NovelToon NovelToon

Love After Parting

LAP 1

Hari ini Eleanor dan baby Abraham sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Leonard sudah menyiapkan kamar baby Abraham lengkap dengan dekorasi dan perabotnya.

Sehari setelah kedatangan Eleanor, Leonard membeli sebuah apartemen di sebelahnya untuk diberikan kepada Eleanor. Apartemen itu untuk memudahkan Leonard membantu menjaga dan merawat anak mereka setelah lahir nantinya.

Kini anak mereka telah lahir dan siap menghuni kamar yang telah disiapkan oleh Leonard.

"Terima kasih," ucap Eleanor setelah meletakkan baby Abraham di box bayi.

Baby Abraham tertidur setelah kenyang meminum ASI.

"Tidak usah berterima kasih, ini sudah menjadi tanggung jawabku. Apapun akan aku lakukan untuk kalian berdua," sahut Leonard dengan senyum termanisnya.

Sikap Leonard terhadap mantan istrinya itu berubah 180 derajat. Setelah palu perpisahan diketuk, Leonard menyadari kesalahannya. Untuk menebus kesalahan itu, Leonard bersikap manis dan perhatian pada Eleanor dan anaknya.

"Sebaiknya kamu istirahat Ele, selagi Abraham tidur. Aku akan di sini menemani anak kita, kamu masuk saja ke kamar kamu. Istirahatlah!" ucap Leonard kemudian setelah keduanya terdiam beberapa saat.

Orang tua Eleanor dan orang tua Leonard sudah meninggalkan apartemen yang ditempati oleh Eleanor dan baby Abraham. Mereka memiliki kesibukan masing-masing, sehingga tidak bisa berlama-lama tinggal di apartemen tersebut.

Eleanor pun mengikuti saran mantan suaminya, dia bergegas masuk kamarnya untuk istirahat. Rasa lelah karena kurang tidur membuat Eleanor tidak membutuhkan waktu lama untuk terlelap.

*

Dua jam sudah berlalu, baby Abraham sudah terbangun sekali karena pup. Dengan sabar dan telaten, Leonard membersihkan kotoran anaknya. Selesai dengan kegiatannya membersihkan sang anak, Leonard pun memberikan ASI yang di botol pada sang anak.

Leonard menimang baby Abraham sampai tertidur. Bukan hanya baby Abraham yang tertidur, sang ayah pun tertidur saat memeluk anaknya di atas pangkuan.

Eleanor terbangun setelah dirasa cukup lama dia tertidur. Dia keluar dari kamar setelah mencuci mukanya. Begitu keluar dilihatnya sang mantan tertidur dengan posisi duduk di sofa memeluk anaknya. Posisi tidur yang benar-benar tidak nyaman karena hanya duduk bersandar dengan tangan mendekap erat tubuh mungil sang anak.

Eleanor pun mengambil baby Abraham dari pelukan ayahnya. Dekapan Leonard yang tidak begitu kuat memudahkan Eleanor mengambil baby Abraham dari tangan sang ayah. Setelah meletakkan baby Abraham di box bayi, Eleanor keluar kamar untuk mengambil air putih untuk membasahi tenggorokannya.

"Le, bangun! Kamu rebahan saja, jangan duduk nanti pegal badan kamu," ucap Eleanor sembari menyentuh lengan laki-laki bertubuh jangkung itu.

Leonard terbangun setelah merasakan sentuhan di lengannya.

"Oh, iya," jawab Leonard singkat kemudian berubah posisi, dari duduk menjadi rebahan.

*

*

Hari berganti Minggu, dan Minggu pun kini telah menjadi bulan. Baby Abraham sekarang sudah bisa telungkup di usianya yang baru tiga bulan.

Leonard dan Eleanor merawat baby Abraham secara bersama walaupun tidak tinggal di satu rumah. Apartemen Leonard dan Eleanor bersebelahan, jadi memudahkan Leonard untuk membantu Eleanor merawat baby Abraham.

Leonard juga membayar pengasuh untuk baby Abraham, akan tetapi ditolak oleh Eleanor. Eleanor ingin merawat sendiri anaknya, sehingga dia hanya membutuhkan asisten rumah tangga yang khusu mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Berhubung Eleanor tidak mau ada pengasuh untuk baby Abraham. Leonard yang menanggung semua kebutuhan baby Abraham dan kebutuhan Eleanor. Asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Eleanor juga ditanggung oleh Leonard. Asisten rumah tangga itu selama 24 jam harus siap sedia jika Eleanor membutuhkan bantuannya.

Eleanor hanya pasrah dengan keputusan mantan suaminya. Dia malas berdebat karena selain menguras tenaga juga membuang waktu percuma, dia akan tetap kalah dari Leonard.

Leonard yang posesif dan protektif selalu membatasi ruang gerak Eleanor. Sehingga Eleanor pun mulai protes karena sering diatur.

"Le, kamu tidak perlu repot-repot mengurus privasiku. Kita sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi. Jangan karena alasan anak kamu membatasi ruang gerakku! Aku wanita bebas, tidak terikat hubungan dengan siapapun. Jadi jangan larang aku untuk berteman, karena aku tidak pernah membatasi ruang gerakmu," pinta Eleanor dengan nada memohon.

"Semua aku lakukan untuk kebaikanmu dan Abraham, Ele. Aku hanya tidak ingin ada gosip jika penerus Winston Gold selalu gonta ganti pasangan kencan. Apalagi kamu sudah memiliki Abraham yang lebih membutuhkan kamu daripada para pria hidung belang itu!" jelas Leonard.

*

*

*

Hai semua readers tercinta, maaf baru bisa melanjutkan kisah Leonard dan Eleanor sekarang.

Happy reading 🤗🤗😘😘😘

LAP 2

"Alasan kamu tidak masuk akal, Leonard! Jangan mengatasnamakan anak, yang jelas aku tidak mau kamu terlalu ikut campur urusan pribadiku. Urusi saja urusanmu, bukankah selama ini aku tidak pernah ikut campur atas semua yang kamu lakukan?" Eleanor sangat kesal sekali karena Leonard bersikap posesif tidak pada tempatnya.

Dulu saat dia masih berstatus sebagai istrinya, tidak sedikit pun Leonard memberi perhatian dan ikut campur dalam semua urusannya. Kini setelah berpisah, ada saja alasan Leonard untuk mengatur semua kegiatan yang harus dilakukan dan tidak.

"Aku tidak bermaksud mengatur kamu, Ele. Aku hanya tidak ingin nantinya Abraham bingung melihat perbuatan kamu. Selama ini aku tetap sendiri walaupun kita sudah bercerai. Itu semua aku lakukan demi Abraham, Ele. Jadi aku mohon tahan sedikit egomu," ucap Leonard frustasi.

Leonard merasa heran kenapa moodnya selalu berantakan setiap kali melihat Eleanor bersama laki-laki lain.

Semua keributan ini berawal dari keinginan Eleanor untuk kembali bekerja. Dia tidak ingin terkena baby blues syndrom. Oleh karena itu dia menerima pengasuh bayi yang ditawarkan oleh Leonard. Eleanor percaya jika pengasuh baby Abraham adalah seorang yang berpengalaman dalam mengurus bayi. Pilihan Leonard untuk Abraham tidak pernah salah selama ini, jadi dia menerima pengasuh itu.

Setelah aktif bekerja, Eleanor sering bertemu dengan perusahaan yang bekerjasama dengan perusahaan milik ayahnya. Sehingga dia sering meninggalkan baby Abraham bersama pengasuhnya dan kadang Leonard yang menjaga Abraham ketika pulang kerja.

*

Baby Abraham tiba-tiba demam, sedangkan Eleanor masih berada di kantor. Sejak awal Leonard sebenarnya tidak setuju dengan keputusan Eleanor yang kembali mengurus perusahaan ayahnya. Hanya saja dia tidak memiliki hak untuk melarang Eleanor.

Leonard mengurus baby Abraham seorang diri, hal ini dikarenakan pengasuh baby Abraham meminta ijin kerja dua hari. Sehingga mau tidak mau, Leonard yang mengasuh bayi berusia enam bulan itu. Dokter spesialis kandungan itu bahkan meminta temannya untuk menggantikan dirinya.

Sudah jam sepuluh malam, Eleanor belum juga pulang. Karena rasa lelah, Leonard ketiduran sembari menggendong baby Abraham. Begitu besar rasa sayangnya pada sang anak, membuat Leonard mengorbankan semuanya.

Eleanor pulang ke rumah dalam keadaan lesu karena lelah. Perusahaan sedang mengalami masalah sehingga dia harus memutar otak agar tidak terjadi kerugian yang besar.

Eleanor terkejut ketika memasuki apartemennya. Asisten rumah tangga yang bekerja di tempatnya hanya bekerja sampai sore setelah dia mempekerjakan seorang pengasuh untuk baby Abraham.

Leonard masih dengan posisi semula, terbaring di atas sofa dengan memeluk baby Abraham yang tidur telungkup di atas dadanya.

Eleanor pun bergegas meletakkan tasnya kemudian mencuci tangan. Setelah itu diambilnya baby Abraham dari dekapan sang ayah. Agak susah ketika mengambil baby Abraham karena dekapan sang ayah sangat kuat. Akhirnya, Eleanor membangunkan mantan suaminya untuk mengambil alih baby Abraham.

Badan Abraham masih demam, bahkan hidungnya pun memerah. Bayi bertubuh gembul dan panjang itu kembali terbangun dan menangis kala terlepas dari dekapan ayahnya.

"Kamu bersihkan dirimu baru menggendong Abraham. Ingat kamu seharian ini berada di luar rumah. Alangkah baiknya kamu membersihkan diri baru menggendong Abraham. Aku masih di sini menjaganya," ucap Leonard disela kantuknya.

"Abraham sudah terlalu lama aku tinggalkan, lagian kamu sepertinya juga lelah. Istirahatlah, nanti aku hubungi Merry untuk segera ke sini untuk membantuku. Sekarang kamu istirahat saja, terserah mau tidur di kamar tamu atau di sofa," sahut Eleanor menolak secara halus saran dari mantan suaminya itu.

"Ingat Eleanor! Aku seorang dokter, jadi sebaiknya kamu ikuti saranku agar Abraham tidak semakin panas," ucap Leonard dengan tatapan tajam dan penuh kekecewaan.

Mendapat tatapan tajam dari mantan suaminya, akhirnya Eleanor menyerahkan baby Abraham pada mantan suaminya. Kemudian bergegas mandi.

Tanpa sepengetahuan Eleanor, Leonard sudah meminta asisten rumah tangganya untuk segera datang. Akan tetapi, sang asisten rumah tangga tidak bisa. Sudah terlanjur pergi keluar kota.

"Abra, malam ini kita tidur berdua, Sayang," ucap Leonard dengan mata berkaca-kaca bahagia dan sedih bersamaan.

Bahagia karena bisa tidur mendekap anaknya, sedih karena melihat anaknya sakit tapi tidak diurus ibunya.

"Kamu sudah makan malam, Le?" tanya Eleanor basa-basi.

"Terima kasih, aku sudah makan. Kamu makan yang banyak agar ASI mu berkualitas," sahut Leonard

CSP 3

"Ele, aku mohon hari ini jangan ke kantor dulu. Kita bawa Abraham ke rumah sakit. Demamnya tidak kunjung turun padahal sudah diberi obat penurun panas. Aku takut terjadi apa-apa pada Abraham," ucap Leonard keesokan paginya.

"Tapi aku sudah terlanjur membuat janji dengan supplier bahan baku pabrik, tidak mungkin aku yang membatalkan. Aku yang memaksa untuk bertemu hari, masak aku yang membatalkan. Mau ditaruh di mana wajahku?" sahut Eleanor.

Sebenarnya dia sangat bimbang antara anak dan perusahaan. Keduanya sangat penting. Anak sakit, perusahaan juga diambang kebangkrutan. Dia yang baru bergabung atas permintaan sang ayah, untuk menyelamatkan perusahaan pun tidak bisa bekerja semaksimal mungkin. Ada anak yang juga harus diurus saat ini.

"Apakah perusahaan lebih penting dari pada darah dagingmu sendiri?" tanya Leonard menurunkan volume suaranya. Mencoba mengalah agar Eleanor luluh.

"Keduanya penting, Le! Perusahaan itu masa depan kami. Pada perusahaan itu juga kami menggantungkan hidup. Kamu seharusnya tahu itu!"

Leonard tahu, perusahaan Winston hanya bergerak dalam satu bidang saja, jewelry. Walaupun cuma satu bidang, akan tetapi memiliki berbagai tempat.

Perusahaan Winston saat ini mengalami kerugian yang sangat banyak. Hal ini dikarenakan adanya seorang mandor yang mengawasi jalannya proses produksi. Mandor itu mengurangi beberapa bahan produksi, sehingga mengurangi kualitas barang. Dengan berkurangnya kualitas barang, maka menurunkan penjualan.

Saat ini pelaku dan dalang sudah ditangkap, namun tidak bisa mengembalikan kerugian.

"Kamu di rumah saja, kasihan Abraham. Untuk urusan perusahaan biar Tuan Winston yang mengurus. Hanya selama Abraham sakit dan pengasuhnya libur. Besok kamu boleh kerja lagi jika pengasuhnya sudah datang," pinta Leonard lagi.

*

*

Eleanor mengikuti langkah kaki Leonard yang menggendong Abraham. Mereka saat ini menuju poli anak untuk memeriksakan kondisi Abraham.

Begitu sampai di poli anak, mereka langsung masuk tanpa antri karena ini adalah rumah sakit milik Gladston.

Dokter itu memeriksa Abraham dengan teliti. Selesai memeriksa dokter itu meletakkan stetoskop di meja.

"Keadaan tuan muda tidak mengkhawatirkan, hanya demam biasa. Bayi usia enam bulan memang waktunya tumbuh gigi. Saat akan munculnya gigi pertama pada bayi pasti disertai demam."

"Sebenarnya tidak hanya pada bayi, kita saja yang sudah dewasa juga akan demam jika akan tumbuh gigi. Saya resepkan obat saja ya, Dok?" ucap dokter anak tersebut dan diangguki oleh Leonard.

Bayi yang akan tumbuh gigi biasanya akan rewel karena rasa tidak nyaman pada gusi. Selain itu rasa nyeri pada gusi tak jarang membuat anak-anak menjadi demam.

Leonard dan Eleanor pun meninggalkan rumah sakit.

Eleanor melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Masih ada waktu untuk bertemu dengan supplier. Akhirnya, dia meminta ijin pada Leonard untuk bertemu dengan supplier.

"Kami akan menunggumu, tenang saja kami tak akan mengganggu," ucap Leonard ketika Eleanor menatapnya penuh tanda tanya.

Saat ini mereka bertiga sudah sampai di kantor Eleanor. Leonard memaksa ikut masuk sambil menggendong baby Abraham. Seperti tidak rela melepas Eleanor pergi sendiri.

Sampai di ruangan, Eleanor sudah ditunggu oleh supplier di ruang meeting. Eleanor dan sekretarisnya segera memasuki ruang meeting. Leonard mengikuti langkah Eleanor dan sekretarisnya.

Merasa ada yang mengikuti, Eleanor pun menoleh saat akan memasuki ruang meeting.

"Le, aku meeting kenapa kamu mengikuti aku terus?" ujar Eleanor kesal.

"Sudah aku bilang tadi, kami ikut. Kami tak akan mengganggu," sahut Leonard dengan senyum dibuat semanis mungkin.

"Hhh... terserah kamu saja!" ucap Eleanor akhirnya menyerah, terpaksa mengijinkan mantan suaminya ikut masuk ke ruang meeting.

Leonard memilih duduk di sudut ruangan. Dia masih menggendong baby Abraham sembari mengajaknya baby tersebut berbicara. Suara tawa baby Abraham sangat berisik dan mengganggu perbincangan bisnis di ruang rapat tersebut.

"Leonard, please!" teriak Eleanor sudah tidak tahan lagi.

Mendengar sang mommy teriak baby Abraham pun menangis dengan sekuat tenaga. Sepertinya bayi itu merasa dirinya dimarahi oleh ibunya.

"Sshhh... diam, Sayang. Mommy tidak marah kok. Kamu tenang ya, ada Daddy di sini," ucap Leonard menenangkan baby Abraham.

*

*

*

Maaf baru bisa up, setiap Senin ada acara RL yang tidak bisa saya tinggalkan. Selain itu si bocil demam, jadi tidak bisa konsentrasi untuk menulis 🙏🙏🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!