NovelToon NovelToon

Mengasuh Anak Mantan Suamiku

BAB 01. Adinda Nurfaida Anhar

"Apa yang kita lakukan semalam?"

Suara Pria yang baru saja sadar dari tidurnya itu menggelegar di seisi kamar hotel tersebut, sedangkan sosok wanita yang bersamanya hanya meringkuk di sudut ranjang.

Pria itu menatap wanita yang meringkuk sekilas, kemudian berjalan memungut pakaiannya, dia mengacak-acak rambutnya frustrasi.

Mata sipit Asia itu tampak berpikir keras, apa yang terjadi tadi malam dengan-nya dan wanita malam itu, dia tidak ingin gegabah dia harus memilih pilihan yang jernih sekarang.

Dia menggosok wajahnya yang ditumbuhi brewok tipis membuat dia semakin frutrasi ditambah poni di rambutnya sudah basah oleh keringat karena berpikir.

Pria itu memakai pakaiannya lengkap kemudian berjalan ke arah wanita yang ada di ranjang, wanita tersebut membungkus tubuhnya dengan selimut.

"Apakah semalam, saya menyentuh kamu?" tanya Pria itu pada wanita tersebut. "Saya berjanji, saya tidak akan melakukan apapun, asal kamu bisa mengatakan hal yang sebenarnya."

Wanita yang di rundung ketakutan itu hanya bisa pasrah mengangguk, karena memang dirinya dan pria itu melakukan hubungan suami istri tadi malam.

"Sudah saya duga."

••••

Darion Arham Dirgantara, adalah seorang dokter muda yang memiliki pangkat seorang dokter onkologi.

Dia adalah anak dari seorang pengusaha ternama bernama Refal Argantara dan Ibunya adalah seorang dokter saraf yaitu Gevanya Rianti.

Terlahir sebagai anak tunggal di keluarga harmonis tidak menjamin kebahagiaan secara batin untuk Darion sendiri.

Di usia yang ke dua puluh delapan dia masih betah menyandang status sebagai seorang perjaka, kedua orang tuanya juga bingung akan pola anaknya yang sudah mendekati kepala tiga.

"Halo?"

"Dijodohkan?"

Darion terlonjak kaget, mendengar kabar bahwa dirinya akan dijodohkan dengan anak dari sahabat Babahnya.

"Babah Arga, jangan bercanda deh, walaupun itu ta'aruf sedikitpun aku gak akan mau, Bah."

Darion mendelik frutrasi, ayahnya yang dia akrab panggil Babah itu sudah memutuskan dan Darion harus menerima.

Makin kacaulah hidup Darion sekarang, Darion berjalan mengemasi alat-alat kedokterannya kemudian menggantung jas putih kedokteran tersebut di hanger yang terdapat di belakang pintu ruangan kerjanya.

Dia butuh pelampiasan sekarang, dia berjalan keluar dari area rumah sakit, rasanya tidak ingin berlama-lama dengan bau obat-obatan ditengah hati yang sedang kacau.

Darion masuk ke dalam mobilnya dan mengendarai mobil tersebut di jalanan ibu kota, entah apa maksudnya, tapi Darion sekarang malah menghampiri sebuah bar.

Jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul sembilan malam, Darion bukanlah pria yang tidak taat agama.

Ajaran kedua orang tuanya terhadap agama sudah mendarah daging ditubuhnya, tapi bukankah manusia punya khilaf, dan pada dasarnya Allah menciptakan kita dalam bentuk paling sempurna bukan imam paling sempurna, jadi jangan heran jika sekarang Darion tengah duduk di sebuah kursi didalam bar club malam tersebut.

Club malam ini, merupakan sebuah tempat yang berada di pusat kota, banyak sekali para pria frustrasi karena pekerjaan, rumah tangga dan berbagai hal datang kesini, untuk melepaskan beban sekaligus mencari hiburan.

Darion paham betul, sebaik-baiknya pelepasan beban adalah meminta kepada Allah, begitulah yang di ajarkan Babahnya, tapi rupanya kata hati yang dangkal lebih memihak dalam kondisi ini sehingga membuat Darion tersesat.

Darion sendiri tidak berani menengguk alkohol dalam jumlah banyak, karena pertama dia takut mabuk, dan kedua ketika dia mabuk, lain hal bisa terjadi saat itu.

Tak lama setelah Darion duduk, dua kaleng Radler dibawa oleh waiters tersaji didepannya, Darion memilih meminum Radler saja, dua kaleng Radler dengan rasa Citrus yang membuat Darion menengguknya begitu saja.

"Tiga kaleng lagi!" Suara Darion terdengar meminta menambah lagi membuat waiters tersebut segera kembali membawa tiga kaleng Radler untuk Darion.

Darion pikir kadar alkohol pada Radler tidak cukup untuk membuatnya mabuk, tapi rupanya dia salah perkiraaan, lima kaleng sudah membuatnya mabuk berat saat ini.

Dalam kondisi mabuk begini, tentunya Darion menjadi sebuah target empuk tuk para wanita-wanita malam mencari mangsa, tampak beberapa wanita malam disana berbisik tentang Darion.

Menurut mereka wajah Darion mengandung gen Korea yang sangat mutlak, bagaimana tidak, wajah Darion sangat oriental hanya saja dia memiliki brewok yang membuat wajah oriental tersebut sedikit tertutupi.

Disaat wanita malam tersebut satu persatu ingin menggoda Darion, seorang wanita keluar dari sebuah ruangan dan menahan mereka.

"Ada apa Aida?"

Semua wanita malam disana tampak hormat kepada, Aida, yah nama wanita malam yang baru saja keluar adalah Aida.

Dia merupakan senior disini, Aida menatap para wanita malam tersebut satu persatu dan mendelik tajam.

"Cowok itu punya aku," Aida posesif, dan kalau sudah begini para wanita malam yang tadi ingin menggoda Darion sudah tidak bisa apa-apa.

Aida berjalan ke arah Darion, dia menatap wajah Darion yang sudah mabuk berat, Aida tidak bermaksud untuk menggoda Darion.

"Pria ini pasti hanya melampiaskan emosi, bukan untuk mencari wanita malam, kasian dia kalau sampai terjebak," gumam Aida menatap iba Darion.

Aida berpikir sejenak, bagaimana caranya dia mengamankan Darion, ingin di bawa ke kost-an Aida itu tidak mungkin karena apa kata Bu Kost nanti melihat Aida membawa pria asing.

Meninggalkannya begitu saja, Aida khawatir Darion akan menjadi mangsa para wanita malam disana.

"Aku tahu," Aida membuka tasnya dan mencari sesuatu. "Untunglah masih ada."

Aida tampak mengenggam sebuah voucher menginap di sebuah hotel yang tidak jauh dari sini, ia mendapatkannya semalam sewaktu melayani seorang pria di hotel tersebut.

Dengan susah payah, Aida memapah tubuh pria tersebut keluar dari club malam itu, karena tidak punya kendaraan, Aida terpaksa memesan taksi.

Sesampainya di dalam taksi, supir taksi tersebut tampak tersenyum sendiri melihat Aida bersama Darion.

"Costumernya yah Mbak?"

Aida tidak menjawab, terlalu sensitif pertanyaan tersebut untuk di ajukan padanya, ingin rasanya Aida memberi paham kepada pria yang sedang mengambil peran sebagai sopir taksi itu.

Tak lama kemudian, taksi tersebut sudah sampai di sebuah hotel, Aida membayar argo taksi itu dan kembali memapah tubuh Darion masuk ke hotel.

Tentunya dengan tatapan beberapa orang disana, bagaimana bisa ada wanita dan pria mabuk kalau tidak melakukan apa-apa, setelah melakukan sistem pembayaran melalui voucher, Aida segera membawa Darion masuk kekamar hotel.

Rencananya Aida akan meninggalkan Darion disana tapi, tiba-tiba saja tangan Darion sudah menarik rambutnya dan membuat Aida terhempas ke ranjang.

"Kita belum melakukan permainan, sayang," Darion meracau tidak jelas akibat mabuk.

Aida bingung, dia tau kode itu, Aida memcoba memberontak, walaupun dia wanita malam, dia tahu, bahwa sebenarnya Darion tidak bermaksud ingin menikmati wanita malam.

Tapi semua itu terlambat, kini Darion sudah menguasai kondisi dan sisanya Aida tidak menyangka ini akan terjadi.

BAB 02. Menikahi Wanita Malam

Kejadian semalam masih berbekas di kepala Darion, dia sadar dia mabuk berat kemudian diantar oleh seorang wanita malam kesini, dan dia malah melakukan hal yang sangat haram yaitu berzina.

"Tunggu! Tunggu saya disini! Kamu jangan kemana-mana."

Darion meraih dompetnya yang ada di atas nakas kemudian berjalan keluar dari dalam kamar, sedangkan wanita tadi masih merasakan ketakutan, ingin rasanya dia kabur sekarang, karena dia takut akan di polisikan karena dituduh menjebak Darion.

Wanita itu yang tak lain adalah Aida, mulai menangis, niatnya hanya menolong Darion bukan menjadi pelampiasan hasrat Darion.

Aida mencari pakaiannya yang entah sudah berceceran dimana, dia hendak memakainya tapi tak lama kemudian suara pintu terbuka membuat Aida langsung bergerak membungkus tubuhnya kembali dengan selimut.

Itu Darion.

"Jangan takut, saya tidak akan melakukan apa-apa." Darion membawa sebuah paper bag kemudian meletakkannya di nakas. "Saya sudah membeli baju, kamu pakai baju ini sekarang, karena saya ingin bicara dengan kamu."

Aida itu melirik Darion, canggung rasanya, padahal semalam Darion sudah melihat tubuhnya tanpa sehelai benang, tapi dari garis wajahnya saja, Aida tahu ini pengalaman pertama Darion.

"Maaf," Darion berjalan ke arah balkon dan meninggalkan Aida di kamar.

Darion paham dengan arti pergerakan mata Aida yang menandakan dirinya malu, Darion sempat terkekeh geli dalam hati, padahal Aida kan wanita malam.

Aida meraih paper bag yang dibawa Darion tadi dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengganti bajunya.

Bekas pergumulan semalam masih ada, bahkan Darion mengeluarkan semua benihnya di dalam tubuh Aida tanpa pengaman sedikitpun.

Setelah memakai bajunya, Aida berjalan keluar dari kamar mandi dengan rambut digerai, dia berjalan menemui Darion yang kini sudah terduduk di tepi ranjang.

"K-kak?"

Darion mengangkat kepalanya. "Siapa namamu?"

"A-Aida."

Aida menunduk, sedangkan Darion mengambil sebuah paper bag lagi di atas nakas kemudian mengeluarkan isinya dan berjalan ke arah Aida, itu sebuah kerudung.

Darion membentangkannya dan menaruhnya di kepala Aida dan menutupinya. "Saya Darion, kamu bisa memanggil saya Ion."

Aida menatap wajah Darion, belum pernah dia bertemu pria setulus dan sebaik Darion, dia kira dirinya akan di maki karena dinilai sengaja membawa Darion ke hotel.

"Saya menyesal melakukan hal itu semalam, saya benar-benar merasa bersalah atas kejadian itu dan saya siap menikahi kamu untuk menebus kesalahan saya," Darion meraih tangan Aida.

"Menikah?"

Darion mengangguk. "Setelahnya kita akan melakukan pertaubatan nasuha atas Zina yang sudah kita lakukan."

Aida mendelik Darion sih enak cuma sekali, lah Aida dia sudah melakukan Zina beberapa kali, ah tidak, tapi berkali-kali, setidaknya beginilah isi hati Aida sekarang.

"Tidak harus bertanggung jawab, Kak."

"Saya bukan tipikal pria yang mudah melupakan hal sebesar ini, saya akan tetap menikahi kamu, tapi saya mohon kamu mengerti pernikahan kita hanya pernikahan siri sampai saya siap memperkenalkan kamu kepada kedua orang tua saya," jelas Darion.

"Lantas, apa arti pernikahan kita itu kalau ditutupi?" tanya Aida.

Buat apa mereka menikah jika hanya ingin melakukan formalitas dan pengampunan dosa dari hal yang mereka lakukan semalam.

"Saya, tidak tahu pasti, tapi saya mohon menikahlah dengan saya," jawab Darion menatap dalam Aida.

Aida mendelik. "Kita baru bertemu semalam, rasanya menikah terlalu cepat, lagipula aku seorang wanita malam, rasanya kejadian ini sudah biasa."

"Tapi, tidak dengan saya," Darion menjeda.

Aida berpikir sejenak atas tawaran itu, dia tidak tahu harus berbuat seperti apa, tapi Aida ingin lepas dari dunia wanita malam juga

"Aku terikat kontrak dengan seorang mucikari, menikah begitu saja tidaklah mudah, aku sendiri ingin lepas, tapi aku tidak punya cukup uang untuk menebus diriku sendiri," Aida merunduk menyesali keputusannya menjadi wanita malam dua tahun yang lalu.

Darion berpikir sejenak, dia tampak memikirkan solusi untuk masalah ini. "Bawa saya bertemu dengan mucikari itu, saya akan menebus kamu."

"T-tidak perlu."

"Saya serius."

Aida terdiam beberapa saat, jika memang Darion adalah jalan Allah untuk melepaskannya dari belenggu dunia malam, apakah harus dia menerima tawaran itu.

Setelah berpikir dua kali atas tawaran tersebut, Aida menganggukkan kepalanya dan bersedia membawa Darion bertemu dengan mucikari tersebut.

•••

Kini Darion dan Aida sudah berada di rumah mucikari tempat Aida mengikat kontrak, disana banyak sekali wanita malam yang bersiap untuk mencari mangsa nanti malam.

Darion melirik jam yang masih menunjukkan pukul delapan pagi, Aida berjalan masuk dan mencari mucikari yang dia maksud.

"Mami?"

Aida nampak memanggil nama mucikari yang dia maksud, tapi tidak ada sahutan melainkan hanya seorang wanita yang keluar dari sana.

"Nyari Mami, Da?" tanya wanita tersebut. "Tadi Mami keluar."

"Kemana?"

"Ada apa sayang, kamu nyari Mami?" Suara seorang wanita paruhbaya membuat Aida berbalik.

"Mami Susan dari mana aja, aku dari tadi nyariin Mami," Aida berjalan ke arah mucikari tersebut.

"Ada apa?"

"Aku mau keluar dari agency wanita malam Mami."

"APA!"

Mami Susan tampak terkejut, sehingga membuat wanita malam lain menaruh pusat perhatian kepada Aida dan Mami Susan, tidak terlalu lama bagi Mami Susan terkejut karena setelahnya dia sudah merubah ekspresinya seperti biasa.

"Boleh, tapi kamu harus membayar tebus kontraknya seratus lima puluh juta." Aida terkejut kenapa bisa sebanyak itu.

"Saya yang akan membayarnya," sela Darion tiba-tiba yang membuat Mami Susan membalikkan badannya.

"Siapa kamu?" tanya Mami Susan pada Darion.

"Saya akan menebus, Aida!"

"Seratus lima puluh juta, kamu sanggup?" Mami Susan tersenyum licik.

"Saya akan membayarnya sekarang," jawab Darion.

Mami Susan tersenyum senang, dia memberikan nomor rekeningnya kepada Darion yang membuat Darion langsung mengakses mobile banking miliknya.

"Bagaimana, cukup?" tanya Darion setelah mentransfer uang yang di maksud.

Mami Susan tersenyum puas, dia memerintahkan seorang pria mengambil Map kontrak para wanita malam disana, Mami Susan menerima Map tersebut dan mencari nama Aida.

"Adinda Nurfaida Anhar, selamat kamu sudah keluar dari Agency, Mami," Mami Susan merobek kertas tersebut.

Darion yang melihat itu tidak ingin berlama-lama, dia langsung menarik tangan Aida dan membawanya pergi dari sana.

"Kak, terimakasih."

"Saya sudah berjanji akan menebus kamu, kita akan menikah siri siang ini, saya akan ke rumah saya dulu menyiapkan beberapa hal dan alasan kepada orang tua saya."

"Kenapa kak Ion tidak jujur saya kepada kedua orang tua kak Ion, kalau kak Ion ingin menikahi aku."

"Ada beberapa hal yang tidak bisa dijelaskan begitu saja Aida, saya berjanji akan bertanggung jawab dan kamu harus memegang janji saya," jawab Darion pada Aida.

BAB 03. Tidak Bisa Menikahinya

"Kost-an kamu, dimana dek?" tanya Darion yang membuat Aida menatap sekilas Darion.

"Buat apa kak?" tanya Aida yang membuat Darion meliriknya balik.

"Nanti siang kita akan menikah, dan kamu akan mulai tinggal di apartemen saya," jawab Darion membuat Aida mengangguk.

Sejujurnya Aida sendiri masih ragu untuk menikah dengan Darion, tapi melihat Darion yang sudah bekerja keras dan berusaha menebus dirinya dari Mami Susan, membuat Aida berusaha menguatkan hatinya.

Aida kemudian menunjukkan alamat kost-kostan yang dia tempati kepada Darion yang tidak jauh dari posisi mereka sekarang, Darion melajukan kendaraannya menuju kost-kostan tersebut, setelah sampai Darion memerintahkan Aida untuk mengemasi baju dan barang-barangnya sekarang.

"Kakak, serius mau nikahin aku?" tanya Aida enggan turun dari sana.

"Kenapa?"

"Harusnya aku yang tanya kenapa kak, aku ini seorang wanita malam, sudah dipakai oleh banyak lelaki, dan kakak bisa mendapatkan wanita yang lebih suci bukan aku."

"Saya yakin, Allah yang mengatur semua ini Aida, dibalik semua hal yang saya lakukan saya selalu yakin bahwa Allah sudah mengatur semuanya, karena Allah tidak pernah menyalahi takdir yang sudah diatur ribuan tahun sebelum saya diciptakan, dan kamupun begitu," jawab Darion menjelaskan.

Mendengar Darion berucap seperti itu, Aida merasa tidak percaya bahwa Darion bisa berada di club malam, tadi malam, Aida sangat religius untuk potongan seorang pria dewasa, mungkin hanya sebuah kondisi yang membawanya seperti ini.

"Kenapa kak Ion, begitu yakin dan percaya?" tanya Aida yang membuat Darion menghela napas panjang.

"Bunda dan Babah saya selalu mengajarkan, jatuhkanlah kepercayaan kepada Allah bukan kepada umatnya, karena sebaik-baiknya sebuah tempat menaruh percaya adalah kepada Allah, karena Allah tidak pernah mengingkari umatnya, terkadang saya malu Aida, saya masih suka lupa terhadap Allah, padahal Allah sudah memberikan segala sesuatu yang saya inginkan."

Aida terdiam.

"Rasanya seperti Dejavu, Allah itu lebih tahu tentang kita, mungkin apa yang buruk menurut kita tapi menurut Allah baik, begitupun sebaliknya, karena sesungguhnya Allah lebih dekat dengan kita. Bahkan dari urat nadi sekalipun, saya menyesali yang terjadi semalam," Darion menaruh kedua tangannya di setir mobil miliknya.

Ia memijat setir mobil berbalut kulit berwarna coklat itu, mengedarkan pandangannya kedepan sedangkan Aida merasa mendapat sebuah tamparan halus.

Andaikan dua tahun lalu dia menaruh kepercayaan kepada Allah tentunya dia tidak akan bernasib sebagai seorang wanita malam.

• Flashback On

"Alhamdulillah, akhirnya aku sarjana juga, Mak sama Abah harus tahu!"

Aida yang saat itu memiliki status fresh graduate, tampak merayakan suka cita dalam hidupnya sendiri, setelah perjuangan panjang kuliah atas usaha kedua orang tuanya dirinya akhirnya lulus sebagai seorang sarjana ekonomi.

"Aida!"

Aida mengedarkan pandangan disekelilingnya, dia mencari asal suara tersebut yang ternyata berasal dari Abah dan Maknya, dia melihat di sebrang jalan sana, Mak dan Abah baru saja turun dari angkot.

Abah dan Mak, hanyalah seorang pedagang buah di pinggir jalan, mereka tidak bisa mendampingi Aida wisuda karena harus berjualan, tapi Aida tidak menyangka bahwa Abah dan Maknya datang walaupun acara wisuda tersebut sudah selesai.

Mak dan Abah hendak menyebrang jalan menemui Aida, tapi karena kurang hati-hati belum mereka sampai di sebrang, sebuah mobil sedan dengan kecepatan tinggi langsung menghantam tubuh kedua orang tua Aida.

Aida yang melihat itu langsung syok seketika, ia menjatuhkan buket bunganya. "MAK! ABAH!"

Seketika Air mata jatuh di pelupuk mata Aida, di depan matanya kedua orang tuanya terpental sejauh beberapa meter ke aspal dan sudah bersimbah darah.

Semua orang tampak mengepung disana, Aida langsung menghampiri kedua orang tuanya, toga wisuda itu sudah bersimbah darah kerja keras kedua orang tuanya yang menginginkan Aida sukses.

"Mak! Abah!"

Seorang pria tampak memeriksa detak nadi Mak dan Abah, wajahnya tampak tegang dan sedih. "Innalilahi wa innailaihi Raji'un, keduanya sudah meninggal."

Mendengar itu lantas membuat Aida syok bukan main, kedua orang tuanya meninggal tepat di hari dia di wisuda.

•••

Aida masih meratap di depan pusara kedua orang tuanya, dia sudah tidak percaya apapun, masih terbersit dikepalanya kalimat kedua orang tuanya.

"Aida, kalau udah sukses, jangan tinggalkan sholat nak, jangan pernah tinggalkan sholat, Mak dan Abah sudah tua, cuma kamu jaminan surga Mak dan Abah, jangan tinggalkan sholat nak, Allah tidak pernah memaksa kita masuk surga tapi Allah tidak menjanjikan ketenangan di neraka."

Tapi dalam kondisi sekarang, haruskah Aida menaruh kepercayaan kepada Allah, setelah Allah mengambil kedua orang tuanya sekaligus?

Disaat seperti ini Mami Susan datang, dia menawari Aida sebuah kontrak menjadi wanita malam, Aida yang dalam kondisi tidak baik-baik saja, tanpa memikirkannya dengan jernih, padahal dia adalah seorang Fresh graduate yang sangat mudah mendapatkan pekerjaan sesuai jurusan kuliahnya.

• Flashback Off

"Aida?"

Air mata Aida turun begitu saja mengingat Flashback kilas balik kehidupannya yang sangat perih, tapi semuanya buyar dikala Darion segera mengagetkan Aida.

"Kak Ion?"

"Kamu kenapa, kamu menangis?" tanya Darion yang membuat Aida mengusap air matanya.

"Tidak kak, aku pergi dulu ngambil baju dan beresin barang-barang."

Belum sempat Aida keluar, Darion langsung menarik tangannya kemudian mengusap wajah Aida dengan kedua jempolnya.

"Apakah saya melakukan kesalahan, saya calon suami kamu, dan saya tidak mau calon istri saya menangis."

Aida terdiam, perlakuan romantis ini benar-benar membuat hati Aida damai, terlepas dari fakta bahwa Darion adalah pria yang baru dia temui tadi malam.

Aida hanya tersenyum, kemudian keluar dari mobil berjalan masuk ke dalam kost-kostannya meninggalkan Darion disana.

Disaat Aida sudah pergi, tampak suara telepon berdering dari Darion membuat perhatian Darion teralihkan, itu adalah telepon dari Babahnya.

"Assalamualaikum, Bah?" tanya Darion disaat Aida mengangkat telepon.

"Ion, kamu dimana nak, kesini sekarang, ada keluarga nak Agnes yang mau dijodohkan sama kamu," jawab Babah Arga disambungan telepon.

Darion menghela napas panjang, ternyata pembahasan ini masih seputar perjodohan dan perjodohan.

"Tidak bisa, Bah."

"Ion, kamu sudah tidak menurut sama Babah, kesini sekarang nak, kasian Om Arsyad kamu sudah menunggu."

Yah benar, Darion tengah dijodohkan dengan Agnes anak dari kakak kembar Babahnya, yaitu Arsyad.

Darion dan Agnes sebenarnya sangat dekat, seperti seorang sahabat, karena ikatan sepupu tersebut, tapi untuk dijodohkan, Darion memilih menolak mentah-mentah hal itu.

"Darion akan kesana."

Darion segera mematikan sambungan telepon tersebut disaat dia melihat Aida keluar dari kost-annya membawa tas pakaian dan berjalan masuk ke dalam mobil Darion.

Darion bersikap seolah-olah tidak terjadi apapaun disaat Aida sudah duduk disampingnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!