertua ku itu.
kami berbincang membahas tanggal pernikahan aku dengan juga Farhan.
"baiklah jika kalian sudah siap, maka saya putuskan acara pernikahan ayu dan juga Farhan akan dilangsungkan besok pagi di rumah kami" ujar pak Yasir
Aku kaget sama apa yang dikatakan calon mertua ku itu, pernikahan yang menurut ku sangat mendadak, ditambah aku belum terlalu siap untuk menerima laki-laki itu sebagai calon suami ku.
tapi aku juga tidak bisa berbuat apa-apa, aku cuma nurut, karena itu semua sudah menjadi keputusannya.
Aku memandang wajah ibu ku dengan wajah yang murung dan mata yang berkaca-kaca.
ibu ku hanya tersenyum sembari mengangguk karena ibu juga tidak bisa berbicara apa-apa lagi.
setelah kami sepakat dengan tanggal pernikahan yang sudah pak Yasir tetapkan merekapun berpamitan untuk pulang.
"iya udah kalau gitu, kami pulang dulu" ungkap pak Yasir sembari beranjak dari tempat duduknya
"owh ya, ayu besok kamu pakai gaun ini ya" ujar pak Yasir yang memberi ku gaun pengantin
aku hanya tersenyum sembari mengambil gaun itu, gaun yang di idam-idamkan setiap wanita.
setelah mereka semua pergi aku dan ibu masuk ke dalam kamar, sembari berbincang membahas hari esok.
"kamu yang sabar ya sayang, besok kamu harus bangun pagi dan bersiap untuk melangsungkan akad nikah di rumah pak Yasir" ujar ibu sembari memegang kedua bahu ku
"iya Bu, ayu mau istirahat dulu" kataku kepada ibu
Aku ingin sendiri untuk menenangkan diriku, karena hari ini hati ku telah dipatahkan oleh perjodohan yang tidak pernah aku bayangkan.
aku berbaring di kasur membayangkan bagaimana nasib ku nanti.
hingga hari menjelang malam, aku mengurung diri dikamar sampai ibu ku tidak tega, melihat aku yang terus-menerus menangis.
ibu masuk ke kamar ku dengan raut wajah yang seakan ingin menangis.
"yuu malam ini ibu ingin tidur bersama kamu, ibu ingin menceritakan banyak hal sama kamu sebelum besok kamu menikah"
"iya Bu, ayu juga ingin habiskan malam ini bersama ibu" ungkap ku
"iya udah ayok kita makan dulu" ucap ibu
"iya Bu" sahut ku
kami keluar untuk makan, karena pikiran yang kacau dan air mata yang terus mengalir membuat ku tidak nafsu untuk makan, aku kembali ke kamar ku untuk tidur, karena besok aku harus bangun pagi untuk melangsungkan acara pernikahan.
Malam yang sunyi aku tidur bersama ibu di kamar ku, menghabiskan malam untuk melepas semua keluh kesah ku, karena ini adalah malam terakhir aku tinggal bersama ibu di rumah ini.
"Bu ayu mau bilang sama ibu, nanti kalau ayu sudah tidak disini dan ibu kangen sama ayu, ibu hubungi ayu ya" ungkap ku pada ibu yang berbaring di samping ku
"iya sayang" sahut ibu sembari mengelus rambutku
"andai saja ayah masih ada, pasti aku senang jika dia melihat ku menikah" ujar ku
"ayah kamu dulu pengen sekali melihat kamu menikah, sampai-sampai ayah mu bilang sama ibu, Sarah jika nanti ayu menikah aku akan mengadakan syukuran di rumah ini"
"iya sudah jika ayu besok sudah menikah, kita adakan syukuran di rumah ini untuk mewujudkan keinginan ayah" ujar ku pada ibu
"iya nak, ibu akan adakan syukuran buat ayah kamu setelah kamu menikah besok"
Sembari berbaring aku dan ibu berbincang membahas masa lalu keluarga ku.
tentang bagaimana ayah ku yang berjuang mati-matian untuk mendapatkan cinta ibu.
Ibu ku dulu adalah gadis cantik dan juga baik hati, hingga banyak pria yang datang ke rumah ibu untuk melamarnya.
awalnya ibu tidak menyukai ayah ku yang hanya kuli bangunan dengan gajinya hanya cukup untuk makan saja.
Tapi karena kegigihan dan juga kasih sayang yang tulus ayah ku, membuat ibu merasa kalau ayah adalah laki-laki yang bertanggung jawab kepada keluarga.ngomong-ngomong soal masalalu, aku juga punya masalalu yang tidak bisa aku lupakan sampai sekarang.
Aku punya teman masa kecil yang sangat baik sampai-sampai ibu ku menganggap dia seperti anaknya sendiri.namanya Radit Adi Wijaya, tetangga ku yang sudah lama merantau ke kota, dan kabarnya sekarang dia sudah menikah dengan gadis kota yang sangat cantik.
Padahal kalo boleh jujur aku itu suka banget sama Radit, dia adalah laki-laki baik dan juga tampan tidak seperti Farhan laki-laki sombong itu.
tapi aku malah di jodohkan dengan Farhan laki-laki yang seringkali menghina dan merendahkan aku di sekolah dulu.
"ehh Bu, ngomongin masalalu aku jadi inget sama Radit, kok dia gak pernah pulang kampung ya" tanya ku pada ibu
"Radit teman kamu waktu kecil itu?" ibu balik bertanya
"iya Bu, Radit yang ibu anggap anak ibu sendiri"
"hehehe ibu juga kangen sama tu anak, udah lama ibu gak pernah liat dia"
"kata ibunya, Radit sudah menikah di kota dan tinggal bersama istrinya disana" ungkap ku pada ibu
"iya kah" ibu tidak percaya
"iya Bu kemarin aku sempat nanya sama ibunya Radit"
"syukurlah kalau dia sudah menikah" ujar ibu ku
"bagaimana kalau kita undang Radit di acara pernikahan ku besok" saran ku pada ibu
"mmmm, emang Radit mau Dateng?, dia sibuk kayaknya, soalnya untuk pulang kampung aja dia tidak punya waktu" kata ibu
"iya juga sih Bu"
Sebenarnya aku ingin sekali Radit datang di acara pernikahan ku, berharap dia bisa menghentikan pernikahan itu, karena aku tak mau menikahi laki-laki sombong seperti Farhan.
andai saja waktu bisa diputar, aku ingin mengungkapkan isi hati ku pada Radit kalau aku mencintai dirinya.
"kamu tidur, besok kamu harus bangun pagi buat melangsungkan akad bersama calon suami kamu" ucap ibu yang tengah mengelus rambut ku
"mmmm aku pengen begadang dan bercerita sama ibu" ujar ku dengan wajah cemberut
"ehhhhhh, besok kamu mau menikah masak calon pengantin begadang"
"iya udah ayu tidur" ungkap ku
tanpa sadar aku tertidur sembari memeluk ibu yang berbaring disamping ku.
Jam sudah menunjukan pukul 8 pagi, aku dibangunkan ibu untuk bersiap berangkat kerumahnya pak Yasir.
karena hari ini aku akan menikah, aku bergegas untuk mandi dan memakai gaun pengantin yang kemarin pak Yasir berikan pada ku.
Setelah aku memakai gaun pengantin itu, aku dan ibu keluar dari rumah untuk berangkat ke rumah pak Yasir.
di depan rumah ada mobil yang tengah menunggu aku dan juga ibu, mobil mewah berwarna hitam yang dihiasi bunga-bunga.
"mari kita berangkat" ungkap sopir yang membawa mobil itu
"ayok yu" ujar ibu yang menyuruh ku masuk
Aku masuk ke dalam mobil itu, didalam mobil ibu menasehati aku untuk tidak melawan kepada suami dan juga ayah mertuaku ketika aku nanti tinggal disana.
"eh yu, jika nanti kamu sudah sah menjadi menantu pak Yasir, kamu nurut apa kata mereka, agar tidak ada masalah kedepannya" saran ibu pada ku
"iya Bu, ayu akan berusaha menjadi istri dan menantu yang baik" jawab ku
Tak lama kami sampai di sebuah rumah mewah dengan fasilitas yang serba ada, rumah yang seperti istana itu adalah rumah pak Yasir.
ini adalah kali pertama, aku menginjakkan kaki di rumah mewah dan sebesar ini.
Aku masuk kedalam rumah itu dengan rasa canggung.
didalam sudah ramai dengan orang-orang yang akan menjadi saksi pernikahan aku dan juga Farhan.
aku duduk disamping Farhan untuk melangsungkan akad nikah yang di saksikan banyak orang.
"apa kalian sudah siap" tanya penghulu pada kami berdua
"iya saya siap" ucap ku berbarengan dengan Farhan
"baiklah jika kalian sudah siap mari kita mulai akad nikahnya, kemarikan tangan mu" ucap penghulu yang meminta Farhan menjabat tangannya
"bismillahirrahmanirrahim, saudara Farhan binti Abdul Yasir saya nikah dan kawin kamu dengan saudari Ayu Wulandari binti Harto dengan maskawin seperangkat alat sholat dan uang 100jt rupiah dibayar tunai" ucap penghulu yang menjadi wali nikah ku
"saya terima nikah dan kawinnya ayu Wulandari binti Harto dengan maskawin tersebut dibayar tunai"
"gimana saksi sahhh?" tanya penghulu pada para saksi nikah
"sahhhhh" teriak para saksi nikah yang hadir di acara itu
Kami berdua sudah resmi menjadi pasangan suami istri yang sah di mata hukum.
sekarang laki-laki sombong itu telah menjadi suamiku, pasti dia senang karena dia bisa menghina ku setiap hari.
Farhan memasangkan cincin di jari manis ku, aku juga memasangkan cincin di jari manisnya, yang menjadi tanda kalau kami sudah resmi menikah.
setelah acara selesai, satu persatu tamu yang datang di acara itu pulang sembari memberikan ucapan selamat pada aku dan juga Farhan.
Aku terasa lelah hari ini, melangsungkan acara pernikahan dan menyambut para tamu undangan.
rasanya aku ingin beristirahat, membaringkan diri di kasur krena badan ku sudah tidak kuat untuk berdiri lagi.
ibu ku pamit untuk pulang karena hari sudah mau sore.
"owh ya pak Yasir, saya mau pamit pulang dulu, saya titip anak saya ayu, tolong jika dia melakukan kesalahan nasehati dia dengan lembut karena dia sangat gampang menangis jika di bentak" saran ibu pada ayah mertua ku
"ibu Sarah tenang aja, sekarang ayu sudah menjadi menantu saya, akan saya didik dia seperti ibu Sarah mendidiknya" ucap pak Yasir pada ibu ku
"baiklah kalau begitu saya pamit pulang dulu, assalamualaikum" salam ibu pada kami
"walaikumsalam" kami menjawab salam ibu bersamaan
ibu ku pulang meninggalkan aku di rumah baru ku, rasa sedih terlihat di wajah ku yang berpisah dari ibu ku.
"kamu istirahat dulu yu pasti kamu lelah, dan kamu Farhan ajak istrimu untuk istirahat dikamar" ujar ayah mertuaku
"baik yah" sahut Farhan
"ayok istirahat" Farhan mengajak ku masuk ke kamar
kami berdua istirahat di kamar, karena lelah seharian menyambut para tamu yang datang.
Malam ini adalah malam pertama, aku tinggal di rumah suami ku, malam yang dingin, suasana rumah yang sunyi membuat ku merasa bosan.
aku duduk di sofa yang terletak diruang tengah bersama ayah mertua ku, menonton tv sekaligus menceritakan bagaimana kelakuan Farhan di sekolah dulu.
"owh ya yah, Farhan dulu sangat di sukai banyak wanita di sekolah kami, dia juga sering kali berkelahi bersama teman sekelasnya" ungkap ku pada ayah yang tengah duduk di sofa depan ku
"hihihi,,, Farhan kan gagah dan juga pemberani, jadi wajar, jika banyak wanita yang menyukainya, kamu beruntung bisa menikah dengannya" ujar ayah mertuaku
"heheh iya yah" jawab ku sembari tersenyum
Walau sebenarnya aku merasa biasa saja sama Farhan, kalau bukan karena hutang ibu, aku tidak mau menikah dengannya.
tapi aku gak mau jujur sama ayah, kalau aku sebenarnya sangat membenci anaknya itu, laki-laki sombong yang sering kali merendahkan aku di depan banyak orang.
"rumah ini terasa sunyi yah" ucap ku sembari melihat sekeliling rumah yang besar itu
"hehe iya begitulah, makanya ayah nikahin Farhan sama kamu biar ayah cepat punya cucu, agar suasana rumah tidak sunyi seperti ini" ungkap ayah mertuaku
Mendengar keinginan ayah itu, membuat ku ingin tertawa, bagaimana ayah bisa punya cucu sedangkan aku sangat membenci anaknya itu.
aku hanya diam dan tidak membalas apa yang ayah mertuaku katakan, karena aku tidak mau ayah mertuaku tau, tentang aku dan juga Farhan.
Setelah lama berbincang dengan ayah mertuaku, aku pergi ke kamar untuk istirahat, karena hari sudah malam.
dikamar aku melihat Farhan yang tengah berbaring sembari bermain hp.
Aku berbaring di sampingnya untuk tidur, karena badan ku masih lelah karena acara tadi siang.
"oy orang miskin, apa kamu bahagia kita menikah" tanya Farhan yang menghina ku
aku hanya diam sembari menutup mata dan telinga ku, untuk apa aku membalas omongan laki-laki sombong itu.
"kamu budeg ya, orang lagi ngomong gak di jawab" ujarnya dengan nada kesal
"apa sih, aku ngantuk mau tidur" sahut ku sembari membalikan badan membelakangi Farhan
"dasar wanita miskin, pasti kamu lagi bahagia telah menikahi laki-laki kaya seperti aku" ungkap Farhan dengan sombongnya
"biasa aja, kata siapa aku bahagia" sahut ku
"idihhhhh, udah lah gak usah pura-pura kamu, aku tau kamu lagi senyum karena bisa tidur bersama aku" ucap Farhan yang membanggakan dirinya
"udah ya aku mau tidur dan camkan ini, aku tidak mau kamu menyentuh tubuh ku mengerti, kalau sampai kamu berani meniduri ku awas aja" ungkap ku dengan nada kesal
"gak usah kepedean deh kamu, siapa juga yang mau menyentuh tubuh mu itu, lagian kalau aku mau, aku bisa tidur dengan wanita lain yang jauh lebih cantik darimu" ucap Farhan
"iya udah sana pergi, tidur bareng cewe di luar sana" sahut ku
"dihhh kamu siapa, ini kamar ku harusnya kamu yang pergi dari sini" ujar Farhan
Aku diam tak membalas kata-katanya lagi, karena percuma ngomong sama laki-laki kayak Farhan yang sombongnya minta ampun.
aku tidur disamping Farhan dengan perasaan takut, karena bisa saja laki-laki itu meniduri aku disaat aku tertidur pulas.
Aku mengambil guling, meletakkan guling itu di tengah kami sebagai batas antara aku dan juga laki-laki sombong itu.
"ngapain kamu naruh guling di tengah" tanya Farhan
"itu sebagai batasan mengerti, jangan sentuh atau pegang tubuh ku" ujar ku
"dasar wanita aneh, udah kubilang, aku juga gak mau buat sentuh tubuh kamu itu, lagian aku menikahi kamu bukan ingin menikmati tubuh bau mu itu" ucap Farhan yang sombong itu
Dasar hidungnya saja yang rusak, aku sewangi ini saja masih dibilang bau, laki-laki aneh.
meski hinaan sering di lontarkan untuk ku, aku selalu membalas hinaan itu dengan diam, karena percuma jika membalas omongannya.
Aku tidur dengan sangat pulas, sampai aku tak sadar Farhan membuka seluruh pakaian ku sampai-sampai tubuh ku telanjang bulat.
di saat aku terbangun aku kaget, melihat tubuh ku yang tidak memakai pakaian, aku mengira Farhan telah meniduri aku tadi malam.
Aku bergegas mengambil pakaian yang berjejer di lantai, memakai satu persatu pakaian ku dengan tergesa-gesa.
"bangunnnn kamu" teriak ku sembari menarik tangan Farhan yang sedang tidur
dia terbangun dan malah memarahiku, karena aku membangunkan dia secara tidak sopan.
"apa sih kamu narik-narik tangan ku, bajingan, bisa gak kalau bangunin orang tuh yang sopan" ujar Farhan yang kesal
"kamu apa'in aku tadi malam" tanya ku dengan mata berkaca
"aku gak ngapa-ngapain kamu" sahutnya
"jangan bohong, kamu sudah meniduri aku kan" ucap ku dengan air mata yang mengalir
"xixixixiix, dasar wanita aneh, camkan ini, aku gak akan pernah mau meniduri kamu mengerti" ucap Farhan sembari menatap wajah ku
"lalu siapa yang telah membuka pakaian ku?" tanyaku pada Farhan
"aku, aku yang membukanya, tapi aku tidak menikmati tubuh mu, cuma sebatas candaan doang, biar kamu ngira aku udah menyetubuhi kamu hahahaha" ujar Farhan yang bahagia melihat aku menangis
"dasar laki-laki aneh" ucap ku sembari melempar bantal ke arahnya
Aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badan ku, didalam kamar mandi aku merenung sembari melihat ke arah vagin* ku.
"tidak ada bekas di vagin* ku, berarti benar Farhan tidak meniduri ku" ucap ku dalam hati
Aku menyalakan shower dan membasahi seluruh tubuh ku.
setelah aku selesai mandi, aku pergi keluar kamar, menyiapkan sarapan untuk ayah mertua ku dan juga laki-laki sombong itu.
Aku bergegas ke dapur karena jam Sudah menunjukan pukul delapan pagi, dan sarapan belum aku siapkan.
Setelah aku selesai memasak, aku membawa makanan ke meja makan.
"yahh, aku udah nyiapin sarapan" teriak ku dari ruang makan
ayah mertua ku yang tadi ada di ruang tengah, datang ke ruang makan karena teriakan ku.
"kamu masak?" tanya ayah mertuaku
"iya yah, kenapa emang" ujar ku
"iya gak apa-apa" sahut ayah mertuaku
Farhan keluar dari kamar untuk berangkat ke kantor,membawa tas yang berisi dokumen.
"hann, kamu mau kemana?" tanya ayah mertua ku pada Farhan
"ke kantor yah, hari ini ada rapat penting" ujarnya dengan nada tergesa-gesa
"iya udah sarapan dulu, istri kamu udah masak" ucap ayah mertuaku
"gak usah yah, aku sarapan di kantor aja, lagian yang dia masak belum tentu enak, nanti kalau aku makan masakannya, bukanya kenyang malah sakit perut" ucap Farhan yang menghina masakan ku
"ehhh, gak boleh gitu loh han" ucap ayah mertuaku
Dalam hati aku sangat marah sama apa yang dikatakan Farhan tadi.
aku menyesal telah memasak makanan untuknya, tapi jika nanti aku tidak memasak, di malah mengira aku adalah wanita pemalas.
"yaudah yah Farhan jalan dulu, assalamualaikum" ujar Farhan
"walaikumsalam" ayah mertuaku yang menjawab salam Farhan
Karena Farhan tidak mau makan makanan yang aku masak, jadinya aku dan ayah mertua ku saja yang memakannya.
laki-laki sombong itu telah merendahkan aku di hadapan ayahnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!