Ngejar impian itu memang melelahkan. Maka dari itu, terkadang kita butuh rehat sejenak agar bisa berlari lagi untuk sampai ke puncak.
***
Seorang wanita sedang melangkahkan kaki jenjangnya yang saat itu sedang memakai heels berukuran 9cm dengan terburu-buru, karena hari ini dia terlambat datang bekerja (lagi!).
“Denada Pramadita!!!” Teriak seseorang yang sangat dia kenal, siapa lagi kalau bukan atasannya.
Denada menghentikan langkahnya dengan segera dan berdiri dengan tegap, mencoba untuk mengatur nafasnya lalu tersenyum menatap atasannya yang saat itu sudah berdiri di hadapannya dengan tatapan tajam.
“Eh ada ibu Sinta..” Sapa Dena dengan senyuman manisnya.
Namun nafasnya tidak bisa berbohong, rasanya jantung Dena hampir copot karena terlalu kencang berlari dan nafasnya tidak beraturan membuat senyum manis wanita cantik itu tidak bisa menutupi ngos-ngosan yang dia rasakan.
“Bagus Dena, bagus! Kamu selalu menjadi langganan telat ya!” ketus bu Sinta yang tidak lain adalah atasan Dena.
“Aku ga telat kok bu, dari tadi udah di kantor cuma tadi tersesat aja hehe..” jawab Dena asal.
“Cih! Tersesat katamu? Kamu sudah berapa tahun bekerja di sini Dena? Masih tersesat bukankah kamu terlalu bodoh?” tanya bu Sinta.
Dena hanya bisa memamerkan gigi putihnya mendengar ucapan bu Sinta, memang dia sungguh bodoh karena sudah memberikan alasan yang tidak masuk akal.
“Hehe, maklum bu saya kan suka pikun..” ucap Dena mengatai dirinya sendiri.
“Sial! Gara-gara si Mila sama Ocha nih pake ngajak gue ke club segala, jadinya gue telat kan!” batin Dena yang mengutuk kedua sahabatnya.
Mila dan Ocha adalah sahabat baik Dena sejak SMP, saat ini Mila mengelola toko pakaian onlinenya sendiri sedangkan Ocha bekerja di perusahaan yang sama dengan Dena di perusahaan agensi terkenal milik suami Dena tentunya.
Kedua sahabatnya itu sampai saat ini tidak tau kalau Dena sudah menikah dengan aktor terkenal dan juga CEO perusahaan agensi terbesar di dunia.
“Ocha juga telat kan bu? Semalem dia sama saya sama-sama begadang loh.” Ucap Dena berusaha untuk mencari teman.
“Ocha? Dia hari ini datang paling pagi! Jangan jadiin orang lain sebagai kambing hitam Dena! Cepat duduk di tempat kerjamu dan untuk hukumannya? Kamu pasti sangat tau karena kamu sudah menjadi langganan terlambat.” Ucap bu Sinta yang langsung meninggalkan Dena.
Dena rasanya ingin mengutuk Ocha dan bu Sinta, Dena tau betul hukuman kalau datang terlambat adalah mengerjakan pekerjaan seniornya, dan itu adalah hal yang sangat melelahkan untuk orang yang bekerja di bidang entertainer walaupun memang gajinya juga besar sesuai dengan penderitaannya.
“Ingin rasanya aku berteriak dan mengumumkan kalau atasan kalian yang selama ini kalian puja adalah suamiku!” gumam Dena sambil menghela nafas panjang.
Dengan malas Dena segera berjalan menuju mejanya karena dia tidak ingin menambah omelan bu Sinta, kebetulan meja Dena memang berada di sebelah meja Ocha.
Benar saja, saat itu Ocha sudah ada di mejanya dan sahabatnya itu sedang fokus bekerja seolah semalam dia tidak berpesta dan minum-minum bersamanya dan Mila.
“Untung masih di tempat kerja, kalo udah ga kerja gue pites lu!” gumam Dena mencoba untuk menahan emosinya.
Dena dan Ocha bekerja di bagian public relation (PR), bagian PR ini bisa di bilang bagian yang paling sibuk di perusahaan agensi karena ada banyak hal yang harus mereka kerjakan dari membuat blogger untuk mempromosikan aktor dan aktrisnya, berbicara dengan para wartawan yang menelfon dan masih banyak yang lainnya.
Dena selalu bekerja lembur karena tugasnya yang selalu menumpuk, di tambah dia sering terlambat dan selalu mengerjakan tugas para seniornya sebagai hukuman.
Tapi tenang saja, Dena tidak pernah ada masalah jika harus pulang malam karena dia memang tidak pernah di cari oleh suaminya, bahkan suaminya pun jarang sekali pulang ke rumah karena jadwal syuting yang padat.
“Ciye yang terlambat.” Ejek Ocha dengan suara berbisik.
“Kurang asem lu! Lu kok bisa ga telat sih? Lu kan pulang bareng kita.” Balas Dena.
“Dih emang gue kebo kayak lu? Lu kan kalo tidur lewat jam 12 malam bangunnya susah banget kek kebo!” ejek Ocha.
“Sialan lu! Awas aja nanti kalo udah pulang kerja gue abisin!” ketus Dena.
“Emang gue makanan bisa lu abisin? Hahaha.” Balas Ocha.
Belum saja Dena menjawab ucapan Ocha, tiba-tiba semua orang saling berbisik dan bahkan ada yang sampai berdiri dari tempat duduknya.
“Ada apaan sih sampe berdiri semua begitu?” tanya Dena.
“Yah biasa lah si aktor tampan dan CEO kita yang agung pasti sedang berjalan meleati ruangan kita.” Jawab Ocha yang ikut berdiri dari tempat duduknya.
Ruangan mereka memang hanya berdinding kaca satu arah yang bisa melihat siapapun yang lewat di depan ruangan mereka, namun orang yang ada di luar tidak bisa melihat ke dalam dan itu semakin membuat para karyawan leluasa untuk melihat pemandangan para aktor tampan dan aktris cantik yang lewat.
“Ya elah kirain siapa!” ucap Dena dengan malas.
“Lu santai banget sih tiap ngeliat si Irham? Lu tau ga? Lu itu satu-satunya orang yang menganggap Irham biasa aja.” Ucap Ocha.
“Ya emang dia biasa aja, lu hampir tiap hari ngeliat dia emang ga bosen? Kalo gue sih mungkin karena udah tiap hari ketemu jadi udah biasa aja.” Jelas Dena.
“Kalo dulu iya, gue memuja dia banget!” sambungnya.
“Hah? Kapan kita yang ketemu tiap hari? Lu tau kan bahkan kadang buat rapat aja dia mengutus asisten sekaligus sekretaris pribadinya yang tampan itu karena dia sangat sibuk. Mimpi ya lu ketemu dia tiap hari?” ucap Ocha.
Dena hanya diam mendengar ucapan sahabatnya itu karena dia sadar kalau dia sudah salah bicara.
Irham Matteo Ibrahim, aktor sekaligus CEO perusahaan di mana Dena dan Ocha bekerja, tentu saja dia juga suami rahasia Dena yang selama ini tidak di ketahui siapapun bahkan sahabat baiknya sekalipun.
Irham sudah berusia 30 tahun, namun di usianya yang sudah kepala tiga, dia sama sekali tidak terlihat menua sedikit pun, justru semakin bertambah usia, kadar ketampanannya pun ikut bertambah.
Tentu saja hal itu membuat para kaum hawa jatuh cinta dengan ketampanannya dan juga dengan kekayaannya yang tidak akan habis untuk membiayai kebutuhan selama tujuh turunan.
Dulu juga Dena sangat mengagumi Irham sebelum menikah, bahkan cita-citanya adalah menikah dengan Irham, tetapi setelah menikah ternyata tidak ada yang menyenangkan karena sikap Irham padanya sangat dingin walaupun dia sering bersikap manis dan juga sering menggodanya.
“Haah, melelahkan!” gumam Dena sambil mengadahkan dagunya dengan tangan kanannya.
“Lu tuh kayaknya emang harus periksa mata deh Dena! Gue penasaran gimana sih emang tipe ideal lu?” ucap Ocha sambil menggelengkan kepala dan kembali duduk di kursinya karena Irham sudah melewati ruangan mereka.
“Tipe ideal? Hem, entahlah…” ucap Dena sambil mengangkat kedua bahunya.
“Gua jadi takut deket-deket sama lu Den! Ntar taunya lu suka sama cewek ya?!” tanya Dena dengan suara lantang membuat seisi kantor menoleh ke arah keduanya.
“Hah?! Eh? Apaan sih lu gila ya? Gue masih normal! Kalau pun gue suka sama cewek, udah bisa di pastikan kalo gue ga akan ngelirik lu!” ketus Dena.
“What?! Jahat lu Den!” ketus Ocha.
Dena hanya tertawa melihat ekspresi wajah sahabatnya yang sedang kesal itu, lalu dia segera kembali memeriksa pekerjaanya karena dari tadi para senior mereka sudah memberikan tatapan tajam.
Akhirnya setelah perdebatan dengan Ocha, Dena segera fokus kepada pekerjaannya dan 9 dari 10 iklan masuk di tujukan kepada Irham.
“Dia benar-benar laku sekali, pantas saja uangnya ga habis-habis!” gumam Dena yang terus menerus menghela nafas sambil membaca laporan pekerjaannya.
Denada Pramadita.
Hai kakak-kakak semuanya, terimakasih karena sudah mampir di novel author yang ke sekian ini, semoga kakak-kakak semua suka dengan cerita yang author buat kali ini ya...
Jangan lupa tinggalkan jejak lewat like, komentar, dan vote novel author sebagai dukungan dan penyemangat author untuk melanjutkan setiap babnya...
Selamat membaca, Saranghaeee~
Tidak di prioritaskan, tidak juga di abaikan. Seperti masih ingin mempertahankan, seperti juga ingin melepaskan.
***
FLASHBACK
*PANTI ASUHAN BINA SEJAHTERA*
“Dena, apa cita-citamu?” tanya seorang laki-laki tampan yang saat itu ada di hadapan Dena.
“Dena ingin menjadi istri kak Irham!” sahut Dena dengan yakin.
“Yaampun Dena, kenapa kamu malah bilang begitu? Aku tidak mungkin menikah dengan anak kecil sepertimu!” ucap Irham.
Laki-laki yang bertanya kepada Dena adalah Irham yang saat itu masih berusia 16 tahun sedangkan Dena masih berusia 11 tahun.
“Kenapa? Dena bukan anak kecil lagi kak, Dena akan masuk SMP sebentar lagi..” ucap Dena kesal karena Irham menganggapnya sebagai anak kecil.
“Kamu memang anak kecil, lagi pula mana ada cita-cita menjadi istriku! Harusnya kamu bercita-cita menjadi dokter, guru atau yang lainnya.” Ucap Irham.
“Kenapa gitu? Emang ga boleh? Kata teman-temanku kita akan terus bersama kalau menikah kak.” Ucap Dena dengan polosnya.
“Ya ga boleh lah Dena, kamu ini masih kecil, aku juga masih kecil tau jadi kita ga boleh menikah, aku juga masih mau mengejar cita-citaku.” Jelas Irham.
“Kak Irham cita-citanya apa?” tanya Dena kepada Irham.
“Aku? Aku bercita-cita menjadi aktor terkenal dan sekarang aku sudah memenuhi sebagian dari cita-citaku karena aku sudah pernah syuting iklan.” Jelas Irham dengan bangga karena dia memang sudah menjadi aktor cilik untuk sebuah iklan susu formula.
“Kalo gitu cita-cita Dena juga menjadi artis terkenal biar kita bisa ketemu terus kak.” Ucap Dena.
“Walaupun kamu menjadi artis terkenal, kita tidak akan terus bertemu karena kita pasti punya pekerjaan masing-masing.” Jelas Irham.
“Apa? Benarkah itu? Aku kira sesama artis bisa bertemu sesering mungkin.. em, kalau begitu aku akan menjadi asisten rumah tanggamu saja kak! Pokoknya aku ingin berada dekat denganmu terus.” Ucap Dena dengan bersemangat.
“Apa? Emang kamu tau asisten rumah tangga itu apa?” tanya Irham.
“Yang mengurus keperluan kak Irham selama di rumah kan? Pokoknya selalu bersama kak Irham di rumah.” Ucap Dena dengan semangat.
Irham yang mendengarnya hanya bisa menggelengkan kepala karena Dena masih belum mengerti apa itu pekerjaan sebagai asisten rumah tangga, yang dia pikirkan hanyalah Irham karena Dena sangat menyukai Irham sejak dia kecil.
Dena adalah anak yang di urus di panti asuhan milik keluarga Irham sejak kecil, Dena tidak mengenal siapa orang tuanya karena saat bayi dia di tinggalkan di pintu panti dengan secarik kertas berisi tanggal lahir, nama dan juga permintaan maaf karena sudah meninggalkan Dena di pintu panti.
Selama ini Dena tidak ingin membaca surat yang di tulis orang tuanya kepadanya, setiap ibu panti bertanya tentang hal itu Dena pasti menolak dan mengatakan kalau dia akan membaca surat tersebut kalau dia sudah dewasa.
Dena selalu di bully dan di ejek tidak punya orang tua sejak SD dan itu membuat Dena tidak percaya diri dan dia yakin kalau tidak ada orang yang mau berteman dengannya.
Namun, saat Dena sedang merenung di taman panti, seseorang datang memberinya cokelat dan tersenyum manis ke arahnya.
Orang tersebut tak lain dan tak bukan adalah Irham, awalnya Dena tidak tau kalau Irham adalah anak dari pemilik panti asuhan, Dena mengira kalau Irham adalah salah satu anak panti yang baru datang.
“Ini buat aku?” tanya Dena kepada Irham.
“Iya, ambil lah.” Balas Irham.
“Terimakasih.” Ucap Dena.
“Kenapa kamu sendirian di sini?” tanya Irham.
“Aku ga punya temen.” Ucap Dena.
“Ada banyak anak panti di sini.” Ucap Irham.
“Aku tidak mau bermain dengan mereka, mereka masih kecil.” Ucap Dena dengan wajah cemberut.
“Setauku ada banyak anak yang seusia kamu dulu, kenapa ga main sama mereka?” tanya Irham.
“Semua orang sudah di adopsi, hanya aku yang tidak di adopsi siapapun karena aku jelek.” Ucap Dena dengan mata yang berkaca-kaca.
“Jelek? Kamu jelek?” tanya Irham sambil mengamati wajah Dena dengan seksama.
“Aku hitam, tidak terurus jadi tidak ada yang mau mengadopsi aku.” Ucap Dena.
“Engga kok kamu ga jelek, kalo gitu mulai sekarang kamu temenan sama aku aja karena aku akan sering bermain ke sini nanti.” Ucap Irham.
“Kamu bukan anak baru di panti ini?” tanya Dena.
“Bukan, aku adalah anak dari pemilik panti ini, papa dan mamaku yang mengajakku ke sini untuk pertama kalinya.” Jelas Irham.
“Wah, tuan muda maaf karena aku tidak mengenalmu! Ibu panti pernah memberitahuku tentang tuan muda hanya saja aku tidak melihat wajah tuan.” Ucap Dena.
“Tuan muda? Hahaha apa-apaan itu menggelikan sekali!” ucap Irham yang sudah tertawa dan membuat Dena merasa bingung.
“Panggil saja aku kak Irham, dan aku adalah temanmu.” Ucap Irham dengan senyuman lebar.
Dena hanya mengangguk senang menuruti ucapan Irham, Dena juga senang karena dia akhirnya bisa memiliki teman.
Dan setelah itu Irham dan Dena semakin dekat satu sama lain, Irham selalu menjaga Dena dan melindunginya dari orang-orang yang sudah membullynya karena Irham selalu mengantar dan menjemput Dena di sekolahnya.
“Pokoknya aku mau menikah dengan kak Irham! Selama ini hanya kak Irham yang mau berteman denganku dan kak Irham juga yang sudah melindungiku.” Ucap Dena dengan yakin.
“Tidak bisa Dena, kita tidak bisa menikah karena aku hanya menganggapmu sebagai adikku.” Ucap Irham.
“Tapi kak…” ucap Dena dengan sedih.
“Aku mohon, mulai saat ini kamu harus bisa menjaga dirimu sendiri, kamu sebentar lagi SMP kan? Kamu harus mencari teman yang banyak dan merubah penampilanmu menjadi cantik, jangan mengepang rambutmu terus karena itu yang membuatmu jelek.” Ucap Irham dengan nada meninggi.
“K-kenapa kak? Dena kan ada kak Irham yang melindungi jadi ga perlu melindungi diri sendiri kan?” ucap Dena yang mulai khawatir jika Irham akan meninggalkannya.
“Tidak bisa Dena, kamu tidak boleh bergantung padaku terus menerus karena kamu akan memiliki kehidupan sendiri nantinya.” Ucap Irham.
“Aku juga akan segera pergi ke luar negeri dan bersekolah di sana.” Ucap Irham kembali.
Ucapan Irham saat itu membuat Dena terkejut bukan main, dia tidak menyangka kalau sosok yang selalu melindunginya akan pergi jauh meninggalkannya.
“A-apa? Ke luar negeri yang jauh itu? Yang naik pesawat kan kak? Tapi kenapa? Bukannya kakak bilang akan bersamaku terus?” tanya Dena.
“Maaf Dena, memang mendadak karena orang tuaku harus pergi ke sana karena pekerjaan.” Ucap Irham.
Dena tidak menggubris perkataan Irham, dia hanya diam dengan mata yang berkaca-kaca lalu akhirnya air matanya jatuh di pipinya begitu saja.
“Kenapa kamu menangis Dena?” tanya Irham.
“Hikss,, hikss, kenapa kak Irham pergi hiksss..” ucap Dena sambil menangis.
“Maaf Dena, aku juga harus mengikuti orang tuaku.” Balas Irham yang akhirnya berjalan memeluk tubuh Dena untuk menghiburnya.
“Kalau kak Irham pergi, bagaimana denganku? Siapa yang akan bermain denganku dan melindungiku? Hikss,, hikss.” ucap Dena.
Mendengar ucapan Dena membuat Irham hanya bisa menghela nafas panjang karena dia juga merasa bersalah namun dia tidak bisa melakukan apapun lagi selain mengikuti orang tuanya.
Irham Matteo Ibrahim.
Hai kakak-kakak semuanya, terimakasih karena sudah mampir di novel author yang ke sekian ini, semoga kakak-kakak semua suka dengan cerita yang author buat kali ini ya...
Jangan lupa tinggalkan jejak lewat like, komentar, dan vote novel author sebagai dukungan dan penyemangat author untuk melanjutkan setiap babnya...
Selamat membaca, Saranghaeee~
Semoga kita di pertemukan dan di persatukan dengan seseorang yang menerima kita apa adanya seperti kita menerima dia apa adanya.
***
Hari ini adalah hari di mana Irham dan kedua orang tuanya berangkat ke luar negeri. Sebelum berangkat mereka datang ke panti asuhan untuk berpamitan dengan ibu panti dan juga anak-anak panti.
“Hati-hati di sana ya nyonya, jangan melupakan kami semua di sini karena kami akan sangat merindukan kalian nantinya.” Ucap ibu panti.
“Ibu tenang aja, kami juga tidak akan melupakan ibu dan anak-anak panti, selama kami pergi adiknya mas Indra akan mengurus panti ini.” Ucap Ira yang tidak lain adalah mama dari Irham.
“Wah pak Dimas? Berarti tuan muda Dastan juga akan kemari nyonya?” tanya ibu panti.
“Iya bu, Dastan juga ikut kemari.” Jawab Ira.
Irham tidak memperdulikan obrolan para orang tua, saat ini perhatiannya hanya satu! Dena, kenapa Irham tidak melihat Dena sama sekali sejak sampai di sana.
“Dena di mana bu?” tanya Irham kepada ibu panti karena dari tadi dia tidak melihat Dena di sana.
“Ah Dena tadi keluar katanya lama, tidak perlu menunggu Dena nanti kalian terlambat naik pesawat.” Ucap ibu panti.
“Iya ibu panti benar, kamu bisa bertemu dengan Dena jika sudah kembali ke sini sayang, ayo kita harus segera ke bandara.” Ucap Ira.
“Tapi ma, pasti nanti Dena marah sama Irham karena Irham ga pamitan.” Ucap Irham.
“Gini aja, kamu tulis surat untuk Dena dan titipkan kepada ibu panti.” Ucap Ira.
“Baiklah kalau begitu, ibu panti, bisakah aku meminta kertas dan pulpen?” tanya Irham dengan lembut.
“Tentu saja tuan muda, tunggu sebentar ya.” Ucap ibu panti yang segera masuk ke dalam untuk mengambilkan pulpen dan kertas yang di minta Irham.
Setelah ibu panti sudah memberikan kertas dan pulpen Irham segera menulis catatan yang panjang untuk Dena dan segera melipatnya seperti bintang dan memberikannya kepada ibu panti.
“Terimakasih bu, Irham titip ya.” Ucap Irham yang di balas anggukan oleh ibu panti.
Setelah berpamitan, semua orang segera masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya dengan kecepatan rendah sampai keluar dari panti asuhan.
Tidak lama kemudian, setelah mobil Irham dan orang tuanya sudah tidak terlihat lagi, Dena yang sebenarnya sejak tadi berada di balik pintu panti sambil menangis dalam diam itu segera mengintip keluar.
“Keluarlah, mereka sudah pergi Dena.” Ucap ibu panti.
“Terimakasih karena sudah mau berbohong untukku bu hikss,, hikss.” Ucap Dena dengan nafas yang masih sesegukan karena habis menangis.
“Jangan berterimakasih, ibu tau kamu sangat sedih dengan kepergian Irham kan? Ini surat dari Irham, tenang saja dia pasti kembali suatu saat nanti.” Ucap ibu panti sambil membelai rambut Dena dan berjalan masuk ke dalam.
Dena menatap kertas yang ada di tangannya, air matanya masih belum mau berhenti saat itu dan dia tidak kuat untuk membaca surat tersebut di luar.
Akhirnya Dena memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya untuk membaca surat yang di berikan oleh dewa pelindungnya yang selama ini selalu berada di sampingnya.
Untuk Dena…
Maafkan aku karena aku tidak bisa memenuhi janjiku untuk selalu menemanimu, jangan marah karena aku sudah datang tapi kamu malah pergi tidak tau kemana!
Aku pergi dulu, tapi aku janji kalau aku akan kembali dan menemuimu lagi.
Jangan nakal, kamu harus menjadi perempuan kuat dan tidak mudah di bully lagi, ubahlah penampilanmu agar laki-laki tampan tidak takut mendekatimu.
Saat kembali nanti, orang pertama yang akan aku temui adalah dirimu, aku janji!
Hati-hati di sini Dena, aku akan menggapai cita-citaku dan kamu juga harus mencari dan menggapai cita-citamu.
Aku pamit, jaga diri baik-baik Dena…
Dari Irham…
Dena tidak kuat menahan air matanya dan akhirnya tangis pun pecah membanjiri bantal yang saat ini sedang dia gunakan untuk menutupi wajahnya agar suara tangisnya tidak terdengar oleh orang lain.
“Hikss,, hikss.. Aku pasti akan mengubah penampilanku dan akan menggapai cita-citaku! Aku janji kak Irham, aku janji kala aku tidak akan membuatmu kecewa padaku!” gumam Dena sambil tersenyum dan melipat kembai kertas yang di berikan Irham dan menyimpannya dengan sangat rapi.
Dena sudah bertekad untuk mengubah dirinya, menjadi wanita yang lebih cantik, lebih kuat dan memiliki cita-cita seperti yang udah di katakan oleh Irham.
Dena memutuskan untuk merapihkan rambutnya yang selalu dia kepang atau di kuncir, dia ingin selalu mengurai rambutnya sekarang karena saat ini rambutnya sudah bergelombang tidak jelas karena terlalu sering di ikat.
“Apa aku harus memotong rambutku dulu?” gumam Dena sambil memegang rambutnya yang panjang.
Dengan penuh keyakinan Dena berdiri dan membuka lemarinya, Dena mengambil sebuah celengan bergambar princess miliknya.
Dena segera berlari keluar dari kamarnya dan menuju dapur untuk mengambil pisau membuat ibu panti yang melihatnya terkejut.
“Dena tunggu!” ucap ibu panti yang sudah menghentikan Dena.
“I-iya bu? Ada apa?” tanya Dena yang takut kalau dia ketahuan akan membuka celengan yang selama ini sudah dia simpan.
“Kamu ga akan sampe melakukan sesuatu yang berbahaya kan?” tanya ibu panti.
“Hah? Maksud ibu apa? Buat apa Dena melakukan hal yang berbahaya bu?” tanya Dena.
“Itu kamu ngapain bawa pisau? Kamu ga sakit hati karena putus cinta kan?” ucap ibu panti.
“Ih ibu apaan sih, aku ga putus cinta kok.” Ucap Dena.
“Terus apa? Kamu kan habis di tinggal Irham, ibu takut kalau kamu akan melakukan hal yang aneh.” Ucap ibu panti.
“Hah? Yaampun ibu tenang saja, aku tidak akan melakukan hal seperti itu kok janji.” Ucap Dena.
“Terus pisau itu untuk apa?”
“Ah ini? Ada deh, pokoknya Dena ga akan melakukan hal yang berbahaya bu.” Ucap dena yang kembali berjalan menuju kamarnya.
Hanya Dena yang memiliki kamar tetap karena Dena sudah besar dan paling lama di panti itu, ibu panti sudah menganggap Dena seperti anaknya sendiri karena tidak ada yang pernah mengadopsinya dari dia kecil.
Dena juga sangat menyayangi ibu panti seperti ibunya sendiri, walaupun suatu saat nanti akan ada seseorang yang mengadopsinya, dia akan menolaknya dan memilih untuk bersama ibu panti saja.
“Kak Dena, ayo main cama kami.” Ajak salah satu anak berusia 5 tahun sambil membawa bola.
“Wah maaf ya sayang, tapi hari ini kak Dena sedang sibuk..” ucap Dena.
“Ah ka Dena cibuk melulu, kami juga mau mau sama kak dena hali ini!” balasnya dengan tegas.
“Maaf ya sayang, nanti saja oke? Kak Dena benar-benar sibu saat ini.” Ucap Dena yang merasa menyesal.
Sudahlah Tio ayo kita main sendili aja, kak Dena lagi cibuk.” Ucap salah satu anak perempuan yang bersama Tio bernama Tia.
“Baiklah kalo begitu.” Ucap Tio yang langsung pergi begitu saja tanpa melihat ke arah Dena dan membuat Dena semakin merasa bersalah akan hal itu.
“Maaf ya anak-anak, tapi aku harus buru-buru untuk mempercantik diri karena aku akan segera masuk ke sekolah baru.” Gumam Dena yang langsung berjalan masuk ke dalam kamarnya untuk membuka celengan yang tadi dia ambil.
Hai kakak-kakak semuanya, terimakasih karena sudah mampir di novel author yang ke sekian ini, semoga kakak-kakak semua suka dengan cerita yang author buat kali ini ya...
Jangan lupa tinggalkan jejak lewat like, komentar, dan vote novel author sebagai dukungan dan penyemangat author untuk melanjutkan setiap babnya...
Selamat membaca, Saranghaeee~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!