NovelToon NovelToon

PINGSAN BERUJUNG DUNIA GAME

Terjebak di dunia game (revisi II)

Lima tahun yang lalu game Deep Dive lahir. Game petualang online PC yang sekejap menjadi game terpopuler dan terbaik setelah perilisannya. Game bertema pemburu monster dan dragon dipadukan dengan pertarungan melawan pemain lain yang sangat dinanti. Tak hanya memiliki pergerakan karakter yang mulus, tetapi pergerakan benda apapun di Deep Dive sangat sempurna tanpa cacat. Bahkan gerakan karakternya dapat dibandingkan dengan manusia asli.

Kyalowng adalah nama dunia yang ada dalam game Deep Dive. Tak hanya memiliki nama, tetapi dunia tersebut memang pantas dinamai sebab memiliki map seluas bumi. Dipadukan dengan genre open world, maka game tersebut menjawab keinginan bagi setiap orang yang memiliki teman bermain.

Tak hanya grafik dari teknologi super canggih dan misterius yang menjadi daya tarik utama. Hampir semua aspek dalam game Deep Dive jauh lebih mengungguli semua game yang pernah ada. Bahkan setiap NPC memiliki wajah yang berbeda, pekerjaan yang berbeda, watak yang berbeda, cerita yang berbeda, bahkan yang dilakukan untuk keseharian mereka benar-benar berbeda. Seperti manusia asli, mereka mengerjakan pekerjaan demi makan atau bahkan untuk menjadi kaya.

Sebab game Deep Dive bergenre open world, maka story-nya akan mempengaruhi semua pemain. Hal yang sangat dinantikan oleh para pemain yaitu adalah perubahan era. Setelah era pengenalan dunia telah usai, era kedua muncul, yaitu invasi Dragon Sunguungu. Dimana pada era ini, para pemain diharuskan ikut serta dalam memberantas dragon yang menyerang benua hunian para manusia. Mereka telah berhasil mempertahankan benua, namun sayangnya karena suatu kendala, Kyalowng belum juga berganti era lagi.

Setahun yang lalu, era sebenarnya bisa saja berubah. Era pemberangkatan bahtera-bahtera raksasa legendaris untuk berbalik menyerang benua monster dan dragon itu tertunda hanya karena persoalan kecil.

Pihak developer pada awalnya mengisi semua peringkat petualang menggunakan data para NPC yang berprofesi sebagai petualang. Akan tetapi, penetapan 10 NPC legendaris yang menduduki peringkat teratas justru menjadi biang masalah era tak kunjung maju.

Bila orang-orang memanjat peringkat demi menjadi petualang nomor satu untuk mendapatkan kunci pelayaran bahtera-bahtera tersebut, namun tidak dengan akun bernama Natural Higenis Bis. Setelah berhasil mengungguli peringkat NPC legendaris, ia tidak mau menjalankan bahtera dan justru mengaku sebagai petualang legendaris lainnya. Orang-orang disuruh untuk merebut gelar petualang nomor satu bila ingin mengubah era.

Sampai invasi Dragon Sunguungu kedua hadir, bahkan sampai pihak developer menyiasati dengan menghadirkan item over power berharga sangat mahal, namun nyatanya akun tersebut masih saja bertengger di urutan paling atas. Hanya beberapa jam saja peringkat itu tergeser, akan tetapi yang terjadi selanjutnya yaitu, dia memiliki poin yang sangat berjarak dari nomor dua.

Tak seperti yang orang-orang sangka, akun bernama Natural Higenis Bis ternyata adalah milik seorang remaja 17 tahun. Nama aslinya bahkan hampir sama dengan nama akun game-nya, yaitu Natura. Banyaknya wadah bekas mie instan adalah alasannya dapat mengembalikan peringkat petualang nomor satunya yang hampir terlampaui. Jika 3 wadah adalah jumlah yang ia habiskan per hari, maka tumpukan wadah mie tersebut mengatakan bahwa Natura telah memainkan game Deep Dive selama tiga hari.

Wajah tampannya bagai menggunakan kacamata panda. Rambutnya acak-acakan. Dari dua bukti tersebut, menggambarkan dengan pasti apa yang telah lama dia lakukan di depan PC pada kamar yang kini gelap dan tertutup. Ponsel di meja yang menunjukkan banyaknya panggilan tak terjawab serta chat dari Akulah Ouji dan Kiyut Tasya adalah bukti lain jika dia bahkan sampai bolos sekolah.

Natura segera membalas chat dari mereka berdua setelah melihat ancaman penggerebekan rumahnya. Jemari mengetik, namun fokusnya berkata lain. "Aku rasa perbedaan poinku saat ini sudah tak bisa terkejar oleh para orang kaya tak ber-skill. Saatnya merapikan hasil jarahan. " Dia kesal karena pada update-an terakhir, game Deep Dive menjadi pay to win. Banyak orang yang tiba-tiba jago, sebab membeli item Over Power. Hal itulah yang membuat Natura begadang. Padahal kenyataannya, pihak developer memang melakukan hal itu untuk melengserkan peringkatnya.

Tak lama setelah itu, Ouji yang baru pulang sekolah menyempatkan diri untuk datang ke rumah Natura. Remaja itu justru mendapat chat dari si pemilik rumah yang mengabarkan sebentar lagi dirinya akan istirahat. "Sial! Percuma aku datang ke sini. Suaranya saja tak terdengar ... Cih, aku merasa dia kini menganggapku bagi sampah. Semoga saja doa Tasya terkabul, walau lucu juga jika ada gamer terkena azab." Ouji beranjak pergi dari tempat tinggal Natura dengan menahan tawa walau sedikit merasa kecewa.

Saat mencoba berdiri, Natura merasa tak bertenaga, kepalanya pusing, dan penglihatannya berkunang-kunang. Dia memaksakan diri untuk tetap mencoba berjalan menuju peristirahatan.

Entah dari mana, suara gadis pembawa pesan pada game terdengar belulang kali mengatakan notifikasi menyebalkan yang sulit diketahui maknanya. "Notifikesiong! Kode — Nama — Status Karakter — Kemampuan — Ultimate — Lokasi spawn — All data objects were successfully synchronized! The 'deep dive project' was ready to activate!"

Wajahnya terlihat ketakutan. "Apa-apaan ini? Mengapa seolah nyawaku keluar dari raga?" Dia tak tahu harus bersikap seperti apa. Pada pikirannya, dunia nyata dan game seolah menjadi satu kesatuan. Tak dapat mengelak dari rasa pusing yang seakan membuatnya mual, dia diam, dan pasrah. Apapun, bahkan kini jemari telah lepas dari kendali pikiran. Pada akhirnya Natura tergeletak pingsan sebelum menggapai ranjang.

Pandangan Natura yang awalnya hitam pekat, kini menjadi berkunang-kunang. Secara perlahan kunang-kunang itu semakin membesar dan menyilaukan. Natura merasakan tubuhnya bergetar dan seperti terasa keringat dingin muncul beberapa saat. Seperti merasakan kejang namun tak begitu parah. Perlahan, punggung Natura merasa hangat seolah tersentuh sinar matahari.

Sang remaja tampan berusia 17 tahun itu mencoba mengambil posisi duduk. Dia menyipitkan mata sambil melihat ke kanan dan ke kiri, berharap usahanya dapat membuahkan hasil supaya mengerti dengan apa yang terjadi. Namun silau masih saja mengganggu pandangan, menggagalkan satu-satunya usaha untuk mengetahui keadaan.

Suara imut gadis pembawa pesan game petualangan kini terdengar di kepalanya kembali. "Notifikesiong! Wahai petualang baru Natural Higenis Bis, selamat datang di Deep Dive Project! Selamat atas keberaniannya datang ke tempat berbahaya ini. Sebagai hadiah permulaan, petualang Natura dapat memilih salah satu dari tiga box harta."

Natura tak menggubris suara itu, dan memilih untuk diam memikirkan kenyataan yang terasa membingungkan. Namun, suara imut itu kembali terdengar. "Notifikesiong! Pilih salah satu dari tiga box harta tersebut."

Pada pandangannya yang putih, muncul tiga box harta yang seolah mengambang. Tanpa begitu peduli, Natura berpikir untuk membuka box paling kiri, dan box itu pun terbuka.

Natura tak begitu paham dengan apa yang terjadi. Namun yang jelas, suara dan apa yang dia rasakan seperti mimpi yang sangat nyata. Selain merasakan sinar matahari menyentuh kulit, hembusan angin lembut juga dapat dirasakan.

Suara gadis sistem game terdengar lagi. "Notifikesiong! Selamat kepada petualang Natura atas hadiah pertamanya! Berjuanglah!"

Natura bisa membayangkan dengan tepat, sebilah pedang yang terbuat dari besi pondasi rumah, dan pelindung tangannya pun terbuat dari besi sejenis itu yang dibengkokkan. Apapun, itu adalah hadiah yang dimaksud si suara imut.

Natura tersentak ketika merasakan benda yang cukup berat dan dingin, tiba-tiba muncul di pangkuannya. Dia pun melotot dan memegangnya, guna mencari tahu benda tersebut. Pandangan mulai pulih. Benda yang dipegangnya ternyata adalah hadiah yang dimaksud oleh pembawa notifikasi.

Bukan takjub, namun takut. Rasa yang cukup wajar mengingat apa yang dialaminya seperti khayalan semata. Pohon, rumput, tanah yang dipijak, semua ciri-ciri itu dia tahu dari sebuah game petualangan yaitu Deep Dive.

Bahkan, di hadapannya juga terdapat monster batu seukuran domba yang berjalan pelan tanpa menyerangnya. "Persis seperti dalam game yang hanya akan menyerang jika pemain melukainya terlebih dahulu. ... Ini terlalu menakutkan! Siapakah yang membawaku ke sini? Semua yang ada di sini tak mungkin hanyalah mimpi. Aku harus waspada!"

Natura teringat akan bar darah, dan seketika dipikirannya seperti tergambar bar darah berwarna hijau; stamina berwarna kuning; dan 'mana' berwarna biru. "Woi! Apa-apaan semua ini?!" Pikirannya masih tidak mau berdamai dengan kenyataan. Sebagus apapun tempat itu, manusia tak seharusnya dapat berpindah tempat.

Asing. Dia teringat kembali akan berita yang beredar sebulan ini. Terdengar konyol sebab banyak remaja mengaku mendapatkan mimpi buruk, terjebak pada dunia monster. Menyisakan trauma mendalam, bahkan sampai kapok menyentuh komputer.

Keterasingan membuat pikiran berhalusinasi. Memikirkan berbagai kemungkinan, mengapa dirinya bisa terjebak. Alien? Tekhnologi canggih? Reinkarnasi? Isekai? Alam gaib? Azab? Salah satu dari hal itu harus ada yang benar.

Dia teringat akan suara yang familiar dan dia mencoba berkomunikasi. "Ortuna, keluarkan aku dari sini!” Hanya bentakan itu yang dapat diusahakan, berharap gadis bersuara imut bernama Ortuna menanggapinya.

Tanggapan pun benar-benar terlontar. "Hanya ada dua cara untuk keluar dari sini: Mati, atau membunuh raja hingga menjadi petualang nomor 1.”

Sejenak terdiam akibat terkejut dengan jawaban itu, Natura mencoba menggali arti mati yang dimaksud oleh Ortuna. "Mati? Maksudmu aku tak kembali ke Bumi, dunia tempatku hidup?" Tanggapan positif yang dia dengar menambah rasa takut dan gelisah. Dipikir sedalam apapun, jelas dia tak memiliki alasan untuk terjebak di dunia game tersebut.

Pikiran berkecamuk, sulit dibayangkan jika harus bertahan hidup, bahkan harus menjadi penguasa dunia penuh bahaya. Walaupun pedang yang digenggam memiliki kekuatan serang tak terhingga, namun tetap saja ia harus memiliki keberuntungan tinggi, sebab kekuatan dahsyat itu keluar mengikuti kemunculan serangan kritikal yang hanya sebesar 1%. Dunia yang bagai terdampar pada era sebelum manusia diciptakan, tentu itu bukanlah permainan. Apalagi, rasa sakit memanglah nyata. Menjadi pecundang pun tak masalah selama bisa bertahan hidup di dunia para monster.

"Ortuna! Keluarkan aku dari sini!"

Kesialan pertama. (revisi)

Natura sudah berhenti merengek, sebab hanya berujung hujatan dari gadis bernama Ortuna yang terus mengawasinya entah darimana.

Demi memenuhi kebutuhan perutnya, terpaksa harus membuang harga diri. Gelar pemain terbaik yang ia sandang tak dapat menolongnya di dunia bernama Kyalowng tersebut.

Bagai pecundang, dia hanya mengais rezeki dari para petualang yang sedang melawan monster tingkat rendah yang telah berevolusi hingga menjadi kategori boss. Biasanya para pemburu enggan mencari hadiah dari monster tingkat rendah yang bahkan tidak dapat berevolusi sebab hadiahnya terlalu kecil, hanya bisa digunakan untuk membeli makan dan sangat sedikit jika ingin ditabung.

Seperti saat ini, Natura turun dari pohon tempatnya memantau, lalu merogoh saku mengeluarkan pisau untuk mencari koin dalam jasat monster cacing yang terlempar ke arahnya. Pisau itu adalah barang bawaan yang dimiliki oleh setiap orang. Hadiah dari sistem.

Tak seperti informasi lain yang disembunyikan Ortuna, Natura diperbolehkan membaca panduan bahwa saku memiliki dimensi lain yang dapat diisi dengan barang-barang. Bahkan dapat menampung barang lebih besar daripada dirinya sendiri. Seperti pedang milik Natura yang kini disimpan di saku celana. Namun saku seperti itu juga masih memiliki keterbatasan kapasitas. Untuk menambah kapasitas, maka dia harus pergi ke tukang upgrade armour. Bahkan baju biasa dan celana pendek over size yang dipakai oleh Natura termasuk jenis armour walau status pertahanannya rendah.

Tubuh monster cacing itu bercahaya sebelum menghilang menjadi debu bercahaya yang beterbangan menyatu dengan udara.

Tanpa Natura sadari, para petualang ternyata sudah pergi setelah berhasil membonoh monster berwujud ayam raksasa namun meninggalkan banyak jasad monster tingkat rendah. Natura mulai mencari hadiah dalam tubuh monster-monster itu tanpa peduli jika hal itu memalukan. Padahal jika dipikir-pikir saat dia memainkan game yang persis seperti dunianya saat ini, dia tidak akan sudi melakukan hal itu, dan memilih untuk berburu monster seorang diri. Apalah daya, dunia game itu sekarang adalah kenyataan baginya. Dia tidak mau mat¡. Tidak sengaja tertabrak orang berjalan saja Natura bisa merasakan sakit dan bar darahnya berkurang. Apalagi harus melawan monster.

Keberuntungan hari ini dimanfaatkan Natura untuk meng-upgrade status karakternya. Dia juga pergi ke penjual 'item' guna membeli item yang dapat menghidupkannya kembali jika bar darahnya habis, atau bisa disebut mat¡.

Tentu Natura membeli item revive dengan level terendah yang hanya bisa digunakan satu kali dalam satu hari. Padahal ada item level lanjutan yang lebih bagus, sebab jika satu hari tidak mat¡, maka hari berikutnya memiliki dua kesempatan untuk mengaktifkan fungsi 'item'.

Natura pergi ke tempat sepi di bawah pohon rindang guna memakainya. Dia duduk bersila dan menempelkan di dada. Benda segenggaman tangan berbentuk perisai itu bercahaya dan hilang terserap tubuhnya. Yang artinya, item tersebut berhasil dipakai.

Dia juga menempelkan satu per satu koin yang masih dimiliki. Dia memejamkan mata dan tergambar tampilan status karakternya sendiri yang masih sangat rendah.

Kekecewaan terlihat jelas ketika hendak meng-upgrade bar darahnya, namun harganya sangat mahal. Terpaksa dia hanya meng-upgrade 'kecepatan serang' dan 'kecepatan lari' saja. Mau dipikir sekeras apapun, meng-upgrade seperti 'kekuatan serangan kritikal', dan 'pertahanan' adalah hal yang sia-sia.

Natura mencoba menyesuaikan diri dengan pedang besi pondasi miliknya. Alasan mengapa pedang itu tidak dapat melukai target, rupanya karena hanya dapat melukai lawan ketika 'kesempatan serangan kritikalnya' muncul. Sedangkan 'kesempatan serangan kritikal' pedang itu hanya 1% saja.

Bagi keadaannya sekarang ini, melawan seseorang, sama saja dengan bonoh diri. Selain dua status itu, Natura tidak meng-upgrade yang lain, mengingat banyak status yang tidak bermanfaat dengan keterbatasan tubuhnya saat ini.

Natura berdiri, lalu meregangkan otot-ototnya dan tiba-tiba dia merasakan sakit di bagian perut. Angka -1 berwarna merah juga muncul dalam pikirannya. Di tengah kebingungan itu, terdengar suara gemuruh dari perutnya sendiri. Dia tertawa menyadari hal konyol tentang rasa lapar yang dialaminya saat ini.

Wajah kesal terlihat jelas ketika Natura memeriksa saku celana, namun tidak ada satu keping koin yang tersisa. Dia baru sadar jika semua koin telah digunakan untuk meng-upgrade status karakter. Terpaksa Natura mencari buah-buahan di pinggir hutan sambil memakan daun yang dapat dikonsumsi.

***

Di pinggir hutan, Natura menonton tiga orang yang sedang berburu monster batu setinggi satu meter. Dia menonton sambil memakan jambu yang berhasil dipetik.

"Dari gerakan tiga orang itu, dapat aku ketahui bila mereka berlevel rendah. Aku teringat kembali ketika pertama kali memainkan game Deep Dive Project bersama Ouji," batin Natura sambil tersenyum seraya menikmati buah jambu.

Pengalaman konyol ketika pertama kali bermain game tersebut. Dia dan kawannya yang bernama Ouji menyombongkan diri sebab baru satu jam bermain, level mereka telah berada di angka 5. Lebih baik 2 angka dari rata-rata pemain. Bahkan mereka sampai menantang 2 versus 2 dengan pemain baru lainnya yang berlevel 10. Konyol saat mereka ternyata kalah dan kehilangan benda berharga sebagai kompensasi, padahal telah merasa unggul. Dari situ Natura menyadari tentang tipe orang seperti apa yang harus dihindari demi keselamatan nyawanya di Kyalowng.

"Ehemm!" bentak remaja yang terdengar jelas di telinga Natura.

Natura lalu membuka mata tersadar dari lamunan dan mendapati ketiga orang itu telah berdiri di depannya dengan tatapan sombong penuh kebencian. "A!!!!" teriak Natura kaget.

"Sepertinya kau tidak tahu siapa kami, hingga kau menunggu kami dengan senyum bahagia seperti itu," ucap orang yang terlihat paling kuat. "Kau menganggap kami bertiga akan mat¡ ketika melawan monster batu, dan kau berniat mengambil item berharga dari jasat kami, 'kan?"

Natura mengelak dari tuduhan itu. Tentu dia tidak bermaksud mendoakan mereka mat¡ ketika melawan monster batu demi menghisap hadiah dari jasad mereka.

Orang itu lalu mengangkat kaki untuk menginjak dada Natura, sementara dua orang lainnya memegang erat dan merentangkan tangan remaja lemah itu.

"Tuan muda, mohon hentikan! Aku akan mat¡ jika kau menginjakku! Sungguh aku tidak pernah berpikir seburuk itu!" ungkap Natura sambil memberontak.

Orang itu pun menggunakan skill buff untuk menginjak dada Natura dengan begitu kuat hingga kabut debu menyelimuti area sekitar.

Mereka bertiga berdiri dan tertawa lantang sambil berkecak pinggang.

"Benar dia langsung mat¡? Ha ha ha ha," ucap si penginjak sambil tertawa.

Setelah kabut debu itu menghilang, mereka tertawa semakin keras karena tidak ada apapun yang tersisa.

"Bahkan dia tidak memiliki hadiah setelah kita bonoh! Apa-apaan si rambut acak-acakan dengan wajah tampan itu?!" ucap si paling kuat.

"Benar apa yang kita lakukan. Siapa orang yang tidak jengkel melihat gelandangan mengejek kita dengan memperlihatkan wajah setampan itu? Jika bukan kita, maka orang lain pasti akan membonohnya tanpa perlu memiliki alasan. Melihat senyum dengan wajah tampan itu saja mampu membuat kemampuan regenerasi darahku berkurang 80% dan serangan monster batu itu menjadi selalu muncul 'serangan kritikal'. Menyebalkan!" tanggap lainnya.

"Ah, ternyata kau juga terkena efek negatif aneh yang sama sepertiku," sahut lainnya.

"Pantas saja, aku juga merasa aneh semenjak melihat bocah tampan itu duduk di sini," ungkap si paling kuat.

Dari balik pohon, terlihat Natura bersembunyi dari ketiga orang itu dengan pipi berlinang air mata, "Kurang ajar! Bagaimana mungkin karena alasan konyol seperti itu mereka mencoba membonohku?! batin Natura.

Natura kemudian duduk setelah tiga orang itu pergi. Mereka bertiga tidak menyadari Natura berlari sangat cepat ketika kabut debu akibat hentakan kaki masih sangat tebal.

"Untung mereka tertawa menghadap ke atas sehingga mereka tidak melihatku lari. Hari ini aku tidak boleh sampai mat¡ lagi, atau aku akan mat¡ sungguhan. — Sial, rasa sakit masih membekas pada mentalku," ucap Natura sambil mengelus-elus dada dan mengusap air matanya yang sampai keluar. Rasa sakit yang tadi dirasakan memang sangat sakit. Beruntung Natura sadar jika setelah bangkit dia buru-buru kabur. Jika tidak, maka percuma dia membeli item revive. Hanya menggandakan rasa sakit saja.

"Ikuti petunjukku jika ingin keluar dari tempat terpencil ini. Tak ada perkembangan jika kau tetap berada di sini. Dalam perhitunganku, kau memerlukan 300 tahun bila hendak memperkuat diri di tempat yang jarang monster seperti di sini. Itupun hanya mencapai level raja Highend Beast saat pertama dia ke sini." Suara gadis yang terdengar, tak juga dapat menghibur Natura. Sangat mengesalkan harus menuruti ucapannya. Walaupun bersikap bodoh, namun tetap saja arahan itu harus dipertimbangkan kembali. Terlebih, ucapan yang sedikit menyinggung raja, cukup membuatnya penasaran.

Rasa penasaran itu tak terbalas, sang gadis bersuara ceria itu tak mau menjawab pertanyaannya.

"Sial! Sampai kapan aku terjebak di dunia membingungkan ini!? Mengapa harus aku!?"

Bersambung....

Beli Lalu Sesalilah! (revisi)

Natura tidur di dahan pohon dan terbangun setelah Matahari mengintip. Natura lalu mandi di sungai supaya bersih, kemudian dia bercermin pada air yang jernih dan tenang. "Benarkah wajahku tampan? Ini tidak masuk akal." Mengingat kemarin mendapatkan percobaan pembunuhan dari petualang lain karena hal itu, Natura mengoleskan lumpur supaya wajahnya terlihat kusam.

Setelah itu, Natura langsung mencari pemburu lain untuk di tonton seperti biasa. Saat sedang duduk di dahan pohon mengamati tak ada seorang petualang pun di padang rumput, cuaca menjadi buruk secara mendadak. Langit yang semula cerah, mendadak menjadi mendung. "Dragon? Seperti akan ada Dragon muncul di sekitar sini! Dragon yang menyerap sihir dunia terlalu banyak." Berbekal pengetahuan dari game Deep Dive, dia mengerti jika sesekali Kyalowng akan mengalami kejadian itu.

Lonceng di tengah desa terdekat pun berbunyi, menandakan jika memang ada monster yang dapat menyebabkan kerusakan parah atau bencana.

Tanah di sekitar Natura bergetar dengan hebat hingga pepohonan ikut bergoyang. Di padang rumput yang cukup luas, Natura menyaksikan bagaimana Dragon bercula satu, dengan cula sangat besar muncul dari dasar tanah. Hal mengagumkan sekaligus mengerikan yang ingin sekali dia lihat.

Dragon itu lalu mengepakkan sayapnya berulang kali hingga pepohonan di kejauhan banyak yang tumbang akibat kekuatan serangan dari elemen anginnya. Beruntung pohon yang disinggahi Natura tidak terkena gelombang angin.

Dragon itu lalu mengaum keras. Akibatnya langit menjadi penuh gelegar petir menyambar, dan mulai turun hujan disertai badai.

Baru saja berpikir terlalu mengerikan jika tak ada seorang petualang pun yang mencegah sang Dragon, Natura merasakan aura petualang level tinggi datang dengan cepat berkat dapat mengonsumsi mana atau stamina. Berbanding terbalik dengan level Natura yang tidak juga muncul hingga tak mampu berbuat demikian.

Benar saja, dua orang bertubuh kekar melompat begitu jauh serta satu orang lagi bertubuh ramping berlari sangat cepat. Mereka bertiga bergerak menuju arah Dragon bercula.

Penampilan mereka bertiga terlihat begitu gagah dengan armour berlevel tinggi yang tentunya telah memiliki kemampuan khusus.

Dari teriakan penuh semangat dua pria kekar yang melompat-lompat bernama Do dan Re. Penampilan mereka tidak terlihat perbedaan kecuali pada bagian corak rambut. Do berambut hitam bercorak putih, sedangkan Re berambut hitam bercorak merah. Dari cara mereka menampakkan diri dengan gagah, dapat Natura ketahui jika kedua orang tersebut adalah seorang dengan role fighter.

Pedang besar satu sisi tajam kembar yang mereka bawa juga terlihat sangat gagah dengan bagian tengah yang menyala-nyala berwarna merah, bahkan sampai muncul seperti asap berwarna merah.

Sementara orang satunya lagi adalah Fa. Dia terlihat lincah membawa dual dagger yang juga menyala-nyala berwarna emas dan guratan cahaya emas terus mengikuti gerakan. Fa tampak misterius dengan pakaian ramping berwarna hitam dan juga memakai masker berwarna hitam. Armournya pun hitam dan terlihat tipis. Fa adalah tipe penyerang yang mengalihkan perhatian musuh dan tidak berfokus memberi serangan berkekuatan besar. Dari pergerakannya yang lincah, role Fa adalah seorang ninja, yang bisa mengisi role support ataupun assassin.

Benar saja dugaan Natura. Fa adalah orang yang pertama kali menyerang Dragon itu. Fa melemparkan bom cahaya yang membuat Dragon itu tidak bisa melihat dengan jelas. Fa menancapkan tongkat kecil misterius dengan sangat cepat sambil mengitari Dragon itu. "Apa yang ninja itu lakukan? Benarkah si kembar tidak terlihat karena akan langsung menyerang dengan kekuatan penuh?"

Setelah Fa selesai mengitari Dragon itu. Muncul Do dan Re dari langit dengan cahaya merah dan api berkobar-kobar dengan posisi pedang yang menghunjam, mengarah punggung Dragon itu.

Saat Fa melempar sesuatu ke atas Dragon yang masih terkena efek silau, Natura pun berteriak keras hingga mereka bertiga dapat mendengar. "Menjauh!!!!"

Do dan Re pun berpencar dan menghantam tanah. Tanah itu hancur hingga meninggalkan bekas berbentuk kawah.

Mereka lalu memandang ke arah Dragon dan melihat Dragon itu tersambar listrik dari benda yang baru saja dilempar oleh Fa dan dari tongkat-tongkat kecil yang tertanam mengelilingi sang Dragon.

Baik, Do, Re, dan Fa begitu terkejut karena serangan listrik itu berpijar sangat cerah dengan radius yang sangat luas melebihi perkiraan mereka bertiga.

Dragon itu diam dan mulai terlihat kulitnya yang semula berwarna coklat perlahan berubah warna menjadi putih.

"Lumpur?" tanya mereka bertiga terkejut.

"Tuan! Kelemahan Dragon itu adalah elemen Es. Jangan terkecoh dengan warnanya yang sekarang menjadi putih! Itu hanyalah logam berwarna putih!" teriak Natura.

Do, Re, dan Fa yang terhubung dalam satu jaringan pun menganggukkan kepala, mengerti dengan apa yang harus dilakukan. Kini senjata mereka berganti walau dengan jenis yang masih sama.

Mereka bertiga terlihat dikelilingi oleh butiran air hujan yang membeku dan cahaya putih berkedip-kedip dari senjata mereka.

Dragon itu mengaum keras namun ketiga lawannya tidak ada yang gentar. Dragon itu mencoba menyeruduk Fa namun dengan sangat lincah Fa dapat menghindarinya dan justru dapat menyerang balik dengan banyak serangan.

Walau serangan itu terlihat lemah dan hanya mengandalkan kecepatan saja, namun nyatanya Dragon bercula dapat terluka parah dan banyak bagian cula maupun kepalanya yang membeku. Serangan dari senjata berelemen es adalah kunci tercepat mengalahkannya.

Si kembar berasksi. Mereka melancarkan serangan gabungan dari arah yang berseberangan.

"Ultimate: Double Tojos!" Do, dan Re menusuk Dragon itu di bagian rusuk kanan, dan rusuk kiri dengan sangat kuat hingga armour berwarna putih dari Dragon itu pecah. Serangan yang dapat dilakukan ketika telah berada di jajaran petualang terkuat.

Setelah serangan gabungan itu, si Dragon hanya bisa menyerang menggunakan ekor, dan juga culanya saja sebab sayapnya kini lumpuh. Akhirnya, sang Deagon tumbang hanya dengan serangan-serangan biasa tanpa perlu menggunakan perangkap maupun peralatan pengecoh lagi.

"Sangkyou!" ucap Do sambil melambaikan tangan kepada Natura.

Natura membalas lambaian tangan Do sambil tersenyum canggung. Tak dapat dipungkiri dia ikut campur karena merasa ketiga orang itu akan bertindak tidak efisien.

Do, Re, dan Fa mencoba mengisyaratkan untuk menghampiri mereka, namun Natura tidak mau.

Dalam hati, Natura sebenarnya ingin sekali ke sana namun resiko kematian akan sangat tinggi mengingat jika dirinya sampai diberi sesuatu dari bagian Dragon itu, maka dapat dipastikan banyak orang yang akan mengincarnya.

Merasa heran, Do lalu mengeluarkan koin transparan dan digunakan layaknya kaca mata pada arah Natura berada, "Level 0? Sesepuh yang menyamarkan level-nya atau memang dia seorang pemula?"

"Sepertinya dia adalah pemula namun memiliki pemahaman yang cukup akan monster-monster berbahaya seperti ini. Aku pikir dia adalah orang cerdas yang raganya tidak mengimbangi harapan otaknya. — Ah iya, Itu lebih masuk akal. Aku akan memberinya hadiah di saat tidak ada orang lain yang melihatnya. Orang cerdas kadang berperilaku layaknya pengecut jika raganya tidak mampu mengantisipasi keadaan," ujar Fa.

"Masuk akal. Dia mungkin tak mau diincar oleh orang lain."

Setelah mereka bertiga selesai mengambil hadiah dari jasat Dragon itu, mereka pun berjalan menuju ke desa.

Mereka berunding tentang apa yang akan diberikan kepada Natura. Usai mendapatkan kepastian, dengan sangat cepat Fa tiba-tiba berada di samping Natura, lalu meletakkan kuku Dragon di dahan pohon itu.

"Terimakasih atas bantuannya. Gunakanlah dengan bijak dan secerdas mungkin."

Belum Natura membalas rasa terimakasihnya, Fa sudah kembali lagi berjalan di samping Do.

Do, Re, dan Fa, sekilas mengangkat tangan, memberi hormat kepada Natura, dan Natura pun membalas hormat itu sampai tiga orang itu hilang dari pandangan.

Hujan pun reda setelah terbunuhnya dragon itu. Desa mengadakan pesta sebagai ungkapan terimakasih atas kesigapan Do, Re, dan Fa sampai berlanjut malam hari.

Di tengah-tengah desa, mereka membuat api unggun dan pertunjukan drama oleh anak-anak menceritakan bagaimana Do, Re, dan Fa, yang dapat mengalahkan Dragon. Tentu cerita itu diambil dari ucapan Do, Re, dan Fa.

Di akhir pertunjukkan, terdapat sebuah pertanyaan besar yang membuat orang-orang penasaran.

"Siapakah, pahlawan ke empat, yang dapat mengetahui, kelemahan dari, Dragon licik itu?" ucap anak laki-laki sebagai narator dangan suara dibesarkan untuk menirukan suara pria dewasa.

Semua orang semakin bertanya-tanya siapa pahlawan ke empat itu.

Do tertawa sambil berdiri lalu menuju ke area pentas. "Orang itu berterimakasih kepada kami, karena kami telah menyelamatkan desa ini. Namun kami yakin bahwa dia bukan orang desa ini." Antusiasme orang-orang terlihat tinggi, mereka mencerna, berharap Do keceplosan mengatakan siapa gerangan yang membantu mereka dari kejauhan.

Dari toko penjual item, terlihat Natura sedang duduk. Kakek tua pemilik toko menyodorkan minuman madu dan juga kue manis kepada Natura. "Pahlawan ke empat harus ikut berpesta, 'kan?"

Natura hanya mengangguk sambil menyantap hidangan, lalu mengeluarkan kuku Dragon pemberian rombongan Fa.

"Ternyata memang kaulah orangnya."

Sambil tersenyum, Natura menyodorkan secarik kertas berisi daftar belanjaannya di toko itu.

"Baiklah, akan aku ambilkan semua yang kau butuhkan."

Sembari menunggu, waktu ia manfaatkan untuk menyakinkan diri dengan keputusannya kali ini. Ucapan Ortuna masih saja membekas di pikirannya. Tak mau dia hidup terus-menerus di dunia asing itu.

Kakek pemilik toko meletakkan di atas meja, sebilah pedang yang telah dibungkus kain, armour yang telah dimasukkan ke karung, dan dua karung besar berisi koin sebagai kembalian.

"Kau besok masih bisa mengembalikan pedang, dan armour, jika berubah pikiran. Aku tidak akan memotong harga pengembalian barang. Jangan sampai rusak atau tawaran ini hangus," ucap kakek itu.

Setelah menyelesaikan urusan, Natura lalu keluar dari toko itu dan mengabaikan pesta yang masih berlangsung. Dia duduk bersila di atas dahan pohon di pinggir desa.

Seperti sebelumnya, Natura menempelkan koin ke dadanya untuk meng-upgrade status karakternya. Dia memilih menaikkan kapasitas bar darah hingga 10 kali lipat walau mahal dan juga regenerasi darah supaya tidak perlu meminum potion jika bar darahnya berkurang pada saat yang tidak genting. Regenerasi darah yang kini Natura miliki yaitu 5% per menit. Yang artinya, besar kapasitas Hit Poin tak akan membuatnya terganggu, hanya membutuhkan waktu untuk terisi lagi. Seperti biasa Natura juga meningkatkan 'kecepatan lari' dan 'kecepatan serangan'

***

Keesokan paginya Natura begitu bersemangat untuk mencoba armour dan pedang barunya. Dia mencari dan menyerang monster batu yang kebetulan ada di dekat situ. Dia begitu terkejut sebab serangannya tidak dapat melukai sedikitpun. Berkali-kali mencoba menyerang namun hasilnya tetap sama saja. Kemudian dia berpikir untuk melihat deskripsi dan mendapati semuanya sama seperti pedang besi pondasi.

Setelah mondar-mandir berpikir keras, akhirnya Natura memikirkan tentang deskripsi dirinya sendiri. Dia merasa terbodohi sebab tubuhnya ternyata menyerap semua kekuatan dari status senjata maupun armour untuk dikonversi menjadi peningkatan kemampuan lain yang tidak tertulis nama maupun deskripsi. Secara permanen pedang itu menjadi kehilangan kekuatan serang sebanyak 90% jika digunakan oleh orang lain.

Natura bertekuk lutut dan merentangkan tangannya sambil menatap mentari dengan pipi berlinang air mata. "Ah, ternyata akulah yang aneh. Secerdas inikah aku?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!