NovelToon NovelToon

Suami Lumpuhku Suamiku Sayang

Arum

Seorang Anak perempuan tengah menangis tersedu-sedu, di samping jasad Ayah nya yang sudah terbujur kaku, Anak perempuan yang akrab di sapa Arum itu menangis dengan sesekali memeluk jasad sang Ayah,

" Ayah.. bangun Yah.. jangan tinggalin Arum yah.." Arum menguncang tubuh kaku sang Ayah, dengan suara tangis yang terdengar menyayat hati,

Sedang sang ibu nampak biasa saja tanpa expresi, hanya diam sambil menyalami beberapa tetangga yang datang mengucapkan belasungkawa,

Tiada tangis sedih yang dia tampak kan

di wajah ayu nya, wanita yang masih terlihat cantik dan muda itu, sudah menyusun rencana setelah urusan pemakaman itu selesai,

Sudah cukup diri nya merawat sang suami yang sakit-sakitan selama 2 tahun belakangan ini, dan sekarang diri nya telah bebas,

Begitulah seorang Arini, yang tidak tahu rasa bersyukur akan hidup yang dia jalani selama ini, yang ada di pikiran nya hanyalah kebahagiaan nya sendiri tanpa melihat atau mengerti akan keadaan orang-orang di sekitar nya bahkan anak nya sekalipun,

Arini Septiani wanita berumur 30 tahun itu

Kini merasa jika langkah nya untuk mencari kebahagian tidak ada sandungan lagi, setelah Suami nya Surya Darma yang dinikahi nya 9 tahun lalu, Atas perjodohan Orang tua nya sebab Surya yang rajin kala itu, walaupun Surya adalah seorang Yatim Piatu dan tinggal menumpang di rumah Paman nya yang ada di desa itu,

Surya adalah pemuda yang ulet berkerja, Karena itulah Pak Yono menjodohkan nya dengan Putri Sulung nya, kala itu,

Suami yang 10 tahun lebih tua dari nya itu telah jatuh sakit selama 2 tahun belakangan ini,

Surya terkena paru-paru basah sebab pekerjaan yang sebagai tukang ojek dan tukang panggul di sebuah pasar yang ada di kampung tempat tinggal mereka, bekerja siang malam tanpa kenal lelah demi Anak dan Istri nya,

Arini yang kerap banyak menuntut ini itu, Membuat Surya berkerja sepanjang hari, bahkan tak jarang Surya melupakan waktu makan siang nya demi mencari Rupiah agar sang istri tidak menggomeli nya jika yang di ingin kan nya tidak terpenuhi,

Namun selama Surya sakit tiada lagi yang bisa di kerjakan oleh nya, dan hampir setiap hari Sang istri mengomel karena tidak bisa lagi membeli bedak dan lain-lain, makan pun pas-pasan,

Lama kelamaan Arini merasa jemu mengurus suami nya yang sakit-sakitan dan juga lelah bekerja sebagai tukang cuci piring di warung sederhana milik tetangga nya, Gaji yang tidak seberapa hanya cukup untuk makan dengan lauk tempe atau kerupuk saja,

Pernah tercetus keinginan untuk meninggalkan Anak dan suami nya itu pergi merantau di kota yang jelas akan mengubah hidupnya dan juga keuangan nya,

Namun Niat itu belum terlaksana, dirinya belum ada keberanian untuk hal itu,

Namun bagaikan yang kuasa mendengar bisikan hati nya yang terdalam, Suaminya sudah tiada di saat dirinya masih sibuk bergulat dengan tumpukan cucian piring di tempat kerja nya,

"Ayah... bangun. jangan tinggalin Arum Yah.. huu.. huu. Ayah.." Arini tersadar dari lamunan nya saat mendengar suara tangisan Anak perempuan nya itu, Yang menangisi Ayah nya yang sudah kaku dan dingin yang terbujur di hadapan nya,

" Sudah Rum ikhlaskan Ayah mu dia sudah nggak sakit lagi, Sudah bahagia disana, " Ucap nya terpaksa, sebab tidak Enak rasa nya jika dia diam saja saat melihat Anak nya meraung-raung meratapi kepergian Ayah nya,

Beberapa hari kemudian

Arum yang masih berselimut duka atas kepergian Ayah nya, Harus menerima kenyataan jika diri nya kini di titip bersama Kakek Nenek nya, Sang Ibu yang pamit kepada nya ingin merantau ke kota, tidak bisa di cegah,

" Ibu.. Arum ikut Bu. hu..hu Arum nggak mau di tinggal sendiri.." Tangis Arum sesegukan sambil memegang lengan Ibu nya, berharap sang Ibu iba dan membawa nya serta bersamanya,

Arini yang tak sabar pun sebab Anak nya itu terus merengek dan tidak mau mengerti perkataan nya, Dengan menghentak kan lengan nya dengan kuat tangan kurus Arum langsung terlepas,

" Kamu nggak bisa ikut Arum!. kamu di sini aja sama Nenek, Lagian Ibu pergi merantau itu juga demi kamu, Ibu nggak bisa kerja kalau harus membawa kamu, "

Arini membentak Anak nya dengan keras, membuat Arum ciut seketika, Ibu nya marah karena diri nya hendak ikut pikir nya,

"Lagian Anak kecil kalau ikut itu merepotkan, dan menjadi beban di kota, " lanjut nya dengan muka kesal menatap Anak nya,

Arum meringsut mundur ke belakang dan mendudukan diri nya di pinggir dipan kayu dekat Dapur rumah Nenek nya,

Air mata nya semakin berjatuhan kala mengingat Ayah nya yang sudah tiada, "Ayah Arum mau ikut Ayah saja,Yah," Batinya meratap,

"Bu aku pergi dulu, titip Arum Nanti kalau Aku sudah banyak uang aku kirim buat sekolah Arum,"

Bu Siti hanya mengganguk kan kepala,

Arum hanya menoleh sekilas setelah itu kembali memandang nyala Api yang di bakar oleh sang kakek demi menghangat kan tubuh di waktu shubuh itu,

Arini pergi tanpa menoleh ke arah anak nya,

Shubuh itu Arum merasa sangat sedih luar biasa, Ayah nya baru saja meninggal, bahkan ini baru hari ke 20. Ayah nya pergi, Namun Kini dia di tinggalkan pula oleh Ibu nya,

"Nggak usah cengeng, gitu aja nangis, masa kalah sama aku yang lebih kecil dari kamu, Iya kan kek! " Wati sepupu Arum yang juga tinggal bersama Nenek dan Kakek nya, Datang menghampiri nya dengan merentang kan kedua telapak tangan nya ke arah Api yang menyala dengan gagah nya, demi menghalau rasa dingin yang merasuk hingga ke tulang,

Arum hanya melirik nya saja, Arum kurang suka dengan sepupu nya itu, menurut nya Wati sangat pintar berbohong dan mengada-ada cerita,

Wati adalah anak dari Tante nya yang bernama Winarti adik bungsu Dari Ibu nya,

Ibu nya adalah anak pertama dengan 3 bersaudara, adik Ibu seorang laki-laki yang bernama Burhan, Tinggal tak jauh dari Rumah Nenek nya, Burhan memiliki 2 orang Anak semua nya laki-laki, Pekerjaan nya ya tak jauh berbeda dengan Kakek ya itu menggarap Sawah yang hasil panen nya di bagi 2 dengan yang punya lahan,

Sedang Wati Ibu nya meninggal saat melahirkan diri nya, maka dari itu Kakek dan Nenek sangat menyayangi Wati lebih dari apapun, Sedikit saja Wati di cuil oleh sepupu nya yang lain maka Kakek akan murka, dan memarahi mereka,

Bagi kakek dan Nenek Wati adalah kesayangan mereka, dengan alasan jika Wati telah Piatu sejak dia di lahirkan ke dunia ini,

Ayah Wati telah menikah lagi di desa lain,

Maka dari itu Arum sangat tidak menyukai Wati, dan kini dirinya harus tinggal satu atap dengan nya, itu sudah di pastikan jika dirinya akan hidup menderita kedepan nya,

.

.

Next..

jangan lupa jempol nya ya bestie 🤗

makasih love you 😘😘

Rangga Septiawan

.

.

* 10 tahun berlalu.

"Kakek... bajuku rusak.. ini pasti si Arum pelaku nya! Pokok nya Wati nggak mau tahu Kakek harus hukum dia! hu.hu.hu.."

Wati berteriak kala mendapati baju kesayangan nya sudah bolong, dan hal ini sudah pasti pelaku nya si Arum itu siapa lagi yang iri akan hidup nya yang di sayang oleh kedua Kakek Nenek nya,

" Yang bener kamu kalau ngomong mana sini Kakek lihat, "

Yono mengambil baju yang di pegang cucu kesayangan nya itu, dan merentang kan nya, Benar saja baju itu telah koyak di bagian punggung nya semacam habis di gunting dengan asal,

Yono yang melihat hal itu merasa geram kepada Arum yang berani-berani nya merusak barang Cucu nya,

" Kemana Arum, Arum...! Sini kamu!,. "

" Arum gak ada kek, Dia pasti pergi kelayapan lagi tuh cari laki-laki, " Wati berkata seraya tersenyum miring, tanpa di ketahui oleh Yono yang tengah sibuk dengan kemarahan nya terhadap Arum,

"Awas saja kalau pulang nanti ku patahkan kaki nya jadi anak kok bandel betul, Tidak tahu diri sama sekali, " Yono masih melanjut kan ngomel nya, sambil memegan cangkir kopi nya,

" Memang nya betul kah Arum suka kelayapan dengan laki-laki, Wati? " Siti sang nenek meminta kepastian ucapan Wati barusan,

" Iya lah Nek masa aku bohong..!, Tanya aja nanti sama Arum nya kalau sudah pulang, "

Wati melenggang ke kamar nya dan Arum, setelah mengucapkan hal itu

Wati dan Arum satu kamar, sebab Rumah Nenek yang hanya memiliki 2 kamar sangat semprit dan kecil, Sehingga mau tidak mau Arum tidur di kamar Wati,

Arum tidur beralaskan tikar tipis, Sedang Wati tidur di atas Dipan kayu dengan tilam kapuk yang lumayan empuk lah bagi mereka kalangan bawah,. Wati tidak ingin berbagi tempat tidur dengan Arum, maka dari itu Arum tidur hanya beralaskan Tikar tipis,

Arum tidak bisa protes kepada Nenek dan Kakek nya, diri nya akan kalah dalam segi manapun, yang unggul tetap lah Wati cucu kesayangan mereka, Yang pandai bersilat lidah sejak masa kanak-kanak, hingga sekarang semakin mahir saja,

" Arum.. ini upah kamu Nak, Di tabung ya jangan di habis kan semua.," Bu Yanti mengusap kepala Arum dengan sayang,

Bu Yanti sangat kasihan dengan teman Anak nya ini terlalu malang nasib nya, pernah suatu hari diri nya memberanikan diri berbicara kepada Yono, untuk mengangkat Arum sebagai anak. dan bersekolah bersama dengan Anak nya Lulu,

Namun hal itu di tolak keras oleh Yono Kakek Arum, dengan mengatakan jika diri nya masih mampu menghidupi Cucu nya, dan karena itulah Arum sampai di pukul oleh Yono, karena sudah membuat nya malu, tidak beralasan sama sekali memang. Namun itulah kenyataan hidup yang harus Arum jalani,

Bu Yanti adalah tetangga nya dulu yang memiliki Warung makan sederhana namun sangat ramai pengunjung, karena masakan nya yang enak, Disitulah juga dulu ibu nya bekerja, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Sewaktu Ayah nya sakit,

Arum ikut bekerja di warung Bu Yanti, sejak dia kelas 1 SMP sampai sekarang sudah kelas 3 SMA. dan semua itu tidak lepas dari bantuan Bu Yanti. secara diam-diam. karena jika Yono tahu dia akan memarahi Arum habis-habisan. karena menganggap Arum yang meminta-minta, Bikin malu saja katanya

suatu saat ketika ketahuan kalau Arum di belikan Tas oleh Yanti.

" Iya Bu terima kasih banyak ya sudah mau Nerima Arum kerja disini, bahkan saat Arum belum bisa apa-apa, Arum sangat terharu dengan kebaikan Ibu dari teman nya itu, Bu Yanti selalu memperlakukan nya dengan baik seperti anak nya sendiri,

" Iya sama-sama, Ini ada sedikit lauk dan sayur kamu bawa pulang ya buat kamu makan bersama Kakek dan Nenek kamu, "

Bu Yanti menyerahkan beberapa bungkus lauk dan sayur yang tidak habis, karena memang warung Bu Yanti hanya buka dari pagi hingga sore, Tidak Samapi malam,

" Ya ampun Ibu. terima kasih banyak.. Ibu baik banget.." Arum memeluk Bu Yanti sambil berucap terima kasih

"Ibu aku memang baik dong! Ibunya siapa dulu, Lulu..! " Lulu berkata dengan menepuk dada nya sombong, membuat Bu Yanti tersenyum senyum dengan tingkah mereka berdua itu,

" Sudah-sudah, kamu cepat pulang Rum, udah sore ini nanti kakek kamu marah lagi, "

Bu Yanti menepuk punggung Arum dengan sayang sambil berlalu memberes kan alat-alat memasak nya,

" Lu, seperti biasa ya aku titip, " Arum menyodorkan separuh gajinya kepada Lulu untuk di tabung, Di sebuah Bank yang berada di tengah pasar yang tak jauh dari Desa mereka,

"Beres Ar pokonya kamu tenang aja, apa sih yang nggak buat kamu.., " Lulu berucap sembari memeletkan lidah nya, dan di sambut gelak tawa oleh Arum, Merasa gemes sama tingkah Sahabat baik nya itu,

" Arum..," Suara seseorang yang sangat mereka kenali, menginterupsi kegiatan tertawa mereka,

Arum menoleh masih dengan sisa tawa di wajah nya,

" Udah selesaikan.? Ayo aku antar pulang! "

Rangga Septiawan kekasih Arum, Cucu orang paling kaya di Desa itu, Arum bertemu dengan Rangga, di warung Bu Yanti satu tahun yang lalu, Rangga yang jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Arum, yang saat itu melayani pesanan nya di Warung makan Bu Yanti,

Tak mudah mendekati Arum yang tidak pernah berpacaran sebelum nya, Namun setelah berusaha beberapa bulan Akhir nya Rangga berhasil mendapatkan hati Arum, dan menjadi kekasih nya,

" Kak Rangga..! Kok disini?,. "

Arum menghampiri Rangga yang masih duduk di atas motor nya,

" Ya mau jemput kamu lah Arum sayang, " Rangga menjawab pertanyaan Arum sambil menoel hidung mungil Arum,

Arum yang mendengar Rangga mengucapkan kata sayang, membuat kedua pipi nya Merona merah karena malu,

"Aduhh sakit mata aku jadi nya., Udah sana buruan pulang jangan bikin Jiwa jomblo ku meronta-ronta ya, " Ucap Lulu dengan memanyunkan bibir nya,

" Iya..iya aku pulang dulu ya, jangan lupa titipan aku ok! Makasih ya, dan maaf udah merepotkan, " Arum berucap sambil menaiki motor Rangga, bersiap untuk d antar pulang oleh kekasih nya,

" Ok aman pokonya, " Lulu mengacungkan kedua jempol nya,

" Sayang.. kamu udah makan? Mau beli sesuatu dulu nggak?, " Rangga bertanya dengan mengelus tangan Arum yang melingkar di pinggang nya,

Rangga sangat mencintai Arum, walaupun sang Nenek menentang hubungan mereka,

menurut Sang Nenek Arum tidak pantas bersanding dengan Rangga cucu nya yang ganteng, Kebanggaan nya,.

Sedang Arum hanyalah gadis yatim dan miskin, tidak setara dengan mereka yang kaya di Desa itu, Walaupun Arum cantik tapi cantik saja tidak cukup untuk menjadi bagian dari keluarga mereka,

" Belum.. tapi aku di sanguin lauk sama sayur ini sama Bu Yanti, jadi sampe rumah langsung makan,. Nggak ada yang perlu di beli Kak, Langsung pulang aja, "

Setelah beberapa saat mereka telah sampai di depan rumah, Rangga menghentikan motor nya dengan masih memegang Tangan Arum,

" Besok aku jemput ya kita jalan-jalan, jam 10an aku kesini! "

" Iya, makasih ya Kak aku masuk dulu, ” Arum segera turun dari boncengan Rangga. dan melambaikan tangan nya mengiringi kepergian kekasih nya,

Setelah Rangga sudah tak terlihat lagi, Arum berbalik badan hendak masuk kedalam Rumah,

" Wahh enak banget ya yang keluyuran terus sama laki-laki, Pulang-pulang udah bawah tentengan aja nih, " Wati yang berdiri di ambang pintu, menyindir Arum dengan sinis,

Definisi dari hati yang dengki,

.

.

Next...

mohon dukugan nya ya bestie🤗

like dan komen jangan lupa,😍

mohon maaf bila banyak Typo 🙏

Love you all 😘😘

Pilih kasih

Plak!!!

Arum memegang pipi nya yang kebas, Kepala nya berdenyut seiring dengan rasa perih yang menjalari sebelah wajah nya, Lagi dan lagi dirinya harus menerima ketidak adilan dari sang Kakek,

Atas sesuatu yang tidak dia lakukan, Menggapa selalunya seperti ini, Kakek nya hanya mau percaya perkataan Wati sepupu nya, Tidak kah Kakek nya bisa melihat selama ini dirinya sering sekali mengalah dalam hal apapun,

" Aku sudah sering bilang sama kamu, jangan pernah merusak barang-barang cucuku! "

Yono berteriak nyaring setelah melayangkan satu tamparan kepada Arum, Yang bahkan belum sempat mendudukan diri nya di lantai, Sore itu,

Tangan kasar nya selalu ringan kala melayang di tubuh Arum, Apapun yang di ucapkan Arum selalu di abaikan, walaupun itu adalah kenyataan,

" Kamu juga selalu keluyuran dengan laki-laki setiap pulang sekolah, Mau jadi apa kamu ini haa!, " Suara Yono menggelegar di rumah sempit nan sederhana itu,

"Kakek sering sekali menampar aku. hanya karena terlalu percaya perkataan Wati.! "

Arum berkata seraya melirik wajah Kakek nya yang datar, walaupun Kakek nya itu sudah uzur, Tetap saja tenaga seorang laki-laki sangat kuat, Apalagi Kakek nya itu pekerja kasar, Sudah tentu telapak tangan nya tidak lembut dah menambah rasa perih menggores pipi mulus nya.

"Aku pulang sekolah itu nggak kelayapan, Aku kerja,. Aku kerja untuk menghidupi diriku sendiri. Aku mencari sendiri biaya agar aku bisa bersekolah, " Air mata Arum sudah mengalir tanpa perminsi

" Tidak seperti cucu kesayangan mu itu yang hanya bisa merengek minta Uang, dan malas nya sampai ke ubun-ubun, "

Yono mengatupkan mulut nya dengan rapat, mendengar perkataan Arum, Dirinya selalu naik pitam saat mendengar aduan Wati tentang Arum,

Sedang Wati tersenyum penuh kepuasan, Tak memperdulikan sindiran Arum padanya,

Dirinya sangat puas dengan apa yang dia lihat hari ini, Sebuh pemandangan yang sangat menyenangkan bagi nya, Ya itu penderitaan Arum,

Wati yang dengki dan iri akan paras cantik Arum, Arum yang memiliki kulit putih warisan dari Ayah nya, bibir penuh dan terbelah dagu nya lancip, Tidak heran jika banyak teman sekolah nya yang menaruh hati pada Arum.

Dan Wati menjadi tempat penitipan salam hampir setiap hari sedari mereka duduk di bangku Sekolah menengah pertama,

Sangat berbeda dengan paras Wati yang memiliki kulit gelap dengan postur pendek, hanya sebahu Arum yang tingginya 165 cm, Dada nya penuh dan montok memiliki bo Kong yang bulat dan padat,

Sedang Wati dirinya hanya memiliki kelebihan di bagian bo kong nya saja,Sedang area Dada nya sangat kecil, Itulah yang membuat nya sangat Iri sejak mereka Remaja,

Kedengkian nya semakin bertambah dengan Arum yang berpacaran dengan Rangga lelaki yang dia sukai, Namun sayang tak dilirik sedikitpun oleh Rangga,

Hatinya panas setiap kali teman laki-laki nya menitip salam untuk Arum, Bahkan tak jarang mereka juga menitip kan hadiah, yang tentu saja tidak pernah sampai ke tangan Arum.

" Wati.. kamu kenapa sih selalu saja memfitnah aku yang enggak-enggak,

Memanggangnya aku salah apa sih sama kamu ha!. "

Arum menoleh ke arah Wati yang masih tersenyum-senyum sendiri kala melihat nya di tampar oleh Yono,

" Apaa! memang betul kan kamu yang rusakin baju aku?.Kamu iri kan sama aku yang bisa beli baju bagus!, Sedang kan kamu nggak, " Sahutnya membela diri,

"Aku nggak bodoh ya Ti! aku tahu trik kamu yang pengecut kek gini!, dari dulu alasan yang kamu bikin untuk menyalahkan aku kan itu-itu saja, " Arum melirik Yono yang tengah menghisap rokok nya di atas dipan yang berada di dekat dapur, tanpa rasa bersalah sedikitpun setelah menampar pipi cucu nya,

" Dari jaman kita kecil sampai sekarang trik yang kamu lakukan selalu sama, ya itu merobek bajumu sendiri, Lalu menuduh ku sebagai pelaku nya, "

Wati terdiam kala mendengar ucapan Arum, yang memang benar ada nya itu,. sudah berapa baju yang dia korbankan demi melihat Arum menderita,

" Dan lebih parah nya lagi yang mendengar aduan kamu itu malah menelan bulat-bulat saja apa yang kamu katakan, Tanpa memikirkan apa benar kah, salah kah "

Yono yang mendengar perkataan panjang lebar Arum, Tersedak asap rokok nya sendiri,

Yono merasa tersentil, Memang benar ada nya jika dirinya selalu mempercayai Wati ketimbang Arum, karena dirinya amat menyayangi Wati daripada cucu-cucu nya yang lain,

Wati salah tingkah medengar Ucapan Arum,

Sedang Siti yang tengah berada di dapur itupun keluar dan menegur Arum,

" Kamu itu jangan begitu sama orang Tua, dikasih tahu jangan melawan dengarkan dengan baik, " Siti berucap seraya mengambil bungkusan yang di tenteng Arum,

" Kamu itu seharus nya berterima kasih karena telah di rawat dengan baik disini, Kamu besar dari keringat Kakek dan nenek mu, " Lanjut nya sambil melirik Wati yang diam saja,

" Jangan banyak mengeluh, seharus nya kamu sadar diri Ayah mu tidak meninggalkan warisan apapun untuk mu, Ibumu pun demikian, Pergi merantau sampai sekarang tidak ada kabar nya, mengirim uang saja tidak"

Arum selalu merasa sedih jika sang Nenek mulai mengungkit kedua orang tuanya yang tidak meninggalkan warisan ataupun uang untuk nya,

Setiap kali Arum membela diri, Siti selalu menyinggung kedua orang tua nya,

Sedih. tentu saja merasa di asingkan sebagai cucu. Tidak di sayang, kedua Nenek dan Kakek nya pilih kasih, mereka condong ke Wati,

.

.

Next...

jangan lupa like nya ya bestie 🤗

mohon maaf bila banyak Typo 🙏

terima kasih 🙏🤗

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!