Pengenalan Tokoh
Arumi Willona Arnold (16 tahun)
Putri semata wayang keluarga Arnold yang merupakan seorang siswi berprestasi di sebuah SMA terkenal di Jakarta yaitu SMA CENDIKIA.
Arumi merupakan wanita idola para cowok yang ada di sekolahnya. Hampir semua cowok di sekolahnya telah mengungkapkan rasa cintanya langsung pada Arumi, namun sayang Arumi tak tertarik pada siapa pun yang berusaha mendapatkan hatinya.
Walaupun Arumi seorang putri dari pengusaha ternama di ASIA namun dia tak pernah membeda-bedakan siapa pun. Arumi bergaul dengan semua kalangan tanpa memilih teman.
Bahkan dia lebih senang berteman dengan teman-temannya yang berasal dari kalangan menengah ke bawah karena dia merasakan hidup penuh warna bersama teman-teman yang hidup sederhana.
Sebastian Reynald Atmaja (21 Tahun)
Sebastian seorang Pengusaha muda yang sukses, dia merupakan lulusan terbaik di Universitas Cordoba.
Pria tampan yang biasa di panggil Tian merupakan pria yang berkarakter dingin dan selalu bergaya Cool di hadapan semua wanita yang mengincar hatinya.
Di samping Tian bekerja sebagai CEO di perusahaan teknologi, Tian berperan juga sebagai seorang guru Olah Raga di SMA CENDIKIA.
Tian sengaja menyamar sebagai guru Olah raga untuk menutupi jati dirinya yang sesungguhnya, Tian ingin merasakan kehidupan yang normal dengan cara berperan sebagai seorang guru Olah Raga di SMA. Kehidupan yang jauh dari segala kemewahan yang selama ini di dapatkannya dari kedua orang tuanya.
Laras Putri Ningsih ( 16 tahun )
Satu-satunya sahabat Arumi yang selalu ada di samping Arumi, seorang wanita yang terlahir dari keluarga kalangan menengah. Laras dan Arumi sama-sama Siswi berprestasi, Laras dapat bersekolah di sekolah yang sama dengan Arumi karena mendapatkan beasiswa prestasi.
Arumi sudah menganggap Laras sebagai saudaranya, begitu juga dengan keluarga Arnold. Mereka telah menganggap Laras sebagai anggota keluarga mereka. Orang tua Arumi sudah menganggap Laras sebagai putrinya, karena Laras selalu ada menemani Arumi di saat kedua orang tuanya harus pergi ke luar kota.
Laras dan Arumi selalu menjadi kontingen kompetisi Sains yang diadakan dinas pendidikan setiap tahunnya.
Laras dan Arumi bersahabat sejak mereka duduk di bangku SMP. Persahabatan mereka sangat unik, mereka sering bertengkar tapi semua itu hanyalah candaan belaka.
Nicholas Bramuja ( 22 tahun )
Asisten pribadi Tian, pria yang mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan Tian, Pria yang di panggil dengan sebutan Nick merupakan seorang pria yang ramah.
Nick sangat mengenal pribadi Tian karena Nick adalah satu-satunya orang yang mendampingi tumbuh kembang Tian.
Orang tua Tian merawat dan membesarkan Nick sama seperti Tian semenjak ayah Nick meninggal.
Ayah Nick adalah satu-satunya orang kepercayaan keluarga Arnold, sedangkan ibu Nick meninggalkan Nick dengan ayahnya lalu pergi bersama pria selingkuhannya.
Kasih sayang yang di berikan keluarga Arnold pada Nick sama besarnya dengan kasih sayang yang mereka berikan pada Tian, mereka berharap suatu hari nanti Nick sanggup menjadi asisten pribadi Tian yang mampu melakukan berbagai hal.
Nick tak hanya sekedar seorang asisten bagi Tian namun Nick juga merupakan seorang kakak dan sahabat terbaik bagi Tian di saat-saat masa sulit yang di hadapinya.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=>>>>>>
BBUUGGHH...
Sebuah bola basket tepat mendarat di kepala wanita cantik yang sedang asyik membaca buku Sains bersama sahabatnya di pinggir sebuah lapangan yang terdapat di taman kota.
"Woi...siapa yang lempar bola ini di kepala gue?" teriak Arumi kesal sambil berkacak pinggang menghadap ke lapangan basket.
Arumi menatap tajam pada segerombolan pria yang berada di tengah lapangan.
Para pria tersebut terpaksa menghentikan permainan basket mereka karena bola basket mereka di sita oleh seorang gadis yang berteriak sambil berkacak pinggang di pinggir lapangan.
Mereka hanya menatap heran pada gadis tersebut tanpa ada seorang pun yang berani mendekatinya kecuali pria yang paling tampan di antara mereka.
Pria berpostur atletis yang sangat memukau mata wanita melangkah menghampiri Arumi .
"Kembalikan bola kami!" ujar sang Pria dengan gaya angkuhnya.
"Enak aja lu minta dikembalikan, setelah bola kalian membuat kepalaku sakit!" bentak Arumi kesal melihat pria tampan yang berada di hadapannya.
"Lu mau apa?" tanya Tian datar.
Sedikitpun tak ada rasa takut di matanya.
"Mau gue, kalian minta maaf sama gue! Bola kalian udah bikin kepala gue sakit!" gerutu Arumi kesal.
"Cih, enggak usah lebay, deh. Sini balikin bola basket gue!" bentak Tian mulai kesal dengan tingkah Arumi.
"Gue gak bakal kasih bola lu sebelum lu minta maaf sama gue!" bentak Arumi lagi.
Lalu gadis itu memasukkan bola basket tersebut ke dalam tasnya dan menarik tangan Laras yang hanya bengong melihat perseteruan antara sahabatnya dan seorang pria tampan.
Arumi hendak meninggalkan Tian yang sangat emosi dengan sikap Arumi, tiba-tiba Tian meraih tangan Arumi, dia memutar tangan gadis yang di hadapannya hingga sang gadis merasa kesakitan ulah perbuatannya.
"Kembalikan bola gue!" bentak Tian dengan nada yang sangat tinggi, membuat semua orang yang mendengarnya akan ketakutan, tapi tidak bagi Arumi.
Arumi mengumpulkan tenaganya, lalu berusaha lepas dari cengkraman Tian.
"Gue gak bakal berikan bola lu, kecuali kalian minta maaf sama gue," ujar Arumi nyolot penuh emosi.
Tian semakin emosi melihat tingkah bocah tengil di hadapannya, Tian melangkah menarik tangan Arumi, sekali hentakan Arumi berhasil di kuncinya, sehingga jarak di antara mereka tinggal beberapa centi lagi.
"Berikan bola gue atau,--" ancam Tian menggantung ucapannya, dia bingung harus menggunakan kata-kata apa saat melihat paras cantik mempesona menatap tajam padanya.
"Atau apa?" teriak Arumi tak mau kalah galak dari pria tampan yang menyebalkan tersebut.
Tian menarik tubuh Arumi, melingkarkan tangan kekarnya di pinggang Arumi membuat gadis itu terdiam.
Seketika Arumi dapat menghirup nafas mint, dan aroma maskulin pria tampan di hadapannya.
Dia mulai terbang terpesona dengan kesempurnaan ciptaan Tuhan yang kini berada di hadapannya.
Tak berapa lama akal sehat Arumi kembali dan menyadarkannya dari lamunannya.
"Lu mau apa? Lepaskan gue!" bentak Arumi memberontak, namun tenaganya tak sebanding dengan kekuatan Tian.
Seketika otak Arumi berputar dan memiliki ide.
"Aaauuuwww," pekik Tian kesakitan sambil memegang barang berharga miliknya.
Arumi memanfaatkan hal itu untuk kabur, dia menarik tangan Laras yang masih bengong melihat reaksi Tian yang tengah kesakitan.
Mereka berlari menuju motor gede milik Arumi, di ikuti oleh Laras. Seketika Arumi dan laras menghilang dari pandangan Tian dan teman-temannya.
Teman-teman Tian hanya bisa geleng-geleng kepala melihat sahabat mereka dikalahkan oleh seorang wanita bocah tengil yang baru saja mereka lihat.
"Awas kau," bathin Tian menyimpan dendam pada gadis yang baru saja mempermalukan dirinya di depan para sahabatnya.
"Biarkan saja bro, lagian gadis itu hanya membawa satu bola, lu bisa membeli seribu bola yang sama dengan harta yang lu miliki," ujar Satya salah seorang sahabat Tian.
Tian memang terkenal dengan sosok dingin, tapi tidak bersama dengan para sahabatnya. Bersama sahabat-sahabatnya ini Tian dapat berinteraksi dengan normal tanpa pengawasan dan batasan.
"Ya udah kita pulang yukk...minggu depan kita sambung latihannya...." ajak Fero sahabat Tian yang lainnya.
Akhirnya mereka pun bubar meninggalkan lapangan basket, Tian langsung masuk ke dalam mobilnya yang mana Nick telah berada di dalamnya.
Tanpa perintah, Nick pun melajukan mobilnya, mengantarkan tuannya menuju apartemen miliknya.
Bersambung...
"Hahaha" Arumi tertawa terbahak-bahak saat memasuki pekarangan rumah Laras.
Laras yang sudah paham tingkah sahabatnya hanya bisa geleng-geleng kepala.
Arumi merupakan gadis kaya yang berhati mulia, dia sangat pintar namun pribadinya sedikit tomboy.
Dia tak suka melihat siapa pun yang bersikap semena-mena, dia akan memberi pelajaran yang setimpal pada orang tersebut.
Arumi putri semata wayang keluarga Arnold, kedua orang tua Arumi memfasilitasinya segala hal untuk putrinya sehingga Arumi dapat mengikuti berbagai kursus bela diri dan olah raga, di luar kesibukkan belajarnya.
Laras sahabat Arumi yang selalu ada di samping Arumi, Kedua orang tua Arumi juga membiayai segala kursus yang di ikuti oleh Arumi untuk Laras, sehingga Laras selalu ada di mana pun Arumi berada.
Walaupun Laras hanya seorang putri dari karyawan biasa yang hidup sederhana namun keluarga Arnold telah menganggap Laras sebagai anggota keluarga mereka.
Bunda Laras yang mendengar suara tawa Arumi langsung keluar dari rumah dia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah sahabat putrinya.
"Bunda," sapa Arumi malu yang sudah tertawa kelewat batas.
Arumi dan Laras pun menyalami tangan Bunda Ranti, dia tidak lupa mencium punggung tangan bunda Ranti. Setelah itu mereka memeluk bunda Ranti dari samping kiri dan kanan.
Hal ini telah biasa dilakukan oleh Arumi dan Laras, sehingga kasih sayang Ranti pada Arumi sama dengan kasih sayang yang diberikannya pada Laras.
"Bunda, kami lapar," rengek Laras dan Arumi dengan manja.
Ranti menyambut rengekkan dua gadis itu dengan anggukkan.
"Ya udah, yuk kita makan, tapi sebelum makan cuci tangan dulu ya," pesan bunda Ranti.
"Siap komandan!" jawab Laras dan Arumi serentak sambil memperagakan hormat bendera.
Dua gadis itu pun melangkah masuk ke dalam kamar Laras, mereka membasuh muka dan mencuci tangan mereka, setelah itu mereka melangkah ke ruang makan yang mana di sana Ranti telah menyiapkan makan siang di atas meja.
"Wah, makan enak nih," ujar Arumi sumringah melihat makanan tradisional yang ada di atas meja makan.
Arumi merasa bosan dengan masakan ala luar negeri yang selalu terhidang di mansionnya.
Hanya di rumah Laras, Arumi bisa menjadi diri sendiri, dia bisa melakukan apa yang dia suka dan tidak di sukainya. Kasih sayang Ranti padanya menjadikannya memiliki pribadi yang baik.
"Kalian boleh makan sepuasnya," ujar Bunda Ranti tersenyum tulus.
Laras dan Arumi pun bersemangat mengambil nasi serta lauk pauk, mereka pun menyantap makanan yang terhidang di atas meja dengan lahap.
Setelah kenyang, Arumi mengambil air putih dan meminumnya.
"Aaaakkkh." Arumi bersendawa karena kekenyangan.
Bunda Ranti melirik Arumi dan tersenyum.
"Sayang, kalau kamu bersendawa usahakan tutup mulut, kamu itu cewek lho, tidak bagus dilihat," nasehat bunda Ranti pada Arumi.
Arumi menutup mulutnya malu.
"Iya bun, maaf, ya," ucap Arumi menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Bunda Ranti selalu menasehati Arumi jika ada sikap atau tingkah Arumi yang menyalahi aturan kodrat seorang wanita, yang sama sekali tidak didapatnya dari kedua orang tuanya karena kedua orang tua Arumi terlalu sibuk bekerja.
Papi Arumi sibuk bekerja setiap hari, bahkan terkadang di waktu weekend papi Arumi masih sibuk ke luar kota untuk mengurusi urusan bisnisnya, sedangkan mami Arumi hanya sesekali di rumah, dia biasa menghabiskan waktunya untuk ikut perjalanan dengan suaminya, atau sekadar pergi arisan dengan teman-teman sosialitanya.
Meskipun seperti itu, Arumi tidak kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya, Arumi hanya kekurangan pendidikan tata krama dalam bergaul di masyarakat.
Yang mana pendidikan tata krama itu kini didapatnya dari bunda Ranti, ibu dari sahabatnya.
Setelah mereka selesai makan, Arumi dan Laras membereskan meja makan dan mencuci piring kotor sisa makan mereka.
Arumi telah terbiasa melakukan hal yang selalu di lakukan Laras di rumahnya, sehingga Arumi menjadi mahir masalah pekerjaan rumah yang mana jika di mansionnya sendiri semua pekerjaan itu di lakukan oleh puluhan pelayan.
"Bunda, Arum pulang dulu, ya," ujar Arumi berpamitan dengan Bunda Ranti setelah menghabiskan waktunya di rumah Laras bermain sambil belajar dengan sahabatnya.
Beginilah kegiatan Arumi dan Laras setiap hari minggu, karena di hari-hari sekolah mereka selalu sibuk belajar dan kursus sehingga mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk bersenang-senang.
"Hati-hati ya, Sayang," ujar Bunda Ranti lalu dia memeluk tubuh sahabat putrinya.
"Iya, bun." Arumi menyalami tangan Bunda Ranti dan mencium punggung tangannya.
"Ras, gue pulang, ya," seru Arumi sambil mencubit pipi Laras lalu berlari sebelum Laras membalas kejahilan sahabatnya itu.
Laras tersenyum sambil melambaikan tangannya.
"Hati-hati!" teriak Laras saat Arumi hendak melajukan motor gede miliknya.
Arumi tersenyum lalu meninggalkan rumah sederhana milik keluarga Laras.
Laras pun merangkul tubuh bundanya mengajak masuk ke dalam rumah.
*****
Arumi mengendarai motor gedenya dengan kecepatan sedang, dia merasa enggan untuk cepat-cepat sampai di rumah, karena seingatnya orang tuanya sedang berada di luar kota.
Saat di lampu merah, Arumi berhenti tepat di samping mobil sport mewah berwarna silver, Arumi menoleh ke arah mobil tersebut. Di saat itu pula seseorang dari dalam mobil menyadari keberadaan Arumi, wanita yang telah membawa kabur bola basket kesayangannya.
"Nick, itu bukannya gadis yang tadi di lapangan," ujar Tian menunjuk ke arah Arumi.
Arumi yang menyadari bahwa orang yang di dalam mobil membicarakannya langsung menarik gas saat lampu hijau telah menyala.
"Kejar dia!" perintah Tian pada Nick.
Nick pun mengikuti sepeda motor gede yang dikendarai oleh gadis itu, dia berusaha untuk mengejar kecepatan sepeda motor Arumi.
Namun, Arumi yang menyadari dirinya di ikuti oleh pria gila itu, dia langsung mengendarai motor gedenya dengan kecepatan di atas rata-rata.
Saat mobil sport silver itu hampir mendekati Arumi, gadis tomboy itu membelokkan motor gedenya ke sebuah gang sempit yang mana hanya dapat di lewati oleh kendaraan roda dua.
" Shiiit!" umpat Tian kesal, lagi-lagi Arumi sukses membuatnya kesal.
" Ya udah, lain kali kita bikin perhitungan dengan gadis itu," ujar Tian memberi isyarat pada Nick untuk melanjutkan perjalanan menuju sebuah restoran.
Malam ini Tian akan melakukan pertemuan bisnis dengan klien dari Singapura.
Nick pun memutar balik mobilnya, lalu melajukan mobilnya di atas rata-rata karena mereka sudah terlambat untuk sampai di tempat yang telah ditentukan hanya karena seorang gadis cilik bau kencur.
Mobil sport Silver milik Tian pun masuk ke dalam sebuah restoran mewah yaitu Amuz Gourmet Restaurant.
Mereka turun dari mobil dan masuk ke dalam restaurant tersebut.
Sebuah restoran perancis yang terkenal di kota Jakarta.
Saat mereka telah berada di dalam restaurant, Nick mengedarkan pandangannya mencari klien yang telah menunggunya.
Mereka pun menghampiri klien dari Singapura itu saat Nick melihat mereka duduk di sebuah kursi VVIP yang terdapat di pojok resto.
"Sorry, we're late, (Maaf, kami terlambat)," ujar Nick saat menjabat tangan klien yang akan bekerja sama dengan perusahaan Piramids Group.
"No problem (tak masalah)," jawab salah seorang dari mereka.
Tian dan Nick pun duduk bergabung dengan klien mereka, mereka pun memesan makanan lalu mereka memulai membahas kerja sama yang akan mereka lakukan.
Setelah selesai pertemuan tersebut, Tian langsung mengajak Nick untuk langsung mengantarkannya pulang. Karena hari ini dia merasa lelah ulah perjumpaannya dengan gadis tengil yang menyebalkan.
Bersambung...
Pukul 04.00
Tian bangun dari tidurnya, dia melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Dia keluar dari kamar mandi setelah satu jam dia menghabiskan waktu untuk menyelesaikan rutinitas membersihkan dirinya.
Tian sudah terbiasa menghabiskan waktu satu jam hanya untuk mandi, pada pukul 5.00 dia baru saja keluar dari kamar mandi, dia melangkah menuju lemari dengan mengenakan handuk di bawah pinggang, memamerkan perut kotak-kotak bak roti sobek yang sangat mempesona bagi mata wanita yang melihatnya, termasuk Author sendiri juga klepek-klepek. Haha.
Tian mengambil kemeja dan jas yang akan digunakannya untuk berangkat ke kantor, Tian telah terbiasa mengurus dirinya sendiri. Dia sangat mandiri, dia tidak membutuhkan tenaga PRT yang bekerja di mansionnya untuk urusan pribadinya.
Setelah mengenakan pakaiannya dengan rapi, dia turun ke lantai satu menuju ruang makan untuk sarapan,di ruang makan telah duduk di sana Papa dan mama Tian.
“Pagi, Ma. Pagi, Pa,” ucap Tian menyapa kedua orang tuanya.
Setelah itu dia menarik kursi dan langsung duduk di kursi yang biasa ditempatinya.
“Pagi, Sayang," jawab Nyonya Sarah membalas sapaan putra semata wayangnya.
Sedangkan Farhan hanya membalas degan senyuman, begitulah seorang Farhan yang selalu bersikap wibawa di hadapan putranya.
Mereka pun memulai sarapan dengan lahap tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.
“Ma, Pa” ucap Tian setelah menyelesaikan sarapannya.
Dia berharap perhatian dari kedua orang tuanya yang juga baru selesai makan.
“Mhm.” Tuan Farhan hanya berdehem menanggapi ucapan putranya.
Sedangkan nyonya Sarah menatap dalam pada putranya menunggu kata-kata yang akan keluar dari mulut putranya.
“Aku mau mita izin untuk mengajar di SMA cendikia sebagai guru olah raga,” ujar Tian memberitahukan keinginannya pada kedua orang tuanya.
“Lalu bagaimana dengan perusahaan?” tanya Farhan meminta pertanggung jawaban dari ucapannya.
“Aku mengajar tidak tiap hari, Pa. Aku akan tetap handle perusahaan, tapi di saat aku berada di sekolah semua urusan perusahaan akan diurus oleh Nick,” jelas Tian.
“Apa tujuanmu?” tanya tuan Farhan meminta alasan atas keputusan yang di ambilnya.
“Mhm, Tian ingin mencari pendamping yang tidak memandang Tian dari jabatan dan harta,” jawab Tian jujur.
Nyonya Sarah dan tuan Farhan saling memandang, mereka merasa bahagia saat putra semata wayangnya telah memikirkan seorang pendamping.
“Papa kasih izin dengan syarat kamu tidak boleh lalai dengan urusan perusahaan,” ujar tuan Farhan memberi izin.
Sarah dan Farhan memang menjaga dan mendidik Tian dalam pengawasan yang ketat, namun mereka tak pernah mengekang keinginan putranya.
Bagi Farhan dan Sarah yang terpenting Tian sanggup mempertanggung jawabkan apa pun keputusan yang telah diambilnya.
“Makasih, Pa, Ma," ucap Tian bahagia.
“Kalau gitu aku berangkat dulu ya, Ma, Pa,” ucap Tian lalu menyalami kedua orang tuanya untuk pamit berangkat bekerja.
Tian melangkah keluar rumah, di depan rumah telah berdiri Nick yang menunggu Tian di depan pintu mobilnya. Nick membukakan pintu mobil untuk tuannya lalu dia pun mengitari mobil untuk masuk ke dalam mobil melalui pintu kemudi.
Setelah memastikan tuannya duduk di dalam mobil dengan nyaman, Nick pun melajukan mobil sport milik Tian dengan kecepatan sedang.
“Nick, tolong urus segala sesuatu tentang ide Ridho yang mengajakku untuk mengajar di sekolah tempat dia bekerja,” perintah Tian.
“Baiklah,” jawab Nick dengan senang hati.
Mobil sport silver milik Tian masuk ke dalam pekarangan perusahaan Piramids. Nick melajukan mobil hingga depan lobi, di sana mereka turun dari mobil lalu Nick melemparkan kunci mobil pada salah satu satpam yang akan memarkirkan mobil sport silver milik Tian di parkiran khusus sang CEO.
Tian diiringi oleh Nick melangkah masuk ke dalam gedung perusahaan Piramids. Semua karyawan menunduk memberi hormat pada CEO mereka, bagi mereka Tian adalah sosok pria yang sangat sempurna. Selain dia memiliki wajah yang tampan, Tian merupakan serang CEO yang ramah walau pun gayanya sangat dingin dan datar, tapi di balik semua itu dia memiliki hati yang sangat baik.
Hampir semua karyawati yang ada di perusahaan piramids mengagumi sosok Tian, tapi tak ada seorang pun yang berani mendekatinya.
Mereka melangkah menuju lift untuk naik ke lantai teratas dimana di lantai tersebut hanya terdapat ruangan khusus para petinggi perusahaan.
Sesampai di lantas atas, Tian masuk ke dalam ruangannya sedangkan Nick langsung menghampiri sekretaris Tian untuk men-chek jadwal Tian hari ini lalu menyuruh sekretarisnya untuk menyampaikan jadwal yang akan dilaksanakan hari ini pada CEO tersebut.
Baru saja Tian duduk di kursi kebesarannya, pintu ruangannya di ketuk.
Tok tok tok. ( Sekretaris Tian mengetuk pintu )
“Masuk” teriak Tian dari dalam ruangan.
Sang sekretaris pun membuka pintu ruangan lalu masuk ke dalam ruangan Tian. Sang sekretaris pun menyampaikan jadwal yang akan di lakukan Tian hari ini.
Tian mengangguk, lalu dia mengibaskan tangannya mengisyaratkan agar sang, sekretarisnya keluar dari ruangan tersebut. Wanita yang berpenampilan sangat menari itu pun keluar dari ruangan Tian.
Setelah kepergian sang sekretaris, Tian pun memeriksa beberapa berkas yang harus dia baca dan tanda tanganinya yang kini menumpuk di atas meja kerjanya.
Tian merupakan seorang CEO yang sangat teliti, dia memeriksa setiap berkas yang masuk ke dalam ruangannya dengan sangat teliti sehingga dia tak ingin melihat ada kesalahan di setiap laporan yang masuk ke dalam ruangannya.
Pada jam 10.00 Tian akan beristirahat sejenak dari pekerjaannya yang menumpuk dia pun berpindah ke sofa yang terdapat di dalam ruangannya.
Dia membaringkan tubuhnya di Sofa, seketika dia teringat pada sosok gadis yang telah berani melawannya dan melarikan bola basket kesayangannya.
"Siapa gadis itu," gumamnya dalam hati, rasa kesal pada sang gadis kembali merasuk ke dalam hatinya.
Setelah mengingat tentang gadis menyebalkan itu, Tian pun mulai memejamkan matanya lalu tertidur sejenak.
Tian telah terbiasa beristirahat dari kesibukannya sejenak pada jam 10.00 baik itu dia tidur maupun hanya sekedar meluruskan pinggangnya rebahan di sofa yang ada di ruangannya.
Setelah beristirahat sejenak, Tian terbangun dan terlihat kembali segar. Tian bangun lalu melangkah menuju kamar mandi untuk sekedar mencuci muka agar terlihat lebih segar. Dia merapikan penampilannya yang tadi kusut setelah tertidur sejenak.
Tak berapa lama setelah Tian keluar dari kamar mandi.
Tok tok tok.
(Nick mengetuk pintu ruangan Tian)
"Masuk!" teriak Tian.
Ceklek.
Nick pun membuka pintu, lalu masuk ke dalam ruangan Tian.
"Tuan, jadwal kita meeting dengan klien," ujar Nick mengingatkan jadwal hari ini.
"Baiklah, katakan pada Angel untuk mempersiapkan segalanya," perintah Tian.
"Baik tuan," Ucap Nick lalu dia pun keluar menuju meja sekretaris CEO.
"Apakah kamu sudah mempersiapkan segalanya," tanya Nick pada Angel.
"Sudah tuan.," jawab Angel sambil menyodorkan berkas-berkas yang akan dibutuhkan oleh Tian dan Nick saat acara meeting nantinya.
Mereka akan mengadakan meeting di sebuah cafe.
Tian keluar dari ruangannya, dia melangkah menuju lift, Nick langsung mengikuti langkah Tian dan ikut masuk ke dalam lift bersama tuannya.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!