"Woy Moonkei! udah dijemput Sugar Daddy tuh" ledek Alana dan disahuti tawa oleh teman kampus yang lainnya.
"Berisik Luh pada, gue beli bibir loh kalo gue udah kaya raya" ucap Nasya kesal sambil menunjuk nunjuk wajah teman temannya dan disahuti tawa oleh seluruh temannya.
Nasya Moon Keisha Alvaro seorang mahasiswi di kampus Garuda yang selalu jadi guyonan murid yang lainnya Karna namanya yang terdengar aneh, dia mahasiswi jurusan management business semester 3. Dia memang cukup humoris meski namanya selalu jadi guyonan temannya sedikitpun dia tidak marah, Karna dia tau temanya hanya menggodanya bukan membencinya.
"Good Afternoon Sugar Daddy" ucap Nasya seraya memeluk Nicho tanpa merasa malu, dan hanya dibalas kecupan singkat dibibirnya oleh Nicho.
"Not Daddy, ini masih wilayah kampus"ucap Nasya menggerutu sambil masuk ke mobil dan duduk di kursi samping pengemudi.
Nicho yang melihat sang kekasih sudah masuk terlebih dahulu segera menyusul masuk dan menjalankan mobilnya.
"Hari ini kamu mau kemana baby?" tanya Nicho lembut sambil mengecup tangan mungil milik Nasya.
"Aku mau ke butik boleh?" ucap Nasya dengan menunjukkan puppy eyesnya. Terlihat sangat menggemaskan di mata Nicho.
"Boleh sayang" ucap Nicho sambil mengelus rambut milik Nasya. "Abis itu mau kemana lagi hm?"
"Masih banyak sih dad, tapi kamu nya pasti capek" ucap Nasya sambil menyenderkan punggungnya ke jok mobil.
"Aku gak pernah capek kalo nurutin kamu" gombal Nicho dengan mengedipkan sebelah matanya.
"Berhenti menggodaku dude"ucap Nasya kesal dengan mata yang melotot.
"Oke, oke, setelah ini kita pulang oke?"
"Oke My Sugar Daddy " ucap Nasya sambil menyenderkan kepalanya ke lengan Nicho.
Setelah sampai di pusat perbelanjaan mereka segera memasuki salah satu butik yang menjadi langganannya. Seperti biasa seluruh orang akan menatapnya dengan tatapan yang bermacam macam, seolah olah mereka adalah bintang tamu hari ini. Siapa yang tidak kenal pada pengusaha muda Marcello Nicho Vernandes sekaligus pewaris tahta kerajaan bisnis Vernandes corp. Perusahaan yang bergerak di segala bidang dan bisa terbilang perusahaan terbesar di Asia.
*
*
Sedangkan di sebuah restoran yang mewah terlihat dua keluarga yang sedang berbincang hangat satu sama lain, sesekali mereka tertawa bersama.
"Gimana jeng? udah bisa dihubungi belum?" tanya salah satu wanita paruh baya pada wanita yang sebayanya.
"Tenang aja jeng, anak saya pasti datang kok. Maklum aja dia kan pemimpin perusahaan sudah bisa dipastikan sibuknya bagaimana? ya kan Stev?" ucap Nyonya Vernandes menenangkan calon besannya.
"Tenang aja Tante Stev juga ngerti kok gimana sibuknya jadi pemimpin" ujar Stevani sambil tersenyum yang sedikit dipaksakan.
"Ada apa Mih?" tanya Tuan Vernandes pada istrinya
"Ini loh pah, putramu belum dateng juga" adu nyonya Vernandes pada suaminya dengan wajah yang muram.
"Sabar Mih, mungkin Nicho lagi dijalan" ucap tuan Vernandes sambil mengusap punggung sang istri agar tenang.
Mereka kembali berbincang hangat sambil menunggu kedatangan seseorang yang ditunggunya sedari tadi. Tetapi sudah dua jam lamanya mereka menunggu tetapi yang ditunggu tunggu tetap tidak datang juga sampai akhirnya keluarga Orlando memilih meminta izin untuk pamit pulang terlebih dahulu.
"Maaf pak, sepertinya kami tidak bisa menunggu nak Nicho datang lagi, Karna ada beberapa hal yang harus kami kerjakan untuk persiapan nanti" ucap Tuan Orlando lembut agar tak menyinggung besannya.
"Tidak apa-apa, kami mengerti kesibukan anda, maafkan putra saya yang tidak datang juga kemari" ucap Tuan Vernandes dengan sedikit malu
"Tapi tenang aja jeng Rita, kalo putra saya udah liat putri anda saya jamin dia akan tergila gila oleh kecantikan putrimu ini" ucap Nyonya Vernandes sambil mengusap pucuk rambut Stevani.
"Pastinya dong jeng" jawab Nyonya Orlando bangga sambil tertawa bahagia
"Kalo begitu kami pamit duluan" ucap Tuan Orlando
"Oh iya iya silahkan, sekali lagi saya minta maaf atas nama keluarga saya dengan sebesar besarnya " ucap Tuan Vernandes dengan mengatupkan kedua tangannya.
Sepulangnya keluarga Orlando, Nyonya Vernandes terus terusan mengomel tidak jelas Karna kesal akan kelakuan putranya.
"Harus disimpan dimana lagi muka kita jika nanti di hari pernikahannya Nicho tidak datang sama sekali?" gerutu Nyonya Vernandes cemas.
"Tenang saja, putra kita pasti datang. Dia tidak mungkin tega membuat keluarganya harus menanggung malu akibat ulahnya sendiri " ucap Tuan Vernandes mencoba menenangkan.
"Tapi papah liat sendiri kan? semakin hari dia semakin berani membantah perintah kita" ucap Nyonya Vernandes kesal sambil melipat tangannya di dada dengan wajah yang muram. "Papah cari cara dong, biar Nicho mau kita jodohin, ini demi kebaikan masa depan dia juga pah"
"Mamih yang tenang yah, Nicho pasti mau kok nurutin kemauan orang tuanya, dia anak baik Mih " ucap Tuan Vernandes meyakinkan.
Meski Tuan Vernandes sudah membujuk istrinya untuk tetap tenang dan percaya jika putranya akan menghadiri pernikahannya sendiri tapi Nyonya Vernandes tetap was was Karna sampai detik ini Nicho sama sekali tidak pernah datang menemui calon istrinya sendiri.
Keesokan paginya Nyonya Vernandes terus terusan memarahi putranya Karna semalam pulang pukul 2 dini hari ke mansion mereka.
"Mau sampai kapan kamu terus terusan keluar masuk lubang milik ******?" ucap Nyonya Vernandes dengan suara yang tinggi.
" Udah Mih, biarin Nicho makan dulu, jangan dimarahin terus terusan" bela Tuan Vernandes
"Makanya Pah, anak tuh jangan di manjain terus, jadi ngelunjak kayak gini kan?" ucap Nyonya Vernandes geram.
Sedang-kan orang yang menjadi topik utama pertengkaran ini hanya diam seperti orang bodoh, pura pura tak mendengar. Nicho tetap fokus pada makanan di hadapannya, dia ingin cepat cepat menyelesaikan makannya Karna tidak tahan mendengar suara Mamihnya yang tidak berhenti mengomel.
"Nicho berangkat dulu, Mih, Pah" ucap Nicho sambil bergegas meninggalkan kursi makan.
"Tunggu dulu" ucap Nyonya Vernandes sambil menahan bahu Nicho. "Temui calonmu sekali saja, kalian harus mengenal lebih dalam antara satu sama lain" pinta Nyonya Vernandes.
"Aku sudah bilang berapa kali, aku tidak menginginkan pernikahan ini dan aku sudah memiliki seseorang yang aku cintai" ucap Nicho tegas
"Siapa? ****** kampungan itu?" tanya Nyonya Vernandes dengan nada meremehkan dan tangan yang dilipat di dada.
"Berhenti memanggilnya ******!" ucap Nicho dengan suara sedikit membentak. "Bahkan dia lebih suci dari masa lalu mamih" ucap Nicho lalu berlalu dari sana.
Tuan Vernandes yang melihat putranya bertingkah kurang ajar pun merasa geram dan tidak bisa hanya diam saja.
"Turuti ucapan Papah atau Papah hancurkan kredibilitas kekasihmu " ancam Tuan Vernandes "Jangan pernah berpikir kau bisa mengalahkan kekuasaanku hanya Karna sekarang kau menjabat menjadi pemimpin, kau harus ingat semua ini adalah karnaku"
Nicho yang mendengar ancaman telak dari papahnya, hanya bisa diam tanpa berkutik atau bereaksi sedikitpun. Jika sang Ayah sudah berbicara kau dan aku tanpa iming iming nama, itu berarti ayahnya tidak main main dengan ancamannya.
"Jika kau menuruti permintaan papah, papah akan mengabulkan satu permintaan mu apapun itu, walaupun papah harus bersujud di bawah kakimu papah akan lakukan itu, asal kau jalani pernikahan ini" nego Tuan Vernandes
Nicho berpikir sebentar sampai akhirnya menemukan jawabannya.
"Aku akan menjalani pernikahan ini asal setelah ini papah kabulkan satu permintaanku" ucap Nicho dengan bibir terangkat sebelah.
"Apa itu?" tanya Nyonya Vernandes tidak sabar
"Berhenti ikut campur dalam urusanku, kedepannya apapun yang kulakukan kalian tidak berhak untuk mencampuri urusanku" ujar Nicho tegas.
"Oke deal" jawab Tuan Vernandes tanpa keberatan.
"Tapi Pah..." Nyonya Vernandes menatap sang suami berharap suaminya tidak mengabulkan keinginan konyol putranya Karna dia merasa sangat keberatan.
"Yes our No Mih?" tanya Nicho dengan alis yang terangkat sebelah dan jari kelingking yang di acungkan.
"Fine.." ucap Nyonya Vernandes menyetujui meski dengan berat hati.
"Oke, aku berangkat sekarang" ucap Nicho lalu berlalu dari sana dan masuk kedalam mobilnya meninggalkan mansion mewah milik keluarganya dengan sejuta rencana di dalam otaknya.
"Let's play to game dad" ucap Nicho sambil mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.
*
*
Sedangkan di sebuah mansion yang cukup megah terlihat seorang wanita paruh baya sedang bertelponan dengan seseorang di sebrang sana dengan raut wajah yang sangat bahagia.
"Oke Jeng, nanti saya akan menyuruh putri saya untuk ke perusahaan putramu" ucap Nyonya Orlando lalu menutup sambungan teleponnya.
"Stev!" teriak Nyonya Orlando girang sambil menyambut kedatangan putrinya.
"Apa sih mom? berisik banget?" tanya Stev yang baru datang lalu duduk di salah satu sofa di sana.
"Cepat dandan yang cantik" titah Nyonya Orlando lembut
"Emang mau ngapain mom?" tanyanya malas
"Calon mertuamu menyuruhmu datang ke perusahaan menemui calon suamimu" ucap Nyonya Orlando girang sambil mencubit pipi putrinya gemas. "Cepatlah dandan yang cantik, perlihatkan kecantikanmu yang tiada tara"
"What!" teriak Stev sambil berjingkrak jingkrak bahagia "Are you sure mom?" tanyanya lagi.
"Ayolah sayang, dandan yang cantik" titah Nyonya Orlando
"Tenang saja Mih, aku akan memperlihatkan betapa memabukkannya pesonaku" ucapnya dengan bangga lalu berlalu dari sana.
*
*
Setelah sampai di perusahaannya Nicho segera menyibukkan diri dengan kertas kertas menumpuk yang ada di hadapannya, dia tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari berkas yang sedang diperiksanya.
Drttt Drttt
Hp Nicho bergetar setelah melihat siapa yang meneleponnya tanpa basa basi Nicho segera mengangkatnya dengan penuh semangat.
"Hallo baby" sapa Nicho dengan bibir yang merekah
"Katakan pada pegawaimu jangan menghalangi jalanku, aku akan mengantar makan siang untukmu dude" ucap Nasya dengan nada tinggi namun sedikit manja.
"Siapa yang berani menghalangi jalanmu?" tanya Nicho dengan wajah yang memerah dan rahang yang mengeras menahan amarah.
"hahahahahah... tidak ada" jawab Nasya puas telah mengerjai kekasihnya
"Apa kau sedang mengerjaiku baby?" tanya Nicho dengan membuang nafasnya perlahan.
"Not, aku memang akan mengantar makan siang untukmu tapi nanti setelah selesai materi" jelas Nasya
"Tidak usah membawa makanan baby, kita bisa delivery " ucap Nicho
"Why? apa kau tak ingin memakan masakanku?" tanya Nasya dengan suara yang meninggi.
"Bukan baby.. aku tidak ingin kau kelelahan" ucap Nicho mencoba menjelaskan padahal kenyataannya dia memang kapok memakan masakan Nasya yang rasanya asing bagi lidahnya.
"Tidak ada pilihan, makan masakanku atau aku tidak akan pernah berbicara denganmu lagi" ancam Nasya di sebrang sana
"Oke, oke, aku akan memakan masakan tangan cantikmu baby" ucap Nicho mengalah
"Good boy, aku tutup telponnya, bye My Sugar Daddy " ucap Nasya sambil menutup sambungan teleponnya tanpa menunggu jawaban dari Nicho.
Sedangkan Nicho hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah laku kekasihnya yang berani menutup telponnya sepihak. Tidak ada orang yang berani mengabaikan atau menutup telponnya selain kekasihnya, biasanya Nicho akan marah jika telponnya di tutup sepihak, tapi jika Nasya yang melakukannya entah mengapa Nicho tidak bisa marah meski sedikitpun.
Tuk tuk tuk
Suara sepatu heels yang bergesekan dengan lantai terdengar sangat merdu dan indah.
Kriett
Pintu terbuka lebar menampilkan sosok wanita dengan tubuh ideal dengan memakai pakaian yang sangat minim memperlihatkan lekukan tubuhnya yang bak gitar spanyol. Hingga seseorang yang sedari tadi fokus pada layar di depannya kini matanya teralihkan pada sosok yang ada di depan pintu ruangannya.
"Siapa kamu berani masuk tanpa mengetuk pintu?" tanya Nicho dingin dengan tatapan yang seolah olah menusuk jantung lawan bicaranya.
"Maafkan aku" ucap Stev sambil mengatupkan kedua tangannya " Aku hanya di perintah oleh Nyonya Vernandes untuk menemuimu di perusahaan"
"Untuk apa kau kemari?" tanya Nicho sambil berdiri merapikan bajunya.
"Aku hanya ingin mengenalmu lebih dekat" ujar Stevani sambil berjalan mendekati Nicho "Lagi pula kita hanya punya waktu tiga hari lagi untuk melangsungkan pernikahan kita" ucapnya dengan tangan yang mengalung di leher Nicho.
Prang
Suara benda terjatuh dari arah pintu.
Selesai mengikuti materinya Nasya segera berangkat ke perusahaan Nicho sesuai janjinya tadi. Setelah sampai di sana Nasya segera memarkirkan mobilnya dengan rapi di basement, dia masuk ke lobi dengan santai sambil tersenyum ramah pada pegawai di sana. Salah satu resepsionis di sana segera menghampiri Nasya dan menyapanya dengan ramah.
"Selamat siang nona, apa anda nona Nasya?" tanya si resepsionis dengan lembut dan hati hati.
"Juga mbak, yah saya Nasya apa ada sesuatu mbak?" tanya Nasya tak kalah lembut sambil menebarkan senyum menawannya.
"Saya diperintahkan Tuan Muda untuk mengantar nona ke ruangannya" ucap si resepsionis mengutarakan tujuannya " Mari nona"
Nasya yang malu Karna diperlakukan bak tuan putri pun hanya tersenyum kaku "Enggak usah mbak, saya bisa ke atas sendiri, mbak bisa melanjutkan pekerjaan mbak"
"Tidak Nona, pekerjaan saya memang mengantar Nona keruangan tuan muda, mari" ucapnya sambil mempersilahkan Nasya untuk masuk ke lift khusus Presdir.
"Makasih loh mbak" ucap Nasya dengan pipi merona menahan malu campur bahagia Karna diperlakukan bak putri raja.
" Tidak usah berterima kasih Nona, ini memang sudah jadi tugas saya" jawab sang resepsionis tidak enak.
"Tidak usah terlalu kaku, kamu bisa panggil saya Nasya tanpa iming iming Nona" ucap Nasya sambil menyenderkan punggungnya ke dinding lift.
"Tidak bisa Nona, Tuan Muda memerintahkan seluruh pegawai di sini untuk memanggil Nona pada Nona Nasya" jawabnya sambil tersenyum
"Baiklah baiklah, tapi aku tidak terbiasa dipanggil dengan panggilan seperti itu" ucap Nasya sambil menepuk bahu resepsionis. "Lagi pula disini tidak ada tuanmu, jadi kau bebas memanggilku apa saja" ucap Nasya ramah
Tinggg
Lift terbuka menampilkan ruangan yang sunyi, hanya ada dua ruangan yang terletak di sana, ruangan Presdir dan ruangan Asisten.
"Namamu siapa?" tanya Nasya
"Gladis Nona" jawab resepsionis
"Kau bisa kembali bekerja sekarang, maaf bukan aku mengusirmu" ucapnya sambil menyengir kuda.
"Tidak apa Nona saya paham kok" jawabnya dengan tawa ringan
"hahah, Thanks Gladis" ucap Nasya
" Sama sama Nona. Saya pamit nona" ucap Gladis lalu turun menggunakan lift pegawai.
Setelah memastikan Gladis masuk ke dalam Lift, Nasya segera membuka kardigan nya. Dia sengaja ingin menggoda Nicho Karna berani berpakaian kurang bahan dihadapan orang lain. Nasya berjalan menuju pintu ruangan Nicho dengan tersenyum mengembang membayangkan betapa marahnya Nicho jika tau dia yang hanya memakai baju ala Pelacur berjalan dihadapan semua orang. Tapi belum juga masuk pintu ruangan sudah terbuka sedikit sehingga obrolan orang di dalam terdengar keluar.
" mengapa pintunya tidak ditutup?" monolog Nasya sambil mengintip ke dalam, ingi tahu ada siapa yang sedang berada di dalam, tapi dia tidak sengaja mendengar obrolan yang mampu membuat dunianya hancur seketika. Seseorang yang sangat di cintainya ternyata mengkhianatinya. Seseorang yang di percayainya ternyata tidak jauh beda dengan orang orang yang telah menyakitinya, tubuhnya bergetar hebat menerima kenyataan bahwa sang kekasih akan menikahi wanita lain.
"Cobaan apa ini?" monolognya lagi hingga tanpa sadar tempat makan yang dibawanya jatuh ke bawah karna tubuhnya yang bergetar.
Pranggg
Nicho yang mendengar suara benda terjatuh pun segera mengalihkan pandangannya ke arah asal suara. Kini manik amber miliknya menatap seseorang dengan pakaian minim, tengah berdiri kaku seperti bebek yang tersambar petir di siang bolong.
"Baby" ucap Nicho sambil menghempaskan tubuh Stev yang merangkul lehernya.
Nasya segera pergi berlari turun kebawah menggunakan tangga darurat, dia tidak peduli lagi dengan pakaiannya yang tanpa kardigan Karna memang kardigannya terjatuh bersama tempat makan tadi. Sebisa mungkin dia menghindar dari kejaran Nicho yang terus terusan berlari mengejarnya sambil berteriak memanggil namanya.
"Nasya tunggu!" teriak Nicho sambil terus terusan mengejar bahkan kini dia memanggil dengan namanya langsung tanpa iming iming panggilan kekasih. "Berhenti di sana atau ku patahkan kakimu" ancam Nicho geram.
Akhirnya Nasya berhenti lalu berbalik ke belakang tetapi hanya sebentar Karna sedetik kemudian dia turun menggunakan lift dan terhindar dari kejaran Nicho.
Nicho yang melihat Nasya turun menggunakan lift pun segera menyusulnya tapi terlambat Karna pintu lift keburu tertutup.
"Sial" umpat Nicho geram lalu merogoh saku celananya untuk mengambil hpnya.
"Ahh sialan" Nicho terus terusan mengumpat dan menendang pintu lift dengan keras untuk melampiaskan amarahnya, Karna hpnya tertinggal di ruangannya.
*
*
Setelah sampai di basement Nasya segera menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia mengemudi sembari menangis dengan kencang sesekali dia mengumpat bahkan berteriak sambil memukul mukul kemudinya.
"Nicho sialan,, bajingan,, Bastard" begitulah umpatan Nasya yang tidak berhenti bahkan nama nama hewan pun tidak luput keluar dari bibir mungil miliknya.
Sedangkan Nicho dia kembali ke ruangannya mengambil hp dan kunci mobilnya lalu menelpon salah satu anak buahnya.
"Cari kekasihku sekarang juga, jangan biarkan dia pergi kemanapun" titahnya dingin.
Dia keluar ruangan dengan tergesa gesa bahkan mengabaikan Stev yang kini sedang memanggil manggil namanya sambil berjalan mengikutinya.
*
*
Setelah sampai di apartemennya Nasya segera membereskan barang barang yang dibutuhkannya ke dalam koper dia buru buru menyeret kopernya keluar Karna dia yakin sebentar lagi Nicho pasti datang menyusulnya. Baru saja berjalan beberapa langkah dari pintu dia sudah dihadang oleh pria pria bertubuh kekar.
"Mau apa kalian?" tanya Nasya membentak sambil mengelap air matanya.
"Maaf Nona, sebaiknya anda masuk kembali ke dalam" ucap salah satu pria diantara enam pria.
"Kau siapa berani menyuruhku?" ucapnya dengan mata yang melotot.
"Tuan Muda menyuruh kami untuk menahan anda, silahkan masuk kembali atau jika tidak..." ucap si pria tadi yang merupakan ketuanya.
"Jika tidak apa? kau akan membunuhku? bunuh saja, aku memang sedang berharap jika aku mati" ucap Nasya dengan nada menantang.
Grepp
Tanpa ba bi bu si bodyguard langsung menggendong tubuh mungil milik Nasya bak karung beras. Dia tidak memikirkan konsekuensinya, baginya yang terpenting sekarang Nonanya tidak bisa kabur darinya.
"Turunkan aku sialan,,, kau menyentuh perutku bajingan" teriak Nasya sambil memukul mukul punggung si bodyguard.
Brugh
Nasya di turunkan ke sofa dengan sedikit keras, sampai pantatnya terasa sangat ngilu sedikit.
"Awhhh,,,, sialan kau, kau akan membayar atas semua ini " ucapnya dengan nada tinggi lalu bangun dan berusaha menggapai pintu untuk kabur dari pria yang menurutnya tidak ada kerjaan. Tetapi para bodyguard tetap tidak memberikannya celah sedikitpun.
"Okey,,, Jika kau tak membukakan pintu untukku, biarkan aku yang membuka bajuku untukmu" ancam Nasya, berharap mereka takut akan konsekuensinya jika melihat tubuhnya. Namun ancaman Nasya tidak mempan bagi mereka, mereka lebih menurut pada perintah sang Tuan Muda yang menurutnya Wajib dipatuhi.
"Kau tidak takut?" tanya Nasya heran. " Baiklah".
Nasya langsung membuka baju dan bawahannya yang hanya menyisakan dua lembar kain yang menutupi dua aset berharganya, di depan semua bodyguard yang menganga menatap tak percaya akan ulah kekasih Tuan Mudanya.
Bip
Suara pintu dibuka dengan acces card dari luar. Nasya segera merubah posisinya dengan duduk di sofa dengan posisi seolah menantang, dia segera membusungkan buah dadanya kedepan yang seakan akan berlomba lomba keluar dari tempatnya dengan paha yang sengaja dibuka lebar dan tangan kesamping menahan bobotnya.
Brakkk
pintu di tutup dengan keras
Nicho yang baru saja datang matanya langsung disuguhkan dengan pemandangan yang seharusnya membuatnya bergairah namun malah memancing amarahnya yang sudah ada di ubun-ubun
"Berani sekali kau memperlihatkan milikku pada orang lain! tutup mata kalian" ucap Nicho dingin dengan suara meninggi sembari berjalan kedapur.
Nasya hanya diam terbengong bengong Karna melihat Nicho yang malah berjalan ke dapur bukan memarahi bawahannya ataupun dirinya. Tapi dia dibuat syok saat Nicho keluar dari dapur dengan membawa sebuah pisau.
Settt,,,,, jlebb,,,, Awhhhhh
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!