Kehidupan yang berbeda.
Seorang pengusaha kaya yang tinggal di Ibu kota. Pengusaha bernama Ari Purnama Sanjaya. Jika memakai nama belakang Sanjaya.
Berarti berhubungan dengan Grup Glossi yang mana Perusahaan yang sudah bergerak di bidang fashion kebutuhan Wanita tersebut yang sudah berproduksi selama bergerak 40 tahun. Turun temurun dari keluarga Sanjaya.
Perusahan itu sudah meroket sampai mancanegara. Dalam perusahan fashion atau kebutuhan wanita itu yang memproduksi dari pakaian luar dalam wanita. Sampai kosmetik dengan brand yang sangat di kenal di dalam dan luar Negri yaitu Glossi.
Ari Purnama Sanjaya memliki 3 putra dan 1 putri di mana ke- 4 anaknya itu tidak lah seharmonis atau semulus perjalanan Perusahaannya. Apalagi putra pertama dan keduanya yang memiliki persaingan untuk mendapatkan tempat utama di perusahaan itu.
Mungkin ada sedikit konflik dalam persaudaraan itu yang mungkin karena mereka juga bukan saudara kandung mereka 1 ayah tetapi berbeda ibu.
Untuk anak pertama dan ke-3 nya yaitu Gibran dan Derry satu ibu dan sudah bercerai sejak belasan tahun lalu. Usia Gibran pada saat itu masih remaja dan Gibran dan Derry pun ikut dengan Ari Purnama.
Sementara untuk Athar sendiri yaitu putra ke-2 Ari Purnama. Ibu kandungnya tidak tau di mana. Hanya ada isu-isu jika ibu kandung Athar adalah selingkuhan atau simpanan Ari Purnama. Tetapi sampai sekarang isu itu belum ada klarifikasi nya. Benar atau tidaknya.
Sementara untuk Olive anak ke-4 Ari Purnama yang masih muda. Yang berusia 20 tahun dia tinggal bersama Ari Purnama dan Maharani ibu kandungnya yang juga sekarang masih tetap menjadi istri dari Ari Purnama yang mungkin Ari Purnama tidak akan cerai atau bikin ulah lagi mengenai masalah wanita. Karena mungkin anak-anaknya sudah dewasa.
Ke-4 anak Ari Purnama memiliki karakter yang berbeda-beda.
Gibran berusia 27 tahun. Lebih ambius dan tidak ingin kalah saing dari Athar yang berusia 25 tahun. Gibran seakan berlomba-lomba dengan Athar dalam menangani perusahaan yang mana sebenarnya perusahaan lebih banyak prestasi yang di unggulkan Athar.
Karena memang Athar bekerja selalu menggunakan logika dan berpikir panjang. Sementara untuk Gibran gegabah dan asa-asalan makanya kalah saing dengan Athar yang tenang dan damai namun mendapatkan hasil.
Dan Athar juga memiliki jabatan tinggi di perusahaan sebagai wakil CEO dan sang ayah memang masih CEO utamanya. Walaupun hanya wakil CEO. Tetapi paling tidak jabatan Athar lebih tinggi di bandingkan Gibran
Untuk Derry sendiri yang berusia 23 tahun. Dia terlihat di tengah-tengah. Yang tidak terlalu ambisius dia netral-netral saja. Karena memang dia juga baru memasuki dunia perusahaan dan masih banyak belajar dari kakak-kakaknya yang pasti adalah senior-senior dan sudah ahli dalam permainan bisnis.
Posisi Derry juga di perusahaan hanya bagian pemasaran yang mana jelas masih jauh di bandingkan ke-2 kakaknya. Tetapi dia bukan tipe yang serakah dan ambisius. Dia tenang dan pelan-pelan dalam mencapai karirnya. Karena prinsipnya juga semua harus di mulai dengan nol.
Apalagi olive anak perempuan satu-satunya yang sepertinya masa bodo dengan Perusahaan dan persaingan kakak-kakaknya. Olive yang lebih suka happy-happy dengan menghabiskan uang sang papa. Toh kalau dia juga harus repot-repot ikut-ikutan dalam perusahaan.
Dia juga tidak akan mendapat apa-apa. Karena dia bukan ahli waris. Karena ahli waris jatuh pada anak laki-laki. Anak pertama, ke-2, ke-3. Semuanya di tentukan dengan kinerja kerja masing-masing bukan siapa yang paling tua. Jadi Olive tidak ingin ikut-ikutan.
*************
Rumah mewah itu yang banyak di huni pelayan. Rumah layaknya istana kerajaan dengan bangunan yang berdominan ke emasan dengan kubah mesjid seperti rumah di raja Arab. Dengan luas yang tidak bisa di katakan dan fasilitas yang lengkap yang pasti barang-barang impor dengan desain dan arsitek yang terkenal.
Rumah mewah yang di huni banyak orang. Selain keluarga besar Ari Purnama istri dan 4 anaknya juga di huni Puluhan karyawan wanita dan Pria yang sudah di beri tugas masing-masing oleh kepala pelayan yang di percaya di rumah itu.
Di dalam kamar Athar.
Athar yang bangun pagi dengan membuka matanya santai. Langsung menyibak selimutnya. Melangkah mendekati meja yang yang bersandar di dingding Athar mengambil air putih lalu meneguknya sampai 1 gelas habis di minumnya.
Athar melanjutkan langkahnya ke jendela dan membuka tirai jendela agar udara masuk kedalam kamar mandi. Athar langsung melangkah kekamar mandi.
Seperti biasa aktivitas nya di pagi hari. Mencuci wajahnya, menggosok giginya dan perintilan- parintilan lainnya sebelum mandi. Sampai akhirnya selesai. Athar membuka kancing piyama hitamnya. Dan terlihatlah tubuh sispeck nya yang kekar, tubuh kotak-kotak bak seperti atlet.
Athar memang rutin berolah raga dan hidup sehat. Makanya tubuh dan wajahnya sempurna. Selain tinggi 180 cm, berkulit putih, dengan tubuh sempurna. Layaknya seperti dewa Yunani.
Air shower sudah memancar membasahi tubuh Athar. Dengan mengusap wajahnya, mengacak-acak rambutnya dan menggoyang-goyangkan kepalanya dengan pancuran air shower yang membasahi wajahnya.
Beberapa menit setelah mandi Athar keluar dari kamar mandi dan mulai menutupi tubuhnya dengan pakaian formalnya. Memakai kemeja biru muda lengan panjang, dasi garis-garis putih. Membuka laci asesoris jam mewahnya.
Memilih yang cocok untuk di pakainya sampai ada yang cocok dan mengakhiri penampilannya dengan memasangkan jasnya. Bukan itu yang menjadi penampilan terakhirnya. Athar menyemprotkan parfum untuk penutup penampilan akhirnya. Lalu mengambil ponselnya dan Athar langsung keluar dari kamarnya.
Hal yang serupa juga di lakukan Gibran yang juga bersiap-siap. Gibran selalu tidak mau kalah dari adiknya itu. Dia pun berpenampilan seolah-olah dia seorang CEO.
Dengan barang mewah yang di pakainya. Gayanya yang sok dan memperlihatkan ke angkuhan. Keluar dari kamarnya sembati mengkancing lengan kemejanya.
Berbeda dengan Derry yang berpenampilan tidak terlalu wao atau formal. Karena dia Pria yang manis dan tidak terlalu heboh dalam penpilan hanya santai dan senyaman di pakainya. Derry pun terkadang jika kekantor jarang menggunakan jas. Bahkan hanya memakai kemeja dengan lapisan rompi rajut untuk menambah penampilannnya.
Sementara untuk adik perempuan. Pasti mengalahkan penampilan yang lainnya. Di mana Olive harus perfect dari atas sampai bawah. Dengan pakain dan aksesoris merek dari perusahaan ternama sang papa Glossi yang tidak semua orang bisa memilikinya. Yang hanya anak-anak sultan yang bisa memiliki barang-barang itu.
Olive juga bersiap-siap seperti biasa untuk melakukan aktivitas atau rutinitas seperti biasa di rumah di rumah itu.
Seperti pagi hari seperti biasa untuk memulai sarapan sebelum melakukan aktivitas di Luar sana. Sarapan yang sudah di siapkan oleh para pelayan di rumah itu yang berpakaian seragam hitam sampai atas lutut yang berpaduan dengan warna putih dan hitam.
Anak-anak Ari Purnama pun keluar dari kamar masing-masing dan langsung menuju meja makan. Di mana Ari Purnama dan Mariana sudah ada di sana.
Bersambung
Hay semua para readers kesayangan ku. Aku kembali di novel terbaru aku. Berhubung ada karya yang tammat Yang kalian tau. Kalau sering megikutiku atau langganan dengan karya-karya ku. Yang Raihan Si Pria Arrogant.
Jadi karena novel aku sudah selesai. Aku buat Novel terbaru dengan cerita yang menarik dan semoga saja kalian menyukainya.
Silahkan like, koment, Vote yang banyak ya. Terima kasih yang sudah mengikuti karya-karya ku selama ini. Semoga Ceo Tampan di Antara 2 wanita bisa memberikan biduran untuk kalian ya.
Beberapa pelayan di rumah itu juga berdiri di belakang bangku dengan jajaran yang rapi dengan kepala menunduk kebawah mengelilingi meja persegi panjang yang di huni 6 orang itu
Di mana di kursi utama ada Ari Purnama Sanjaya dengan istrinya di dekatnya dan di hadapan istrinya ada Athar dan di samping ada Gibran dan di depan Gibran ada Olive di samping Olive ada Derry.
Walau Mariana bukan ibu kandung mereka. Tetapi mereka tetap hormat dan Mariana juga tetap tegas pada anak-anaknya. Jika tidak suka maka iya tidak suka. Jika salah akan di tegur. Mariana cukup tegas sehingga anak-anaknya bisa menghargainya walaupun dia bukan ibu kandung dari ke-3 Pria itu.
Mereka sarapan dengan tenang. Tetapi Olive hanya sibuk dengan kukunya. Di mana Olive tidak bisa menempatkan diri di mana harus fediquir di meja makan pun jadi seolah hanya peduli dengan penampilannya tanpa peduli dengan perutnya.
" Olive, hentikan pekerjaan kamu," tegur Mariana pelan tetapi sedikit menggertak.
" Ishhhh, mama tanggung," sahut Olive dengan suara manjanya. Mariana harus melotot agar putri manjanya itu menghentikan pekerjaan di tengah sarapan itu.
" Ishhh," Olive pun menghentikannya dan ingin mengambil setangkap roti yang di sediakan di tempatnya. Namun Athar langsung mencegahnya dengan menepuk tangan Olive membuat Olive menatap heran.
"Why?" tanya Olive.
" Tangan kamu kotor sana cuci dulu. Apa yang kamu pegang tadi belum tentu bersih dan pasti banyak racunnya. Jadi sana cuci dengan bersih baru memegang makanan," sahut Athar dengan suara dinginnya yang memprotes tindakan adiknya.
" Kak," sahut Olive dengan suara manjanya.
" Cepat!" tegas Athar.
" Ahhhhh, nggak jadi sarapan," sahut Olive langsung menyandar di kepala kursi. Walau sebenarnya teguran dari Athar terbiasa di telinganya.
Athar Memang sangat pembersih dan untuk orang seperti Olive yang ceroboh dan berantakan. Harus sering mendengar ceramah Athar panjang lebar.
Karena mereka tidak sefrukensi. Dan Mariana hanya geleng-geleng dengan Olive perkara di suruh cuci tangan tidak mau cuci tangan dan rela tidak sarapan. Tingkat kemalasan sang ana memang semakin tinggi.
" Bagaimana persiapan kalian untu produk baru dari Glossi? tanya Ari Purnama melihat ke-3 putranya
" Papa tenang aja. Proyek yang papa berikan kepadaku akan lancar-lancar saja. Tidak akan ada masalah sama sekali," sahut Gibran yang langsung bicara. Yang memang dia mendapat kepercayaan untuk memberikan ide proyek untuk pengeluaran produk terbaru dari perusahaan mereka.
" Kamu yakin semuanya lancar?" tanya Ari Purnama menatap dengan ragu dan dengan angkuhnya Gibran langsung tersenyum.
" Yakin dong pah, tidak ada yang di ragukan dalam produk kita kali ini dan akan laku keras di perusahaan. Jadi papa jangan khawatir," sahut Gibran dengan percaya diri.
" Ya bagus. Jika kamu se percaya diri itu. Papa harap memang benar tidak ada masalah dan produk yang kamu usulkan kali ini benar-benar bagus," sahut Ari Purnama antara yakin dan tidak
" Papah selalu meragukanku di depan orang banyak," batin Gibran tampak tidak suka dengan sikap papanya. Namun Gibran harus tersenyum untuk menutupi jika dia fine-fine saja.
" Athar, lalu kamu bagaimana apa kamu sudah mengatur rapat penting untuk petinggi-petinggi di grup Glossi dari luar atau dalam Negri?" tanya Ari Purnama.
" Sudah pa, aku sudah mengatur pertemuan di meja rapat," sahut Athar dengan ke-2 tangannya yang memegang garfu dan sendok dengan tata Krama yang sempitnya. Layaknya makan dengan cooll.
" Bagus kalau begitu," sahut Ari Purnama yang tampak percaya pada Athar.
" Rapat, untuk apa. Kenapa aku tidak tau. Kalau papa sedang menyuruh Athar untuk menyiapkan rapat dengan petinggi-petinggi grup," batin Gibran terlihat bingung dia memang selalu ketinggalan berita
" Lalu kamu bagaimana Derry. Apa tim produksi lancar?" tanya Ari Purnama.
" Lancar pak, tidak ada masalah. Kemarin Derry juga sudah menyusun data-data pabrik produksi kita dan nanti Derry akan kirim sama papa," sahut Derry dengan tenang bicara.
" Untuk pemasaran sendiri bagaiman?" tanya Ari Purnama.
" Tidak ada kendala sampai saat ini pa," sahut Derry.
" Baiklah, papa akan menunggu hasilnya dan kalian bekerjalah dengan baik dan mengecewakan papa," sahut Ari Purnama dengan tegas.
" Baik pa," sahut Derry, Athar dan Gibran serentak.
Anaknya memang punya tugas masing-masing dan hanya tinggal menunjukkan kemampuan untuk menjadi pemimpin dalam perusahaan itu.
" Mariana!" tegur Ari Purnama.
" Iya mas," jawab Mariana.
" Kamu juga jangan lalai mengatur pertunangan Athar dan Aurelia," ucap Ari Purnama dan membuat Athar terdiam sejenak dan berhenti mengunyah sarapannya. Ketika mendengar pertunangannya dengan Aurelia.
" Iya mas, hanya tinggal menunggu tanggal yang cocok dari Athar dan keluarga Aurelia sendiri sudah menentukan tanggal," ucap Mariana.
" Aku masih sibuk. Nanti saja mengurus pertunangan," sahut Athar dengan suara dinginnya yang sepertinya tidak minat untuk hal itu.
" Sibuk mulu, kapan nggak sibuknya," celoteh Olive dengan menggigit jari ujung kakinya.
" Shuttt," tegur Mariana.
" Ya, kamu selesaikan lah pekerjaan kamu. Karena memang itu yang paling utama. Jangan hanya karena sibuk mengurus pertunangan kamu tidak fokus," ucap Ari Purnama.
Tabiat putranya sama dengannya. Lebih memprioritaskan pekerjaan di bandingkan wanita. Tetapi Ari Purnama meletakkan wanita sebagai tempat persinggahan semata.
Dan tidak tau dengan Athar yang tampaknya juga malas berhadapan dengan wanita meski kabar hubungannya dengan Aurelia anak pengusaha kaya juga sudah tersebar isu-isu nya. Tapi baru isu untuk kejelasan belum pasti karena belum ada konfirmasi dari dari Athar sendiri.
**********
Suara klakson yang bising terdengar ricuh. Selain itu suara orang-orang yang berteriak, suara ke hebohohan para warga yang melakukan aktivitas setiap harinya.
Di rumah susun yang 10 lantai itu.
Di mana setiap pagar di teras balkon masing-masing terdapat pakaiaan yang berjemur. Pagar di jadikan jemuran. Maklumlah kehidupan di rumah susun memang seperti itu. Bising dan heboh.
Biasalah kalau pagi pasti warga susun Andilimau sangat heboh. Ada yang siap-siap untuk kerja. Orang tua yang teriak-teriak memnturuh anaknya sekolah dan pasti drama emak-emak akan muncul di sana.
Suara kebisingan itu harus terdengar di telinga, Gadis muda yang sekarang tertidur pulas di tambah suara alarm jam bekernya yang terdengar tepat di atas nakas di samping ranjangnya.
Suara alarm yang kuat itu memenuhi kamar yang sangat berantakan itu. Pakaian di mana-mana, letak sepatu tidak pada tempatnya, bahkan handuk pun tempatnya entah di mana. buku-buku berserakan, kertas-kertas memenuhi lantai. Dan gumpalan kertas yang tidak masuk pada tempat sampah dan hanya mengelilingi tempat sampah.
Anna gadis 20 tahun yang masih tidur pulas dengan kaki terbuka lebar ke-2 tangan di lentangkan memenuhi tempat tidurnya. Ya itu lah ukuran tempat tidurnya. Hanya pas untuk sendiri. Jika berdua akan sempit-sempitan.
Coba kalian bayangkan gadis cantik yang berkulit putih itu masih menikmati tidurnya dengan matanya yang di tutup dengan menutup mata. Untung saja gadis itu tidak mendengkur. Jika sampai mendengkur mungkin tidak ada lagi sisi yang positif di dalam dirinya.
Bersambung
Tring-tring-tring-tring.
Suara alarm itu terus berbunyi. Sampai akhirnya membuatnya tersentak kaget dan tangannya mulai bergerak-gerak, meraba-raba untuk mencari alarm itu saat tangan kirinya sudah mendapatkannya. Tangan kanannya langsung membuka penutup matanya dan melihat dan mengerjapkan matanya melihat jarum jam di alarm itu sudah jam 7.
Anna masih tampak santai dan kembali menutup matanya dan menjatuhkan alarm tersebut. Tetapi seketika dengan cepat dia kembali bangun dan memastikan lagi jam berapa di lihatnya dan matanya melotot menyadarinya.
" Mampus," ucapnya dengan wajah kagetnya dengan menepuk jidatnya.
" Telatttt!" Teriak Anna dengan suara menggelegar dan bahkan tetangganya sampai terkejut mendengar teriakannya. Orang-orang yang mendapat semburan itu sampai menutup telinga dan geleng-geleng mendengar suara yang pasti mereka tau itu suara siapa. Yang pasti itu suara Anna. Yang sudah terbiasa di telinga mereka.
Anna langsung keluar dari kamarnya untuk memasuki kamar mandi yang memang tidak di kamarnya. Karena rumah yang di tinggali nya hanya ada satu kamar mandi di luar kamar.
Namun Anna harus kembali berlari memasuki kamarnya. Karena ketinggalan handuk. Anna seperti tergesa-gesa untuk bersiap-siap.
Dia tampak buru-buru bahkan tangannya yang hanya dua mampu menjadi 10. Kalau sudah berurusan dengan telat.
Seperti sekarang Anna menggosok giginya dengan tangan kanannya. Kakinya bergerak menarik keran shower dan dia langaung di guyur shower dengan tangan kirinya yang sudah membaluri kulitnya dengan sabun ya begitulah Anna bisa-bisanya sambil gosok gigi sambil mandi.
Lain dengan Anna yang tinggal di perumahan susun. Di perumahan mewah, 3 lantai dengan bangunan yang bernuansa klasik Eropa. Rumah yang di isi dengan perabotan mahal-mahal dari arsitek terkenal dengan fasilitas yang lengkap dengan kamar-kamar yang mewah.
Kamar luas dengan kamar mandi di dalamnya di mana seorang wanita cantik yang juga sedang mandi. Tetapi mandi dengan selow di dalam kamar mandinya yang luas. Bahkan wanita cantik yang bernama Aurelia itu masih berendam di dalam bathub, sambil sekali-sekali meminum orens jus dengan tenang tanpa ada kata buru-buru dan tergesa-gesa.
Berbanding terbalik dengan Anna yang memang harus pontang panting yang juga sekarang membongkar lemarinya melempar sana-sini pakaiannya untuk di pakainya pagi ini.
Kediaman Aurelie.
Sementara Aurelia yang sudah selesai mandi memakai pakaian mahal yang sudah di siapkan pelayan di rumahnya. Aurelia gadis yang berusia 24 tahun itu tampak tenang dengan apa yang di pakainya dengan semua yang melekat di tubuhnya yang membuatnya sangat cantik dan berkelas. Tidak dengan Anna yang asal-asalan.
Anna dan Laura adalah saudara kandung. Tetapi mereka berpisah. Di mana Ayah mereka Candra yang berselingkuh dengan wanita kaya raya dan menyebabkan perceraian di antara mama nya Maya dan juga Chandra sang papa.
Perceraian itu membuat mamanya tidak terima dan juga akhirnya memutuskan pergi, meninggalkan anak-anaknya yang mana saat itu Anna berusia 10 tahun kelas 5 SD dan Aurelie berusia 14 tahun kelas 3 SMP.
Chandra pun harus merawat Anna dan Laura. Karena di tinggal istri yang belum sempat di ceraikan nya. Sampai akhirnya Chandra menikah dengan selingkuhannya yang kaya raya bernama Susan Amelia dan Susan Amelia mempercayakan bisnisnya di kelolah Chandra dan memang berkembang pesat sampai sekarang.
Anna jelas tidak menyukai papanya dan ibu tirinya. Makanya selama tinggal dengan papanya. Selalu ada saja kegaduhan dan ada saja yang terjadi sampai akhirnya kesabaran Chandra habis dan mengusir Anna dari rumah saat Anna berusia 15 tahun.
Dan Anna tinggal bersama bibinya. Perumahan susun. Hidup sederhana sampai dia lulus sekolah menengah atas. Tetapi sang bibi pun harus pulang ke kampung halamannya saat Anna lulus SMA dan membuat Anna tinggal sendirian sampai sekarang.
Anna hidup mandiri sendirian di tunggal sang Bibi dan bahkan berhasil menyelesaikan kuliahnya dengan waktu yang singkat. Yang pasti bermodalkan beasiswa. Anna pintar. Tapi pasti orang pintar kekurangannya juga banyak. Sama dengan seperti ini kekurangannya, super berantakan ceroboh dan banyak lainnya lagi.
Untuk hubungan persaudaraan tersendiri. Anna dan Aurelie juga tidak akrab. Karena Anna sangat membenci papa dan kakaknya yang lebih memilih hidup penuh dengan kemewahan. Terlebih lagi papanya yang sudah menyebabkannya berpisah denga mamanya
Tidak ada bedanya dengan sang kakak yang lebih mementingkan kehidupan yang enak.
Makanya setuju-setuju saja dengan apa yang di katakan papanya dan tidak seperti Anna pembangkang dan keras kepala.
Anna yang sudah siap dengan acara makai,
memakainya. Akhirnya berlari keluar rumahnya menutup pintunya dan menguncinya agar tidak masuk maling. Setelah itu Anna berlari menuruni anak tangga.
Sialnya Anna tinggal di lantai 10 dan harus menuruni anak tangga dengan lari-larian.
Melihat halaman luas dari ujung anak tangga. Rasanya Anna ingin melompat agar cepat sampai kebawah. Tapi ini adalah hari pertamanya melakukan wawancara kerja. Jadi dia tidak ingin mati sia-sia.
Dia harus berlari menabaraki tetangga-tetangganya yang naik dan juga ada yang turun. Ya Anna memang harus buru-buru agar tidak terlambat untuk melakukan wawancara kerja di hari pertamanya.
" Maaf, maaf, maaf, mendesak, ini antara masa depan yang cerah, kasih saya jalan, kasih jalan, please," oceh Anna seperti roller coaster berlari di anak tangga dan terpaksa orang-orang harus menyepi dengan tingkah Anna yang buru-buru.
" Pelan-pelan Anna, nanti jatuh," ucap salah seorang wanita.
" Terima kasih perhatiannya," sahut Anna berteriak dan wanita itu hanya geleng-geleng dengan kelakuan Anna yang juga terlihat biasa.
Setelah menuruni drama anak tangga. Anna langsung menaiki motornya yang terparkir di depan kios.
" Anna ingat nanti pulang bayar, bon," sahut Pria paruh baya yang menggunakan sarung yang memberikan Anna pesan terlebih dahulu.
" Aman santai saja," jawab Anna buru-buru memakai helmnya dan langsung melajukan motor metik merahnya.
" Aman mulu nanti di ditagih banyak alasan," sahut Pria tersebut yang menggaruk-garuk kepalanya. sepertinya sudah sangat biasa dengan Anna yang banyak alasan jika di suruh membayar hutang.
Anna yang buru-buru terus melajukan motornya di jalan raya yang macatnya minta ampun. Permasalah kota Jakarta memang tidak bisa di kendalikan kalau masalah macetnya. Mungkin harus Anna yang menjadi gubernur DKI Jakarta agar bisa mengatasi Jakarta yang padatnya Nauzubillahminzalik.
Anna yang sudah lama wara-wiri di jalan lintas itu yang sudah sering di lintasinya. Anna sudah hafal harus lewat mana agar tidak macet, walau motor.
Tapi tetap akan macet karena akan berhimpitan dengan motor-motor lainnya yang saling mendahului dan Anna memilih jalan pintas dari gang-gang perumahan warga. Paling tidak telinganya tidak sakit mendengar suara-suara klakson.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!