"Saya terima nikah dan kawinnya Tania Putri Zakaria binti Zakaria dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." ucap Galih dengan lantang.
"Bagaimana saksi?"
"Sah."
"Sah."
Pernikahan Tania dilaksanakan di rumah sakit dan hanya di hadiri penghulu dan saksi dari tetangga saja. Setelah pernikahan terlaksana, ayah Tania meninggal dan membuat Tania hancur.
Galih yang bekerja sebagai pegawai kantor PLN, mengajak Tania berangkat ke Bandung setelah acara pemakaman ayahnya.
Dalam perjalanan, Bus yang dikendarai telah sampai di Terminal Bandung dengan selamat. Turun dari Bus, Galih membawakan tas yang di pegang oleh Tania.
Mereka berdua naik taksi. Hanya keheningan yang tercipta diantara keduanya.
Setengah jam kemudian, sampailah mereka di rumah peninggalan kakek Galih. Kedua orang tua Galih telah lama meninggal sepuluh tahun yang lalu.
Banyak tetangga yang melihat kedatangan Galih dan wanita yang dibawanya.
"Galih, itu siapa?" tanya salah satu tetangga dekat Galih yang bernama Bu Niken.
"Maaf Bu, perkenalkan ini istriku Tania," sahut Galih bersalaman diikuti Tania yang menyambut tangan Bu Niken dengan tersenyum kaku.
"Cantik istrinya,"
"Permisi Bu, kami berdua masuk dulu ke rumah." ucap Galih yang membuka pintu rumah dan Tania mengikuti dari belakang.
Setelah menutup pintu, kehebohan tetangga Galih mulai menyebar luas tentang pernikahan Galih yang tertutup.
"Wah gak nyangka ya Galih, pergi keluar kota pulang bawa anak orang! Apa jangan - jangan...!" seru Bu Maria yang suka kepo kehidupan orang lain.
"Jangan suka berprasangka buruk. Kita tahu bagaimana Galih selama ini, dia anak yang rajin dan berbakti kepada orang tuanya. Lihat saja penampilan culunnya yang pakai kacamata dan rambut klimisnya, mana ada cewek yang mau sama dia jika bukan karena perjodohan." ujar Bu Niken yang memotong ucapan Maria tetangganya dan membela Galih.
"Iya juga ya, pakaiannya yang ketinggalan jaman itu mana ada cewek yang mau sama dia!" gumam Bu Maria seraya melirik rumah Galih yang sudah tertutup pintunya.
"Sudah - sudah, kalian ini kerjaannya gosip saja. Emang gak ada kerjaan lain apa selain gosip!" ucap Pak Heri yang kebetulan juga sempat mendengar cerita tersebut.
"Iya Pak, ini mau pergi memasak. Kerjaan numpuk di rumah." kata Bu Maria yang langsung pergi begitu juga Bu Niken.
Di dalam rumah, Galih membawa Tania ke kamarnya. Namun, Galih tahu bahwa pernikahan mereka bukan atas dasar rasa cinta. Akan tetapi, karena perjodohan yang mendadak dan membuat Tania belum menerima Galih sepenuhnya.
Terlihat jelas di mata Tania hanya kebisuan dan wajah letih juga tak berdaya yang ditunjukkannya pada Galih.
"Kamar ini sepenuhnya untukmu Tania dan aku selalu tidur di kamar tamu," ucap Galih seraya membawa bantal dan selimut ke bawah.
"Jika butuh sesuatu, carilah aku di kamar tamu karena aku selalu tidur sampai larut malam." tukas Galih
Tania hanya diam seribu bahasa menanggapi Galih. Pernikahan dan kepergian orang yang dicintainya, membuat Tania tak bisa berpikir jernih.
Galih pun pergi ke kamar tamu di lantai bawah. Meletakkan bantal dan selimut di tempat tidur, Galih pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang lengket setelah perjalanan panjang bersama Tania.
Lelah yang dirasakan Galih. Namun, rasa cintanya pada Tania saat pertama kali melihatnya di rumahnya. Membuat Galih percaya suatu saat Tania akan mencintainya dengan tulus. Tak terasa Galih pun terlelap setelah memikirkan hal - hal yang akan dilaluinya bersama Tania nanti.
Sedangkan Tania menangis masih mengenang pernikahannya yang batal karena calon suaminya meninggal karena kecelakaan dan ayahnya meninggal disebabkan serangan jantung.
Flashback On
"Tania, baju pengantinmu sudah siap." ucap salah satu temannya.
"Tidak ada yang boleh melihat pakaian pengantinku sebelum aku memakainya." teriak Tania berlari menuju kamarnya.
"Berhenti Milea."
Namun, Milea telah masuk di kamar Tania dan membuat Tania berhasil menggelitik Milea hingga tak bisa berkutik apa - apa.
Keduanya keluar kamar dan melanjutkan kegiatan yang lainnya.
Saat keluar kamar, ayah Tania sedang berbicara dengan Galih murid terbaiknya selama mengajar di kampus.
"Tania berhenti, kesini sebentar! Kamu lihat siapa dia?" tanya Pak Zakaria.
Tania pun bingung saat ayahnya meminta menebak siapa orang yang berbicara dengannya.
"Ini Galih, murid terbaik dan kesayangan ayah." ucap Pak Zakaria mengenalkan Galih pada Tania.
"Apaa...! Jadi kamu Galih yang sering dibicarakan ayahku. Sekarang kamu tahu, berapa banyak masalah yang kuhadapi karena dirmu." kata Tania saat melihat Galih yang berpenampilan cupu.
"Kamu tahu Galih. Ayahku sering menceritakan tentangmu kepadaku. Aku harus begini dan begitu seperti Galih." timpal Tania yang menceritakan apa yang diceritakan ayahnya.
"Aku tidak tahu." ucap Galih tersenyum.
"Ayahku juga bilang, bahwa ayah ingin kita menikah nantinya." sahut Tania.
"Itu tidak mungkin." jawab Galih yang tersipu malu.
"Ya kamu benar. Itu tidak mungkin."
"Oke senang bertemu denganmu. Aku pergi dulu." pamit Tania.
"Oke Tania.
Zakaria ayah Tania hanya menggelengkan kepala saat anaknya begitu cerewetnya. Pak Zakaria kemudian pamit kepada Galih karena ada telepon.
Pak Zakaria nampak terkejut akan berita tersebut dan memberitahu Tania bahwa rombongan calon pengantin dan keluarganya meninggal dalam kecelakaan saat menuju rumah Tania.
Berita tersebut membuat Tania histeris. "Tidaaaaakkkkk!"
Pak Zakaria kemudian pingsan dan segera dibawa kerumah sakit untuk mengetahui kondisi Pak Zakaria.
Di rumah sakit, Pak Zakaria telah mendapat pertolongan pertama dan dibawa ke ruang IGD. Dokter keluar dan memberitahu kondisi kesehatan Pak Zakaria dan terkena serangan jantung mendadak. Hal itu membuat tetangga juga Galih kaget.
"Siapa yang bernama Galih? Beliau ingin bertemu," jawab Dokter tersebut. Galih pun berdiri dan masuk ke ruangan IGD.
"Galih, aku sudah membesarkan Tania sendirian dengan banyak cinta. Dia masih sangat muda dan sangat rapuh. Tania akan merasa hancur karena keadaan seperti itu. Jika kamu pikir itu baik, aku mohon nikahi Tania dan kamu tahu, kalau sampai Tania sendirian di dunia ini aku akan sangat sedih. Kalau Tania menikah di tangan yang tepat aku akan merasa damai dan bisa meninggal dengan tenang." jelas Pak Zakaria seraya menangis.
"Saya tidak punya banyak waktu Galih." kata Pak Zakaria.
"Kalau kamu setuju aku akan memberitahu Tania sekarang juga." timpal Pak Zakaria.
Galih pun menerimanya dengan tulus dan mencintai Tania sejak pandangan pertama.
Setelah Galih pergi, sekarang giliran Tania yang menemani ayahnya.
"Tania, aku ingin berbicara denganmu. Ayah tahu ink bukan waktu yang tepat untuk membicarakan tentang pernikahan ini padamu. Akan tetapi apa boleh buat, sepertinya Tuhan akan memanggilku sekarang. Ayah tidak pernah memaksa kamu untuk apapun dan bahkan hari ini tidak juga. Tetapi sebelum ayah pergi, ayah akan memberi nasehat." kata Pak Zakaria.
"Dalam hidup, kita perlu membuat beberapa hubungan dan beberapa yang dibuat oleh Tuhan. Kamu hanya perlu berpikir bahwa Tuhan telah memilih Galih untukmu menikah dengannya. Sisanya adalah keputusan kamu." terang Pak Zakaria.
"Tetapi anakku Tania, ayah tidak dapat meninggal dengan damai jika ayah meninggalkanmu disini sendirian. Ayah tak bisa Tania." ungkap Pak Zakaria akan kondisinya dan menangis dan meminta Tania agar setuju menikah dengan Galih
Tania melihat ayahnya menangis langsung terharu dan memeluknya.
"Tania akan memenuhi permintaan ayah." kata Tania menatap wajah ayahnya yang sudah tua.
"Terimakasih anakku terimakasih."
Kemudian Galih masuk dan melihat Tania memeluk ayahnya terbaring lemah di brankar.
Pak Zakaria yang melihat Galih di pintu pun meminta Galih untuk menghampiri dan menyambut tangan Tania. Lalu, Pak Zakaria menyatukan tangan Galih dan Tania dan mendoakan hubungan mereka bahagia selalu.
Beberapa saat kemudian, penghulu datang dengan juga saksi pernikahan Galih dan Tania di rumah sakit. Pernikahan terlaksana dengan lancar dan tak lama ayah Tania meninggal di hari yang sama di pernikahan Tania. Tania sekali lagi menangis histeris dan Tania kehilangan kedua kalinya orang yang membesarkannya sejak kecil.
Flashback Off
Keesokan harinya, Galih bangun pagi sekali dan mandi untuk menyiapkan segala hal di rumah. Galih tahu, Tania menerima pernikahan ini walau sikapnya acuh tak acuh terhadapnya.
Galih memasak dan menyiapkan sarapan untuk Tania. Lalu, Galih pergi ke kamar Tania dan mengetuk pintu beberapa kali untuk mengajaknya sarapan bersama.
Sedangkan Tania terkejut saat ada yang mengetuk pintu dan langsung bangun terduduk di tempat tidur dengan wajah sendunya.
Saat tidak ada jawaban dari dalam, membuat Galih kecewa dan meninggalkan Tania begitu saja. Galih akhirnya hanya makan sendirian tanpa ditemani Tania.
Di dalam kamar, Tania tetap sedih dan masih merasa kehilangan orang yang dicintainya pergi satu per satu. Hancur dan kecewa menjadi satu, membuat dirinya berubah menjadi Tania yang introvert dan tidak ada cinta lagi di dalam dirinya.
Haiii semua, salam kenal aku Author Dina. Ini adalah novel terbaruku. Mohon dukungannya ya. Jangan lupa like, komen dan vote ya. Terimakasih 🙏
Galih berangkat bekerja setelah menyiapkan sarapan untuk istrinya.
Di kantor, Galih seperti biasa kembali bekerja. Saat sedang mengerjakan laporan, temannya datang menanyakan keberadaannya yang tak terlihat bekerja selama dua hari.
"Galih, kemana saja selama dua hari ini? Kamu tidak bekerja dan tak memberi kabar pada temanmu di kantor? Ada berita apa kali jni? Apakah semua baik - baik saja kawan?" tanya Soni saat menghampiri Galih di meja kerjanya.
"Ya semua baik - baik saja," ujar Galih yang setengah gugup saat mendapat pertanyaan tersebut.
"A… Aku sedang pergi keluar kota untuk menghadiri acara pernikahan temanku," ucapnya terbata seraya menata buku.
"Pernikahan teman atau pernikahanmu sendiri?" tanya Radit yang kebetulan disamping mendengar percakapan temannya itu.
"Adakah sesuatu berita yang dirahasiakan dari kami kawan!" kata Radit dengan bahagianya bahwa Galih diam - diam telah menikah.
"Berita besar tentang pernikahanmu kamu rahasiakan, itu sangat tidak adil Galih." kata Soni yang ikut bahagia mendengarnya.
Kemudian, Radit memberitahu semua temannya bahwa Galih telah menikah dan mengucapkan selamat atas pernikahannya. Mereka berjanji akan datang kerumah dan bertemu istri Galih untuk mengenalnya.
Namun, Galih berusaha untuk memberitahu teman - temannya jangan malam ini. Sebab, istrinya masih lelah setelah perjalanan panjang mereka. Akan tetapi teman - teman Galih tetap bersikeras datang kerumah malam ini juga.
Apa daya, Galih tak bisa berbuat apa - apa selain tersenyum dan kembali bekerja agar pekerjaannya cepat selesai dan kembali pulang.
*
*
*
Di rumah Galih, Tania terkejut saat rumah suaminya di gedor pintunya oleh orang tidak dikenal. Ternyata, teman Galih yang bernama Bobby berteriak memanggil Galih berkali - kali namun tak ada jawaban. Melihat aksi Bobby tersebut, para tetangga berdatangan dan berkumpul di depan rumah Galih. Bobby marah karena tidak mengundang dirinya ke pernikahan Galih.
"Hei Galih, kenapa kamu bersembunyi di dalam hah!" teriak Bobby dengan emosi.
"Apakah kamu malu berteman denganku seorang Bobby!" sahut Bobby lagi.
"Bobby datang kesini hanya untuk memberitahumu bahwa pertemanan kita berakhir." timpal Bobby dengan marah.
Bobby sungguh kecewa akan sikap Galih dan meminta penjelasan terhadap pernikahan yang diadakan secara sembunyi - sembunyi itu. Dirinya hanya mendengar berita pernikahan dari tetangganya barusan.
"GALIIH...keluar kamu! Aku tahu kamu suda pulang satu jam yang lalu." ketus Bobby berbicara sendiri di depan pintu.
Tak berselang lama, Galih pulang mengejutkan Bobby yang sedang berteriak.
"Bobby …"
"Bobby sahabatmu sudah pergi! Aku sungguh kecewa dan marah padamu Galih." ketus Bobby seraya membuang wajahnya tak ingin melihat Galih.
"Bobby tidak akan bisa pergi begitu saja tanpa Galih. Dimana Bobby berada selalu ada Galih." kata Galih seraya tersenyum.
"Ayo, masuk kedalam dan akan aku jelaskan semuanya." ajak Galih kepada Bobby.
Kemudian, Galih mengajak Bobby masuk ke rumah dan menuju kamar tamu.
Lalu, Galih menceritakan dari awal pertemuannya dengan Tania dan berakhir dengan pernikahan.
Setelah mendengar cerita dari Galih, Bobby merasa hancur dan sedih menderanya. Bobby langsung memeluk Galih agar kuat untuk kedepannya terhadap rumah tangganya.
"Tok … tok … tok …"
"Assalamualaikum, Galih kami datang," sapa teman - teman kantor Galih.
Galih mendengar, kalau teman - temannya datang segera mengusap air mata Bobby agar jangan bersedih lagi.
"Tolong bantu aku untuk menemui mereka! Aku akan segera memberitahu Tania kalau teman kantor ku datang." ucap Galih pada Bobby.
Bobby keluar dari kamar Galih dan menemui teman - teman kantornya.
"Tania, teman - teman kantorku datang ingin berkenalan denganmu. Akan tetapi, aku sudah memberitahu mereka kalau pernikahan kita sudah diketahui. Aku hanya ingin kamu menemui mereka walau lima menit saja. Bila Tania tidak bisa, tidak apa - apa saya akan menangani mereka." kata Galih di depan pintu kamar.
Kemudian, Galih menemui semua tamunya di halaman belakang rumah yang luas. Bobby dan Galih menemani mereka mengobrol hingga tak terasa waktu telah larut malam.
"Galih, mana istrimu? Apakah dia tidak mau bertemu dengan kita semuanya." tanya Soni yang sangat ingin bertemu istri Galih.
"Soni, ini terlalu awal buat istri Galih untuk menemui kita dan bisa jadi dirinya masih malu." timpal Radit yang juga penasaran.
"Bukan begitu teman - teman. Hanya saja..." ucap Galih terpotong saat teman yang lain ingin pamit pulang karena sudah larut malam.
" Galih, aku pamit pulang dulu. Kapan - kapan datang kesini lagi kalau istrimu sudah siap." ucap salah satu teman Galih.
"Baiklah, terimakasih sudah datang kerumahku." tukas Galih. Namun, tanpa sengaja Galih melihat Tania datang membawa minuman juga camilan untuk teman - teman kerja suaminya.
Melihat hal itu, Galih langsung terpesona akan kecantikan Tania sejak awal pertemuannya. Lalu, teman - teman Galih dan juga Bobby menyambut kedatangan Tania dengan ramah. Pujian pun dilontarkan oleh semua teman kantor Galih terhadap Tania.
Sedangkan Galih, hanya menatap Tania dari jarak jauh. Sifat pemalunya membuat Galih belum berani mendekati Tania sepenuhnya. Dirinya sadar, bahwa Tania belum siap walau pernikahan ini sudah terjadi. Akan tetapi, Galih sudah bahagia hanya melihatnya tersenyum dan tertawa lepas dari jauh.
Jangan lupa mampir like dan komen ya 😘
Terimakasih sudah mampir 🤗
Setelah semua teman - temannya pulang, Bobby dan Galih membantu Tania membersihkan makanan yang berada di meja makan.
Kemudian, Bobby pulang karena besok waktunya bekerja.
Saat Galih sedang berada di kamar, Tania masuk dan ingin membicarakan hal penting. Lalu, meminta Galih keluar sebentar menuju ruang tamu.
"Galih, ada hal yang ingin aku beritahukan kepadamu." kata Tania dengan menatap wajah suaminya.
"Silahkan!"
"Pertama, aku minta maaf atas sikapku beberapa hari ini. Tidak seharusnya aku melampiaskan kemarahanku pada Tuhan kepadamu dan aku sudah menikah denganmu atas keinginanku sendiri. Aku berjanji padamu bahwa mulai saat ini, aku akan menjadi istri yang baik untukmu dan tidak akan mengulangi kejadian ini lagi." ucap Tania dengan perasaan bersalah.
"Kedua, aku belum bisa mencintaimu. Perasaan cinta ini sudah tidak ada lagi padaku setelah kehilangan orang yang aku cintai. Kamu harus lebih sabar dan mau menungguku untuk melihat Tania yang ceria seperti dulu." sahut Tania lagi.
"Aku tidak tahu, apakah kamu bisa menjalani hidupmu tanpa cinta. Akan tetapi, jika kamu tidak bisa maka aku tidak ingin menjadi beban bagimu." tukas Tania lagi.
"Aku tidak tahu cinta itu apa Tania! Aku tidak pernah beruntung untuk bisa jatuh cinta dengan seorang wanita. Bahkan, sebenarnya saya tidak kenal dengan wanita manapun." ujar Galih.
"Apakah kamu pernah mencintai seseorang?" tanya Tania dengan wajah sendunya.
"Belum, aku belum pernah mencintai seseorang dan juga belum berpacaran. Kamu tahu, aku sibuk bekerja hingga tak sempat memikirkan hal untuk pacaran." tukas Galih yang membohongi perasaannya sendiri.
"Cara kamu mau bertemu dengan teman - temanku dan menjaga harga diriku saja sudah membuatku bahagia. Bagiku, itu adalah cinta yang sesungguhnya." ujar Galih seraya tersenyum.
"Oh, kamu sangat beruntung tidak pernah merasakan jatuh cinta dan sakit hati." timpal Tania dengan tersenyum.
"Tidak ada satu hal pun yang lebih menyakitkan di dunia ink selain cinta dan sakit hati." kata Tania.
"Ya sudah, itu saja yang aku bicarakan denganmu. Selamat malam." ucap Tania yang berlalu pergi meninggalkan Galih sendirian.
Galih seketika terdiam saat Tania telah pergi. Sekarang Galih tahu kenapa beberapa hari ini dia merasakan jatuh cinta dan sakit hati pertama kalinya. Bahkan, Tania belum bisa mencintai Galih sepenuhnya.
"Baiklah Tania, aku akan dengan sabar menunggumu untuk mencintaiku dengan caraku sendiri.
*
*
*
Pagi hari seperti biasanya, Galih akan bangun jam lima pagi mandi lalu menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Tania.
Selesai mandi, Galih menuju lemari mengambil pakaian kerja dan bercermin menatap wajahnya yang lugu. "Kenapa Tania? Apakah salah aku mencintaimu. Berapa lama kamu akan mengubur lukamu yang dalam itu!" gumamnya lirih di depan cermin.
Tersadar dari lamunan, Galih segera bersiap - siap membuat sarapan cintanya kepada Tania.
Saat masuk di dapur, ternyata makanan telah tersedia di meja. Sungguh hal ini membuat Galih terkejut dan pandangan matanya menatap sesosok wanita yang telah sah menjadi istrinya itu telah bangun dan memasak di dapur.
"Kamu sudah bangun?" tanya Galih yang merasa canggung.
"Iya, sejak subuh tadi." ucap Tania tersenyum canggung.
Dengan hati yang riang, Galih segera sarapan ditemani oleh Tania.
"Ayo sarapan,"
"Iya, mari sarapan bersama." pinta Tania yang langsung duduk dan diikuti Galih.
Selesai makan, Galih langsung berangkat kerja dan tentunya ada yang berbeda hari ini. Biasanya, Galih makan di kantin kantor. Kini Galih dibawakan bekal oleh Tania istrinya dan hal tersebut membuat Galih tersenyum sepanjang perjalanan, bahkan sampai dikantor pun tersenyum. Hingga, teman - teman yang melihat Galih langsung berteriak menggoda Galih.
"Ciee … pengantin baru. Senyum - senyum sendiri. Ada apaa nih?" tanya Radit teman kerja Galih.
"Tidak ada apa - apa Dit, hanya saja aku bahagia kini telah ada seseorang yang menemaniku setiap hari membawa bekal." ucapku seraya tersenyum malu.
"Bersyukurlah, kini ada seseorang yang ingin kau bahagiakan. Selama ini kamu jomblo akut di kantor ini, sampai lelah aku mencarikan karakter wanita seperti apa yang dicari." ujar Radit yang mengatakan bahwa Galih jomblo akut yang susah mencari cinta.
Galih hanya tertawa menanggapi perkataan temannya itu. Galih memilih melanjutkan pekerjaannya yang menumpuk di meja.
Selamat membaca 😘
Terimakasih sudah mampir, jangan lupa like dan komeng juga hadiah ya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!