Pagi itu Risty sarapan bersama paman dan bibinya yang sekarang menjadi orangtua angkatnya.
"Risty.. Papa mau ngomong serius," ucap laki-laki paruh baya yang berada didepannya itu.
"Ngomong tentang apa pah?" tanya Risty pada papa angkatnya.
"Papa ingin kamu nikah dengan anak sahabat papa," ucap Pak Haris dengan serius.
"Apa nikah? Ta.. tapi aku belum siap pah, aku masih ingin fokus dengan karirku saat ini,"
Risty terkejut dengan ucapan papa angkatnya itu, dia dipaksa menikah disaat karir dan perusahaannya sedang diatas dan membuatnya menjadi tidak berselera untuk sarapan.
"Mau sampai kapan sayang! Umurmu sudah 25 tahun, kalau tidak dipaksa begini kamu akan terus-terusan gila kerja dan tidak memikirkan tentang pernikahan lalu kapan mama akan dipanggil "Oma" mama sudah ingin sekali menimang cucu!" tukas Bu Hana.
Risty hanya menghela nafasnya panjang, berdebat dengan kedua orangtua angkatnya hanya sia-sia saja, mau tidak mau dia harus mengikuti keinginan mereka karena kebaikan kedua paman bibinya, Risty menjadi wanita sukses seperti sekarang. Dia bisa membiayai kuliah kedua adik kembarnya serta kebutuhan ibunya karena dia telah dipercayakan pamannya untuk mengelola perusahaan milik pamannya itu.
"Baiklah apapun yang membuat papa dan mama bahagia akan aku lakukan," ucap Risty kemudian memeluk kedua orangtua angkatnya dengan sayang.
Risty Azalea Gadis berusia 25 tahun, dia adalah putri pertama dari Bu Aminah dan Almarhum Pak Heru kakak dari Pak Haris. Kehidupan keluarga Risty begitu sederhana, ayahnya hanya buruh tani dan ibunya menjadi buruh cuci rumahan.
Adik kembar Risty berjenis kelamin berbeda, adik laki-lakinya bernama Reifan dan adik perempuannya bernama Riana, saat ini mereka kuliah semester akhir.
Risty adalah seorang gadis yang desa yang memiliki karakter yang kuat, dia adalah gadis yang tegas, pemberani, cantik dan cerdas.
Sayang kisah perjalanan cintanya berakhir dengan pahit. Dia pernah menjalin hubungan dengan teman kuliahnya, anak seorang lurah dari desa tetangga. Tapi hubungannya itu ditentang mentah-mentah dari orangtua pasangannya karena perbedaan status keluarga mereka, tak hanya ditentang bahkan orang tua kekasihnya itu juga menghina status keluarganya secara terang-terangan. Dan pada akhirnya sang pujaan hatinya menikah dengan wanita pilihan orangtuanya.
Semenjak penghinaan itu dia bertekad menjadi wanita yang sukses dan ingin menaikkan derajat kedua orangtuanya, tapi belum sempat dia sukses ayahnya mendadak sakit dan meninggal.
Flashback On
Pada Saat pemakaman ayahnya, Pak Haris dan Bu Hana datang mengucapkan bela sungkawa pada kakak iparnya.
Bu Aminah sangat sedih dan terpukul akan kematian suaminya, dia sedih memikirkan bagaimana bisa dia membiayai sekolah kedua anak kembarnya yang masih kelas 1 SMA dan memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka, sedangkan Risty membiayai sekolahnya sendiri dengan bekerja menjadi admin olshop terkenal di kota kecil tempatnya kuliah.
Pak Haris dan Bu Hana melihat kerisauan kakak iparnya, dan pada saat itu juga dia berkata pada Bu Aminah ingin mengangkat Risty menjadi putri angkatnya. Mereka berdua belum dikaruniai keturunan sampai saat ini, sejak dulu mereka meminta kakaknya agar memberikan satu anaknya, tapi Pak Haris yang sangat menyayangi ketiga anaknya tidak tega jika harus memisahkan mereka bertiga.
"Kak Minah, maaf kalau aku lancang mengatakan ini," ucap Pak Haris ragu-ragu, "Tolong biarkan kami merawat dan membiayai kuliah Risty di Ibukota, agar beban kakak sedikit berkurang, kami juga akan mengirimkan biaya sekolah dan kebutuhan untuk si kembar,"
Bu Aminah yang mendengar itu, sontak sedikit terkejut sebenarnya dia sangat berat jika berjauhan dengan putrinya tapi dia tidak ada pilihan. Dia hanya buruh cuci, upahnya hanya bisa untuk makan sehari-hari saja, dia hanya ingin ketiga anaknya tidak kekurangan dan masih bisa melanjutkan sekolah mereka.
"Benar Kak Minah, selama ini Risty hanya kuliah di universitas swasta biasa disini, sangat disayangkan sekali dengan prestasi dan kecerdasannya seharusnya dia bisa kuliah di Universitas yang terbaik," Bu Hana menambahkan.
"Kakak jangan khawatir, Risty akan sering pulang kerumah untuk menengok kakak dan adik kembarnya, kami tidak akan pernah melarangnya," Pak Haris meyakinkan.
"Aku tidak tahu harus berkata apa, aku masih tidak bisa membuat keputusan apapun, walaupun aku tau bantuan dari kalian memang sangat aku butuhkan saat ini, tapi semua keputusan ada pada Risty, biarkan dia memilih mana yang bisa membuatnya nyaman," ucap Bu Aminah dengan nada lemah dengan tatapan kosongnya.
Risty yang sedari tadi mendengarkan percakapan mereka akhirnya mendekati ketiga orang paruh baya itu, menyalami paman dan bibinya.
"Bagaimana sayang? Apakah kamu mau tinggal bersama paman dan bibimu?" tanya Bu Aminah.
"Aku mau bu, aku ingin mengukir mimpiku di kota besar dan suatu saat menjadi wanita sukses kebanggaan ibu dan almarhum ayah," ucap Risty dengan yakin.
Seketika ucapan Risty membuat paman dan bibinya tersenyum bahagia, mereka membayangkan rumahnya mungkin tak lagi sepi dengan keberadaan Risty.
"Baiklah nak, persiapkan semua yang kamu perlukan, minggu depan ikutlah paman dan bibimu ke Ibukota, ibu selalu mendoakan yang terbaik untukmu nak," ucap Bu Aminah memaksakan untuk tersenyum. Baginya masih berat jika harus merelakan putrinya jauh dari jangkauannya.
"Baik bu," ucap Risty kemudian memeluk ibunya dengan erat.
Flashback Off
Satu Minggu telah berlalu, lusa keluarga mempelai pria akan melamar Risty secara resmi. Ada perasaan bahagia sekaligus deg-degan yang berkecamuk dihati Risty.
Dua hari lalu papanya memberikan foto Bima Arya Dalwyn, calon suaminya. Laki-laki blasteran Inggris dan Jawa itu nampak sangat tampan dan mempesona. Siapapun yang melihatnya pasti akan jatuh cinta pada laki-laki rupawan itu dan hal serupa pun juga dirasakan Risty. Hanya dengan melihat fotonya saja Risty langsung jatuh cinta, tak bisa dipungkiri kesendirian yang terlalu lama membuatnya haus akan kasih sayang seorang laki-laki. Dia masih sangat trauma menjalin suatu hubungan, dia takut terluka, dia takut merasakan patah hati kembali. Walaupun saat ini dia sudah lebih cantik dari saat berada di desanya dulu, gayanya yang sekarang terlihat semakin cantik dan elegan, karirnya pun juga cemerlang. Tapi Itu semua belum cukup menyembuhkan rasa rendah dirinya.
"Bagaimana sayang? Apakah baju lamarannya sudah diantarkan dari butik?" Pertanyaan Bu Hana membuyarkan lamunan putri angkatnya.
"Sudah mah.. tapi belum aku coba, aku masih sibuk didepan laptop daritadi," jawab Risty tersenyum kikuk.
"Apanya sibuk didepan laptop, memangnya mama tidak tau kalau putri mama ini sedang melamun sambil senyum-senyum sendiri, Hemm?" goda Bu Hana.
Risty hanya tersenyum malu dan menggosok-gosokan kepalanya diperut mamanya sembari memeluk pinggang mamanya.
"Wahh.. wahhh.. putri mama sedang jatuh cinta ya ternyata, akhirnya si gadis dingin sudah mulai jatuh cinta pada calon suaminya, mama senang sekali," Bu Hana semakin menggoda putrinya.
"Mama.." rengeknya.
"Mama kira selama ini kamu kelainan karena menolak beberapa pengusaha-pengusaha ganteng yang mau PDKT," ucap Bu Hana sambil terkekeh.
"Ihhh mama.. gelitikin nih! Masa anaknya dikatain kelainan! Mama nyebelin deh!" ujar Risty yang pura-pura merajuk dan Bu Hana malah terkekeh geli.
"Iya maaf sayang, habis kamu tiap hari nempel terus sama si Yona asisten kamu yang tomboy itu, malam minggu jalan bareng makan bareng tidur bareng, kan mama jadi takut kalau kamu jatuh cinta sama dia,"
"Diiihh Mama su'udzon terus nih bawaannya, Yona itu udah punya pacar mah.. dia bukan penyuka sesama, apalagi aku! Aku aja kalau liat cowok yang bening-bening dikit langsung gemes," goda Risty sembari mengigit bibir bawahnya.
"Ehh dasar si kulkas genit! Mama kira kamu tuh kalem nggak jelalatan nggak suka liat cowok, eh ternyata malah suka bayangin yang aneh-aneh! Awas ya kalau udah punya suami genit-genit ke cowok lain!"
"Tuh kan mama su'udzon lagi.. aku tuh emang nggak begitu tertarik liat cowok mah, apalagi cowok yang sok kegantengan dan sombong! Duhh nggak banget deh mah! Paling kalau pas ketemu cowok ya cuma liat sekilas-sekilas aja, soalnya belum ada yang menarik hati sih selama ini," ucapnya tersenyum nyengir.
"Iya.. iya cantik!" Bu Hana mengecup kepala putri angkatnya dan mengajaknya mencoba gaun lamaran.
***
Sementara di Mansion milik keluarga Bima, Bima masih saja menolak untuk dijodohkan dengan putri sahabat daddy-nya itu.
"Dad, kenapa buka Kak Erlangga aja yang dijodohkan, kenapa harus aku? Kak Erlangga lebih matang dan mapan, harusnya kakak yang menikah," rengek Bima.
"Bima, kamu kan tau kakakmu sudah punya calon istri, masa mau dibatalkan pernikahannya! Bisa-bisa digebukin satu kampung dia!" ucap Pak Prabu pada bungsunya.
"Tapi kan Kak Naya nggak jelas, kadang ada kabar kadang nggak ada kabar, apa papa nggak kasihan sama Kak Erlangga digantungin terus macam jemuran!"
"Eh?" Seru Helena Dalwyn, ibu Bima dan Erlangga.
"Apa-apaan kamu bocah gemblung! Malah ngatain kakakmu! Naya itu kan sedang fokus study di luar negeri, jadi maklum kalau dia sering sibuk dan nggak sempat menghubungi kakakmu, kamu itu jangan bicara ngawur di depan kakakmu nanti dia tersinggung, untung saja dia nggak lagi dirumah!"
"Iya deh iya sorry dad, aku nggak bahas lagi tentang Kak Naya, habis akhir-akhir ini aku sering liat Kak Erlangga galau,"
"Sudah jangan bahas kakakmu lagi, mommy ingin bahas acara pernikahanmu nanti Bim, mommy udah nggak sabar rasanya!" ucap Bu Helena antusias.
"Tapi aku udah punya pacar mom! Aku nggak pingin nikah sekarang apalagi sama orang yang nggak aku cintai,"
"Bima! Jangan membantah lagi, putuskan pacarmu itu! Lagipula daddy nggak suka pacarmu itu, anak orang kaya tapi kerjanya cuma belanja, ke salon, ke club, bisanya cuma habisin duit orang tua aja!"
"Tapi dad.."
"Sudah tidak ada tapi-tapian, kemarin aku sudah kirimkan foto calon istrimu, selain cantik, saat ini karirnya sangat bagus, perusahaan dan bisnis yang berada dibawah naungannya berkembang dengan pesat,"
"Sungguh gadis yang pekerja keras dan luar biasa, daddy kagum padanya,"
"Kalau daddy sangat suka dan mengaguminya, kenapa bukan daddy saja yang menikahi gadis itu?!"
"Plakkkkkk..!"
Tamparan keras Helena menggema di ruangan keluarga milik mereka.
"Bima! Jaga sopan santunmu pada daddymu! Tidak seharusnya kamu bersikap kurang ajar pada daddymu! Kami begini karena ingin memilihkan istri yang tepat untukmu, aku yakin suatu saat kamu akan menyesal sudah membantah keputusan kami!" Bu Helena meradang dan seketika membuat Bima menjadi merasa bersalah.
"Sudah sayang kendalikan emosimu," Pak Prabu menenangkan istrinya, "Bima, maafkan daddy dan mommy jika harus memaksa, daddy memiliki hutang nyawa pada Pak Haris sahabat daddy itu, aku berjanji padanya akan membalas kebaikannya dengan menikahkanmu dengan putrinya, agar hubungan kami bukan hanya sekedar persahabatan tapi menjadi keluarga," ucap Pak Prabu sembari menghela nafasnya panjang dan melanjutkan ceritanya, "Dulu aku dan Pak Haris bekerja di tambang di sebuah pulau, sewaktu mommymu sedang mengandung kamu. Kami sama-sama memulai dari nol walaupun kakekmu orang kaya bukan berarti daddy hanya mengandalkan uangnya. Daddy mulai bekerja di pertambangan keluar dari tanah Jawa guna mencari pengalaman dan uang hasil kerja keras sendiri, kala itu tiba-tiba terjadi longsor, sedangkan daddy masih berada di bawah tanah. Semua pekerja berlarian menyelamatkan diri mereka sendiri, tidak satupun seorangpun yang berusaha menolong daddy karena resikonya sangat besar, tapi Pak Haris rela turun kebawah tanah menyelamatkan daddy dan tidak mempedulikan keselamatannya, kami bersyukur kami bisa sama-sama selamat dari tragedi itu dan bisa berkumpul lagi bersama kalian lagi. Sejak saat itu daddy berjanji pada diri sendiri akan membalas kebaikannya, menjadikan keluarga mereka menjadi bagian dari keluarga kita dengan perjodohan ini dan Pak Haris menyambut baik niat daddy dengan bahagia."
Bima terdiam mendengar cerita daddynya, dia tidak bisa membantah lagi. Dia sadar jika saat itu Pak Haris tidak menyelamatkan daddynya pasti saat ini dia akan kehilangan sosok seorang ayah. Dia berfikir untuk sementara dia akan menerima perjodohan ini, dan memikirkan langkah selanjutnya nanti.
"Kenapa daddy baru mengatakan semua ini padaku? Harusnya tidak mendadak seperti ini, jadi aku bisa mengenal lebih dekat calon istriku,"
"Bertahun-tahun daddy mencari keberadaan Pak Haris tapi tidak ada hasil, daddy akui memang kurang begitu maksimal mencarinya karena kesibukan di perusahaan, dan tidak disangka kami malah tak sengaja bertemu satu bulan lalu di sebuah pertemuan antar pengusaha di Ibukota,"
"Bima, pasti akan lebih indah kalau kalian saling mengenal dan pacaran saat kalian sudah halal, mommy yakin kamu menyukainya," ucap Bu Helena dengan lembut.
"Baiklah mom, dad.. aku menerima perjodohan ini,"
"Alhamdulillah.." ucap mereka bersamaan.
"Aku ke kantor duluan dad, mom.. Assalamualaikum.." ucap Bima sembari mencium tangan kedua orangtuanya.
"Wa'alaikumsalam.. Warahmatullahi.. Wabarakatuh.."
***
Hari ini adalah acara lamaran Bima dan Risty. Pak Prabu, Bu Helena dan Bima bersama rombongan mereka datang ke Ibukota langsung untuk melamar calon menantunya.
Hari itu adalah kali pertama Bima dan Risty bertemu secara langsung. Sejenak Bima tertegun melihat Risty yang sangat cantik dengan balutan baju kebaya modern dengan riasan make up yang soft. Sedangkan Risty memandang Bima sekilas dan menunduk lagi, jangan ditanya bagaimana perasaan Risty, dia sangat bahagia, deg-degan dan semakin jatuh hati dengan calon suaminya itu.
"Hei ada apa dengan jantungku tiba-tiba berdetak lebih kencang begini, ahh mungkin hanya perasaan kagum sesaat aja, aku akui dia memang cantik tapi hatiku hanya mencintai Vania saja, tidak ada yang bisa menggantikan Vania dihatiku," ucap Bima dalam hati.
Setelah prosesi lamaran telah selesai, pada keluarga sibuk berbincang hangat bersama dan calon mempelai pengantin duduk bersanding dengan mode sama-sama diam, hingga salah satu kerabat Bima menggoda mereka.
"Hei Kak Bim, tumben diem aja nih! Biasa juga cerewet kayak burung kakak tua," goda Zahra sepupu Bima.
Sontak Bima melotot mendengar ucapan Zahra.
"Diam kamu Ara!"
"Hallo kakak iparku, kenalkan namaku Zahra," sapa Zahra pada Risty.
"Hallo juga Zahra, aku Risty, senang berkenalan denganmu," ucap Risty dengan manis dan lemah lembut.
"Aduuhh selain cantik kakak iparku sangat manis, kok jadi ikutan jatuh cinta ya," goda Zahra sembari menyenggol bahu Bima.
Bima hanya memutar malas bola matanya mendengar godaan Zahra, Zahra adalah putri dari adik perempuan daddynya, dia sangat usil dan pandai bergaul dengan siapa saja.
Sedangkan Risty hanya terkekeh malu mendengar godaan Zahra.
"Kak Bim, apaan sih diem aja! Ajak ngobrol kek Kak Risty, masa' cewek secantik ini dianggurin! Sakit gigi apa gimana nih,"
"Dasar anak kecil ganggu aja! Sana pergi balik ke ketek mamakmu sana!" ucap Bima sembari mendorong pelan adik sepupunya.
Zahra hanya mendengus kesal dan pergi meninggalkan mereka.
"Risty.. maaf kalau adik sepupuku terus menggoda kamu, dia memang rese' dari lahir," ucap Bima tersenyum manis.
Risty yang melihat senyuman manis Bima semakin membuat hatinya berbunga-bunga, dia merasa Bima juga merasakan perasaan yang sama dengannya.
"Tidak masalah Kak Bima, aku sangat menyukainya, dia sangat bersahabat dan manis,"
"Apa kamu ingin makan atau minum sesuatu biar aku ambilkan untukmu?" tawar Bima.
"Boleh Kak, aku ingin minum jus buah saja," jawab Risty.
Kemudian Bima beranjak pergi ke meja untuk mengambilkan Risty minum, belum sempat dia mengambil ternyata ponselnya berbunyi. Dia sangat tahu siapa yang saat ini menghubunginya dan dia menjauh keluar untuk menerima telpon.
"Hallo sayang.. "
"Kamu dimana sayang?" tanya Vania.
"Apa kamu lupa sayang? Dua hari lalu aku bilang kalau aku mau lamaran dengan wanita pilihan daddyku,"
"Astaga, sakit banget hatiku!"
"Jangan bicara seperti itu sayang, aku kan sudah bilang kalau aku tidak mencintai wanita itu sama sekali sayang! Kamu jangan khawatir aku akan membuatnya meninggalkanku nantinya, kamu harus bersabar ya!" rayu Bima.
"Aku takut kamu malah jatuh cinta sama dia kalau terus-terusan tinggal bersama dia,"
"Tidak akan sayang, dia itu hanya gadis desa yang kalem dan terlihat polos sama sekali bukan tipeku, aku rasa aku bisa dengan mudah membodohinya nanti, kamu tenang saja sayang! Jangan memikirkan yang tidak-tidak!"
"Baiklah aku percaya padamu sayang, aku akan selalu setia menunggumu!"
"Terimakasih sayang, love you!"
Kemudian mereka mengakhiri sambungan telepon mereka, dan tanpa disadari perbincangan Bima telah didengar oleh Risty, yang kala itu mencarinya karena Bima tak kunjung membawakannya minum. Agar tidak menimbulkan kecurigaan Risty kembali ketempatnya duduk semula.
Hati Risty begitu hancur mendengar calon suaminya masih berhubungan dengan kekasihnya dan terang-terangan meremehkan dirinya didepan kekasihnya. Dia salah mengira, ternyata cintanya bertepuk sebelah tangan. Tangannya mengepal kuat menahan emosi, rasanya ingin sekali dia menampar calon suaminya itu.
"Br*****k! Semua laki-laki memang sama! Kamu liat saja Bima! Aku akan buat kamu jatuh cinta padaku! Ingat itu aku akan buat kamu bertekuk lutut padaku!" ucap Risty dalam hati.
Tanpa rasa bersalah Bima datang menghampiri Risty dan membawakan minum sesuai pesanannya.
"Maaf kalau lama, pasti kamu sangat haus karena menungguku, aku harus menerima telpon dari kolegaku tadi, aku minta maaf,"
"Tidak masalah Kak Bim," ucap Risty dengan senyuman terpaksa.
Setelah beberapa saat sudah disepakati bahwa pernikahan mereka akan berlangsung dua minggu lagi dan setelah acara lamaran usai, Bima dan keluarganya kembali ke kotanya.
Pak Haris dan Bu Hana mulai sibuk mempersiapkan acara pernikahan putri angkatnya dengan mewah dan meriah. Sedangkan Risty yang sudah mengetahui kebusukan calon suaminya tidak lagi antusias seperti saat akan melangsungkan lamaran kemarin.
Dia bekerja tak kenal lelah seperti biasanya menjadi seorang CEO wanita di perusahaan milik Papa angkatnya. Dia terkenal sebagai CEO wanita yang cantik dan pekerja keras, tapi sayangnya banyak lelaki yang menganggap Risty malah memiliki kelainan penyimpang karena banyak pengusaha muda yang mendekatinya malah selalu ditolaknya. Risty malah sering tertangkap kamera sering jalan dan terlihat mesra dengan Yona asisten tomboynya, padahal kenyataannya mereka hanya sama-sama suka bertingkah konyol dan persahabatan mereka begitu dekat.
Risty sedikit melamun di ruang kerjanya di kantor, dia masih sakit hati mengingat kelakuan calon suaminya itu.
"Boss.. Jangan banyak melamun! Harusnya saat ini Boss bahagia mempersiapkan pernikahan dan memilih gaun pernikahan sendiri," seru Yona pada Boss cantiknya.
"Hmmm.." Risty terlalu malas untuk menanggapi asistennya.
"Apa yang membuatmu risau Boss? Ayo ceritakan padaku, jangan ada rahasia diantara kita Boss!"
"Hmmm.." Risty hanya memutar malas bola matanya.
"Kalau Boss tidak mau cerita, kita putus saja! Sampai disini saja hubungan kita, Boss tidak menganggap ku sekarang!" ucap Yona pura-pura merajuk dan Risty hanya terkekeh.
"Coba kamu laki-lak ya Yon, mending aku lari dan nikah sama kamu aja Yon! Kamu selalu ada dan setia padaku Yon,"
"Yon.. Yon.. emang namaku YONO Boss! Udah aku bilang berkali-kali panggil aku "Nana" Boss! Boss tau nggak sampai di cafe langganan kita aku jadi sering dipanggil Mas Yono sama waiters disana!" Yona merajuk lagi dan Risty semakin terbahak.
"Iya deh iya.. Terimakasih ya Nana sayang, kamu jadi bikin moodku lebih baik, udah jangan bahas macem-macem dulu, suatu saat aku bakal cerita ke kamu kok, sekarang belum saatnya, oke!"
"Baiklah Boss cantik, udah jam makan siang nih, tunggu aku bawakan Jus dan burger kesukaanmu ya!" ucap Yona dan Risty tersenyum mengangguk, kemudian Yona berjalan keluar ruangan Risty.
Risty sangat bersyukur memiliki asisten sekaligus sahabat yang sangat mengerti dirinya.
***
Dua minggu telah berlalu kini Bima telah duduk didepan penghulu bersama mempelai wanitanya. Setelah mengucapkan ijab qobul di saksikan semua tamu dan keluarganya akhirnya mereka telah resmi menjadi suami istri. Acara mereka berlangsung di kediaman mempelai wanita, di Mansion milik Pak Haris.
Bima sedikit terkejut mengetahui bahwa Risty hanyalah putri angkat Pak Haris pada saat Ibu Aminah memperkenalkan diri sebagai ibu yang sebenarnya.
Bima merasa dia bisa membatalkan perjodohan ini karena Risty nyatanya hanya putri angkat dan Pak Haris sebenarnya tidak memiliki putri, tapi Bima masih memiliki perasaan. Dia menekan egonya agar tidak mempermalukan orangtuanya. Dia lega akhirnya dia memiliki alasan kuat untuk meninggalkan istrinya nanti demi bersama kekasih tercintanya.
Setelah rentetan acara pernikahan telah usai, kini sepasang pengantin baru itu sedang berada di kamar pengantin mereka.
Sang laki-laki telah membersihkan tubuhnya dan mengistirahatkan tubuh lelahnya di ranjang milik istrinya. Dia sedikit deg-degan juga karena baru pertama kali tidur seranjang dengan seorang wanita, dia hanya memainkan ponselnya untuk sekedar membuat matanya agar cepat mengantuk.
Tapi bukannya mengantuk, dia malah melotot dan pandangan matanya menjadi segar saat melihat pemandangan indah tiba-tiba muncul didepan matanya, dan dengan susah payah dia menelan ludahnya dengan kasar.
"Ap.. apa yang kau kenakan itu," ucap Bima tergagap sekaligus terkejut.
Dia melihat Risty yang terlihat seksi dengan gaun tidurnya berwarna hitam berbahan satin dengan tali spageti dibahunya dan panjang sampai setengah pahanya, menampilkan lekuk tubuhnya yang indah dan sintal. Rambut coklatnya juga dibiarkan tergerai indah disana.
"Aku hanya memakai pakaian tidurku, memangnya kenapa? Setiap hari aku juga begini!" ucap Risty dengan enteng.
Padahal kenyataannya saat dia belum menikah, dia selalu memakai piyama celana panjang saat dia tidur, tapi sekarang dia memiliki tujuan untuk menggoda suaminya, melakukan berbagai cara agar suaminya jatuh dalam pesonanya.
"Bisakah kamu memakai pakaian yang lebih tertutup?" ucap Bima salah tingkah.
"Aku tidak mau! Aku tidak bisa tidur kalau tidak memakai gaun tidurku ini!" ucap Risty dengan nada tegas dan cuek.
Bima sedikit terkejut melihat sisi lain dari istri barunya itu, dia kira Risty adalah wanita yang kalem dan mudah dibodohi tapi nyatanya sekarang dia menunjukan sifat aslinya.
"Oohh jadi begini sifat aslimu, oke baiklah aku juga tidak akan berpura-pura manis lagi padamu," ucapnya dalam hati.
"Aku tidak biasa tidur dilantai kamu saja yang tidur dilantai!" ucap Bima.
"Apa tidur dilantai?! Ini tuh ranjang aku, kalau Kak Bima nggak mau tidur seranjang sama aku, Kak Bima aja yang tidur dilantai! Dikira nggak dingin apa tidur dilantai! Menyebalkan!" gerutu Risty.
"Apa kamu nggak malu tidur pakai baju kurang bahan begitu apalagi tidur seranjang dengan laki-laki asing!" Bima mulai hilang kesabaran.
Dia kira bisa dengan mudah mengatur istrinya tapi nyatanya mereka sama-sama keras kepala dan tidak mau mengalah.
"Kenapa aku harus malu?! Ingat Kak Bima tuh sekarang suamiku, walaupun aku polos didepan Kak Bima juga tidak akan dosa!"
"Dasar tidak tau malu! Aku tidak akan tertarik padamu walaupun kamu t***njang sekalipun! Jangan kamu kira aku menerima perjodohan ini karena aku menyukaimu! Kamu salah! Aku lakukan semua ini hanya demi daddy dan mommyku!" ucap Bima dengan emosi dan membuang mukanya.
Ucapan Bima begitu melukai harga dirinya, lagi-lagi Bima menolaknya terang-terangan. Dia meredam emosinya dan membuang nafasnya panjang, dia terlalu malas untuk berdebat lagi dan akhirnya dia memutuskan tidur disebelah Bima. Mereka berdua tidur saling memunggungi.
Terlihat Bima sangat gelisah dan susah untuk tidur melihat pemandangan indah disampingnya yang begitu menggoda, begitu pula Risty yang tak terbiasa tidur dengan laki-laki pun sulit untuk segera terlelap.
Beberapa saat kemudian akhirnya Risty tertidur pulas begitu juga Bima, sampai mereka tidak menyadari tiba-tiba tidur dalam posisi berpelukan.
Pada pukul 02.00 dini hari Bima terbangun karena ingin ke kamar mandi dan alangkah terkejutnya dada dan kepala Risty berada dia atas dadanya sedangkan kakinya ikut memeluk kaki Bima. Lagi-lagi Bima hanya menelan ludah melihat paha putih mulus yang terekspos disana, belahan dada Risty pun tak kalah menggoda. Sentuhan Risty dan pemandangan tubuh seksinya sontak membuat sesuatu menjadi tegang dibawah sana.
"Ahh s**l.. Kalau seperti ini terus bagaimana aku bisa tahan untuk tidak menyentuhnya! Arrghhh.. pikiran macam apa ini! Fokus Bima jangan sampai tergoda, Vania-lah yang paling cantik dan terbaik," ucap Bima dalam hati.
Bima menggeser tubuh istrinya pelan-pelan agar tidak terbangun, dia berusaha memejamkan matanya agar tidak semakin tergoda dan segera beranjak ke kamar mandi.
***
Pagi telah menjelang, Risty mulai terbangun dan tidak sadar ternyata tidur memeluk suaminya, dia sedikit terkejut tapi dia juga senang. Pagi harinya diawali dengan memandang laki-laki tampan yang dicintainya, dia mulai menyentuh rahang tegas milik suaminya dan membelainya dengan lembut.
"Ehemmm.. Apa kau sudah puas mengagumiku?" ucap Bima dengan mata tertutup.
Sontak membuat Risty terkejut dan menjauhkan tangan halusnya tapi dia belum juga menjauhkan tubuhnya dari tubuh Bima.
"Ahh.. Kamu sudah bangun ternyata, apa tidurmu nyenyak suamiku?" goda Risty.
"Nyenyak bagaimana? Semalaman aku mimpi tertimpa gajah!" ucapnya dengan ketus.
Bukannya sakit hati Risty malah terkekeh.
"Mana ada gajah secantik dan semulus aku," Risty memuji dirinya.
"Dasar narsis!"
" Biarin!"
"Hei! Menyingkirlah! Bobot tubuhmu membuat badanku sakit semua!" sungut Bima.
Baginya tubuh Risty yang sintal tidak begitu berat tapi dia hanya takut tidak bisa menahan diri.
"Lebay! aku tuh ga berat cuma montok dikit! Dasar lemah!" cibir Risty.
"Apa kau bilang!" ucap Bima melotot tak percaya Risty berani mengatainya.
"Sudah.. sudah! pagi-pagi tuh harusnya diawali dengan senyuman dan bahagia bukannya bertengkar lagi!"
"Cupppp!"
Risty mengecup bibir Bima sekilas dan membuat Bima tercengang tak bisa berkata-kata.
"Morning kiss!" seru Risty kemudian berlalu ke kamar mandi.
"Blammm!!"
Bima mendapatkan kesadarannya saat mendengar suara kamar mandinya tertutup.
"Hei gadis bar-bar! Berani sekali kau menciumku!" ucapnya dengan suara meninggi.
Entah apa yang dirasakan oleh Bima, sebenarnya dia tidak begitu marah mendapatkan serangan mendadak dari istrinya, jantungnya berdegup kencang dan ada perasaan aneh yang menjalar dihatinya, tapi dia lebih mempertahankan ego dan harga dirinya dengan berpura-pura marah.
"Dasar wanita penggoda! Seenaknya saja dia mencium dan menyentuhku! Memangnya siapa dia! Kau tidak akan bisa dengan mudah membuatku jatuh cinta!" gerutu Bima.
Sedangkan dikamar mandi, jantung Risty pun tak kalah berdetak dengan kencang. Ini adalah kali pertama dia mencium laki-laki duluan, dia membuang rasa malunya demi membuat suaminya jatuh dalam pelukannya. Wajahnya bersemu merah mengingat bibir manis suami tampannya.
"Begitu menggoda untuk dicium lagi! Aku sangat suka! Tidak peduli cinta atau tidak aku tidak akan membiarkan wanita lain merebutmu sayang!" gumamnya sembari tersenyum.
Beberapa saat kemudian Risty keluar dari kamar mandi, dia memakai handuk putihnya sebatas paha dan lagi-lagi Bima hanya bisa salah tingkah melihat pemandangan indah didepannya.
"Hei kamu! Dasar wanita penggoda! Tidak bisakah kamu berpakaian yang benar didepanku! Apa kamu memang sengaja menggodaku! Cihh sayang sekali usahamu akan sia-sia!" cibir Bima sembari mengalihkan pandangannya.
Risty malah tersenyum sinis.
"Atau memang bakatmu menggoda semua laki-laki diluar sana!"
Sontak Risty menjadi emosi mendengar hinaan suaminya karena pada kenyataannya Risty tidak pernah dekat dengan lelaki manapun pasca dirinya patah hati. Tangannya mengepal kuat, Ingin rasanya dia menampar mulut pedas suaminya itu, tapi dia tidak mungkin melakukannya, bisa-bisa tamparannya akan dijadikan alasan suaminya untuk meninggalkannya saat itu juga.
Risty mendekati suaminya yang membelakanginya dan sedang duduk disisi ranjang. tanpa disangka dia malah melingkarkan tangannya dileher Bima dan duduk dipangkuan suaminya dengan masih memakai handuk.
"Apa masalahmu Tuan Bima Arya Dalwyn! Memang kenapa kalau aku wanita penggoda! Apa kamu takut tergoda olehku!" goda Risty sembari membelai rahang suami tampannya.
"Hei singkirkan tanganmu! Atau aku patahkan tanganmu! Aku tidak terima dilecehkanmu gadis bar-bar!" ucap Bima dengan tegang. Dia berusaha mati-matian agar yang berada dibawah sana tidak ikutan menegang.
"S**l! Wanita penggoda ini benar-benar gila dan tidak tahu malu! Sepertinya dia memang wanita murahan yang sudah terbiasa menggoda pria kaya! Dasar wanita jaman sekarang mana ada yang masih virgin!" ucapnya dalam hati.
Risty hanya tersenyum simpul mendengar peringatan dari Bima.
"Baiklah sayang.. Aku akan menyingkir, Sekarang mandilah dan aku tidak akan menggodamu lagi! Aku hanya takut sang perjaka tidak kuat imannya melihat pesona diriku!" ucap Risty kemudian menyingkir dari pangkuan Bima.
Bima bergegas ke kamar mandi, dia tidak membalas ucapan Risty dia sudah lelah untuk berdebat lebih panjang lagi, yang saat ini dia butuhkan hanya mandi dan segera mengisi perutnya.
***
Risty terlihat sibuk didapur menyiapkan sarapan, biasanya dia hanya dilayani oleh pelayan. Tapi saat ini dia sudah memiliki suami, dia ingin melayani suaminya sendiri dengan memasak dengan tangannya sendiri. Walaupun dia seorang CEO yang sibuk, dia sangat mahir memasak karena dia terlahir dari keluarga yang sederhana dan pekerja keras. Ibunya yang selalu mengajarkannya memasak.
Risty mulai menata masakannya di meja makan dan terlihat suaminya ngobrol akrab dengan kedua orangtua angkatnya, ibu dan adik kembarnya.
"Mari nak Bima kita sarapan bersama, sepertinya masakan istrimu membuatku semangat makan hari ini," ujar Pak Haris tersenyum bangga.
"Baik Pah.." ucap Bima tersenyum mengangguk menangapi celoteh Papa mertuanya.
Bima makan dengan lahap karena lezatnya masakan istrinya, dia tidak menyangka wanita yang terlihat bar-bar itu pandai memasak.
Hari ini Bu Aminah dan kedua anak kembarnya akan kembali ke desa, Pak Haris menyuruh Bima dan Risty untuk mengantarkan mereka.
"Nak Bima, apa kamu keberatan kalau papa menyuruhmu mengantarkan Ibu mertua dan kedua adik iparmu ke desa?"
"Tidak masalah Pah, saya dan Risty tidak akan keberatan mengantarkan Ibu dan adik ipar,"
"Kalian bisa mampir ke Vila milik papa disana! Ya.. sekalian itung-itung bulan madu singkat disana, siapa tau pulang-pulang kalian bawa kabar baik buat papa!" goda Pak Haris.
Sontak Wajah Bima dan Risty mendadak menjadi merah bersemu mendengar godaan Pak Haris.
"Apaan sih Papa nih! Lagian kami palingan disana cuma tiga hari, papa jangan mikir kejauhan dulu deh!" ucap Risty mengerucutkan bibirnya.
Pak Haris malah terbahak melihat Risty yang salah tingkah.
"Iya.. anak perawanku! Upps lupa udah nggak perawan!" godanya lagi dan semua malah ikut tertawa sedangkan Bima hanya tersenyum kecut.
"Papa..!"
"Naiklah kalian ke kamar dan bersiaplah,"
Bima dan Risty mengangguk kemudian naik ke kamar atas untuk mempersiapkan keperluan mereka.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!