Aku sedang mengantri untuk bimbingan skripsi didepan pintu ruangan Prof. Miranda. Yang selalu aku kagumi, saat tahu kalau beliau dospenku aku sangat senang.
Seorang pria blasteran Jawa Korea keluar dari pintu yang sedari tadi ku pandangi, Jeno mahasiswa nonreguler. Senyumnya merekah menampakkan deretan giginya yang terdapat gingsul, manis sebenarnya bahkan sangat manis tapi aku benci itu.
"Semoga berhasil sayang" dia selalu memanggilku dengan kata 'sayang' yang selalu bikin aku jijik mendengarnya.
Aku tidak menghiraukan nya langsung masuk melewatinya yang masih nyengir tanpa dosa.
Profesor Mira sangat ramah denganku, padahal dia terkenal dosen kiler yang dibenci para mahasiswa. Katanya karena aku mahasiswi full biasiswa yang rajin makanya disukai para dosen.
"Bagus, sudah tidak banyak tipo kamu bisa lanjut bab 4." kata Profesor Mira setelah selesai memeriksa skripsiku, dan kalimatnya bikin senang hatiku. Pasalnya pengerjaan skripsiku tertunda karena banyaknya kendala. Yang seharusnya sudah selesai bab 3 minggu lalu aku baru konsul hari ini.
"Terima kasih banyak prof. " Segera aku menyalaminya dengan senyum merekah ku.
Selesai konsultasi aku keluar ruangan itu, dan ternyata makhluk tampan tapi tidak aku sukai yang tadi masih disini. Tentu saja masih dengan gigi ginsulnya selalu nampak.
"Kayanya berhasil lanjut nih? selamat Aina" Jeno sepertinya tahu raut wajahku yang bahagia.
"Hem, makasih. " Aku segera mengabaikannya berlalu pergi dari hadapannya.
Sebenarnya aku bukan orang jahat atau tidak menghargai orang tapi kalau dengan Jeno kayanya aku nggak bisa baikin dia. Dia sudah lima kali menyatakan cintanya sejak aku kuliah disini, dia akan melakukannya saat aku mulai terlihat baik padanya mungkin dikiranya aku memberi kesempatan buat dia. Dia itu bilang cinta tapi sejam kemudian sudah dekat dengan cewek lain. Bahkan dia terkenal playboy, suka bermain wanita. Mana bisa aku suka dengan pria seperti itu, cewek bodoh aja yang mau sama dia.
"Woi ngelamun aja lo! " itu suara keras Angel teman baikku yang saat ini kami sedang makan dikantin kampus. Tadi aku langsung kesini begitu selesai konsul.
Aku terkaget tidak kusangka aku melamunkan Jeno tadi.
"Hari ini gue nginep di kosan lo ya? " Angel sebenarnya anak orang kaya dia mahasiswi nonreg yang santai tidak sepertiku harus belajar dan bekerja setelah kuliah untuk memenuhi kebutuhanku selama disini.
"Kali ini ada masalah apa? " ini sudah biasa karena Angel selalu mempunyai masalah dengan keluarganya. Baik dengan kedua orang tuanya atau dengan kedua kakaknya.
Angel menggeleng, "gue cuma kangen lo aja, lo kemarin mudiknya lama banget" rengeknya.
Memang aku baru tiba kemarin dari Malang karena bapak sakit, dia menderita kanker usus akut. Bapak dirawat di rumah sakit kota Malang dengan didampingi Bu lek Rina dia adik bapak yang sudah menikah lalu ikut suaminya di kota Malang. Selagi menjalani perawatan, bapak menyarankan aku untuk kembali saja kuliah menyelesaikan skripsi ku agar cepat lulus dan segera pulang.
Kami tiba di kosan tempat tinggal ku sudah sejak hampir tiga tahun ini. Disini bebas, murah dan bersih pas sekali dengan seleraku walau kamar mandinya mesti diluar yang kalau mau mandi harus antri.
"Habis ini gue kerja, lo santai aja disini. " aku segera bersiap untuk bekerja begitu kita sampai kosan.
"Ok,lagian Daniel mau kesini, kita mau jalan" Daniel ini pacar Angel yang tak kalah tajir nya.
Aku bekerja di sebuah kafe yang didalamnya juga ada warnet 24jam,yang kadang kala aku bekerja di shif malam juga.
Sepulang kerja aku yang merasa lelah langsung masuk kamar kos. Dan tidak aku sangka mata ku ternodai dengan pemandangan Daniel sedang memakai pakaiannya. Untungnya dia sudah memakai celana. Sedangkan Angel tiduran dengan menyelimuti tubuhnya, aku yakin dia telanjang.
Kamarku menjadi berantakan, entah seperti apa permainan yang mereka lakukan aku tidak mau membayangkan. Angel memang seperti itu pacarannya bergaya toxic. Apalagi si Daniel ini dia memang dari keluarga kaya tapi pergaulannya bebas, bahkan dia pemakai. Angel pernah diajak, tapi aku mengingatkannya diapun sadar.
"Lo nggak bisa ketuk pintu dulu? " agaknya Daniel sedikit kaget dan emosi.
"Ini kamar gue btw" Aku menjulurkan lidah langsung melewati Daniel, merebahkan diri dikasur dekat Angel.
Daniel mengemasi barangnya entah apa,dan memunguti pakaian Angel lalu melemparkannya ke yang punya.
"Kalian ngapain sih main dikos gue? biasanya juga main di hotel? Entar didenger tetangga gue, emang nggak malu" aku membantu Angel memakai pakaiannya.
"Emang lo nggak pernah gituan sama Jeno disini? " Daniel asal jeplak aja sambil terkekeh.
"Kenapa jadi bawa Jeno? "
"Habisnya lo selalu nolak dia, kasian tu adeknya Jeno nungguin lo. " Daniel selalu membujuk ku agar nerima sahabatnya itu.
"Jangan mau, Jeno garangan" Angel selalu mendukung aku kalau Jeno bukan laki-laki yang baik.
Daniel tertawa, aku yakin tadi dia makai dulu sebelum ML dengan Angel.
Kemudian dia pergi.
Ketika hendak tidur, ponsel yang aku letakkan dimeja berdering padahal sudah malam. Perasaanku tidak enak, segera aku angkat yang ternyata nomer Bu lek Rina.
Suara yang aku dengar adalah isakan tangis, aku kacau tubuhku panas dingin gemeteran tidak siap dengan berita buruk.
"Ada apa bulek? "
"Bapakmu ngedrop, dia harus segera dioperasi besok paling lambat besok malam nduk" jelas bulek Rina sedikit lega ternyata bukan seperti yang aku bayangkan.
"Tapi biaya operasinya sangat mahal, sedangkan uang jaga-jaga tidak nutut buat bayar. Biayanya sekitar 200jutaan" seketika badanku lemas kembali. Bapak memang hanya membawa uang sekitaran 30jutaan itupun aku yakin sudah berkurang. Ini juga salahku tidak mendaftarkan bapak ke jaminan kesehatan kata bapak dia tidak memerlukan itu waktu itu.
Bagaimana ini bagaimana bisa aku mendapatkan uang sebanyak itu dalam sehari?
Angel yang sudah tidur bangun, mungkin karena isak tangisanku.
"Ai? " sahabatku itu memelukku. "ada apa? "
Kemudian aku menceritakannya.
"Sayang sekali gue juga baru kena masalah, semua kartu gue diambil bokap jadi gue nggak bisa bantu." Angel terlihat sangat menyesal dan menangis juga.
"Bentar gue hubungin Daniel" segera Angel menelpon pacarnya itu, tapi ternyata tidak dijawab. "Mungkin dia tidur, besok gue tanyain siapa tahu dia punya simpanan uang. "
Aku sampai pagi tidak bisa tidur,otakku buntu tidak mungkin aku bisa mendapat pinjaman dalam waktu singkat.
"Ai,lo nggak tidur semalaman? " Angel bangun.
Aku hanya mengangguk lemas.
Segera Angel menarik ku untuk mandi, setelah itu dia mandi juga.
"Ayo ke Apartemen si ******, gue yakin dia punya. " Usul Angel sambil mengatai teman kami Sonya dengan sebutan itu.
****
Setiba di tempat Sonya.
Angel langsung menceritakan permasalahan ku.
"Sorry Aina, kalau lo kesini kemarin pasti lo beruntung. Uang dari Om gue sudah habis buat bayar kuliah." Sonya juga tidak bisa bantu.
"Minta lagi dong" Angel mengusulkan.
Sonya menggelengkan kepala, "kemarin aja gue harus memohon dan harus melayaninya seharian. "
Sonya memeluk ku. Aku merasakan perasaan menyesal juga dari dirinya.
Otakku buntu, tidak ada yang punya uang segitu dalam waktu singkat,Angel tidak bisa membujuk papanya memberikan kartunya karena kali ini kesalahannya fatal. Dia ketahuan menyimpan narkoba walau itu sudah dijelaskan bukan miliknya. Iya itu milik Daniel yang dititipkan dalam tas Angel. Daniel juga tidak pernah mempunyai uang sebanyak itu, katanya kalau dia punya sudah buat pesta.
Sonya memandangiku dengan sedih, dia yang selalu tahu perasaanku. Karena kami sama-sama anak rantau yang biaya hidup harus mencari sendiri. Dia berasal dari Palembang, yang sebenarnya anak orang berada cuma dia kabur kuliah ke Jakarta karena harus dijodohkan. Tahun pertama dia kuat bekerja sampingan dan mendapatkan beasiswa sepertiku lalu kelamaan dia menyerah memilih menjadi simpanan om-om belang agar bisa hidup enak. Itu pilihan hidupnya aku tidak bisa menasihati, palingan aku selalu berpesan hati-hati ketahuan.
"Gue punya ide, tapi..." Tiba-tiba Sonya mempunyai ide entah apa harus di jeda sambil menatapku.
"Apa? " aku dan Angel berbarengan penasaran.
"Minta bantuan tante Meri. " seketika perkataannya bikin aku melotot, bagaimana bisa dia punya ide gila. Karena tante Meri ini semacam mucikari teman Sonya yang mengenalkannya pada om-om kaya.
"Lo GILA! " Angel berteriak.
"Diantara kita cuma lo doang yang mempertahankan kesucian lo itu, yang entah sampai kapan bakalan lo lepas. Lo ingatkan waktu gue buntu biaya kuliah gue harus dibayar sedangkan beasiswa gue dicabut?"
"Yah itu emang lo nya juga mau dan rela demi uang ngasih virgin lo ke om-om nggak dikenal" Celoteh Angel sambil mencibir Sonya.
"Dari pada lo virgin lo kasih gratisan, huaaaa murahan" Sonya tak mau kalah.
Mereka memang kadang seperti itu, tapi justru tambah dekat kita.
Lalu apa aku rela melepas virgin yang aku jaga selama ini? Aku menginginkan hanya suamiku kelak yang akan mendapatkannya. Semua temanku rata-rata emang sudah tak lagi virgin, aku cuma ingin beda. Apa tidak bisa?
Aku merenungkannya.
Dan
Aku mengambil keputusan,
"Baik, hubungi tante Meri. " dengan berat hati aku memutuskan ini, demi bapak yang sakit. Bapakku orang tuaku satu-satunya yang aku miliki yang selama ini sudah berjuang membesarkan aku sendirian tanpa seorang istri.
Ibuku sudah meninggal sewaktu melahirkan aku, lalu bapak tidak mau mencari istri lagi. Dia memilih bekerja saja sebagai petani kopi dan coklat.
Sonya segera menghubungi tante Meri.
Katanya kami harus menunggu hingga sore nanti karena saat ini belum ada klien, mungkin karena masih siang.
Aku dan kedua temanku masih mencari solusi lainnya. Seperti mencari pinjaman yang bisa dalam sehari mungkin, tapi tidak ada yang instan.
Saat sore sekitar jam 4an aku mendapat kabar kalau ada klien tante Meri yang menginginkan perawan.
Jantungku terpompa sangat kencang, tubuhku panas dingin sejak saat itu hingga mendekati waktu yang ditentukan.
Tante Meri menyuruhku ke hotel King, yang merupakan hotel bintang 6 tempat aku bertemu orang yang akan membayar ku. Aku diantar kedua temanku, tak lupa aku dibekali pengaman juga cara-caranya oleh kedua wanita gila ini. Mendengarnya saja aku sangat mual, bagaimana nanti?
Pukul 7 aku dipersilahkan masuk ke kamar istimewa yang berada di lantai 10 paling atas sendiri.
Aku masuk dituntun oleh seorang wanita katanya dia sekertaris orang itu. Wanita dewasa yang elegan dan anggun mempesona.
"Tuan masih ada acara, sebentar lagi akan kesini, jadi nona tunggu saja didalam. " jelas si wanita itu.
Begitu aku masuk wanita itu tidak ikut masuk, aku langsung melepas masker juga jaket hudi yang aku kenakan. Aku letakan di kursi mewah itu.
Kalau saja ini malam pertamaku dengan suamiku kelak pasti akan sangat senang karena kamarnya sangat mewah dan luas.
Tapi nyatanya aku akan menghabiskan malam pertamaku dengan orang yang tidak aku kenal.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!