"Kenapa kalian tega mengkhianati aku ?" Bintang menatap nanar kearah Leon dan Dina yang duduk dihadapannya dengan wajah menunduk.
Seandainya saja Bintang tau jika maksud kedatangan Leon dan Dina di Panti Asuhan tempat tinggalnya itu hanya untuk mengakui perselingkuhan mereka sudah pasti Bintang tidak akan Sudi menemui mereka.
"Maafkan kami Bintang..kami akan menikah " ucap Leon lirih. Ada kesedihan yang mendalam yang Bintang tangkap dari nada suaranya.
Bintang tersenyum miris, sudah sebegitu seriuskah hubungan mereka sampai secepat itu memutuskan akan menikah padahal Dina belum juga lulus SMA sama seperti dirinya, sementara Leon pun baru mendapat gelar dokternya.
"Kami melakukan kesalahan..Dina hamil, jadi aku harus secepatnya menikahi Dina " ujar Leon lirih dengan wajah penuh penyesalan.
Bintang membeku, dunianya runtuh seketika. Perselingkuhan mereka saja belum sepenuhnya bisa Bintang terima apalagi mendengar jika alasan mereka menikah secepat itu adalah karena Dina hamil.
"Bintang.. maafkan aku !" Dina yang sedari tadi hanya diam tiba-tiba mendekati Bintang kemudian mengambil tangan sahabatnya itu namun dengan cepat ditepiskan oleh Bintang membuat Dina langsung bersimpuh di kaki Bintang sambil menangis tersedu.
"Kalau sudah selesai bicaranya sebaiknya kalian pergi dari tempat ini !" Bintang mengusir mantan sahabat dan mantan kekasihnya itu sebelum kedua pengkhianat itu semakin membuatnya muak dan sebelum mata indahnya tidak lagi bisa menampung air mata yang siap luruh kapan saja.
Setelah mengatakan itu Bintang beranjak masuk meninggalkan Dina yang masih bersimpuh dengan berderai air mata.
Sakit hati ? sudah tentu.
Sebagai anak yang besar di Panti Asuhan selama ini Bintang tidak pernah merasa sedih meskipun terlahir sebagai yatim piatu karena selain mempunyai ibu Panti yang sangat menyayanginya Bintang juga mempunyai kekasih dan sahabat yang sangat menyayanginya yaitu Leon dan Dina. Namun hari ini justru Leon dan Dina kompak menorehkan luka yang sangat dalam di hati Bintang.
Leon mengangkat tubuh Dina agar berdiri setelah Bintang pergi meninggalkan mereka.
"Aku jahat sama Bintang..orang macam apa aku ini yang tega mengambil kekasih sahabatnya sendiri " Dina terisak mengutuki dirinya sendiri.
Leon terdiam, nyatanya bukan hanya Dina yang jahat tapi dirinya juga. Ia dan Dina sama-sama menyayangi Bintang namun kini justru mereka melukai hati Bintang dengan sebuah pengkhianatan.
Sebetulnya sampai saat ini Leon masih sangat mencintai Bintang. Tidak ada sedikitpun niatan Leon untuk berpisah dengan Bintang. Dan kehamilan Dina adalah suatu ketidak sengajaan.
Pada saat itu Leon datang ke rumah Dina berniat untuk menjemput Bintang. Namun Bintang sudah keburu pulang dan Dina sedang sendirian di rumah.
Karena malam itu hujan turun sangat deras Leon yang datang dengan mengendarai sepeda motornya akhirnya terjebak semalaman di rumah Dina.
Sebetulnya malam itu Leon bisa saja pulang dengan menggunakan taksi online, namun ia tidak tega meninggalkan Dina sendirian di rumahnya apalagi saat itu listrik di rumah Dina tiba-tiba mati...dan akhirnya keduanya khilaf sehingga melakukan perbuatan dosa yang mengakibatkan Dina hamil.
"Sebaiknya aku gugurkan saja agar kamu tidak perlu menikahi aku dan kamu bisa kembali dengan Bintang " ucap Dina putus asa ketika mereka dalam perjalanan pulang dari Panti Asuhan tempat tinggal Bintang.
"Jangan gila kamu !" hardik Leon.
Meskipun Leon tidak mencintai Dina namun menggugurkan kandungan bukanlah solusi terbaik. " Kita sudah melakukan satu dosa besar jangan sampai kita melakukan dua kali dosa besar dengan menggugurkan kandungan kamu..aku akan tetap bertanggung jawab " ujar Leon.
"Lalu bagaimana dengan Bintang ?Aku tidak sanggup melihat Bintang terluka " Isak Dina pilu.
"Kamu pikir kalau kamu gugurkan kandungan kamu dan kita tidak jadi menikah luka dihati Bintang akan sembuh ?" tanya Leon. Dina menggeleng lemah.
"Kita menikah atau tidak Bintang akan tetap membenci kita dan dia tidak mungkin mau menerima aku lagi " ujar Leon sendu membuat tangis Dina semakin kencang. Dina tau kalau Leon sangat mencintai Bintang.
Bintang dan Dina bersahabat sejak mereka duduk di bangku SMP sampai sekarang mereka duduk di bangku SMA.
Bintang yang hanya penghuni Panti Asuhan dapat bersekolah ditempat yang elit karena mendapatkan beasiswa. Berbeda dengan Dina yang dapat dengan mudah masuk disekolah itu meskipun otaknya pas-pasan karena Dina berasal dari keluarga pengusaha.
Perbedaan status sosial diantara mereka tidak menyurutkan persahabatan keduanya. Dina dan Bintang bisa saling melengkapi satu sama lain..namun sayang kisah persahabatan mereka kini hanya tinggal cerita.
Karena kehamilannya akhirnya Dina terpaksa harus berhenti sekolah dan persahabatannya dengan Bintang pun hancur.
Meskipun Dina harus menikah muda, mereka tidak akan hidup susah karena keluarga Dina adalalah konglomerat dengan gurita bisnisnya dimana-mana.
Bahkan Leon yang berprofesi sebagai seorang dokter sudah bisa dipastikan akan menjadi pemimpin di rumah sakit milik keluarga Dina.. namun ternyata itu tidak membuat Leon bahagia dan berhenti mencintai Bintang dan Dina sangat menyadari itu.
Untuk melupakan rasa sakit hati atas pengkhianatan Leon dan Dina, Bintang menerima ajakan Sandra ke sebuah klub malam bersama Dion pacar Sandra dan satu teman Dion yang bernama Daniel.
"Gw ga mau minum yang bikin mabuk " bisik Bintang ditelinga Sandra ketika Sandra menyodorkan satu gelas berisi minuman.
Niat Bintang ikut dengan Sandra adalah hanya untuk sedikit bersenang-senang agar tidak terus memikirkan Leon dan Dina yang hari ini telah resmi menikah.
"Tidak akan mabuk..ini hanya minuman soda " jawab Sandra meyakinkan.
Minuman yang Sandra berikan kepada Bintang memang berbeda dengan minuman milik Sandra,Dion dan Daniel.
Bintang yang tidak mengenal Daniel terlihat tidak nyaman karena pria bertato itu tampak terang-terangan terus memperhatikan Bintang.
Bintang tidak habis pikir bagaimana Sandra bisa berteman dengan Daniel yang menurut penglihatan Bintang adalah bukan pria baik.
Meskipun Daniel terus menatapnya namun pria itu tidak sekalipun terlibat obrolan dengan Bintang. Daniel lebih banyak mengobrol dengan Dion sementara Bintang hanya berbicara dengan Sandra.
Suara dentuman musik yang kencang membuat Bintang melupakan sejenak rasa sakit hatinya atas pengkhianatan yang dilakukan oleh Dina dan Leon..namun itu hanya sesaat saja.
Setelah hampir satu jam Bintang tiba-tiba merasa kepalanya sedikit pusing dan ia pun pamit ke toilet untuk membasuh wajahnya.
Bintang berada di toilet hampir lima menit, ketika ia keluar dari toilet Bintang kaget ketika Daniel tiba-tiba menghadangnya kemudian menarik tangan Bintang keluar menuju parkiran.
Bintang meronta meminta agar Daniel melepaskan tangannya namun cengkraman tangan pria bertato itu terlalu kuat mengunci tangan Bintang.
"Kamu milikku malam ini karena aku sudah membayar mahal kepada kedua temanmu itu " ucap Daniel dengan senyum menyeringai.
Membayar mahal ? apakah Sandra dan Dion telah menjualnya kepada pria bertato itu ?..Bintang baru sadar jika di dunia ini bukan hanya Dina dan Leon saja yang jahat namun Sandra dan Dion juga...dan mungkin masih banyak lagi orang jahat di luaran sana yang tidak Bintang ketahui. Sepertinya saat ini Bintang tidak percaya lagi kepada orang lain kecuali Bu Dewi ibu asuhnya.
Pada saat Daniel hendak membuka pintu mobilnya ia sedikit lengah dan kesempatan itu Bintang pergunakan untuk kabur.
Bintang berlari sekencang-kencangnya menjauh dari parkiran tempat terkutuk itu, ia tidak berniat untuk mengambil tas nya yang sempat ia titipkan kepada Sandra sebelum ke toilet.
Yang ada dalam pikiran Bintang adalah pergi sejauh mungkin dari tempat itu dan ia bertekad tidak ingin berhubungan lagi dengan Sandra dan Dion yang nyaris saja menjerumuskan nya kepada pria hidung belang.
Setelah berhasil lolos dari Daniel, Bintang merasa kepalanya seperti berputar-putar dan akhirnya gadis remaja itupun jatuh tersungkur di trotoar setelah sebelumnya sempat memuntahkan isi perutnya.
Sebuah mobil mewah melaju dengan kecepatan sedang membelah kota Jakarta menuju ke sebuah klub malam.
Didalamnya tampak seorang pria berwajah tampan tengah menyetir sambil berbicara dengan temannya di telepon.
"Sebentar lagi gw sampai, kalian tunggu saja " ucap pria tampan yang bernama Dipa itu seraya mengakhiri sambungan telepon.
Baru beberapa menit Dipa mengakhiri panggilan telepon dari temannya yang sedang menunggunya di klub tiba-tiba Dipa mengurangi laju mobilnya ketika dilihatnya ada seorang wanita yang tengah tersungkur di trotoar yang kebetulan ia lewati.
Dipa berniat mengabaikan wanita itu dan melewatinya begitu saja. Namun satu sisi hati nurani Dipa merasa tidak tega karena melihat wanita itu persis seumuran dengan adiknya yang baru menikah tadi siang. Bagaimana jika terjadi hal yang buruk padanya apalagi jalanan yang ia lewati sangatlah sepi.
Setelah berpikir sejenak akhirnya Dipa pun memutar balik mobilnya dan berhenti tepat di depan gadis remaja itu.
Dipa keluar dari mobilnya kemudian menghampiri remaja itu yang tampak sedang meracau sambil menangis, rupanya gadis remaja itu sedang mabuk karena tercium bau alkohol dari mulutnya.
Dipa yang merasa tidak tega akhirnya membawa gadis remaja itu kedalam mobilnya dan berniat akan ia antarkan pulang.
Dipa mencoba mengajak gadis remaja itu berbicara namun gadis itu terus meracau, bibir mungilnya terus mengeluarkan sumpah serapah , sepertinya gadis itu sedang patah hati itu yang dapat Dipa tangkap dari ocehannya.
Dipa yang berniat akan mengantarkan gadis malang itu akhirnya terlihat bingung sendiri karena ia tidak tau harus mengantarkan kemana. Sementara Bimo temannya sudah menunggu di klub sejak satu jam yang lalu.
Karena masih tidak bisa diajak komunikasi akhirnya Dipa berinisiatif membawa gadis malang itu ke sebuah penginapan kelas melati yang kebetulan ia lewati. Berada di penginapan lebih aman bagi gadis itu daripada diluaran sana. Dan Dipa berniat meninggalkan gadis itu disana.
Dipa membimbing gadis remaja yang tengah mabuk itu ke kamar yang baru saja ia pesan. Baru saja mereka masuk tiba-tiba gadis itu muntah tepat mengenai kemeja Dipa.
"**** you !!" umpat Dipa jijik sambil mendorong gadis remaja itu hingga tersungkur diatas kasur.
"Nyesel gw nolong Lo..dasar brengsek !" Dipa terus mengumpat sambil membuka kemejanya kemudian buru-buru ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dari isi perut gadis remaja yang menjijikan itu.
Setelah membersihkan tubuh dan pakaiannya Dipa keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada. Dengan kesal Dipa melirik gadis remaja yang tampak masih teler dan bergerak gelisah.
Sebagai lelaki yang familiar dengan dunia malam Dipa mencium ada yang tidak beres pada gadis remaja itu. Sepertinya gadis remaja itu bukan hanya mabuk namun ia juga sedang ada dalam pengaruh obat perangsang..gadis yang malang !!
Dipa sedang berpikir untuk mencari cara untuk meredakan efek obat perangsang yang mulai menguasai otak gadis itu ketika tangan mungil itu tiba-tiba memeluknya dan bibir mungilnya menerkam bibir Dipa dengan sangat liar.
Dipa berusaha menghindar dengan mendorong gadis itu namun gadis yang baru Dipa sadari sangat cantik itu kembali memeluk dan menerkam Dipa dengan beringas.Dan sialnya benteng pertahanan Dipa pun akhirnya roboh. Malam itu Dipa tidak jadi pergi ke klub untuk bertemu dengan teman-temannya, Pria tampan itu malah menghabiskan waktu sepanjang malam dengan gadis remaja yang bahkan tidak ia ketahui namanya.
Keesokannya Dipa yang bangun lebih dulu kaget ketika mendapati ada noda darah di sprei. Semalam Dipa pikir jika gadis remaja yang bercinta dengannya adalah gadis nakal seperti yang sering ia temui di klub, namun ketika melihat noda darah di sprei itu penilaian Dipa terhadap gadis remaja itu langsung berubah. Dan Dipa merasa sangat bersalah karena telah merenggut kesucian gadis remaja itu.
Setelah membersihkan diri Dipa bersiap untuk pulang. Sebenarnya Dipa ingin membangunkan gadis malang itu namun pagi itu Dipa harus segera pulang ke Surabaya.
Sebelum pergi Dipa meletakan setumpuk uang didekat bantal. Jujur Dipa tidak menganggap gadis itu sebagai Pela cur, uang itu Dipa berikan sebagai bentuk permintaan maaf nya karena telah merenggut kesucian gadis malang itu.
Matahari mulai tinggi ketika Bintang mulai membuka matanya. Begitu kesadarannya pulih hal yang pertama Bintang rasakan adalah sekujur tubuhnya terasa sakit. Bintang merasa kepalanya berat dan..area intimnya terasa sakit dan perih.
Bintang langsung menangis tersedu ketika menyadari jika tubuhnya polos tanpa sehelai benangpun dan ia merasa benar-benar hancur ketika mendapati ada noda darah di sprei.
Bintang tidak bodoh sehingga ia dapat mengetahui apa yang sudah terjadi pada dirinya. Hanya saja Bintang tidak tau siapa yang melakukannya karena yang Bintang ingat ialah ia sempat kabur dari sergapan Daniel, selebihnya ia tidak ingat apa-apa.
Dengan terseok-seok Bintang menyeret kakinya menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Bintang harus segera pulang karena tidak ingin Bu Dewi khawatir mencarinya karena dari semalam ia tidak pulang.
Bintang bertekad untuk merahasiakan apa yang sudah terjadi pada dirinya dari semua orang termasuk ibu asuhnya.
Setibanya di panti asuhan, Bintang disambut tatapan khawatir dari Bu Dewi dan Leon. Semalam Bu Dewi sangat khawatir karena Bintang tidak pulang dan Leon adalah salah satu orang yang Bu Dewi hubungi untuk mencari keberadaan Bintang.
"Kamu dari mana semalaman tidak pulang ?" tanya Leon menatap tajam wajah cantik Bintang.
Meskipun hubungan mereka sudah berakhir namun Leon tidak bisa berhenti peduli kepada Bintang.
"Suka-suka aku, aku tidak perlu menjelaskan kemana aku pergi kepada kamu " jawab Bintang sinis.
"Bin..dari semalam kita semua mencari kamu. Kamu tidak kasian melihat Bu Dewi sangat khawatir mencari kamu ?" tanya Leon dengan wajah marah.
Semalam Leon juga ikut mencarinya? bukankah tadi malam adalah malam pertama mereka ?
"Bin..aku sadar jika aku tidak berarti lagi buat kamu, tapi sampai saat ini aku masih sayang sama kamu dan perasaan aku sampai kapan pun tidak akan pernah berubah " ujar Leon lirih.
"Sebaiknya kamu urus saja istri kamu itu, tidak usah mengurusi hidup aku !" ucap Bintang sambil beranjak pergi meninggalkan Leon.
Bu Dewi yang mendengar perdebatan antara Leon dengan Bintang hanya mengusap dadanya. Sebagai orang yang mengasuh Bintang dari bayi Bu Dewi sangat hapal akan karakter Bintang yang keras juga hubungannya dengan Leon yang sudah terjalin cukup lama.
Jika saat ini Bintang bersikap antipati kepada Leon adalah suatu hal yang wajar karena Leon sudah berselingkuh dengan sahabat Bintang sendiri.
Meskipun Bintang bersikap tidak baik kepadanya namun Leon merasa lega karena akhirnya Bintang pulang dengan selamat.
"Karena Bintang sudah pulang jadi saya pamit Bu " Leon berpamitan kepada Bu Dewi.
"Iya.. terimakasih nak Leon, maaf ibu sudah merepotkan " ucap Bu Dewi.
"Tidak apa-apa Bu." jawab Leon.
Sepeninggalan Leon Bu Dewi masuk ke kamar Bintang dan langsung mengintrogasi gadis itu. Dan Bintang tentu saja menutupi peristiwa yang terjadi padanya semalam.
Bintang tidak ingin menambah beban pikiran Bu Dewi. Sudah cukup anak-anak asuh saja yang Bu Dewi urus.
Setelah Leon pergi Bu Dewi masuk ke kamar Bintang. Dari celah pintu yang sedikit terbuka wanita berhati lembut itu menangkap sosok putri asuh kesayangannya sedang menangis tersedu disudut kamar
Bintang nyaris tidak pernah menangis di depan orang, ia selalu menyembunyikan kesedihannya seorang diri.
Bahkan sejak kecil Bu Dewi jarang sekali melihat Bintang menangis seperti anak-anak pada umumnya.
Sejak Bu Dewi menemukan Bintang yang masih bayi merah di depan pintu panti asuhannya,ia sudah melihat jika bayi itu istimewa dan berbeda dengan anak asuhnya yang lain.
Nama Bintang pun Bu Dewi berikan sesuai dengan nama yang tercetak di kalung yang bayi itu kenakan yang kini ia simpan dengan rapi di lemarinya.
"Kalau kamu ingin menangis menangislah !" Bu Dewi meraih kepala Bintang dan mengecup puncaknya dengan penuh kasih sayang.
"Kenapa ibu sekarang mengijinkan aku menangis ? biasanya ibu selalu bilang aku harus kuat dan tidak boleh menangis ?" protes Bintang.
"Agar hati kamu lega Neng " jawab Bu Dewi.
"Dengan memeluk ibu seperti ini hati aku sudah lega Bu " Bintang semakin mengeratkan pelukannya dan Bu Dewi mengelus punggung Bintang lembut.
"Jodoh , maut dan rejeki itu sudah diatur oleh Tuhan. Kita tidak bisa menolak takdir itu dan harus menerimanya dengan iklas " nasehat Bu Dewi.
"Iya Bu, aku dan kak Leon memang tidak berjodoh dan aku sudah iklas melepaskan nya " jawab Bintang dalam pelukan Bu Dewi.
Yang Bu Dewi tau saat ini Bintang sedang patah hati karena cintanya dengan Leon kandas.
Bu Dewi tidak tau jika sesungguhnya Bintang baru saja kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya selain seorang kekasih. Dan Bintang memilih menutupinya rapat-rapat dari semua orang.
Keesokannya sepulang sekolah Bintang mendatangi tempat kost Sandra dengan membawa amarah yang siap meledak sejak kemarin, namun sayang Bintang tidak dapat menemukan Sandra karena Sandra dan Dion sedang berada di dalam sebuah gudang penyekapan.
Sandra dan Dion tampak mengenaskan dengan wajah babak belur setelah mendapat amukan dari Daniel yang tidak berhasil memangsa Bintang semalam.
*
"Apakah Bintang sudah ketemu ?" tanya Dina ketika Leon muncul setelah semalaman pergi untuk membantu Bu Dewi mencari Bintang.
"Ya..dia sudah pulang barusan " jawab Leon dengan wajah lesu karena semalaman kurang tidur mencari Bintang.
"Apa dia baik-baik saja ?" tanya Dina lagi dengan wajah khawatir.
Meskipun saat ini Bintang sangat membencinya tapi Dina tetap menyayangi sahabatnya itu seperti dulu. Dina bahkan rela membiarkan Leon pergi untuk membantu mencari Bintang di malam pertama mereka.
"Aku rasa tidak, Bintang belum baik-baik saja saat ini " jawab Leon sambil beranjak menuju ke kamar mandi.
Ya tentu saja, butuh waktu lama untuk menyembuhkan luka di hati Bintang..atau mungkin justru luka itu tidak akan pernah sembuh dan akan membekas seumur hidupnya.
Setelah selesai membersihkan tubuhnya, Leon memilih untuk beristirahat dengan tidur. Dina diam-diam menatap wajah Leon yang mulai tertidur pulas.
Dina tidak tau bagaimana nasib pernikahannya dengan Leon kedepannya, wanita itu tidak bisa menutup mata jika sampai saat ini hanya ada nama Bintang di dalam hati Leon. Dan Dina harus sabar menjalani pernikahan tanpa ada rasa cinta di hati suaminya.
Leon baru bangun dari tidurnya ketika senja mulai tiba. Begitu matanya terbuka ia tidak mendapati Dina dikamar mereka dan rumah terlihat sangat sepi.
"Sepi sekali, pada kemana ?" tanya Leon ketika mendapati Dina sedang menonton tv di ruang keluarga.
"Papa dan Mama ikut ka Dipa pulang ke Surabaya karena kak Elsa akan melahirkan " jawab Dina.
Dipa adalah kakak lelaki Dina, ia tinggal di Surabaya mengurus perusahaan keluarga yang ada di sana.
Pada saat Dina dan Leon menikah hanya Dipa yang datang ke Jakarta karena istrinya yang sedang hamil besar tidak memungkinkan untuk melakukan perjalanan jauh.
Dipa termasuk sangat jarang pulang ke Jakarta, malah lebih sering Dina dan orangtuanya yang mengunjungi Dipa ke Surabaya.
Dipa pulang ke Jakarta hanya untuk urusan yang dia anggap sangat penting salah satunya adalah pernikahan adik semata wayangnya.
Satu jam kemudian orangtua Dina mengabari jika Elsa sudah melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik di sebuah rumah sakit bersalin di Surabaya.
Dina menatap photo bayi merah yang baru dikirimkan Dipa dengan takjub sambil mengusap perutnya yang mulai menonjol.
Beberapa bulan lagi ia dan Leon juga akan memiliki bayi, namun apakah Leon akan bahagia jika bayi mereka kelak sudah lahir ?
"Na..kenapa melamun ?" Leon menepuk pundak Dina membuat lamunan Dina buyar seketika.
"Keponakan aku cantik ya ?" tanya Dina.
"Iya " jawab Leon. Bayi mungil itu memang terlihat sangat cantik. Wajahnya merupakan perpaduan sempurna antara Dipa yang tampan dan Elsa yang cantik.
"Kalau anak kita lahir apakah kamu juga akan menyayangi dia ?" satu pertanyaan bodoh tiba-tiba meluncur dari mulut Dina.
Leon menatap Dina tajam , jujur ia tidak suka dengan pertanyaan yang dilontarkan istrinya. "Kenapa kamu bertanya begitu ? apakah aku terlihat seperti suami yang tidak bertanggung jawab ?" tanya Leon.
"Ti..tidak seperti itu " jawab Dina gugup. Sepertinya ia salah besar telah bertanya seperti itu.
Dengan menolak ide gila untuk menggugurkan kandungannya sudah membuktikan jika Leon bertanggung jawab atas bayi yang ada di dalam perutnya.
Dengan menikahi Dina adalah bukti nyata jika Leon bertanggung jawab atas bayi dalam kandungan Dina, namun untuk menjadi suami yang seutuhnya Dina masih meragukannya karena mereka tidak seperti pasangan yang baru menikah pada umumnya.
Beberapa kali Dina memergoki Leon sedang termenung sambil menatap photo Bintang yang masih tersimpan di galeri ponselnya. Meski merasa sakit hati namun Dina memilih tidak mempedulikannya.
Dina berharap seiring berjalannya waktu Leon akan dapat menerima dirinya seutuhnya.
Diusia kehamilannya yang menginjak tiga bulan, Dina juga mengalami ngidam sama seperti wanita hamil pada umumnya. Namun diantara semua keinginannya itu tidak sekalipun Dina meminta kepada Leon.
Jika ada makanan yang sedang diinginkan Dina lebih memilih menyuruh pelayan atau memakai layanan pesan antar daripada meminta kepada Leon walaupun suaminya itu sedang ada di rumah.
Dina tidak berani meminta apapun kepada Leon karena ia sadar jika hati Leon belum sepenuhnya miliknya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!