NovelToon NovelToon

Menikah Lagi Untuk Balas Dendam

Penghianatan

Jantung wanita itu nyaris saja berhenti berdetak ketika dengan mata kepalanya sendiri Ia melihat bagaimana suaminya mengecup bibir wanita la!n. Melupakan sumpah sehidup semati di hadapan Tuhan, melupakan wanita yang telah menjadi pendamping hidupnya selama dua tahun.

Pantas saja Dion sibuk setiap waktu, dan sekarang ia tahu kenapa. Ternyata perhatiannya yang teralih, dirampas oleh kesibukan menyenangkan diri. Mempecundangi komitmen, memasabodohkan tanggung jawab sebagai suami.

Badai di dada Erica pecah menjadi air mata. Sesaat ia hilang kewarasan, dengan brutal wanita berkaca mata dan berpakaian sedikit kedodoran itu mendobrak pintu di hadapannya, dan membuat dua insan manusia yang sedang berg*lat panas di dalam sana terkejut setengah mati.

"Erica!!"

"Dasar penghianat!! Jadi ini yang selama ini kalian berdua lakukan di belakangku?!" bentak Erica penuh amarah. "Dan kau, Sa-Ra...Di mana rasa malumu dan hati nurani mu?! Dia suamiku, adik ipar mu, tapi kenapa kau malah merampasnya dariku? KENAPA?!"

"ERICA CUKUP!!" bentak Dion dengan suara meninggi. "Aku sudah muak dengan semuanya. Dan aku sudah bosan dengan wanita sepertimu!! Aku sudah tidak mencintaimu lagi, kau memuakkan. Aku malu memiliki istri jelek sepertimu!!"

"Kalau begitu ceraikan saja aku!!" teriak Erica di depan wajah Dion.

"Ya, memang itu yang akan aku lakukan. Aku memang akan menceraikan mu, bahkan tanpa kau minta sekalipun!! Pergi dari sini dan kemasi semua barang-barang mu!! Aku.. tidak Sudi lagi hidup dengan wanita jelek dan tak berguna sepertimu!!"

"KALIAN BERDUA IBLIS, TUNGGU DAN LIHAT SAJA BAGAIMANA AKU AKAN MENGHANCURKAN KALIAN BERDUA!!" ucapnya dan pergi begitu saja.

.

.

Erica hilang kewarasan, wanita itu menyusuri jalan dengan linglung. Wajahnya sembab dan air matanya tak henti-hentinya menetes.

Jalanan ramai tak menghentikan tangisnya yang menganak sungai di pipi. Hatinya hancur berkeping-keping.

Bayangan ketika Dion mem*ngku wanita lain dan memanjakan wanita itu seperti lelaki bebas. Erica marah pada ketidakadilan ini, dan terluka parah oleh ekspresi gembira suaminya.

Ia marah pada senyum yang selalu membuatnya jatuh cinta, yang kini diberikan gratis pada wanita lain yang sebenarnya adalah kakak tiri Erica sendiri. Mengapa Dion berlari ke pelukan lain, ketika sebagai istri ia sudah berusaha menyediakan semua. Segalanya, hingga cinta untuk diri sendiri pun ia kesampingkan.

Kedua matanya yang tertutup rapat, mengirisnya demikian dalam. Ia seperti tak mengenal pria itu.

Bukan Dion Martadinata yang dihormatinya, yang menghargai nilai-nilai kesetiaan yang selama ini selalu dia junjung tinggi, meski usia mereka terpaut sepuluh tahun, bukan pria yang meminta tanggung jawab atasnya dan memohon supaya ia mau menjadi ibu dari keturunan.

Apa salahnya? Apa kurangnya? Erica tidak tau kenapa takdir begitu kejam pada dirinya. Kenapa harus semua terenggut dari hidupnya, bahkan satu-satunya hal yang menjadi sumber kebahagiaannya.

Apakah dia tak layak bahagia? Apakah dia tak pantas mendapatkan cinta yang tulus? Erica tak tau lagi, dia tak ingin mau tau lagi. Semua terlalu menyesakkan di dadanya.

TINNN....

BRAK...

Orang-orang berhamburan dan mengerumuni wanita yang nyaris saja menjadi korban kecelakaan. Tapi wanita itu tak sadarkan diri bukan karena terhantam badan mobil melainkan karena terlalu syok. Tidak ada luka sedikit pun pada tubuhnya.

Seorang pria muda terlihat keluar dari mobil mewah yang dikemudikannya yang nyaris saja memakan korban itu. Pria itu itu menghampiri kerumunan dan mendapati seorang wanita tengah tak sadarkan diri.

Tanpa sepatah kata pun pria itu mengangkat tubuh si wanita yang pastinya adalah Erica dan memasukkan ke dalam mobilnya.

Meski mobil kembali di hidupkan dan mobil mewah itu mulai melaju meninggalkan lokasi kecelakaan. Di tengah kesibukannya mengemudi. Pria itu terlihat mengutak-atik ponselnya kemudian menghubungi seseorang.

"Siapkan pakaian ganti untuk wanita ini, air untuk mandi dan juga kamar. Aku nyaris saja menabrak seseorang dan saat ini dia sedang tak sadarkan diri di dalam mobilku."

"APA?! KAU NYARIS SAJA MENABRAK ORANG? BAGAIMANA BISA?!"

"Berhentilah bertanya dan lakukan saja yang aku perintahkan!!" dan lelaki muda nan tampan itu memutuskan sambungan telfonnya begitu saja. Ia terlalu malas mendengar ocehan orang yang ia hubungi itu."

-

-

"Dion, kenapa kau setuju untuk bercerai darinya begitu saja? Apa kau lupa, tanpa tanda tangan darinya kita tidak bisa menikmati semua harta yang di tinggalkan oleh mendiang ayahmu?"

Dion membuka matanya setelah mendengar ucapan Sarah, bagaimana dia tidak memikirkan hal itu? Bagaimana dia bisa lupa jika wanita yang baru di talaknya itu memegang stempel dan wewenang atas seluruh harta kekayaan keluarganya.

"Sialan, kenapa kau tidak mengingatkan dari tadi? Kenapa sekarang kau baru memberitahuku?" bentak Dion marah.

"Bagaimana aku mau mengingatkanmu sedangkan kau saja sudah seperti orang kesetanan. Sebaiknya segera cari dia dan minta maaf padanya sebelum semuanya terlambat. Dia sangat mencintaimu, pasti dia akan memaafkan mu jika kau memohon dan memintanya untuk kembali."

Dion mengacak kasar rambut hitamnya."Arkhh, benar-benar merepotkan." Dion mengeram marah. Pria itu memakai kembali pakaiannya dan pergi begitu saja.

-

-

Erica membuka matanya dan mendapati dirinya berada di dalam ruangan asing. Ruangan itu di dominasi warna putih dan gold yang elegan. Erica mencoba bangkit dari berbaring nya, sebelah tangannya mencengkram kepalanya yang serasa ingin pecah.

Wanita cantik itu tak tau di mana dia berada saat ini. Ruangan itu begitu asing.

"Nona, Anda sudah sadar?" tegur seorang wanita saat melihat Erica yang sedang duduk bersandar di atas tempat tidurnya.

"Ini di mana? Dan bagaimana aku bisa ada di sini?" tanya Erica penasaran.

"Tuan muda yang membawa Anda kemari, dan beliau juga yang meminta kami untuk membersihkan tubuh Anda serta mengganti pakaian yang Anda kenakan tadi." Jelas pelayan itu.

"Lalu di mana, Tuan Muda mu sekarang?" tanya Erica pada pelayan itu.

"Beliau sudah terbang ke China satu jam yang lalu. Dan mungkin baru kembali Minggu depan, dan tuan muda berpesan supaya Anda tidak merasa sungkan. Semua yang Anda butuhkan telah tuan muda siapkan. Jadi sebaiknya Anda tidak pergi kemanapun sebelum tuan muda kembali."

Erica tak memberikan jawaban apa-apa. Sebagai gantinya wanita itu menganggukkan kepala.

Setelah pelayan itu pergi. Di dalam ruangan itu hanya ada Erica sendiri. Wanita itu berjalan menuju jendela yang ada di sisi ranjang besarnya. Di luar sudah semakin gelap dan langit malam penuh dengan jutaan bintang serta sang Dewi malam berpendar di atas singgah sananya.

Erica menutup matanya. Wanita berdarah campuran itu mencoba meredam rasa sesak yang menghimpit dadanya. Terlalu menyakitkan sampai-sampai membuatnya ingin mati.

Dikhianati oleh dua orang yang paling dia percaya membuat hati Erica hancur berkeping-keping. Erica ingin sekali pergi sejauh mungkin dari dunia ini dan pergi ke tempat di mana hanya kebahagiaan yang bisa dia temukan. Tapi jika dia melakukannya maka Erica hanya akan menjadi pengecut.

"Tunggu dan lihat saja bagaimana aku akan menghancurkan kalian berdua. Suatu saat nanti aku pasti akan kembali sebagai neraka kalian berdua!!"

-

Bersambung.

Menikahlah Denganku!!

Suara cicit burung yang bertengger di atas dahan membuat kedua mata Erica terbuka. Wanita itu mencoba bangun dari berbaring nya lalu merubah posisinya menjadi duduk.

Saat melihat jam dinding waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi. Ia mengernyitkan kening bingung, tumben suaminya tidak membangunkannya untuk membuat sarapan?

Masih dengan menggunakan pakaiannya yang tadi malam, Erica turun dari tempat tidur dan keluar kamar, rasa haus membuatnya berjalan menuju dapur. Tampaknya wanita cantik ini belum menyadari keadaan di sekitarnya.

"Mau ke mana, Nona?" seorang wanita tampak menyapanya.

"Dapur, aku haus …"

"Maaf. Tapi, dapurnya bukan ke arah situ."

Erica memperhatikan sekelilingnya, akhirnya ia sadar kalau ini bukan rumahnya. Wajah cantik itu berubah menjadi sendu. Ia akhirnya ingat kalau sekarang dirinya tidak lagi tinggal di rumahnya melainkan kediaman pria penolongnya.

"Dapurnya ke arah sini, Nona. Mari saya antar," kata wanita itu lagi.

Sesampainya di dapur, Erica disambut oleh beberapa pelayan yang berbaris rapi. Mereka menunduk hormat padanya saat ia memasuki dapur tersebut. Dan hal itu membuat ia merasa tidak nyaman. Karena seumur-umur baru kali ini dirinya di perlakukan seistimewa ini oleh orang lain.

"Selamat pagi, Nona." Keempat pelayan tersebut memberi salam.

"Ya, selamat pagi." Balasnya kaku.

Erica merasa jika dirinya sudah seperti nyonya besar karena di layani dan di perlakukan seistimewa ini. Wanita yang pertama kali menyapanya tadi mengambil tempat di samping Erica dan memperkenalkan dirinya.

"Nona, perkenalkan nama saya Via, saya adalah kepala pelayan di mansion ini. Saya yang akan bertugas melayani, Nona. Seperti permintaan tuan muda."

Erica hanya tersenyum menyikapi ucapan kepala pelayan itu. Entah dia harus merasa senang atau malah sebaliknya. Rasanya begitu aneh dan tak masuk akal, jika dirinya yang hanya orang asing tiba-tiba di perlakukan seistimewa ini.

"Tidak perlu sampai seperti ini, Via. Lagipula aku tidak terbiasa mendapatkan perlakuan seistimewa ini." Ucapnya.

"Tidak perlu merasa sungkan, Nona. Dan anggap saja jika Anda berada di rumah sendiri."

Erica menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Ya, baiklah."

Seorang pelayan menghampiri mereka berdua untuk memberitahu jika sarapan untuk Erica telah siap.

Setelah mandi dan sarapan, Erica memutuskan untuk berjalan-jalan di taman belakang Mansion yang di tumbuhi oleh berbagai bunga yang sangat cantik dan indah.

Tentu tidak hanya sendiri, ada beberapa pelayan yang menemaninya. Erica benar-benar merasa sangat tidak nyaman tapi juga terkesan. Ternyata masih ada orang yang bisa bersikap baik padanya.

Mansion keluarga Nero. Adalah sebuah mansion mewah yang terletak jauh dari keramaian kota. Mansion itu berdiri di atas sebuah lahan yang sangat luas. Erica sangat penasaran dengan sosok tuan muda yang memiliki mansion itu. Apalah lelaki muda yang sangat tampan atau malah sebaliknya.

Sosoknya begitu misterius, bahkan Erica tak menemukan satu pun fotonya yang tergantung di dinding Mansion, selain satu foto yang tubuhnya menghadap ke belakang dengan posisi wajah menoleh ke samping.

Pria itu memiliki tinggi sekitar 178 cm. Tidak hanya terlihat tampan, tapi juga cantik. Erica ingin tau apa alasan pria misterius itu menolong dirinya, apakah karena ada maksud terselubung atau karena rasa bersalah, dan Erica harus tetap waspada. Bagaimana pun juga dia adalah pria asing dan mereka tak saling mengenal sebelumnya.

-

-

"Bagaimana dengan wanita itu? Apa kau sudah menyelidiki tentang latar belakangnya?"

Kevin Nero melemparkan dokumen yang ada di tangannya ke atas meja kerjanya. Tatapan dingin dan tajam yang mengintimidasi membuat nyali pria yang berdiri di depannya langsung menciut.

"Sudah, Tuan Muda. Namanya Erica Song. Dia adalah putri tunggal, ibunya meninggal ketika dia berusia 10 tahun, kemudian ayahnya menikah lagi dengan seorang janda beranak satu. Dia baru saja di cerai oleh suaminya yang menjalin hubungan gelap dengan kakak tirinya. Dan mantan suaminya adalah putra dari keluarga Martadinata."

Kevin menyeringai. "Bagus sekali. Ini sungguh kebetulan yang sangat manis. Urus kepulanganku hari ini juga, dan sisa pekerjaan di sini aku serahkan padamu!!"

Pria itu membungkuk dan mengangguk pasrah."Baik, Tuan Muda."

-

-

Sarah menghampiri Dion yang sedang duduk termenung di ruang keluarga. Wanita itu mendengus berat. Dengan kasar Sarah menarik pakaian Dion hingga mau tidak mau dia mengangkat wajahnya.

Dengan kasar Dion menyentak tangan Sarah dan balas menatapnya tajam. "Berhentilah bersikap kurang ajar," geram Dion setengah kesal.

Sarah yang merasa geram langsung menampar Dion dengan sangat keras. "YAKK!! APA YANG KAU LAKUKAN?!" bentaknya marah.

"Sampai kapan kau akan diam saja seperti orang bodoh? Kau pikir dengan kau diam dan bermalas-malasan seperti ini bisa membuat wanita itu kembali? Tidak!! Dia menghilang, seharusnya kau terus mencarinya!!"

"Kenapa tidak kau sendiri saja yang mencarinya? Kau pikir mudah menemukannya? Bagaimana jika dia bunuh diri dan mati? Apa aku harus mencari dan menyusulnya ke neraka?! Pergilah, aku muak melihatmu disini."

"DION MARTADINATA!!"

Dengan emosi, Sarah pergi meninggalkan kediaman kekasihnya. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan sikap Dion. Tapi Sarah mencoba untuk memakluminya. Sarah mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang ditengah langkahnya.

"Aku ingin kau mencari seseorang untukku, aku akan segera mengirimkan fotonya padamu."

-

-

Erica beranjak dari duduknya saat mendengar deru suara pesawat mengudara di atas mansion mewah tersebut. Erica berlari ke arah balkon dan melihat sebuah jet pribadi landing di sebuah lahan kosong yang sangat luas di belakang mansion.

Dari tempatnya berdiri, Erica dapat melihat seorang pria keluar dari pesawat itu. Tapi wajahnya tidak terlihat jelas karena memang jaraknya yang cukup jauh. Tapi dia yakin jika pria itu adalah tuan muda di mansion ini.

"Nona, tuan muda telah tiba. Sebaiknya Anda bersiap-siap, beliau akan menemui Anda tiga puluh menit lagi. Kami telah menyiapkan pakaian yang akan Anda kenakan dan beberapa pelayan akan membantu Anda ber make up." Ujar seorang pelayan.

"Memangnya harus ya?" pelayan itu mengangguk. Erica mendesah berat. "Baiklah, aku akan bersiap sekarang."

.

.

Erica menuruni tangga melingkar menuju ruangan di mana si tuan muda telah menunggunya. Tubuh rampingnya dalam balutan gaun panjang berwarna merah berlengan yang terbuka di bagian bahu dan punggungnya.

Rambut panjangnya di biarkan tergerai dan di tata sedikit bergelombang, wajah cantiknya dalam polesan make up tipis dan tak ada lagi kaca mata tebal yang bertengger di hidung mancungnya. Erica benar-benar terlihat berbeda.

Pintu ruangan itu di buka oleh seorang pria yang berdiri di depan pintu. Erica di persilahkan untuk masuk ke dalam ruangan tersebut. Jantung Erica berdegup kencang hanya dengan melihat punggung pria bermarga Nero tersebut.

Pria itu masih berdiri dalam posisi memunggungi. Dan berbalik ketika dia menyadari kedatangannya. Dan sekarang Erica bisa melihat seperti apa rupa pria penolongnya. Pria tampan namun juga terlihat cantik, berwajah dingin namun penuh pesona.

Erica menghampiri pria bermarga Nero tersebut yang langsung mempersilahkannya untuk duduk.

"Langsung saja pada intinya. Menikahlah denganku, dan aku akan membantumu membalas dendam pada dua sampah itu!!"

-

Bersambung.

Membuat Kesepakatan

Kesepakatan pun di buat. Erica telah menyetujui untuk menikah dengan pria penolongnya itu. Erica telah bertekad untuk membalas dendam pada mantan suami dan kakak tirinya.

Ia akan membuat mereka berdua membayar mahal atas apa yang telah mereka perbuat padanya, dan Erica tidak akan membiarkan mereka bahagia di atas kesaktiannya.

Kevin menghampiri Erica dan memberikan sebuah cincin berlian padanya. "Untuk apa cincin ini?" tanya Erica kebingungan.

"Itu adalah cincin turun temurun milik keluarga Nero. Karena kau telah menyetujui untuk menikah denganku, maka kau berhak memakai cincin itu karena mulai sekarang kau adalah menantu keluarga ini. Dan mulai sekarang namamu bukan lagi, Erica Song, melainkan Stella Nero."

"Bahkan namaku pun harus di ganti?"

"Ya," pria itu mengangguk. "ini adalah kartu tanda penduduk, akta kelahiran dan pasport baru milikmu. Dan semua atas nama, Stella Nero. Ini buku nikah kita, dan pernikahan kita sudah sah di mata hukum dan agama. Mulai sekarang kita adalah suami-istri."

Mata Erica, bukan tapi Stella membelalak sempurna setelah mendengar penjelasan dari pria yang telah resmi menjadi suaminya itu.

Bagaimana Stella tidak terkejut, mereka menjadi sepasang suami-istri tanpa mengadakan upacara pernikahan dan semacamnya. Apakah pepatah yang mengatakan Jika uang benar-benar berkuasa di atas segalanya' itu menang benar adanya?

"Tapi aku dan dia belum resmi bercerai, jadi bagaimana kita bisa menjadi suami-istri?" Stella menatap penasaran pria di depannya.

"Apa kau meragukan ku? Memangnya apa yang tidak bisa aku lakukan jika uang sudah berbicara? Dan ini adalah surat perceraian mu dengan pria itu. Bahkan tanda tanganmu dan dia ada di sana."

"Tanpa sidang? Dan bagaimana kau bisa mendapatkan tanda tangan kami? Apakah kau memalsukannya?"

"Apa tanda tangan itu terlihat palsu?" Kevin menatap Stella, dan wanita itu menggeleng.

Itu adalah tanda tangannya dan Dion. Jika itu tiruan pasti hasilnya tidak akan sesempurna itu. Dan yang menjadi pertanyaannya, dari mana Kevin mendapatkan tanda tangan tersebut?

"Kau tidak perlu banyak berpikir hanya karena tanda tangan itu. Yang terpenting adalah kau dan dia bukan suami-istri lagi. Dan mari kita menjadi partner yang saling menguntungkan."

Stella menatap tangan Kevin yang terulur ke depan. "Dan aku jamin kau akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar dari kerja sama ini." Imbuhnya melanjutkan.

Stella menarik napas panjang dan menghelanya. Wanita itu mengangkat tangan kanannya dan membalas uluran tangan Kevin, mereka saling berjabat tangan.

"Pertama-tama, aku akan membawamu ke salon terlebih dulu, kau perlu merubah model dan gaya rambutmu. Kau juga perlu melepas behel di gigimu, karena itu terlalu mencolok."

"Jangan sampai memotong rambutku, aku tidak suka rambut pendek."

"Tidak masalah, kita hanya perlu merubah warna dan modelnya saja. Selama ini kau terlalu sederhana, Nona. Dan aku akan menjadikanmu sebagai bintang utamanya. Ayo, mobilnya sudah menunggu."

Keduanya pun berjalan beriringan menuju halaman utama. Di mana mobil yang akan membawa mereka ke salon telah menunggu.

Stella mengepalkan tangannya, hari ini dia terlahir kembali sebagai karakter yang berbeda, dia akan membalas semua perbuatan buruk mereka padanya di masa lalu. Tak ada ampun dan kata maaf, Stella pasti akan menghancurkan mereka sehancur-hancurnya.

-

"Tuan, Nero. Bagaimana menurut Anda?"

Kevin langsung bangkit dari duduknya saat melihat sosok yang sedari tadi dia tunggu datang dengan penampilan barunya. Stella benar-benar berubah 180° dari penampilan sebelumnya.

Kevin menghampiri Stella yang masih berdiri di posisinya. Laki-laki itu mengulurkan tangannya pada wanita di depannya itu.

"Ayo, sudah saatnya kita pergi dari sini." Stella tersenyum. Wanita itu menerima uluran tangan suami barunya, dan keduanya berjalan beriringan meninggalkan salon kecantikan.

Tapp...

Langkah kaki Stella terhenti saat iris Almondnya menangkap pemandangan yang membuat amarahnya memuncak. Mantan suaminya tengah bercumbu mesra dengan seorang wanita di dalam mobilnya.

Bukan karena ia merasa cemburu, ia marah karena Dion tidak merasa bersalah sedikit pun setelah apa yang telah dia perbuat padanya.

"Itu mantan suamiku, dan wanita yang bercumbu dengannya adalah kakak tiriku. Lihatlah, betapa memuakkannya mereka berdua."

"Bersabarlah sebentar lagi, karena permainan yang sebenarnya baru akan di mulai." Stella menoleh dan membalas tatapan suami barunya.

"Bagaimana jika aku memberikan sedikit pelajaran pada mereka? Hanya sedikit, anggap saja sebagai pembukaan."

"Apa yang akan kau lakukan?"

Stella menyeringai. "Tunggu dan lihat saja." Wanita itu beranjak dari hadapan Kevin dan pergi begitu saja.

Kevin memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Dia sangat penasaran dengan apa yang akan Stella lakukan, apakah dia akan memberikan sebuah kejutan yang hebat atau tidak. Wanita itu terlihat memasuki sebuah restoran mewah yang tak jauh dari lokasinya saat ini.

Sepuluh menit kemudian Stella keluar dari restoran itu dengan penampilan berbeda, dia memakai wig hitam sebahu dan sebagain rambutnya di selipkan ke belakang telinga. Tak lupa kaca mata dan rok sepannya yang sedikit di naikkan hingga di atas lutut.

Stella mengetuk kaca mobil Dion, dan apa yang dia lakukan tentu saja mengejutkan dua orang yang sedang bercumbu panas di dalamnya. Beruntung tidak ada orang lain lagi yang menyadari kegilaan mereka karena kaca mobil Dion lumayan gelap.

"Saya asisten, tuan Hong. Dan dia menitipkan makanan serta minuman ini untuk Anda, Tuan Martadinata. Beliau mengundang Anda untuk makan malam dan ternyata Anda tidak bisa datang. Beliau meminta supaya Anda memakannya, atau beliau akan sangat kecewa."

Stella menarik tangannya yang tiba-tiba di genggam oleh Dion. "Dan sebaiknya Anda berlaku sopan," Sorot matanya dingin dan tajam.

"Katakan pada tuan Hong, terimakasih untuk makanannya."

"Akan aku sampaikan."

Stella nyaris tak percaya jika Dion dan Sarah benar-benar tidak mengenalinya setelah Kevin merombak total penampilannya. Wanita itu menyeringai dingin di tengah langkahnya. Dia mulai menghitung mundur, dan tepat hitungan ke satu, keributan pun terjadi. Di mana mereka berdua saling menyalahkan setelah hal memalukan terjadi.

"Apa yang kau masukan ke dalam makanan dan minuman itu?" tanya Kevin penasaran.

Stella menarik turun wig nya dan menurunkan bagian rok sepan nya hingga sebatas lutut. Wanita itu tersenyum dingin.

"Obat pencuci perut, setidaknya obat itu akan bereaksi selama satu hari penuh. Dan bodohnya mereka tidak menyadari jika Hong Min telah lama meninggal." Tuturnya.

"Ternyata kau lebih cerdas dari yang aku kira. Dan apa kau siap untuk permainan yang lebih menyenangkan dari ini?" Kevin menarik Stella lebih dekat dan membunuh jarak diantara mereka.

Dan apa yang Kevin lakukan tentu saja membuat Stella menegang. "Kenapa kau harus setegang ini, Sayang? Bukankah kita sekarang adalah suami-istri?" pria itu menyeringai.

"Aku tau dan aku tidak lupa, tapi lihatlah. Kita menjadi pusat perhatian, banyak pasang mata yang melihat kearah kita "

"Aku tidak peduli, anggap saja mereka sebagai sekumpulan nyamuk yang sedang kelaparan."

"Kau gila!!"

-

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!