NovelToon NovelToon

Milik Sang Pewaris Dingin

Pengenalan Tokoh

Rumah Keluarga Haris Swan 35 tahun, seorang pengusaha sukses dan kaya Raya, seorang Miliurder yang begitu di segani, ia pria yang tampan dan pengusaha di bidang batubara, dan teknologi komunikasi, ada perusahaan pengembangan properti seperti Hotel besar dan beberapa gedung pencakar langit yang menjadi miliknya...semua tergabung dalam Swan Group...yang berada di bawah kendalinya..

Kehidupan pribadi Haris Swan juga tak kalah bahagia, ia memiliki istri yang cantik bernama Hera Swan 30 tahun, dengan 2 orang putra yang begitu tampan bernama Dimitri dan Rob masa kecil Dimitri selalu di warnai berbagai macam persaingan tentu saja kompetisi dalam keluarga untuk membuktikan kalau dialah yang paling hebat dan akan menjadi ahli waris Group Swan yang tidak sedikit. dalam segi belajar juga Rob dan Dimitri selalu bersaing...dan uniknya baik Harry ataupun Hera memang memiliki kedekatan masing-masing anak kesayangan sendiri-sendiri...jika Harry memilih Dimitri sebagai ahli warisnya maka hal yang sama di lakukan Hera yang memilih si bungsu Rob sebagai pewaris..jurang kompetisi mulai terbentuk sejak dini hingga di usia Dimitri 14 tahun dan Rob 12` tahun Rob dan Dimitri terlibat persaingan yang mulai tak sehat..

Hubungan saudara yang seharusnya kuat malah hancur seketika karna perebutan harta di antara keduanya...

''Ambilkan ayahmu sup daging itu Rob..'' bisik Hera memberi isyarat dengan matanya ketika sang ayah memasuki ruang makan di ikuti Dimitri dari belakang..

Rob segera bertindak atas perintah sang ibu yang menjadi panutannya..Harry melihat sikap sang anak bungsu yang terlihat seperti mencari perhatiannya, tentu saja ia tau benar kalau sang istri Hera ada di balik sikap Rob..karna Harry tau sendiri kalau Rob adalah anak yang tidak terlalu ambisius berbeda dengan Dimitri yang ambisius dan pintar seperti dirinya...karna itu Harry hanya tersenyum tipis..

''Selamat pagi sayang...'' ucap Harry kepada Herra yang langsung memasang wajah penuh senyuman..

''Selamat pagi juga sayang, selamat pagi Dimitri..''

Roger yang memang dingin hanya mengangguk tanpa sedikitpun ekspresi di wajahnya..ibu tiri..yah...Hera adalah ibu tirinya jadi Rogger sungguh tak bisa mengabaikan kenyataan itu...ia berusia 14 tahun sekarang, ketika ibunya meninggal mendadak dan wanita ini datang dengan membawa perut besarnya dan menikahi sang ayah..

Fix dia hanya ingin harta keluarga Swan, itulah yang ada di pikiran Dimitri, ia tak akan menerima Hera sebagai ibunya. Dimitri tersenyum dingin, bahkan dalam mimpipun ia tak akan pernah membagi harta warisan pada adiknya Rob..karna dia yakin sekali kalau Rob bukan saudaranya..wanita ini adalah ular dan Rob tidak sedarah dengannya..

Dimitri duduk di depan Rob, keduanya saling melemparkan tatapan membunuh dari seberang meja..sedangkan sang ibu Hera duduk di samping ayahnya...

Mereka mulai makan..

''Bagaimana sekolahmu Rob..'' tanya Harry dengan santai..

''Sekolahku baik..aku adalah pria yang pintar dan gampang bergaul..semua orang menyukaiku juga...para gadis..''ucap Rob sambil menatap penuh ejekan pada Dimitri yang mempunyai sikap dingin dan kaku..para gadis bahkan menjauhinya dan menganggap dirinya terlalu menakutkan.

Hera melonggarkan tenggorokannya sedikit gugup dengan pernyataan Rob yang tajam, Dimitri walaupun masih muda namun bukan berarti ia bisa di pandang remeh, Dimitri punya aura kejam di dalam dirinya bahkan di usianya yang masih 14 tahun..bahkan Hera segan hanya untuk menegurnya karna dia hanyalah ibu tiri.

Dimitri menaikan alisnya..

''Aku ke sekolah bukan untuk menebar pesona, bukankah itu hanya pekerjaan orang bodoh yang sama sekali tidak memiliki otak...aku tidak serendah itu..aku bahkan tidak membutuhkan satu gadispun..'' Dimitri terkekeh menajamkan tatapannya kepada Rob...sehingga membuat ruangan menjadi hening..sang ayah hanya terdiam dan menatap keduanya.....

Rob mengepalkan tangannya dan merasa sangat kesal..Dimitri sangat sombong...

''Kau......''

''Mengapa kau tersinggung....bagus, jangan mencoba memprovokasiku karna aku....tidak akan pernah mengijinkankan kau mengujiku Robert Swan..'

Deg!!!!

Harry menatap putra sulungnya dalam diam, ia hanya tersenyum bangga, yah...ia bangga dengan putranya....

Hera mencubit Rob dan menggelengkan kepalanya ketika keduanya bertatapan..

''Rob...jangan menganggu kakakmu, seharusnya kau belajar bersikap tenang seperti kakakmu..'' desis Hera penuh peringatan..

Rob hanya mampu diam....Hera lalu menatap sang suami dan berdehem..

''Sebenarnya pagi ini aku ingin membuat pengumuman penting untuk keluarga kita...''

Mereka menoleh kepadanya....

''Ada apa sayang....''

''Ehm.....''

Dengan gugup Hera mengeluarkan sebuah alat tespek dari saku bajunya dan meletakannya di atas meja...jelas kalau itu adalah alat tes kehamilan dan membuat seisi ruangan menjadi hening....Dimitri menatap tajam..

Apalagi ini...seorang anak lagi itu artinya persaingan....??? pandangan mata Dimitri begitu tajam kepada Hera yang pada saat yang sama juga menatapnya....

licik sekali wanita ini....tak cukup satu anak untuk menyingkirkan Dimitri ia kini mengandung seorang untuk bersatu merebut semua ini....??

''Hamil....kau hamil sayang...'' wajah Harry berubah cerah, ia berharap kali ini anaknya perempuan demi meredam amarah di antara kedua kakaknya...

''Yah...aku hamil, 2 bulan sayang...'' bisik Hera dengan mata yang basah...

''Aku akan punya adik....astaga..terimakasih ibuku sayang.....'' Rob tertawa dengan sangat lantang..ia akan menyingkirkan Dimitri yah...menyingkirkannya, dalam perebutan harta warisan..

Suasana rumah berubah seketika menjadi lebih ceria...tentu saja...sang nyonya yang kaya raya mengandung anak lagi..hati Hera berbunga-bunga...tentu saja, perjuangan besar baginya untuk bisa hamil....dan Hera akan menguatkan posisinya dirumah ini....wanita itu pun tersenyum menang....

Wajah ketiganya begitu bahagia dan hanya seorang saja yang tak senang dengan kehamilan itu dialah Dimitri Swan, putra pertama keluarga ini....

rasa cemburu mulai membakarnya dengan cepat.....

Sementara..........Harry yang begitu senang menatap sang istri....

''Sayang...aku akan menghadiahkanmu sebuah perusahaan sayang....atas namamu..kau tinggal pilih mana yang kau suka..''ucap Harry dengan lembut,...

Mendengar hal ini membuat Hera terharu, perusahaan...?? woww...itu adalah impiannya, perusahaan atas namanya sendiri...dengan penuh senyuman ia menundukan kepalanya sekali lagi...

''Terimakasih suamiku.....'' balas Hera dengan mata berbinar....

Sementara Dimitri hanya mampu menahan amarah di dalam dirinya, ia akan mencari cara demi menyingkirkan wanita ini,,,dan mencari tau apakah benar anak di dalam kandungan ibu tirinya adalah anak sang ayah...??

Senyum dingin tergambar jelas di mata Dimitri....

''Selamat ibu Hera....aku harap adikku akan tampan atau cantik...''

Wajah Hera yang tadinya tersenyum kembali menguap...entah mengapa ia begitu segan pada anak ini...

''Terimakasih putraku...'' balas Hera susah payah...

17 tahun kemudian........

Seorang gadis cantik turun dari mobil, hari ini dia kembali dari sekolah asrmanya yang memisahkannya dari orangtua dan kedua kakaknya selama 12 tahun, yah..dia dikirim sejak usia 5 tahun ke sekolah asrama putri sejak usia dini atas perintah sang kakak pertama Dimitri...

Sementara sang ibu Hera berlari menyambutnya dengan mata yang basah oleh rindu yang besar...

''Putriku Michelle....'' bisik Hera memeluk sang putri...

''Ibu....mengapa menangis..dan mengapa ada banyak orang...''

''Ayahmu....ayahmu Michelle...dia.....'' suara Hera tercekat di tenggorokannya..

Pertemuan Yang Manis

Michelle tertegun sebentar ketika sang ibu tampak sangat tersiksa dari dalam matanya. Michelle tau benar bagaimana hidup ibunya dirumah ini..berada di bawah tekanan sang kakak pertama yang kejam tanpa mampu melawan, sementara kak Rob sama sekali tak bisa di andalkan, hidupnya hanya menghabiskan uang untuk pesta dan wanita,...tentu saja sebagai adik Michelle tak mampu melakukan apapun, ia seorang perempuan dan paling bungsu, posisinya sangat lemah karna kak Dimitry bahkan mengirimnya sekolah di asrama dengan kejam,...mereka belum pernah bertemu satu kalipun dan hal itu membuat Michelle tak mampu melakukan apapun, semua geraknya di batasi.. bahkan kunjungan ibunya juga memakai jam kunjung..sungguh kakaknya sangat kejam.

''Apa yang terjadi pada ayah..mengapa ibu menangis...''

Michelle mencoba untuk menenangkan sang ibu yang begitu ia cintai...keduanya saling menatap...

''Ayahmu sekarat...dan kau tau...Dimitry tidak mengijinkan siapapun untuk memasuki kamar dan menemui ayahmu..ibu ingin sekali bertemu...ingin sekali....'' isak wanita yang tampak frustasi itu kepada putrinya...

Wajah sang ibu yang dulunya cantik dan penuh perawatan mahal kini berubah kusam dan tidak terawat, yah...ibunya tampak lebih tua dari sebelumnya. Michelle tau jika sang kakak sudah mengatur segalanya dirumah ini dengan semua peraturannya...airmata Michelle menetes..

''Aku akan menemui kakak...aku juga merindukan ayahku...''

Hera mengangguk dengan penuh harap, putrinya telah kembali dan ia harap Dimitri bisa luluh dengan kedatangan adik bungsunya...

Hera menggenggam jemari Michelle...

''Bisakah ibu berharap...? kakakmu Rob tak bisa di andalkan sama sekali...bahkan saat ayahmu sakit dia tak berada dirumah...''ucap Hera dengan mata yang basah penuh rasa sakit..

''Aku akan menemui kakak...''ucap Michelle dengan tekat yang kuat..

Gadis itu memeluk ibunya dengan erat lalu melepaskannya, kemudian melangkah cepat menuju rumah besar..

***********

Dimitri menatap mata sang ayah dengan mata tajam membara...ia mendekat dan menaikan sudut bibirnya..

menikmati kemenangan ketika sang ayah telah mengalihkan semua harta warisan kepadanya, pengacara keluarga Swan hanya mampu menatap pasrah menyaksikan pengalihan semua hak waris jatuh pada putra pertama..

''Ayah harap kau bisa berlaku adil Dimitri...'' desah pria itu dengan nada lemah yang kian berat...

Dimitri seketika meredupkan matanya dan menggenggam jemari sang ayah,...matanya terlihat bengkak karna airmata dan tak mampu menahan semua kesedihan yang menumpuk di dadanya..

''Aku akan pastikan ibuku, dan kedua adikku akan baik-baik saja ayah...beristirahatlah dengan tenang...''bisik Dimitri menenangkan..suaranya terdengar lembut dan bijak hingga membuat sang ayah semakin lega jika ia pergi sekarang ia tak akan ragu karna Dimitri akan menjadi penggantinya untuk melindungi keluarga ini...

''Ayah bangga padamu nak...ayah sangat bangga..'' desahnya pelan..

Disaat yang sama pintu ruangan tiba-tiba terbuka....seketika itu juga Harry sang ayah juga pengacara dan Dimitri lalu beberapa bodyguard Dimitri menoleh ke arah pintu..

Deg!!!

Berdiri disana seorang gadis yang begitu cantik, berambut pirang ia terlihat menangis. dan kehadirannya cukup menarik perhatian Dimitri, ya,...ia tau benar kalau yang datang adalah Michelle...terakhir kali mereka bertemu ketika gadis ini berusia 5 tahun dan ia sendiri yang memasukannya ke asrama untuk sekolah sampai dewasa..dan kini dia tumbuh dengan cantik.

Dada Michelle terasa sesak melihat sosok ayahnya yang terlihat lemah di atas ranjang..pria itu menoleh dan terkejut ketika menyadari kehadiran putri kecilnya..

matanya melebar dengan begitu dramatis...putri bungsu yang begitu ia rindukan kini berada dekat dengannya dan sedang memandangnya..pria paruh baya itu mengulurkan tangannya ke arah Michelle...

''Ayah....'' suara Michelle tercekat di tenggorokannya..

Ia melangkahkan kakinya perlahan tak perduli beberapa pasang mata yang sedang memandangnya dengan tajam...Michelle tak perduli apapun dan siapapun..ia hanya ingin ayah...yang ia rindukan selama beberapa tahun terakhir ini...

Dimitri menatap sosok Michelle yang melangkah mendekat melawatinya begitu saja..aura Michelle begit kuat dan mampu menghipnotis siapapun yang menatapnya ia sangat cantik dengan rambutnya, warna kulitnya yang cantik seperti mutiara..ia seperti bidadari yang begitu cantik...

hingga Dimitri membeku....Cantik...batinnya.

Michelle menjatuhkan tubuhnya di hadapan ayahnya...rasa rindu bercampur sakit begitu menguar dan membuat Michelle begitu terpukul melihat kondisi sang ayah...

''Ayah.....apa yang terjadi..jangan sakit, aku sudah kembali ayah...'' suara Michelle begitu memilukan dan membuat siapapun yang mendengar suara lembut itu akan ikut terharu..

Harri mengangguk, menatap lekat mata Michelle yang begitu indah,

''Ayah bahkan ingin meminta pada Tuhan agar ayah bisa menamanimu lebih lama....''desah Harri menahan kesedihan..

''Tuhan akan mendengar kita Ayah....aku yakin ayah akan sembuh...aku akan merawat ayah....''

Harri tersenyum...walau begitu ia tau waktunya sudah dekat, dan ia akan meninggalkan sang putri...

''Ehm.....bisakah kalian meninggalkan aku bersama putriku...''

Dimitri dan sang pengacara saling memandang, lalu Dimitri mengangguk...

''Gunakan waktu ayah sebanyak mungkin, kami...tak akan mengganggu...''

Dimitri menundukan kepalanya dengan senyuman dingin..lalu melangkah keluar kamar meninggalkan Michelle bersama sang ayah...

ruangan menjadi hening dan Michelle menghela nafas...menyadari sang kakak sudah pergi dari kamar ini..

''Mengapa kau menghela nafas seperti itu...'' Harry menatap sang putri...

Michelle mengusap wajahnuya dengan gusar...bibirnya mengerucut membentuk ekspresi yang lucu..

''Aku takut sekali pada kakak Dimitri...''

''Dia kakakmu...''

''Tapi tetap saja...aku melihatnya seperti seorang psikopat kejam..''keluh Michelle..

Gadis itu terkejut ketika Harri sang ayah mengusap rambutnya dengan lembut....

''Dia ayah didik dengan keras hingga membentuknya terlihat kejam seperti itu Michelle, ayah yakin dia akan mampu menjaga keluarga kita....''

''Aku tidak mau ayah...aku hanya ingin bersama ayah...terlalu mengerikan jika hanya kakak yang ada dirumah ini...''

Harri tersenyum sedih...

''Michelle...ambil kotak berwarna biru di dalam laci meja ayah...''

Michelle mengerutkan kening namun ia menurut dan melangkah mengikuti perintah sayng ayah dan mengambil sebuah kotak biru di dalam laci dan membawanya ke hadapan sang ayah yang sedang menunggunya...kotak berwarna biru itu sedikit ramping dan mampu masuk ke dalam kantong dres yang di pakai Michelle..

''Apa ini ayah..apakah ini perhiasan untukku boleh aku membukanya..''

Michelle ingin membuka kotak itu namun segera di cegah oleh sang ayah...

''Tidak sekarang sayangku, ayah ingin kau membukanya ketika ulangtahunmu bulan depaan..''

Deg!!!!

Wajah Michelle berubah mendung, dengan cepat ia meletakannya kembali ke dalam genggaman sang ayah dan bersedekap..

''Kalau begitu mengapa ayah memberikanku sekarang...aku bahkan belum ulang tahun..''

Hening...

Michelle menoleh ketika melihat nafas sang ayah yang mulai berat...gadis itu segera menyesalinya..

''Ayah......'' desahnya dengan mata yang basah..

Harry begitu sedih menatap mata sang putri yang begitu cantik.....

''Michelle....''

************************

Visual di Group yah....

Kehilangan

Michelle membeku ketika melihat pemandangan yang begitu menyakitinya...

''Ayah....''

''Simpanlah kotak ini,....jangan membiarkan siapapun tau ayah memberikanmu kotak ini termasuk ibu dan kedua kakakmu...''

''Hah....tapi....''

''Ini adalah hadiah terakhir dari ayahmu nak..'' suara Harry terdengar begitu sedih....

''Jangan percaya pada siapapun selain dirimu sendiri.....''

''Ayah.....cukup..''

''Simpan kotak itu Michelle dan ayah ingin kau...membukanya nanti...''

''Baiklah ayah..''

Michelle lalu menyimpan kotak itu di dalam saku dresnya dan membuat sang ayah menjadi tenang...

''Ayah....akan kupanggilkan ibu dia ingin menemui ayah...''

Michelle hendak bangkit dari ranjang namun ironisnya sang ayah tak ingin melepaskannya pergi...ia pun menoleh...

''Ayah...mengapa...''

''Tak ada waktu lagi Michelle....ayah ingin mengatakan sebuah kebenaran kepadamu sayangku dan maafkan ayah....''

''Kebenaran...''ulang Michelle dengan tatapan beku...

''Yah...kebenaran...bahwa kau adalah......''

Disaat itu juga tubuh Harri bergetar hebat dan membuat Michelle menjadi cemas...

''Ayah...apa yang terjadi.....ayah...'' jerit Michelle dengan ketakutan...

Brugghh!!!!!

Pintu terbuka seketika dan membuat keduanya menoleh ke arah pintu....tampak Dimitri berdiri di depan pintu dan menaikan sudut bibirnya...Michelle menggeleng ketakutan ketika untuk pertama kalinya dia menemukan mata coklat yang begitu tajam seakan menusuk ke dalam matanya....mereka saling menatap untuk beberapa detik ketika pria itu masuk ke dalam kamar...

''Kakak.......''

''Bukanlah waktunya sudah cukup...apa yang terjadi pada ayah....''desisnya dengan suara yang begitu dingin hingga tubuh Michelle bergetar...

Ia memalingkan wajahnya dan menatap sang ayah yang terlihat kecewa...dan tak ingin di tinggalkan olehnya..

''Kakak....ayah tiba-tiba....''

''Keluar dari kamar ini sekarang dan masuk ke dalam kamarmu Michelle...'' suara Dimitri menunggi di tengah ruangan dan membuat Michelle melompat seketika...

''Tapi aku masih ingin bersama dengan ayah..jika aku.....''

''Pergi sekarang juga...'' titahnya dengan geraman yang menakutkan..

Michelle menoleh kepada sang ayah yang masih menggenggam jemarinya...namun pria itu mulai kehilangan kesadarannya hingga Dimitri menjadi semakin cemas dan segera memanggil dokter melalu ponselnya..

''Ke kamar sekarang juga....''teriaknya dengan suara menggelegar sementara Michelle begitu syok ketika melihat sang ayah tiba-tiba saja drop di hadapannya...

''Ayah,.....''

Michelle hendak mendekati sang ayah namun ia begitu terkejut ketika menyadari lengannya di cekal paksa oleh Dimitri hingga mereka saling menatap..

''Keluar kau dari kamar ini Michelle...''

''Aku putrinya dan aku berhak bersama ayah...kakak tak punya hak melarangku...''

''Michelle....''

''Dua tahun....aku tidak diijinkan menemui ayah dan itu sangat kejam kakak...kau sangat kejam...'' jerit Michelle meronta sekuat tenaga..

Dimitri mengeraskan rahangnya dan menarik Michelle mendekat hingga wajah mereka...hening ketika mereka saling menatap tajam....

''Diam.....kau tak di ijinkan bicara,....Giard...'' teriak Dimitri pada anak buahnya..

Seorang pria bertubuh tinggi berbadan kekar masuk ke dalam kamar dan menundukan kepalanya.....

''Tuan Dimitri.....''

''Bawa dia ke dalam kamar di sudut ruangan ini dan kunci dia disana,....''

''Tidak....aku tidak mau...kakak...'' Michelle meronta sekuat tenaga namun ia kalah telak dari asisten Dimitri yang begitu kuat...

''Baik tuan Dimitri...''

Pria itu lalu menyeret tubuh Michelle keluar dari sana meninggalkan Dimitri dan beberapa dokter yang tampak masuk terburu-buru....

''Kakak....tolonglah..aku ingin melihat ayah....'' jerit Michelle dengan suara pilu di tengah ruangan..

Namun..Dimitri mengangkat tangannya meminta anak buahnya membawa Michelle pergi secepatnya....

Pria itu lantas menatap para dokter yang mengerubuni sang ayah dan memeriksanya dan Dimitri masih berada disana dan menunggu, ibu tirinya juga telah ia perintahkan untuk di kurung di dalam kamar dengan penjagaan ketat, kamarnya tentu saja terpisah dari Michelle...ibunya akan dikurung disana dan Dimitri akan menungu sebuah pengakuan yang akan merubah segalanya...pria itu menaikan sudut bibirnya..kini..semua berada di dalam genggamannya...

''Tuan Dimitri....''suara lemah sang dokter membuat Dimitri menoleh..

''Dokter....''

Sang dokter keluarga mendekatinya dengan tatapan sedih...

''Maaf.....tapi tuan sudah meninggal...''

Deg!!!!

Dimitri mengangkat wajahnya...dengan wajah yang begitu syok...matanya memanas, segera ia pun mencengkram lengan sang dokter dengan keras..

''Apa maksudmu....''

''Maafkan aku tuan Dimitri..''

''Aku bisa memberimu banyak uang....aku bisa....cepat selamatkan ayahku...''

Dimitri begitu marah dan mengguncang tubuh sang dokter dengan kuat hingga pria itu merasa ketakutan..

''Tuan Dimitri...''

''Aku akan membunuhmu jika kau tak bisa menghidupkan ayahku....kau...''

Dimitri lalu mengarahkan tangannya dan mencengkram leher sang dokter...

''Tuan Dimitri....to...tolong, ayahmu sudah meninggal...meski kau membunuhku..ayamu tak akan bisa bangun lagi,....''

''Aaaarrggghh........''

Sekuat tenaga Dimitri menghempaskan tubuh sang dokter dengan kuat dan membuatnya jatuh membentur lantai...di saat yang sama...Rob memasuki ruangan dan membeku di tempatnya....melihat sang ayah terbaring kaku tak bernafas...

''Ayah........'' teriak Rob dengan suara yang serak dan airmata yang menetes..

Airmata kesakitan di wajah Dimitri karna hati yang hancur..ayahnya sudah mengalami sakit aneh dua tahun terakhir entah karna apa, Dimitri masih menyelidikinya...

Mengapa.....?? mengapa harus secepat ini....??

Dimitri mendekat dan menatap wajah pucat sang ayah yang begitu pucat namun terlihat damai...untuk pertama kali dalam waktu yang panjang ia menjatuhkan airmatanya,....pria yang begitu ia puja dan bangga, kini menuju ke abadiannya sendiri...

Masih di ingat Dimitri jika sang ayah begitu memujanya...ingin menjadikannya penerus, meski beberapa minggu terakhir mereka terlibat perang kata mengenai Michelle...ayahnya sangat merindukan Michelle...namun Dimitri tidak mengijinkan mereka bertemu..ia masih curiga.......

Yah....wajah Michelle berbeda dengan dirinya dan juga Rob...ia telah melakukan DNA pada adiknya dan mereka memang saudara, namun Michelle dia belum mencobanya..ibu Hera begitu licik dan Dimitri yakin wanita itu pasti menyembunyikan sesuatu...

jemari Dimitri terkepal dengan begitu erat....ia kembali menatap wajah sang ayah dan kemudian membungkukan badan tanda penghormatan kepada pria yang begitu berarti baginya...

Selamat jalan ayah....batinnya dengan penuh kesedihan....

Sementara....

Michelle begitu kesal ketika ia sadar tubuhnya di kunci dari luar..namun gadis itu tak habis akal...Michelle kemudian meraih sprei panjang dan mengikatnya menjadi tali panjang lalu melemparkannya dari jendela..persetan dengan peraturan kakaknya yang gila...ia ingin menemui ayahnya dan tak ada yang bisa menahannya..

Braakkkk!!!!

Jendela terbuka dan segera...Michelle melompat keluar dari jendela dengan bergelantungan di kain panjang itu..namun di saat yang sama pintu terbuka...

Dimitri melangkah masuk dan mengerang marah melihat jendela terbuka dan ketika ia menghampiri balkon kamar...tubuh Michelle sudah bergelantungan di bawah sana...pria itu menurunkan pandangan dan di saat yang sama Michelle mendongakan wajahnya dan menatap ke atas....

Dimitri sedang mengeluarkan pistolnya....

''Kau mau mati yah...baiklah..aku akan membantumu...'' ucap Dimitri mengarahkan pistol ke arah tubuh Michelle..

Gadis itu menggeleng..

''Tidaaaaakkkkk......'' jerit Michelle dengan suara yang lantang....

Dimitri melepaskan tembakan...

Dorr......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!