Prolog
Aira Nabila Tanisha
Aira Nabila Tanisha, putri satu satunya pasangan Bapak Hendra Kusuma dan Ibu Putri Tanisha. Bila atau Aira sapaan akrab gadis itu. Bila sendiri mempunyai seorang kakek yang bernama Sutejo. Bila adalah seorang Gadis mandiri, meskipun ia terlahir di keluarga kaya, tidak membuat bila menjadi sosok yang sombong. Keluarga Bila pindah ke Jogja saat bila kecil, karena bisnis Bapak Hendra dan Kakek Tejo lebih berpusat di Jogja. Sementara setelah lulus SMA, bila memilih kuliah di salah satu universitas favorit di Jakarta, bila juga membuka Toko kue dan coffe di samping kampusnya untuk belajar mandiri.
Sore itu ada telefon dari ibunya yang mengabarkan Kakek tengah sakit dan meminta Nabila untuk pulang ke Jogja. Nabila yang sangat menyayangi sang Kakek tanpa persiapan pulang ke Jogja dengan pesawat, langsung menuju Rumah sakit dimana Kakenya dirawat .
“Bapak ,Ibu!” sapa Nabila mencium kedua tangan orang tuanya
Bukahkah kakek sakit, mengapa nampak sehat bugar seperti ini?
“Kakek.” ucap Nabila menghampiri kakeknya, yang langsung disambut oleh pelukan hangat sang Kakek
“Aira cucu kesayangan Kakek.”
Kakek lalu mengutarakan keinginannya untuk menikahkan Nabila dengan cucu dari sahabatnya. Dengan panjang lebar kakek menceritakan tentang masa-masa berharga yang ia lewati bersama Sahabat baiknya.
Nabila mendengarkan semua yang kakek utarakan, tanpa berani membantah apapun. Karena Nabila tidak mau menyakiti hati sang Kakek. Bagi Nabila bisa membahagiakan sang Kakek di masa tuanya sudah cukup membuat Nabila jug merasa bahagia.
Aku tidak bisa menolak permintaan kakek, aku takut kakek akan jatuh sakit lagi jika aku menolaknya.
“Nak, Kakek tidak memaksamu. Semua keputusan ada ditangan kamu, apakah kamu menerima pernikahan yang sudah diatur kakek atau tidak. Yang penting adalah kebahagiaan mu Nak!” ucap ibu mengusap rambut Nabila.
“Aku bersedia Bu, aku ingin melihat Kakek bahagia di masa tuanya.” senyum tulus mengembang di bibir Nabila
Mendengar perkataan Nabila, Kakek dan Bapak sangat senang.
Dimasa lalu Kakek Tejo dan sahabatnya pernah menulis perjanjian akan menikahkan keturunan mereka. Awalnya perjodohan pernikahan ini untuk Bapak Nabila, tapi karena Kakek Tejo dan sahabatnya sama-sama mempunyai seorang putra jadi perjodohan ini di lakukan untuk cucu-cucu mereka.
Adam Ruhby Hanggara.
Orang kaya yang sangat populer bahkan sampai mancanegara. Konglomerat turun temurun di keluarga Hanggara. Dia bisa melakukan apapun dan mendapatkan apapun yang diinginkannya. Adam merupakan sosok suami impian semua wanita selain Kaya Raya Adam terlahir dengan fisik yang rupawan, tinggi badan dan berat badan proporsional. Seorang Presdir dari Hanggara Group, wanita mana yang tidak bermimpi untuk menjadi istrinya. Semua hal berjalan sesuai dengan keinginannya. Sampai pada suatu hari kehidupan tidak berjalan sesuai sesuai keinginannya.
Adam harus menikah sesuai permintaan kakeknya untuk melunasi janji masalalu Kakek dan sahabatnya.
Bagaimana bisa aku menikah dengan perempuan yang bahkan tidak aku cintai?
Permintaan Kakek Sutrisno membuat Adam gelisah, sebagai seorang laki-laki Adam tahu betul bagaimanapun juga janji harus ditepati.
“Adam akhir pekan ini kosongkan jadwalmu, kita akan ke Jogja untuk mengunjungi sahabat kakek!”
“Tapi kek, apa tidak terlalu cepat?”
“Apa yang terlalu cepat?kamu harus bertemu calon istrimu. Pernikahanmu akan dilangsungkan sebulan lagi, menunggu kondisi sahabat kakek stabil.”
“Baik Kek.”
Adam kembali ke kediamannya dengan murung, sepanjang jalan hanya menatap tablet yang digenggamnya.
“Ada apa Tuan?” Tio sekretaris Adam melirik ke arah kursi penumpang seraya mengemudi.
“Tidak papa.”
Sebulan lagi aku akan menikah, aku bahkan tidak tau rupa dari calon istriku. Saat bertemu dulu, dia bahkan belum bisa merangkak. Apakah pernikahan ini adalah pilihan yang benar?
“Apa ada yang perlu saya lakukan Tuan?”
“Tolong kamu cari tau tentang Aira Nabila Tanisha, dia adalah calon istriku!Yang kudengar dia sedang kuliah di Jakarta.”
“Baik Tuan.”
***
Aira tengah berjalan keluar dari kampus menuju toko kue miliknya.
“Permisi Nona.” sapa seorang laki-laki yang mengenakan setelah jas seperti pas pampers.
“Iya?” Aira menoleh pada laki-laki yang memanggilnya itu.
“Maaf, Tuan saya ingin bertemu dengan Nona.” ucap laki-laki itu seraya menunjuk mobil mewah diseberang jalan.
“Maaf, kalau boleh tau siapa Tuan anda, Tuan?”
“Anda akan segera tahu Nona, beliau adalah calon suami Nona, mari Nona!”
Aira mengikuti laki-laki itu berjalan menuju Mobil mewah. Ada sosok laki laki Tampan di dalam mobil itu.
“Silahkan Nona.” ucap laki-laki yang tadi seraya membukakan pintu mobil belakang bagian penumpang, laki-laki itu kembali pada kursi kemudi dan melajukan mobilnya, ya laki-laki itu adalah Tio Sekertaris Adam.
“Maaf menyita waktumu, aku ingin membicarakan tentang pernikahan kita.”
“Haa??” Aira nampaknya masih belum memahami kondisi saat ini, dia masih mencerna perkataan Tio tadi yang menyebutkan Calon suami.
“Aira!” sapa Adam.
“Eh, yaa?” Aira sadar mendengar panggilan Adam “Apa anda kenal saya Tuan?”
“Maaf aku lupa memperkenalkan diri, Aku Adam. Kamu mungkin sudah tau siapa aku.”
“Memangnya anda siapa Tuan?”
“Aira kamu jangan bercanda, apa Kakekmu tidak memberitahu kamu tentang pernikahan kita yang sudah ditentukan?”
“Oh, pernikahan.” Aira manggut-manggut “Apa pernikahan?Ka-kamu?”
“ Ya, aku calon suamimu!”
Hah laki-laki tampan disampigku ini adalah calon suamiku.
Mengamati Adam dengan seksama. “Apa kita pernah bertemu Tuan?”
“Pernah, saat kamu bahkan belum bisa merangkak!”
“Jadi, apa yang ingin anda bicarakan Tuan?”
“Panggil saja aku Adam.”
“Tidak bisa karena anda lebih Tua, saya akan memanggil anda Mas.”
“Terserah kamu saja, Apa kamu menyetujui pernikahan ini?”
“Iya.”
“ Kenapa kamu tidak menolaknya?”
“Saya percaya pilihan Kakek tidak akan salah, dan lagi pula saya ingin melihat kakek bahagia di hari tuanya. Jika Tuan ingin menolak tidak masalah, tapi tolong Tuan sampaikan pada para Tetua dengan hati-hati dan dengan alasan yang bijak agar tidak menyakiti hati para tetua.”
“Aku tidak menolak pernikahan ini, karena sudah tanggung jawabku memenuhi janji yang memang seharusnya di penuhi. Tapi Aira aku tidak berjanji akan mencintaimu, jadi kamu juga tidak perlu mencintaiku!”
Siapa juga yang mau mencintaimu, dasar kepede an .
“Baik, Tuan.”
Apa dia benar-benar paham apa yang Kukatan.
“Hemm” Adam melirik kearah Aira “Dimana kamu tinggal?”
“Saya tinggal di apartemen Lili Blok F.”
“Kita makan dulu, setelah itu aku akan mengantarmu!”
“Bhaikk.”
“Tio perkenalkan dirimu pada calon Nyonya!”
“Saya Tio nyonya muda sekertaris pribadi Tuan Adam, senang berkenalan dengan anda. Anda bisa memanggil saya Tio.”
“Salam kenal Tio, mohon bantuannya untuk ke depanya yaa.”
Wah wah sepetinya nyonya muda kita orang yang sangat ramah.
***
Kisah Aira dan Adam akan segera dimulai 😍😍
Campus life
Matahari pagi yang sangat cerah, seperti biasa Aira bangun jam 5 pagi sholat subuh lalu masak untuk sarapan. Setelah pertemuannya dengan Adam kemarin, hati Aira lebih tenang setidaknya Adam terlihat sepeti lelaki yang baik. Mungkin pernikahan mereka nantinya tidak terlalu buruk.
Aira mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, tak lupa ia mendengarkan lagi favoritnya ost Drakor ITS Okay that love yang berjudul “ I love you”.
(Lirik)
oraensigan hamkkeraseo nae chinguro nan neomudo pyeonhaesseosseo
ige saranginjul moreugo jinaesseo geurae geuraewasseo
neol motbomyeon bogo sipgo nae kkumsoge niga jakkuman natanago
maeil jamdo motja nunmullo jinaesseo neoui geojeori nan duryeowoseo
oneuldo tto tto motaneun geumal
jibape seoseo junbihaetdeon mal
na kkumeseorado geu kkumeseorado neoui nuneul bomyeo gobaekhago sipeun sojunghanmal
naeireun jeongmal kkokkkok haebogo sipeunmal
yonggijocha eobseo motaetdeonmal
naneun geobi naseo neomu museowoseo
niga meoreojilkka oraetdongan motaetdeonmal
neoreul saranghae
gakkeum neoneun sure chwihae neujeunbam nal
bogo sipdaneun mareul hago
bamsae seolleime naneun jamdo motja
neoneun sulgime han marijiman
oneuldo tto tto motaneun geumal
jibape seoseo junbihaetdeon mal
na kkumeseorado geu kkumeseorado
neoui nuneul bomyeo gobaekhago sipeun sojunghanmal
neoreul saranghae
ireoke apeuljul aratdamyeon
sijakhajido malgeol
oneuldo nan ireoke nunmulman
oneuldo tto tto motaneun geumal
nunmullo tto tto gobaekhaneunmal
naneun neol saranghae naega neol saranghae jageun moksoriro gobaekhaneun oraedoen honjatmal
naeireun jeongmal kkokkkok haebogo sipeunmal
yonggijocha eobseo motaetdeonmal
naneun geobi naseo neomu museowoseo
niga meoreojilkka oraetdongan motaetdeonmal
neoreul saranghae
Aira sangat menyukai drakor di dibintangi Jo In sung tersebut, bahkan ia hafal semua lagu dari ost drama itu. Seperti biasa Aira memarkirkan mobilnya di Toko kue & cafe miliknya berada di dekat kampus.
“Pagi mbak Bila!” sapa salah satu karyawannya.
“Pagi, semangat ya semoga hari ini ramai.” ucap Aira.
“Siap mbak.”
Setelah itu ia berjalan ke kampus.
“Ra kok lo lama sih, gue udah nungguin lo dari tadi. Tau gitu kan gue jemput lo.” ucap Abel salah satu sahabat Aira.
Abel putri dari keluarga kaya, Ayahnya seorang pengusaha real estate yang lumayan. Dia tidak tau identitas Aira yang juga seorang putri kaya, yang dia tau Aira adalah anak yang merantau untuk kuliah di Jakarta dan bekerja sampingan di coffe shop, namun hal itu tidak menghalangi Abel untuk berteman dengan Aira, bagi Abel yang terpenting adalah Aira sahabatnya adalah perempuan yang baik dan penyayang. Hal itu yang membuat Abel sangat menyayangi Aira. Bahkan Abel selalu membela Aira saat ia di bully.
“Nita mana ?” Tanya Aira.
“Dia ngantar ibunya jualan di pasar dulu, baru ke kampus. Yuk masuk!” ajak Abel menggandeng lengan Aira seperti biasanya.
Nita sendiri adalah anak seorang pedagang sayuran di pasar, ibu Nita seorang single parent. Ayahnya telah meninggal sejak Nita SD. Nita kuliah dibiaya oleh kerja keras ibunya yang seorang penjual sayur.
“Ra Aira bil bila.”
“Apaan sih bel?”
“Ra lo lebih suka dipanggil Aira atau bila atau Nabila atau Tanisha?”
“Serah lo deh, yang penting jangan panggil gue tante!”
“Gue panggil sayang mau?”
“Ogah,”
“Ya udah deh bila aja kali ya, tapi Aira juga cantik.”
“Bel kita temen udah berapa lama sih, masih aja lo ributin soal panggilan gue,”
“Suka-suka gue dong.”
“Ya udah kalo suka-suka lo, jangan ribut lagi!”
“Ra lo mau nemenin gue ke ulang tahun temen kakak gue gak?”
“Kapan?”
“Malem minggu besuk.”
“Yah maaf banged ga bisa, gue mesti pulang ke Jogja.”
“Mendadak banged lo pulang ke Jogja, apa ada masalah sama bapak ibu?”
Bukan bapak ibuk, tapi masalahnya malem minggu besuk gue bakal dilamar, dan bentar lagi jadi istri orang 😔
“Ngga ada, Kakek merindukan cucu tersayangnya. Jadi gue harus pulang!”
“Padahal gue mau ngenalin lo sama temen-temen kak Caca, mereka cakep-cakep dan tajir.”
Abel sayang makasih banged, tapi gue dah hampir nikah bel, mana bisa kenalan sama cowok-cowok. Nasib
“Sorry ya bel, next time deh.”
“Jadi, berangkat Jumat sore? Naik apa?”
“Jum’at pagi kayaknya, Belum tau nih mau naik apa, kereta kayaknya asik deh.”
“Pesawat aja biar cepet, gue beliin tiket yaa.”
“Gak usah bel.”
“Udah gak papa, santai aja deh lo.”
Ya ampun bel, kamu baik banged. Apa kamu bakalan marah kalo tau identitas aku yang sesungguhnya.
“Beneran gak usah, aku pengen naik kereta.”
“Hm, ya udah terserah lo aja.”
Mereka kemudian masuk ke kelas, di kelas sudah ada Jenny si cewek centil yang merasa dirinya paling cantik sedunia.
“Yoo ada Putri Cantik dan Upik abu.” seru Jenny menatap Abel dan Nabila.
“Siapa yang lo sebut Upik abu?” tanya Abel.
“Dah bel gak usah di ladenin.” Nabila menarik lengan Abel menuju kursi mereka.
“Bel lo ko mau sih temenan sama anak kampung kayak Dia?”Jenny menunjuk ke bila dan memandang remeh.
Sabar bil sabar. Gumam bila
Bila melihat Abel melangkah hendak menghampiri Jenny, dengan cepat bila menarik tangan Abel yang sudah maju selangkah.
“Bel udah, biarkan aja.”
“Tapi ra?” Abel menatap Aira tidak suka sahabatnya di bully.
“Lo masih waras kan?” Bisik bila ke telinga Abel, Abel kemudian tertawa.
“hahaha, kita yang waras gak perlu ngladenin orgil ra. Biarkanlah orang gila berkata sesukanya.” Abel terkekeh melihat raut masam Jenny.
“Awas lo!” ucap Jenny hendak menghampiri Abel tapi langkahnya terhentikan karena Dosen mereka sudah masuk.
Sekitar satu setengah jam mata kuliah hari itu selesai. Bila dan Abel menuju kantin untuk makan siang.
“Bu bakso dua sama Es lemon tea juga 2.” ucap Abel pada ibu kantin.
“Baik, neng.”
Bila dan Abel duduk di pojok menghadap ke arah lapangan khusus anak anak PJKR.
“Pulang kuliah lo mau kemana ra?”
“Kerja di coffe shop, apa mau jenguk Nita dulu? Gue kepikiran sama Nita, dia gak bales wa gue.”
“Kerjaan lo gimana?”
“Gampang gue bisa kerja sepulang dari tempat Nita.”
“Oke deh.”
Bila dan Abel menikmati semangkok bakso dengan cekikikan gosipin anak anak PJKR yang lagi voly di depan mereka.
Mas Adam bisa Volly gak ya hihi.
“Ra lo sehat?”
“Sehat lah, Menurut lo?”
“Terus kenapa cekikikan sendiri?”
“haha, gak papa.”
Sepulang kuliah Bila dan Abel mengunjungi rumah Nita dengan mobil Abel. Mereka sampai di rumah Nita, tapi rumah dalam keadaan sepi dan tidak ada penghuninya.
“Kok sepi ra?”
“Coba gue tanya ke tetangga sebelah ya.” ucap Aira berjalan menuju rumah sebelah Nita
“Permisi buk!” sapa Aira pada tetangga Nita
“Ya neng, ada apa?”
“Maaf Bu mau tanya, saya mengunjungi ibu Sofi tetangga sebelah ibu tapi beliau tidak ada. Apa ibu tau beliau kemana ya Bu, seharusnya kan sudah pulang dari pasar?!”
“Oh ibu sofi masuk rumah sakit neng tadi pingsan pas di pasar.”
Bersambung
.
.
.
.
.
.
.
****next ****
“Nona Aira tidak berada di coffe shop Tuan” ucap Tyo kembali dalam Mobil
“Kemana Dia?”
Mengunjungi Ibu Sofi
“Dibawa ke rumah sakit mana ya Bu?”
“Ke Rumah sakit mitra neng, neng siapa ya Bu sofi?”
“Saya Aira Bu, sahabat Nita putri ibu Sofi. Kalau begitu kami permisi Bu, terimakasih informasinya.”
“Ia, sama sama neng geulis.”
Tanpa banyak bicara Nabila dan Abel segera menuju rumah sakit untuk mengunjungi ibu Sofi. Nabila dan Abel menuju ruang kelas 3 rumah sakit Mitra, ruang di mana ibu Sofi dirawat. Mereka melihat Nita menangis di depan ruang rawat.
“Nita!!” ucap Bila dan Abel lalu memeluk sahabatnya.
“Kalian tau darimana aku disini?”
“Tidak penting kami tahu dimana, yang penting sekarang bagaimana keadaan ibu?” Tanya bila.
“Ia, bagaimana ibu? Apa ibu baik-baik saja?” Timpa Abel.
“Ibu hiks hiks ibu ra.”
“Ia, ibu kenapa?” Bila memeluk Nita semangat Abel menepuk bahu Nita untuk menenangkan. “Ibu kena kangker Payu**** hiks hiks, dan harus segera di operasi.” ucap Nita masih dengan sesenggukan menjelaskan kondisi ibunya kepada Bila dan Abel.
“Kamu yang tenang ya Nit, ibu pasti baik baik saja.” ucap Abel.
“Iya, kamu harus sabar, harus kuat saat di depan ibu, jangan sampai ibu melihat kamu seperti ini nanti ibu sedih.” Nabila mengusap lembut rambut Nita menenangkannya.
“Aku harus bagaimana? Biaya operasi dan pemulihan sangat mahal?Aku sudah mencoba menghubungi pamanku untuk menjual kios kami di pasar, tapi tidak arak terjual secepat itu. Sementara ibu tidak bisa menunggu lama.” ucap Nita lagi masih dalam keadaan sesenggukan.
“Nanti kita pikirkan bersama, yang penting kamu tenang dulu, okey!” ucap Bila.
“Ia, benar kata bila masih ada aku dan bila. Kami tenang ya Nit. Sekarang ayo temui ibu bersama!” ajak Abel masuk keruangan ibu Sofi.
Mereka menghampiri ibu Sofi, dalam satu ruangan yang di huni ibu Sofi ada 3 orang pasien sehingga sedikit berisik. Ibu Sofi senang melihat kehadiran Bila dan Abel.
***Cafe milik Nabila***
“Mohon tunggu sebentar Tuan, saya akan menemui nona Aira.” ucap Tyo yang hendak masuk ke coffe shop Aira mencari Aira.
“Hemm.”
Tio kemudian masuk meninggalkan Adam yang masih berada di dalam mobil. Tidak selang waktu lama, terlihat Tio keluar dari cafe seorang diri.
“Nona Aira tidak berada di cafe, Tuan.” ucap Tyo kembali dalam Mobil.
“Kemana Dia?”
“Menurut salah seorang karyawan, Nona Aira belum mengunjungi coffe shop sore ini. Mobil Nona Aira juga masih berada di parkiran.”
“Bukahkah seharusnya Aira sudah pulang dari kampus?”
“Menurut jadwal mata kuliah yang diikuti Nona Aira hari ini hanya sampai jam 14:00.”
“Coba kamu lacak dimana keberadaan Aira!”
Beberapa saat kemudian Tio telah menerima informasi keberadaan Aira dari salah seorang bawahannya.
“Nona Aira terlihat masuk ke dalam Rumah sakit Mitra sekitar Satu setengah jam yang lalu, Tuan.”
“Kita ke rumah sakit saja sekarang!”
“Baik, Tuan.”
***Rumah Sakit Mitra***
Bila dan Abel berpamitan pada ibu Sofi, karena waktu sudah hampir malam. Mereka meninggalkan ruangan Ibu Sofi.
“ Kenapa?” Tanya Nabila.
“Aku bingung, aku ingin membantu Nita untuk membayar Biaya operasi ibunya tapi tabunganku tidak cukup, kamu tau kan aki habis ganti mobil. Apa aku minta Papa saja?”
“Jangan, lo sudah terlalu sering minta minta sama Papa lo. Nanti kita pikiran lagi. Oh ya kamu pulang sendiri aja yaa, aku naik taksi aja, biar lo gak kemalaman. Kalo nganterin gue dulu ntar kemaleman gak enak sama Papa lo.”
“Tapi gue kepikiran lo naik taksi sendiri.”
“Santai.”
Mereka kemudian berpisah, Abel menuju basemand untuk mengambil mobilnya sementara Bila menuju ruang administrasi-administrasi yang memang buka 24 jam dirumah sakit itu.
“Ada yang bisa dibantu mbak?” tanya petugas administrasi.
“Saya mau membayar biaya Operasi A.n Ibu Sofi Yanti mba alamat Jln xxx.”
“Baik, mohon tunggu sebentar ya mbak.”
Bila menunggu di kursi tunggu yang sudah disiapkan di depan loket Administrasi.
“Atas nama Ibu Sofi Yanti?” panggil petugas Administari.
“Iya, mba.”
“Totalnya 150juta mba.”
“Baik, ini mba.” ucap bila menyodorkan kartu ATM miliknya “Mba saya minta ibu Sofi dipindahkan ke kelas satu ya mba, biar bisa istirahat dengan tenang.”
“Baik Mbak.” jawab petugas Administrasi.
Setelah pembayaran selesai petugas administari mengembalikan ATM bila.
“Mbak untuk kekurangan biaya perawatan ibu Sofi Silahkan menghubungi No ini ya mbak, dan saya minta tolong identitas saya dirahasiakan tidak usah ada yang tau jika saya yang membayar biaya perawatan ibu Sofi.” ucap Bila seraya menuliskan No handphonenya.
“Tapi mbak?”
“Saya mohon mbak dirahasiakan saja.” ucap bila dengan senyuman manisnya.
“Baik, mbak.”
“Terimakasih, mbak.”
Nabila meninggalkan loket administrasi tanpa disadari dari jauh ada 2 pasang mata yang memperhatikannya. Mendengar semua percakapan Bila dan petugas Administarsi.
“Calon nyonya sungguh perempuan yang sangat baik Tuan!” ucap Tio.
Aira Nabila Tanisha, aku ingin tau semua tentang kamu, sisi baik dan burukmu.
“Hemm.” jawab Adam dengan senyum tipis “Ambil Mobil!”
“Baik, Tuan.”
Adam berjalan mengikuti Nabila dari kejauhan, saat sampai di lobi rumah sakit, Adam mempercepat langkahnya menghampiri Nabila.
“Nabila!” seru Adam memanggil.
Seperti suara Mas Adam.
“Mas Adam? Mas ngapain disini?”
“Aku menjenguk rekan bisnisku.” jawab Adam berbohong.
Aku gak mungkin bilang kesini karena nyari kamu. Hancur reputasiku.
“Kamu sendiri ngapain disini?” tanya Adam.
“Aku habis jenguk ibu temenku Mas.”
“Temen cowok/cewek?”
Apaan sih kepo deh.
“Cewek mas, Tio mana?” Tanya Aira karena tidak mungkin Adam berkeliaran tanpa sekretarisnya itu.
“Baru ambil mobil, ayo aku antar kamu pulang!”
“Mas kok tau aku gak bawa mobil?”
Sialan, dia kan gak tau aku habis dari coffe shopnya.
“Hanya menebak.”
“Oh.”
“Oh aja?” Adam terlihat mengernyitkan dahinya mendengar jawaban Nabila yang hanya oh.
Terus aku harus jawab apa dong, harus jingkrak jingkrak karena ketemu mas Adam gitu.
“Maksud aku, oh aku gak nyaka ketemu Mas Adam disini gituuu!”
Sebelum Adam sempat menjawab mobil yang dikendarai Tio tiba, Adam lebih dulu membukakan pintu untuk Aira, kemudian ia segera masuk mobil setelah Aira.
“Kamu mau pulang kemana?”
“Ke cafe dulu mas, mobilku disana.”
“Pulang ke apartemen saja, sudah malam. Besuk pagi kamu ke kampus naik Taksi, atau aku kirim sopir untuk antar kamu.”
“Gak perlu mas aku naik taksi aja.”
Gila kali gua dianterin sopir lo, yang ada kehidupan kampus gua yang tenang jadi macam neraka karena banyak yang ngiri.
“Oke terserah kamu.” jawab Adam “Aira kamu ngga lagi ngikutin aku kan?”
“Maksud Mas?”
“Ya, kayaknya kita ketemu di rumah sakit bukan kebetulan, kamu nggak lagi ngikutin aku kan?”
“Aku mana sempat nyikutin mas Adam, meskipun rutinitasku tidak seperti Presdir Hanggara Grub, aju juga lumayan sibuk tahu!” ucap Bila cemberut.
Hihi suara Tio terkekeh, Aira dan Adam sama sama melihat ke arah Tio.
“Kenapa kamu Tio, apanya yang lucu?”
“Tidak Tuan saya ingat film kartun yang saya tonton.”
Tuan, Tuan bisa bisanya lempar batu sembunyi tangan jelas-jelas Tuan yang mengikuti Nona Aira.
“Sejak kapan kamu nonton Tio?”
“Sudah lama, Tuan.”
Sejak Tuan suka ngikutin Nona Airalah.
“Mas?” ucap Nabila
“Hemm.”
“Jadi ke Jogja?”
“Jadi, kam sudah diputuskan. Kamu mau sekalian bareng sama saya?”
“Gak ah, aku pulang sendiri aja. Kakek kan tidak tau kalo kita sudah saling mengenal.”
“Kamu yakin pulang sendiri?”
“Ia.”
“Biar Tio yang urus tiket kamu, dan antar kamu ke bandara.”
“Aku bisa sendiri kok.”
“Kalo aku bilang biar Tio yang antar ya Tio, jangan membantah!”
Lah gini doang jadi debat, gimana ntar udah nikah 😩
“Baiklah.”
Aku malas debat tahu.
“Sudah sampai, kamu masuk sana!”
“Ia,ia.” ucap Nabila keluar dari mobil
“ Terimakasih mas.” Bila kemudian berlari kearah apartemennya.
“Kita juga pulang Tio!”
“Baik, Tuan.”
Bersambung
.
.
.
.
.
.
.
***Next ***
“Kakek.” ucap Bila berlari menghampiri kakeknya
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!