Sekuel dari novel "My Ice Girl Saranghae" ..
Darren Ferguso adalah sekian dari banyak laki-laki mantan player yang sudah berhasil membuat gadis petarung seperti Sona berhasil merasakan jatuh cinta. Berkat insiden penculikan temannya Hana yang dilakukan oleh orang mongol kala itu membuat hubungannya menjadi lebih dekat.
Bahkan gadis bertubuh langsing itu pula yang merawat pria playboy itu sewaktu ia terkena racun mematikan karena sudah melindunginya dari serangan musuh. Yang mengharuskan pria itu duduk di kursi roda selama setahun lamanya.
Seiring berjalannya waktu, lama-lama benih cinta itu mulai bersemayam di hatinya. Sona yang notabene membenci playboy, kini akhirnya menyerahkan hatinya kepada mantan playboy yang katanya sudah berubah.
Darren bertekat untuk merubah kebiasaan lamanya yaitu bermain wanita dan minum-minuman berakohol demi gadis yang akan ia nikahi.
Hingga akhirnya Darren membuktikan keseriusannya kepada Sona dengan melamar gadis itu dihadapan keluarga Abraham selaku wali keluarga Sona selama di Indonesia.
Karena ayahnya sudah meninggal, dan kakaknya juga sedang sibuk mengurus bisnis keluarga mereka. Maka keluarga Abraham lah yang bertanggung jawab atas kehidupan gadis itu. Karena papa Kim lah yang sudah menjadikanya sebagai anak angkat.
***
Siang ini Sona berencana mengunjungi apartemen kekasihnya Darren. Ia mematut dirinya di depan cermin yang memantulkan wajah cantiknya.
"Apa aku sudah cantik ya?" gumamnya pada cermin tak bernyawa tersebut.
"Sepertinya sudah, mari kita lest go!" serunya dengan riang.
Tak lupa ia membawa lunch box yang berisi beberapa makanan yang ia masak sendiri. Semenjak Darren menyatakan keseriusannya, gadis itu bertekat mulai belajar memasak untuk kehidupan barunya kelak.
Bahkan ia belajar dengan beberapa chef handal hanya untuk memasak sebuah spaggeti makanan kesukaan pria tersebut.
Sampainya gadis itu di depan apartemen kekasihnya, ia mulai merogoh kunci dalam tasnya. Bahkan gadis itu sampai mengeluarkan semua isi tasnya yang mungkin anda akan terkejut jika mengetahui isi tas dari gadis bertubuh ramping bak idol k-pop yang sedang tenar saat ini.
"Kemana ya keycard-nya perasaan dari kemarin ada di tas ini," gumamnya lirih.
Gadis itu memang cantik, namun sifatnya ceroboh.
"Aha! ini dia!" pekiknya riang.
Lalu ia masukan kembali barang-barang yang selalu menghuni isi tasnya. Kalau anda fikir isi tas gadis itu adalah bedak, lipstik atau pun alat make up wanita pada umumnya. Berarti tebakan anda salah!
Sona adalah wanita unik. Dia cantik, jago fashion juga tapi jangan salah meski tubuhnya kecil ramping namun ia adalah petarung taekwondo yang memegang sabuk hitam. Bahkan dengan tubuh yang seringan itu, mampu mengangkat beban 3 kali dari berat tubuhnya. Ajaib bukan?
Namun sayangnya kelemahan gadis itu hanya satu, ia tak pandai untuk memasak. Sekarang ia sedang mengikuti kelas memasak di sela kesibukannya bekerja di perusahaan keluarga KBA Beauty milik sepupu ayahnya dan juga partner bisnis keluarganya yaitu paman Kim Bae Abraham.
Namun langkahnya mematung seketika, Nafasnya tercekat di tenggorokan mana kala mendapati calon suaminya tengah berpagutan dengan wanita lain.
"Dasar laki-laki crocodile! enyahlah kau dari dunia ini!" teriak Sona membahana menyadarkan dua insan yang tak berperasaan tengah berpagutan itu sambil melempar luchbox yang gadis itu bawa.
"Sona!" pekik Darren.
"Sona tunggu!" teriak Darren lagi.
Namun gadis mungil nan cantik itu tak menghiraukan panggil pria yang saat itu sudah mencabik-cabiknya.
Setelahnya Sona mengunci pintu apartemen itu kembali dan melempar kuncinya apartemen Darren yang berbentuk kartu itu ke sembarang arah.
Ia pun berlari kearah mobil yang terparkir di basement apartemen Darren, dan melajukan kecepatan mobilnya dengan kecepatan penuh bak orang kesetanan.
Air matanya terus mengalir membasahi pipi mulusnya.Lalu dengan sebelah tangannya yang masih fokus menyetir, gadis itu mulai mendial up nomer yang tertera pada layar.
"Josep! siang ini siapkan 1 tiket menuju Seoul. Aku tak terima banyak pertanyaan segera kerjakan tugasmu!" perintah Sona dengan tegas kepada asistennya.
"Baik, nona!"
Sona pun kembali fokus ke kemudinya. Sesekali ia menyeka air matanya yang masih lancang.
"Untuk apa aku menangisi laki-laki crocodile seperti si brengs*k itu! Jika kamu masih ingin bermain-main kenapa kamu harus mempermainkan hatiku brengs*k!" teriak Sona yang mulai menambah kecepatan laju mobilnya kembali.
Bukan hanya jago bela diri, Sona juga handal dalam mengemudikan roda empat. Meski tindakannya itu sangat membahayakan pengemudi lain, beruntung tidak ada kejadian kecelakaan apapun. Hanya terdengar teriakan dan umpatan dari para pengemudi lain yang kebetulan berpapasan dengan mobil yang ia kendarai.
Akhirnya gadis itu sampai di apartemennya. Selama ini Sona rajin menabung. Ia sudah mampu mengumpulkan uang dengan bekerja di perusahaan Abraham, kini gadis itu berhasil membeli apartemen mewah tak kalah mewahnya dari apartemen Darren yang terdapat landasan helikopter diatas gedung apartemen laki-laki itu.
Sona memilih tinggal di apartemen barunya di temani seorang maid dan bodyguard. Karena gadis itu tak ingin terlalu membebani keluarga Abraham. Sona adalah tipe gadis yang mandiri.
Semenjak papa dan mamanya pisah. Gadis itu mulai belajar mandiri. Mamanya memilih pergi meninggalkan dirinya beserta kakak dan papanya bersama laki-laki lain.
Oleh karena itu ia sangat membenci pelakor atau pun seorang play boy. Baginya apapun yang mempermainkan hati, gadis itu benci.
Kini rasa benci itu kembali menyeruak ke permukaan setelah Darren berhasil membangkitkannya.
Tak menunggu waktu lama, ia mengemasi pakaiannya seperlunya. Membawa juga surat-surat penting seperti Visa dan pasport dan data pribadi penting lainnya.
Setelah selesai ia menyuruh sang bodyguard untuk menyopirinya. Namun langkah gadis itu terhenti saat maid yang bertugas mengurus apartemennya bertanya.
"Nona Sona mau kemana non?" tanya maid tersebut.
"Saya minta tolong bibi urus apartemen saya ini selama saya ke keluar negeri. Gaji bibi tetap seperti biasanya, saya tidak ada banyak waktu karena ini sangat mendesak. Jadi saya minta tolong ya bik!" pinta Sona dengan memelas.
"Nanti kalau tuan dan nyonya bertanya, saya harus jawab apa non?"
"Bibik tenang saja, nanti Sona yang akan bicarakan langsung ke eomma Laura lewat telefon. Kalau begitu saya pergi dulu bik, jika kak Darren kesini bilang saja tidak tahu."
"Baik non, non Sona hati-hati dijalan semoga selamat sampai tujuan," balas sang maid paruh baya itu dengan tulus.
"Terima kasih bik, Sona pergi."
Maid paruh baya itu hanya memandang sayu kearah kepergian mobil majikan mudanya yang sudah menjauh. Meski Sona hanya anak angkat di keluarga Abraham, namun sikap gadis itu sangat baik. Tidak sombong, rendah hati dan suka menolong.
"Apa non Sona lagi ada masalah sama mas Darren ya? Kalau iya bagaimana ini? kasian non Sona," gumamnya wanita paruh baya itu.
To be continue_
Di apartemen Darren
"Katakan gadis tadi siapa Dar? apakah ia kekasihmu?" tanya Naomi wanita sexy yang Sona lihat sedang berpagutan bersama calon suaminya.
"Iya," jawab Darren dengan lesu.
Berulang kali Darren merutuki kebodohannya dalam hati. Berulang kali pula ia menekan tombol hijau yang tertera pada layar benda pintarnya. Dan berulang kali sang operator mengalihkan panggilannya.
Pria berjampang tipis itu mengerang frustasi. Sesekali ia mengacak-ngacak rambutnya hingga berantakan. Namun meski penampilannya terkesan berantakan, ia masih terlihat tampan.
"Maafkan aku Dar," ungkap Naomi dengan nada menyesal.
Wanita sexy keturunan Indo-Jepang itu merasa menyesal telah muncul di hadapan mantan kekasihnya di waktu yang tidak tepat. Ia hanya merasa tidak ada yang bisa melindunginya dari pengejaran selain mantan kekasih yang telah ia tinggalkan demi seorang miliyader dan karirnya sebagai model.
Darren pun menggeleng pelan.
"Tidak! ini semua salahku yang tidak bisa menahannya. Padahal sebentar lagi kami akan menikah. Aku hanya tak menyangka ia akan datang di waktu ada kamu disini," sergah Darren lirih.
Naomi pun melangkah menghampiri Darren. Tinggi mereka sejajar karena menjadi seorang model profesional harus mempunyai tinggi yang perfeksionis.
"Lalu? apa kamu akan diam saja seperti ini?" tanya Naomi menatap mata elang yang selalu membiusnya itu.
"Entahlah..aku tak bisa menghubunginya saat ini. Mungkin lain waktu aku akan menjelaskannya. Berhubung kamu baru datang lebih baik kamu istirahat di kamar sebelah, aku akan keluar sebentar," tutur Darren seraya meraih kunci di atas nakas.
"Setelah itu ceritakan maksud kedatanganmu kesini," sambungnya.
"Baiklah."
Naomi hanya memandang tubuh tegap Darren dari belakang. Sungguh ia sangat merindukan rengkuhan dari pria berjambang tipis itu. Bertahun-tahun ia meninggalkan pria itu hanya sebuah kepamoran dan materi, apakah pria itu masih memaafkannya?
Sedangkan cumbuan dari pria itu membangkitkan kenangan-kenangan manis yang mereka pernah ciptakan bersama. Naomi sangat mengenal luar dalam dengan baik dari seorang Darren.
Setelah kepergiaannya ke negeri Sakura, ia mendengar pria itu berubah menjadi seorang cassanova. Naomi sangat tahu betul, Darren memutuskan menjadi seorang cassanova itu karena dirinya.
Ditempat lain.
Berulang kali Darren merutuki kecerobohannya. Memang keindahan yang Naomi suguhkan sungguh sangat sulit untuk di tolak oleh pria mana pun termasuk dirinya.
Cumbuan yang Naomi berikan barusan juga hampir saja membangkitkan kembali sisi liarnya. Jika saja Sona tidak datang, mungkin ia akan mengulang masa lalu yang mungkin akan terulang kembali dan berakhir di ranjang kingsize miliknya.
Namun akal sehatnya berusaha mengingatkan, bahwa Sona adalah pemilik hatinya sekarang. Naomi hanya masalalu. Jujur saja sebenarnya benih-benih untuk Naomi masih ada, bagaimana pun wanita itu yang membuatnya hidup dan jatuh secara bersamaan.
Ia juga masih mengingat, bagaimana cara wanita itu meninggalkannya. Setelah ia berusaha untuk menyakinkan keluarga untuk menikahi gadis itu. Haha! bagaimana ia bisa menyebut gadis, jika saja sudah banyak pria menghabiskan malam yang panjang dengan wanita model itu termasuk dirinya yang terlanjur melepas keperjakaanya dengan wanita itu.
Mengingat itu semua membuat dirinya mencengkeram badan kemudi dengan kuat. 8 tahun lamanya buka waktu yang singkat, ia sudah hampir melupakan wanita model tersebut dengan kehadiran Sona.
Namun kini semua berantakan, gadis pujaan hatinya tengah merajuk. Tentu saja karena ulahnya yang tak mampu menahan hasrat untuk tidak menyentuh Naomi. Seperti yang author bilang, tidak ada yang bisa menolak pesona Naomi.
Beberapa tahun tak berjumpa, membuat wanita itu semakin cantik dengan tubuhnya yang sexy. Ia terlihat sangat dewasa. Belum kerlingan matanya yang menggoda, dan kecupannya yang lembut mampu membinasakan seluruh otot-otot persendian.
"S*al! kenapa gue harus kebayang Naomi terus sih. Fokus Darren! fokus! Naomi hanya masalalu loe, sedangkan masa depan loe adalah Sona! Duh...baby kemana sih kamu? Kenapa nggak di angkat?"
Sebelah tangannya terus mencoba menghubungi nomer ponsel sang kekasih, namun tak kunjung diangkat hanya suara operator yang menyahutinya.
"Nomor yang ada hubungi sedang tidak aktif atau sedang berada di luar jangkuan area, cobalah untuk beberapa saat lagi."
tut!
"Maafkan aku Sona, semoga kamu masih bisa memaafkan aku!"
***
Selang beberapa jam pesawat yang Sona tumpangi sudah sampai di bandara International Seoul. Seorang sopir sudah menunggunya di lokasi penjemputan. Lalu dengan segera gadis itu memasuki mobil jemputnya dengan cepat tanpa banyak bertanya karena ia memang sudah mengenal sang sopir yang merupakan orang kepercayaan keluarganya.
"Apa oppa ada di mansion utama samchon?" tanya Sona memecah kesunyian.
"Ada non Sona, beliau sudah menunggu kedatangan nona di mansion utama," jawab sang sopir dengan sopan meski umur Sona jauh dibawahnya, namun Sona juga merupakan majikan mudanya.
"Oke, langsung ke mansion utama saja ya samchon."
Sang sopir pun mengangguk patuh, lalu membelokkan kemudinya menuju ke kediaman keluarga Han.
Semenjak kepindahannya ke Indonesia mengikuti sepupu ayahnya yaitu paman Kim, gadis itu belum pernah menampakan kakinya kembali di mansion utama keluarganya.
Sebenarnya ada cerita rahasia yang hanya keluarga Han yang tahu. Kenapa Sona harus di ungsikan ke negara lain. Ini karena pesan dari almarhum ayah gadis itu.
Tidak ada yang tau alasannya apa, bahkan seorang Kim selaku sepupu sekaligus rekan bisnis ayahnya pun tidak mengetahui betul.
Kim tanpa fikir panjang menerima tawaran Han Hwang rekan bisnisnya yang tengah sekarat karena merasa ajalnya sudah dekat.
#FlasbackOn
"Kim, aku mohon bawalah anakku pulang ke negaramu," pinta Han Hwang suatu hari.
"Kenapa?" tanya Kim yang merasa aneh dengan permintaan sepupu sekaligus rekan bisnisnya.
"Aku hanya ingin ia tumbuh menjadi gadis yang baik, tidak seperti ibunya. Ia sangat butuh kasih sayang Kim, sedangkan waktuku sudah tidak banyak lagi," jelas Han Hwang membuat Kim berfikir.
"Tapi, apa Sona mau? Pasti tidak mudah mengajaknya untuk meninggalkan tanah kelahirannya?" tanya Kim belum yakin.
"Kenalkan dengan putramu, sepertinya ia menyukai setiap kamu menceritakan tentang putramu yang bernama Kenzi itu."
"Apa kamu yakin Hwang? Sona akan mau jika aku kenalkan dengan putraku? Tapi putraku sepertinya sudah memiliki kekasih?"
"Sona adalah gadis yang periang dan patuh, ia juga gadis yang mandiri. Ia tidak suka merebut milik orang lain. Ia masih tahu batasannya. Ia tidak ingin seperti ibunya! Jadi kamu tenang saja."
"Baiklah, akan ku usahakan Hwang. Akan ku jadikan Sona sebagai anak angkatku. Kamu yang kuat ya."
"Terima kasih banyak Kim."
#FlasbackOff
Tak berselang lama mobil yang Sona tumpangi sampai di pelataran mansion mewah keluarga Han. Rumah besar nan mewah itu sayangnya jarang di huni pemiliknya yaitu kakak laki-laki Sona sebagai pengurus rumah peninggalan almarhum ayahnya.
Sona pun menapaki anak tangga dengan rasa gugup bercampur bahagia. Pasalnya sudah agak lama ia tak mengunjungi kediaman keluarganya yang kini dihuni oleh kakaknya Han Sean Jun.
Pintu pun terbuka, ada angin dari dalam rumah itu yang berhembus melewatinya. Seketika bulu kuduknya berdiri. Ia masih mengingat seperti apa kakak laki-lakinya.
Pria tampan yang dingin. Setahunya kakaknya selalu pergi setiap malam. Entah apa yang kakaknya lakukan dimalam hari di luar rumah.
Pria bermata elang itu selalu tak memberi tahu tujuannya. Setiap pulang wajahnya selalu babak belur. Tak jarang tubuhnya di penuhi luka sayatan bahkan luka tusukan.
Dan baru-baru ini gadis itu tahu, bahwa kakaknya tengah mendirikan dunia hitam bawah tanah atau orang mengenalnya dengan nama mafia. Sudah pasti pekerjaan kakaknya itu penuh dengan resiko dan bahaya.
Namun kali ini, keputusannya sudah bulat. Gadis itu ingin bergabung ke dunia hitam kakaknya demi menghalau rasa sakit akibat perbuatan sang calon suami Darren.
Tiba-tiba sebuah suara bariton menginterupsi langkahnya.
"Yeo dongseng!"
"Oppa!"
"Yeo dongseng!"
"Oppa!"
Timbulah rasa ragu untuk menghampiri sang kakak kandungnya yang tlah lama tak berjumpa itu. Karena ekpresi sang kakak yang sangat datar dan dingin. Bahkan sorot matanya pun seraya ingin mengulitinya.
Namun sedetik kemudian, senyum gadis manis itu mengembang. Karena sang kakak merentangkan kedua tangannya untuk menyambut kedatangannya.
"Oppa!" pekik Sona tertahan.
Rasa haru tak mampu gadis itu bendung, ia fikir kakaknya masih bersikap dingin seperti dahulu. Bagaimana pun pribadi sang kakak, ia sangat merindukannya.
Gadis itu merindukan saat-saat mereka masih kanak-kanak. Mereka masih bermain bersama seperti kakak dan adik pada umumnya. Namun tak lama setelah kakaknya beranjak remaja, pemuda tampan bermata elang itu berubah. Ia tak lagi menemaninya bermain, remaja itu selalu masuk keruangan pribadi yang bahkan dirinya sendiri tak boleh memasukinya.
Sona remaja tak pernah tahu apa yang saudara laki-lakinya tengah lakukan. Yang ia tahu setelah sang kakak keluar dari ruangan itu, wajah sang kakak di penuhi luka memar bahkan darah keluar dari sudut bibirnya.
Sona pun berhamburan ke pelukan sang kakak. Buliran bening dengan rasa asin yang sedari di pesawat ia tahan, kini runtuh di pelukan sang kakak. Sona pun menangis sejadi-jadinya.
"Hai! apa kabar yeo dongseng! kenapa kamu masih tampak cengeng? aku dengar sebentar lagi kamu akan menikah? Laki-laki mana yang berani mempersunting adikku yang manis ini? Apa kamu bersamanya?" tanya pria bernama Han Sean dengan lembut.
Sona pun menggeleng pelan. Dalam hatinya tampak bergetar, tadinya ia ingin menceritakan alasannya datang kesini. Tapi melihat sorot mata sang kakak yang bagaikan seekor elang yang siap menerkam mangsanya. Gadis itu takut, jika sang kakak memperbesar masalah ini. Tentu saja ia tahu, kakaknya adalah seorang mafia begitu pula calon suaminya Darren.
Tentu saja gadis itu takut, jika saja terjadi baku hantam antara kakak kandungnya dengan pria yang ia cintai.
Cih!
Mengingat bagaimana pria bertatoo itu menikmati bibir ranum milik wanita sexy bersurau panjang itu, rasanya ia ingin membelah bumi dan menenggelamkan keduanya ke dalam inti bumi.
Rasa sesak tiba-tiba menyeruak kembali ke permukaan. Dengan pasti ia membalas tanya sang kakak dengan sebuah gelengan kepala.
"Tidak oppa, siapa bilang Sona akan menikah? Sona masih belum sanggup untuk menjadi ibu rumah tangga. Untuk mengurus diri sendiri saja Sona belum benar," kilahnya sambil tersenyum miris.
Sona berucap senormal mungkin agar sang kakak tak membaca luka hati yang tengah ia rasakan. Namun sayangnya ternyata sang kakak lebih pintar daripada dugaannya.
"Kamu bohong yeo dongseng!"
Deg!
Jantung Sona terpacu kuat, Apakah kakaknya mengetahui lara hatinya? Akankah kakaknya akan bertanya lebih jauh atau bertindak seperti pengintai seperti masa sekolahnya dulu? Setiap pemuda yang menyakiti atau merendahkannya pasti akan berakhir babak belur di tangan sang kakak. Tiba-tiba bulu kuduknya meremang.
"Demi apapun oppa, Sona tidak bohong!" keukeuh Sona menyakinkan.
"Lalu apa alasanmu kembali kesini? Apa keluarga Abraham sudah memperlakukanmu dengan tidak baik disana?" tanya oppa Sean dengan sorot penuh intimidasi.
"Itu..em...itu, Sona hanya rindu papa oppa. Apa Sona tidak boleh? Sona merindukan masa kecil Sona selama tinggal disini," lirih Sona setengah gugup.
Oppa Sean pun menghela nafasnya. Pria bermata elang itu mulai tersenyum agar sang adik tidak merasa terintimidasi olehnya.
"Ya sudah, mari kita pergi makan siang dihalaman belakang," ajak Sean dengan merendahkan suaranya.
Sona pun mengangguk patuh lalu gadis itu mengekori sang kakak yang lebih dulu melangkah di depannya. Diikuti oleh beberapa maid dan bodyguard yang berpakaian serba putih.
Aku tahu kamu tengah mengalami kegelisahan adikku, Jika kamu tidak mau mengatakannya, maka aku akan mencari tahunya sendiri. Maaf! Seperti biasanya tidak ada yang boleh menyakiti adikku. Siapapun orang itu akan ku bereskan!
Sean adalah seorang pria matang yang umurnya tak jauh dari Darren. Pria tampan penuh kharisma bahkan banyak para gadis mengantri serta rela menjadi yang kedua jika Sean sudah memiliki kekasih sebelumnya. Namun karena sikap dinginnya, banyak gadis yang sudah putus asa terlebih dahulu untuk mendekatinya kembali.
Semenjak remaja, Sean didoktrin untuk menjadi seorang mafia. Setiap pulang sekolah ia dilatih bertarung oleh almarhum sang ayah untuk melanjutkan bisnis bawah tanah ayahnya. Bisnis yang sangat berbahaya dan tentu saja penuh resiko.
***
Dihalaman belakang yang luas dan dipenuhi oleh berbagai tumbuhan bunga beserta tanaman lainnya, tampak dua orang yang baru saja berjumpa tengah menyantap makan siang mereka dengan lahap.
Terlihat Sona lebih dulu menghabiskan bagiannya, lalu dengan memberanikan diri. Gadis itu ingin mengutarakan maksud kedatangan ke kediaman almarhum papanya yang kini telah dihuni kakaknya.
"Oppa Sean," panggil Sona pelan.
"Hmm."
Sean tampak masih asyik menyantap makan siangnya. Sepertinya, pria tampan itu sudah melewati hari yang melelahkan hingga ia terlihat seperti orang kelaparan.
"Oppa, Sona ingin bergabung dengan oppa!" ungkap Sona dengan harap-harap cemas takut kakaknya marah.
Dengan sekejap Sean menghentikan aktivitas memotong daging panggang yang ada di piringnya, lalu pria tampan bermata elang itu meletakkan garpu beserta pisau secara perlahan.
Sean tak langsung menyahuti permintaan Sona, pria bermata elang itu malah meminum soju yang sudah dituangkan oleh maid di rumahnya.
Sona jadi keki sendiri. Ucapannya tak ditanggapi oleh sang kakak, dengan mengumpulkan keberanian lagi ia kembali mengutarakan keinginannya untuk bergabung dengan sang kakak.
"Oppa Sean, please!" pinta Sona dengan raut wajah memohon.
"Apa kamu yakin?" tanya Sean dengan aura penuh intimidasi.
Tempat outdoor yang harusnya terasa sejuk dan nyaman untuk bersantai tiba-tiba kini berubah menjadi panas.
"Em...Sona yakin oppa!"
"Kamu tahu alasan papa menyuruhmu untuk ikut keluarga Abraham? Itu untuk menyelamatkanmu dari incaran para musuh papa. Menjadi seorang anggota bawah tanah bukanlah hal yang mudah Sona, dan kamu harus siap dengan konsekuensinya!" jelas Sean dengan wajah serius namun tetap tampan.
"Apapun konsekuensinya akan Sona tanggung oppa!" ucap Sona menyakinkan.
Hatinya sudah yakin, karena menurutnya hanya ini cara satu-satunya untuk melupakan seorang Darren sang mantan kekasih dan mantan calon suaminya yang sudah mengkhianati cinta darinya.
"Dalam dunia mafia tidak ada kata cinta, semua yang menguntungkan harus kita ambil. Dan sebaliknya yang tidak berguna harus kita buang! Bagi seorang mafia musuh tetaplah musuh sekalipun ia sodaramu sendiri atau bahkan kekasihmu sendiri!"
Deg!
Jantung Sona berpacu cepat, entah ucapan sang kakak sungguh mencubit hatinya. Apakah suatu hari ia akan bertemu kembali dengan sang mantan kekasih? Tentu saja ia tahu maksud ungkapan sang kakak.
"Jadi bagaimana? apa kamu siap?" tanya Sean seraya menatap manik mata kelinci itu.
Sona pun tersentak dari lamunannya. Namun nasi sudah menjadi bubur dan tekadnya pun sudah bulat. Gadis itu ingin melupakan segala luka hatinya dengan pekerjaan yang berbahaya. Ia ingin menghibur hatinya sendiri dengan menampakkan sisi liarnya yang selama ini jarang sekali ia diperlihatkan.
"Aku siap oppa!"
"Baik, sekarang istirahatlah. Nanti malam kita akan ke markas. Dan akan ku perkenalkan dengan anggota lainnya," titah Sean.
Sona pun mengangguk patuh lalu mulai beranjak dari tempat duduknya. Beberapa maid menghampiri meja makan mereka dan mulai membereskan sisa-sisa makan siang dari kakak beradik itu.
Bukan tanpa alasan Sean membiarkan sang adik mengikuti langkah hitamnya.Tentu saja karena Sona juga memiliki ilmu bela diri sama sepertinya karena dulu Sean lah yang sudah melatih Sona sebagai gadis petarung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!