NovelToon NovelToon

Queenara

Bolehkah aku mengelusnya?

"Kau yakin ingin pergi?" Tanya Mirza untuk yang ke sekian kalinya. Karena ia tidak ingin Queen menyesal dengan keputusannya saat ini.

Queen mengangguk dengan pasti. "Aku yakin. Lagi pula apa lagi yang aku harapkan di kota ini? Tidak ada satu pun cinta untukku bahkan dari kedua orang tuaku." Queen tersenyum miris di akhir ucapannya. Apa lagi jika teringat kejadian beberapa minggu yang lalu saat ia ingin meyakinkan keputusanya untuk pergi. Di depan matanya sendiri Queen melihat kedua orang tuanya dapat tertawa dengan lepas bersama kolega bisnis Papa Adam sedangkan dirinya harus menahan tangis sebab menahan rindu yang terlalu dalam pada mereka. Queen dapat melihat dengan jelas tidak adanya kerinduan di mata kedua orang tuanya saat melihatnya. Sugguh miris ia rasakan di saat dirinya sedang membutuhkan mereka untuk menguatkannya. Terlebih sebentar lagi ia akan melewati proses persalinan.

Pun dengan Daniel, cinta pertama yang sudah empat tahun ia perjuangkan kini nampak begitu bahagia dengan kehidupan barunya bersama Naina. Dan suaminya Kevin, dalam hitungan bulan lagi akan meninggalkanya. Bahkan Queen sudah mendapat kabar jika pernikahan Kevin dan Melody akan diselenggarakan dengan mewah. Dapat Queen pastikan jika pernikahan Kevin besok adalah pernikahan yang dinantikan kedua keluarga besar Kevin dan Melody. Berbeda dengan pernikahannya yang terjadi karena sebuah kesalahan.

"Kau harus tahu jika cintaku akan terus bersamamu."Ucap Mirza sungguh-sungguh.

Queen hanya bisa tersenyum sebagai jawaban. Untuk saat ini ia tidak bisa menjanjikan apa pun pada Mirza terlebih untuk hatinya. Apa lagi saat ini sudah ada nama pria lain setelah Daniel yang sudah tertanam dalam di hatinya.

"Berjanjilah jika kau akan bahagia di tempat yang baru." Ucap Mirza kemudian karena tidak mendapatkan jawaban dari Queen.

"Aku berjanji untuk itu. Tidak akan aku biarkan hati dan pemikiranku bernasib sama seperti saat aku berada di sini." Ucap Queen dengan yakin.

Mirza tersenyum mendengarnya. Saat ini ia sudah semakin yakin membawa Queen pergi bersamanya ke tempat yang baru dan berharap kebahagiaannya dan Queen akan hadir di sana.

"Jam berapa kita akan pergi?" tanya Queen.

"Tunggulah sebentar. Asistenku masih menyiapkan mobil untuk kita pergi." Ucap Mirza.

"Baiklah." Balas Queen dengan tersenyum.

Mirza pun berpamitan sebentar untuk melakukan panggilan dengan asistennya. Sementara Queen terdiam di posisinya dengan pikiran yang kembali melayang pada sosok baru yang sudah menghancurkan cinta yang ia punya.

"Hari ini atau pun besok, kami akan tetap berpisah. Lalu untuk apa aku masih tetap bertahan jika ujungnya akan berakhir sama?" Gumam Queen dengan mata yang sudah mengembun.

Dug

Satu tendangan dari dalam perutnya berhasil membuat Queen meringis kesakitan. "Kenapa anak Mommy sangat rewel sejak tadi, hem?" Tanya Queen seraya mengelus perutnya. Berharap bayi dalam kandungannya tidak lagi rewel.

Dug

Bukannya berhenti, bayinya justru semakin menendang dengan kencang hingga membuat Queen semakin meringis kesakitan. "Mommy mohon jangan rewel. Bukankah kita ingin pergi ke tempat yang baru dan akan menjalani kehidupan yang lebih baik di sana?" Queen kembali mengelus perut buncitnya.

"Ada apa?" Wajah Mirza nampak cemas melihat Queen meringis kesakitan.

Queen membuka kedua kelopak matanya lalu menatap Mirza dengan tersenyum. "Aku tidak apa-apa." Kilahnya.

"Kau jangan berbohong. Aku dapat melihatmu tengah kesakitan." Ucap Mirza.

"Bayiku menendang cukup kencang." Ucap Queen pada akhirnya.

Mirza menghembuskan nafas bebas di udara lalu memilih duduk di samping Queen. "Bolehkah aku mengelusnya? Aku hanya ingin menenangkannya agar tidak rewel dan menyakitimu." Pinta Mirza.

***

Lanjut? Jangan lupa berikan vote, like, gift dan komennya dulu, ya dan klik favorit agar teman-teman tidak ketinggalan info Update.

Sambil menunggu Queenara update, silahkan mampir di novel shay yang lagi on going juga berjudul Kita Harus Menikah!🖤

Dan jangan lupa follow IG shy @shy1210_ untuk mengetahui informasi update.

Tidak ingin jauh

Dug

Bukannya berhenti, bayinya justru semakin menendang dengan kencang hingga membuat Queen semakin meringis kesakitan. "Mommy mohon jangan rewel. Bukankah kita ingin pergi ke tempat yang baru dan akan menjalani kehidupan yang lebih baik di sana?" Queen kembali mengelus perut buncitnya.

"Ada apa?" Wajah Mirza nampak cemas melihat Queen meringis kesakitan.

Queen membuka kedua kelopak matanya lalu menatap Mirza dengan tersenyum. "Aku tidak apa-apa." Kilahnya.

"Kau jangan berbohong. Aku dapat melihatmu tengah kesakitan." Ucap Mirza.

"Bayiku menendang cukup kencang." Ucap Queen pada akhirnya.

Mirza menghembuskan nafas bebas di udara lalu memilih duduk di samping Queen. "Bolehkah aku mengelusnya? Aku hanya ingin menenangkannya agar tidak rewel dan menyakitimu." Pinta Mirza.

Queen terdiam sesaat sebelum akhirnya mengiyakan permintaan Mirza. Mendapat persetujuan dari Queen membuat senyuman di wajah Mirza terkembang dan tak membuang waktu lama Mirza pun segera mengelus perut buncit Queen.

Dug

Satu tendangan dari dalam pun dapat Mirza rasakan. "Dia kembali menendang." Ucap Mirza lalu menatap wajah cantik Queen yang nampak kembali meringis.

"Ya. Dia sangat aktif hari ini." Jawab Queen mencoba tersenyum.

Mirza pun kembali mengelus perut Queen berharap dapat menenangkan bayi  dalam kandungan Queen. Namun apa yang diharapkan Mirza justru tidak berhasil karena bayi dalam kandungan Queen terus menendang hingga membuat Queen kembali meringis.

"Apa dia memberi kode jika tidak ingin pergi?" Tanya Mirza seraya menatap intens wajah Queen.

Queen dibuat tertegun. Sejak ia memutuskan untuk pergi meninggalkan Kevin bayinya memang sangat aktif bergerak. Tapi apa mungkin bayinya tidak setuju dengan keputusannya untuk menjauh dari Kevin dan keluarganya. Apa anak Mommy tidak ingin berjauhan dari Daddy? Tanya Queen dalam hati. Wajah cantik Queen pun berubah sendu saat mengingat Kevin selalu berhasil menenangkan bayinya agar tidak rewel  menendang di dalam kandungannya.

Ting

Sebuah notifikasi pesan masuk di ponselnya membuat Mirza menegakkan tubuhnya. Mirza membaca pesan masuk lalu menatap wajah Queen. "Mobilnya sudah siap." Ucap Mirza.

Queen mengangguk. "Ayo kita pergi." Balasnya lalu mencoba untuk berdiri.

Pergerakan Queen terhenti saat Mirza mencekal sebelah tangannya. "Apa kau yakin? Setelah kau mengiyakannya kau tidak bisa membatalkannya." Ucap Mirza.

"Aku yakin." Balas Queen dengan tersenyum. Senyuman yang dapat Mirza artikan hanyalah senyuman keterpaksaan.

Queen kembali mencoba bangkit namun Mirza lagi-lagi menahan pergerakannya. "Apa kau yakin akan pergi menggunakan mobil? Waktumu akan habis di jalan dan bisa saja membuatmu kelelahan." Ucap Mirza.

"Aku kuat dan aku yakin, Kak. Lagi pula aku sudah merindukan bepergian jauh menggunakan mobil. Lagi pula jika aku lelah kita bisa berhenti bukan?" Tanya Queen.

Mirza tersenyum lalu mengusap rambut Queen. "Kita akan berhenti kapan pun kau mau." Ucapnya.

Queen pun turut terseyum. "Terimakasih, Kak. Kalau begitu ayo kita pergi." Ajak Queen. Mirza mengangguk lalu membantu Queen untuk berdiri.

"Tunggu sebentar." Dan lagi Mirza menghentikan pergerakan Queen.

"Ada apa, Kak?" Tanya Queen dengan kening mengkerut.

Mirza membungkuk dan mendekatkan wajahnya ke perut Queen. "Tenanglah di dalam sini dan jangan menyakiti Mommymu. Om dan Mommy akan membawamu ke tempat baru yang akan membuatmu lebih bahagia." Ucap Mirza dengan berbisik di perut Queen.

Queen dapat mendengar dengan jelas ucapan Mirza yang berhasil membuatnya kembali tertegun.

"Ayo." Ajak Mirza lalu menarik lembut tangan Queen.

Queen tersenyum lalu mengikuti langkah Mirza.

"Berhati-hatilah karena mungkin saja orang suruhan Kevin masih berada di sekitar kita." Ucap Mirza.

Queen mengangguk lalu memakai kembali masker dan kaca mata hitamnya begitu pun dengan Mirza.

*

Saat ini Queen dan Mirza sudah berada di dalam mobil yang akan membawa mereka ke sebuah kota yang akan menjadi tempat tinggal Queen yang baru.

"Apa kau tidak ingin melihat rumah kedua orang tuamu sebelum pergi?" Tanya Mirza.

Queen menggeleng. "Aku tidak ingin menambah luka dalam hatiku sebelum pergi, Kak. Kedua orang tuaku sudah bahagia tanpa kehadiranku. Melihat rumah mereka hanya akan membuatku terluka karena berharap mereka masih merindukan kehadiranku sebagai anak mereka."

***

Lanjut? Jangan lupa berikan vote, like, gift dan komennya dulu, ya.

Sambil menunggu Queenara update, silahkan mampir di novel shay yang lagi on going juga berjudul Kita Harus Menikah!🖤

Dan jangan lupa follow IG shy @shy1210_ untuk mengetahui informasi update.

Apapun akan aku berikan

Saat ini Queen dan Mirza sudah berada di dalam mobil yang akan membawa mereka ke sebuah kota yang akan menjadi tempat tinggal Queen yang baru.

"Apa kau tidak ingin melihat rumah kedua orang tuamu sebelum pergi?" Tanya Mirza.

Queen menggeleng. "Aku tidak ingin menambah luka dalam hatiku sebelum pergi, Kak. Kedua orang tuaku sudah bahagia tanpa kehadiranku. Melihat rumah mereka hanya akan membuatku terluka karena berharap mereka masih merindukan kehadiranku sebagai anak mereka."

"Jangan berbicara seperti itu, Queen. Percayalah jika kedua orang tuamu pasti masih menyayangimu." Ucap Mirza.

Queen tersenyum kecut. "Jika mereka menyayangiku mereka pasti menanyakan keadaanku selama ini, Kak. Bahkan mereka sama sekali tidak pernah mengirimkan sebuah pesan pun kepadaku." Ucap Queen dengan lirih.

Tangan Mirza terulur mengelus pundak Queen. "Terkadang apa yang kita lihat dan kita dengar tidak selamanya sesuai dengan yang kita pikirkan. Mungkin saja selama ini kedua orang tuamu memiliki alasan tersendiri melakukan itu semua. Bagaimana pun juga kau adalah anak mereka dan yang harus kau ingat jika tidak ada yang namanya mantan anak di dunia ini." Ucap Mirza.

Queen menatap Mirza dengan tatapan sendunya. "Bisakah kita tidak membahas hal ini, Kak? Aku tidak ingin perjalanan ini aku lewati dengan kesedihan." Ucap Queen.

Mirza mengangguk. "Maaf. Aku tidak akan lagi membahasnya." Ucap Mirza.

Queen tersenyum lalu menurunkan tangan Mirza dari pundaknya. "Terimakasih karena mau mengerti, Kak." Ucap Queen.

"Kau tidak perlu berterimakasih untuk itu." Balas Mirza.

Queen tersenyum lalu mengarahkan kembali pandangannya ke arah jendela. Selamat tinggal kota sejuta kenangan. Semoga kita bisa bertemu lagi di keadaan yang lebih baik. Ucap Queen dalam hati lalu memejamkan kedua kelopak matanya.

Di sebelah Queen Mirza nampak menatap wajah Queen dengan tatapan tak terbaca. Izinkan aku untuk mengisi seluruh hatimu, Queen. Maka tidak akan aku biarkan sedikit pun kesedihan datang menghampirimu. Ucap Mirza dalam hati.

*

Setelah melewati beberapa jam perjalanan menggunakan mobil akhirnya mereka pun sampai di kota yang akan menjadi tempat tinggal Queen yang baru bersama dengan anaknya.

"Apa kau lelah?" Pertanyaan yang sama kembali terlontar dari mulut Mirza pada Queen.

"Tidak terlalu lelah. Rasa lelahku bahkan sedikit berkurang karena kini aku sudah sampai di tempat yang akan menjadi awal perjalanan hidupku bersama anakku." Jawab Queen seraya tersenyum.

Mirza turut tersenyum mendengar ucapan Queen. Untung saja selama dalam perjalanan bayi dalam kandungan tidak terlalu rewel hingga membuat Queen bisa istirahat dengan nyaman selama dalam perjalanan.

Pandangan Queen pun beralih pada rumah yang ada di depannya saat ini. "Apa ini rumah yang Kakak maksud?" Tanya Queen.

Mirza mengangguk membenarkan. "Ya. Rumah ini memang tidak sebesar rumah kedua orang tuamu, namun aku harap kau bisa nyaman tinggal di sini." Ucap Mirza.

Queen menggeleng. "Tidak, tidak, tidak. Rumah ini cukup besar jika hanya ditempati oleh aku dan anakku." Jawab Queen.

"Selamat datang, Tuan dan Nona." Seorang wanita paruh baya nampak menghampiri mereka hingga memutus percakapan di antara mereka.

Mirza tersenyum membalas sapaan Bu Sarni. "Queen, perkenalkan ini adalah Bu Sarni yang akan menjaga dan membantumu selama tinggal di rumah ini." Terang Mirza.

Queen tertegun lalu menatap Bu Sarni yang sedang tersenyum kepadanya. "Apa ini tidak terlalu berlebihan?" Tanya Queen.

"Tentu saja tidak. Kau membutuhkan seorang teman saat aku sedang berada jauh darimu nanti." Ucap Mirza.

"Terimakasih, Kak." Ucap Queen yang sudah paham maksud ucapan Mirza.

Mirza mengangguk sebagai jawaban. "Kalau begitu ayo kita masuk." Ajak Mirza.

Queen mengangguk lalu mengikuti langkah Mirza masuk ke dalam rumah. Saat sudah berada di dalam rumah Queen kembali dibuat tertegun melihat kondisi rumah yang jauh lebih besar dari apa yang ia bayangkan dari luar. Bahkan perabotan di dalam rumah sudah nampak lengkap dan tertata dengan rapi.

"Kak Mirza..." Queen hendak berbicara namun Mirza lebih dulu memotongnya.

"Aku akan memberikan apa pun yang bisa membuatmu nyaman dan merasa aman." Ucap Mirza yang sudah paham apa yang ingin Queen katakan.

***

Lanjut? Jangan lupa berikan vote, like, gift dan komennya dulu, ya.

Sambil menunggu Queenara update, silahkan mampir di novel shay yang lagi on going juga berjudul Kita Harus Menikah!🖤

Dan jangan lupa follow IG shy @shy1210_ untuk mengetahui informasi update.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!