NovelToon NovelToon

Dikejar Cinta Pak Polisi

What A Day?

Krriiiingggggg........... krrriiiiingggggggg.............. krriiiinggggggg............ krrriiiingggggggg.............

Alarm di meja nakas dari tadi pagi terus berbunyi untuk membangunkan empunya. Namun yang terbangun justru malah seisi rumah. Bunyi yang sangat keras itu tetap tidak membangunkan gadis cantik yang baru terlelap jam 4 pagi tadi.

"Anyaaaaaa..Banguuuunnnnnn, alarmnya berisik banget dari tadii" teriak Sonya kakak dari gadis yang masih bermimpi itu. Sonya kembali berteriak dan menggedor-gedor pintu kamar adiknya.

Gadis cantik berkulit putih itu langsung terperanjat kaget karena gedoran dari kakaknya yang udah serasa mau ngerobohin pintu kamarnya, super kencang. Dengan mata yang masih sangat lengket Ia melihat jam alarm di nakas dekat kasurnya. Matanya terbelalak, bola mata serasa mau lompat dari tempatnya.

"Siaaaaallllllllll..." gumamnya

Hari ini Anya ada janji bertemu dosen untuk presentasi rencana proposal tugas akhirnya di kampusnya jam 9 pagi, tapi sekarang sudah jam 8.30 belum perjalanan dari rumah menuju kampus yang pasti jalanan akan macet. Semalam Anya sudah mensetting alarm jam 7, tapi karena terlalu capek menyelesaikan tugas dari Pak Agung si dosen killer jadilah Anya kesiangan sekarang.

"Aaahhh telat deh ini pasti ketemu dosennya" gerutu Anya yang langsung bergegas ke kamar mandi untuk melakukan ritual mandi bebek atau mandi 3 jari. Anya hanya sekedar cuci muka dan gosok gigi, buang air kecil dan berlari ke walk in closet mencari pakaian.

Hari ini ada jadwal presentasi, maka Anya harus berpenampilan rapi. Aturan di kampusnya kalau mau presentasi harus menggunakan bawahan kain, entah rok atau pun celana kain. Ia mencari rok hitam dan kemeja di walk in closetnya, namun roknya tak juga ketemu. Pikiran Anya semakin bingung, dari pada walk in closetnya berubah jadi gudang pakaian, mending pinjem ke Kak Sonya aja.

Anya bergegas keluar kamar dan langsung nyelonong ke kamar kakaknya. Ia mengobrak abrik kamar kakaknya dan menemukan rok kain hitam.

"Yesssss dapeeetttt" Anya bersorai. Langsung kembali ke kamar dan berpakaian. Rok hitam Sonya sangat ketat dipakai Anya, karena memang perawakan Anya yang lebih tinggi dari kakaknya. Awalnya Anya agak risih, tapi mau bagaimana, daripada gak jadi presentasi malah harus ngulang jadwal janjian lagi.

Setelah rapi gadis berambut lurus itu langsung menuruni tangga rumahnya, mencomot selembar roti di meja makan, mencium pipi mamanya yang duduk di meja makan dan langsung keluar sambil meninggalkan mama dan kakaknya yang melongo di meja makan.

"Berangkat dulu maaa, love youuu. Kak, aku pinjem roknya.." ucapnya sambil berlalu dan menghilang dari pandangan keluarganya.

Ia langsung menyalakan mobil dan mobil putih kesayangannya siap berjalan membelah ibukota. Jalanan pagi ini tidak terlalu macet, Anya merasa lega setidaknya kemungkinan masih bisa tidak terlambat sampai di kampus. Sekitar 2 km dekat kampus, mobil Anya berjalan tersendat, membuatnya kebingungan. Mobilnya mogok, dan mengeluarkan asap dari kap mesinnya. Anya kebingungan dan langsung turun dari mobilnya.

"Aaaaaahhhhh kenapa mesti mogok sekaraaangggg" rengeknya sambil menendang ban mobilnya. Ia ingat bahwa sudah seharusnya si putih, panggilan untuk mobilnya, di servis 2 bulan yang lalu. Tapi karena Anya repot dan super sibuk di kampus Ia tidak ingat dan berujung naas. Anya mengambil handphone di kantong kemejanya dan menelpon bengkel langganan. Untung montir segera datang dan menderek mobil Anya. Sekarang hanya tersisa Anya berdiri di pinggir jalan sambil menunggu taxi online.

***

"Anyaaaaa, cepataaaannnnn. Pak Dono barusan dateng" seru Oki setelah melihat Anya datang dari kejauhan.

"Ngawur lu, Pak Gusti namanya. Ntar orangnya denger berabe lu" jawab Anya sambil berlalu meninggalkan Oki.

"Lah abis mirip sama Dono sih" jawabnya walaupun mungkin sudah tidak terdengar oleh Anya.

Anya berlari menuju ruangan Pak Dono eeh Pak Gusti dan untungnya dosennya tidak menunggu terlalu lama karena dosennya juga baru saja datang di kampus.

2 jam berlalu, syukurlah presentasi Anya berjalan lancar, sehingga Ia bisa melanjutkan proposal tugas akhirnya. Rencananya Ia akan mengambil sks tugas akhir semester depan, tapi Ia menyiapkan rencana proposalnya mulai semester ini agar semester depan Ia tinggal melakukan penelitian dan sidang.

Anya seorang mahasiswi jurusan teknik sipil semester 6, Ia berkuliah di kampus terbaik di ibukota. Selain penampilannya yang cantik dan menarik, Anya juga punya kecerdasan yang sangat hebat. Ia menjadi asisten dosen untuk 3 mata kuliah, belum lagi Ia juga menjadi salah satu ketua untuk seluruh asisten dosen. Belum lagi prestasi sejak SMP Ia sudah mengikuti olimpiade matematika dan fisika. Sehingga sejak awal masuk kuliah, IPK Anya selalu sempurna.

Setelah keluar dari ruangan Pak Gusti dengan senyum sumringah, Anya ke kantin untuk mencari sohibnya.

***

"Nanti malam kita lakukan patroli untuk menemukan bandarnya!" Ucap lelaki berbadan kekar sambil berdiri di depan rekan-rekan kerjanya.

"Siap komandan" seru semua menjawab perintah atasannya.

"Baik kalau begitu, semua berkumpul di titik jam 9 malam, kita berangkat jam set 10 untuk memantau. Ingat, jangan bertindak sebelum ada perintah. MENGERTII?"

"MENGERTI"

"Bubar jalan" semua menuruti komando dari atasannya untuk bubar dari rapat guna melakukan patroli malam ini.

Brigadir Yoga, lelaki tampan berusia 29 tahun ini bekerja untuk menangkap gembong narkob*. Ia mendapat laporan dari masyarakat bahwa disekitaran jalan Arjuno sering ada transaksi narkob* yang juga selalu diselingi dengan mangkalnya para wanita penghibur. Laporan ini sudah diterima beberapa kali dan cukup meresahkan warga. Sehingga malam nanti Yoga dan anak buahnya berniat untuk melakukan patroli dan mencari tau apakah ada transaksi narkob* di tempat yang di maksud.

"Serius amat Boss" goda Iwan yang menerobos masuk ke ruangan Yoga.

"Lain kali ketuk pintu dulu, kebiasaan banget" Protes Yoga.

"Yaelah, kayak sama siapa aje lu. Gini gini kan gue calon adik ipar lu" lanjut Boy sambil cekikikan.

"Ogah gue, gak bakal gue restuin lu sama Gina. masa iya gue punya ipar ngerepotin setiap saat" ejek Yoga.

"Awas lu, ntar si Gina klepek-klepek sama gue lu yang bingung. secara gue ganteng gini, polisi, kurang bersahaja apa lagi coba." cerocos Boy menyombongkan diri.

"Sana keluaaar, gue mau lanjut bikin laporan buat patroli nanti. jangan ganggu-ganggu. ssiiuuuhh siiiuuuhhh" usir Yoga sambil mengibaskan tangannya.

"Okeeee byeee, kakak ipaaarr"

Boy dan Yoga berteman sejak mereka masuk ke akademi polisi. Mereka berteman dekat, ada juga Aron dan Jojo. Tapi karena perbedaan tempat bertugas mereka jadi jarang bertemu. Hanya dengan Boy yang kebetulan satu tempat tugas setelah 2 tahun ini Boy dipindahkan di kantornya mereka bisa sering bertemu lagi.

***

"Haaaiii gaessss" sapa Anya sambil menepuk pundak Oki sohibnya dari jaman ospek.

"Haiiii Bu dosen" jawab Ika dan Mela sambil cekikikan melihat penampilan Anya yang gak biasanya. Anya ikut terkekeh karena tau teman-temannya pasti bakal ngeledekin penampilannya.

"Dapet dari mana lu rok seksi begitu?" tanya Mela.

Anya duduk di samping kursi Oki, berhadapan dengan Mela dan Ika. Rok yang dipakai Anya memang cukup pendek, sehingga menampilkan paha putih mulusny saat Ia duduk. Oki yang risih melihatnya terpaksa melepaskan jaket untuk menutupi paha Anya.

"niiihhh pake ini buat nutupin" desak Oki yang mulai risih karena banyak mata yang menatap Anya dengan rok seksinya.

"Makasih Ki" jawab Anya sambil mengambil jaket dan langsung menutup setengah pahanya yang terekspose.

"Gue pinjem rok ini dari Kak Sonya, rok gue entah kemana. eehhh gak taunya pendek banget roknya pas di pake duduk karena ketat banget nih" keluh Anya

"Terus lu gak bawa baju ganti? mau seharian pakai baju gini?" Ika menimpali.

"Baju ganti gue di mobil, mobil gue mogok dan lagi di bengkel. Hari ini gue sial banget pokoknya, karena tugas dosen killer itu jadi kesiangan bangun dan buru-buru" Anya kembali mengeluh. teman-teman gesreknya bukannya simpatik malah ngakak berjamaah semua mendengar kesialan Anya.

Teman-temannya gak ada yang mengambil mata kuliah si dosen killer, karena memang mata kuliah itu jadwalnya masih semester depan. Anya yang ingin segera mengambil tugas akhir semester depan, terpaksa mengambil mata kuliah dosen killer semester ini sendirian dan sekelas dengan senior.

"Lu sih kerajinan, pake ngambil matkul si killer sekarang, semester ini aja udah berat, Nya" celoteh Mela

"Ya lu tau sendiri gue pingin cepet lulus, demi nyokap gue. tapi si killer itu ya emang ada aja caranya buat ngerjain mahasiswa tau gak. kayak gak puas kalau mahasiswa itu nganggur dikit, tau nganggur dikit langsung dikasih tugas, deadlinenya dadakan. ampuuunnn dah tuh orang yah" curhat Anya panjang lebar.

"Yaudahlah, yang penting udah selesai kan tugasnya. Gue beliin es teh dulu biar lu adem gak emosi." jawab Oki sambil berdiri menuju ke kasir kantin untuk memesan.

"Nya, lu kenapa gak jadian sama Oki siiih? dia tuh naksir deh kayaknya sama lu" tanya Ika bisik-bisik

"Naksir dari hongkong, Oki tuh udah punya pacar gaes, pacarnya LDR makanya jarang ada yang tau. gue mah cuma temen deket doang, kita dari ospek udah akrab bangeeet"

"Beneran udah punya pacar? anak mana emang? LDR ke kota mana?" cerocos Ika yang keponya luar biasa

"Anak Jogja kalau gak salah, gue juga jarang nanya kok, gue gak terlalu kepo sama urusan pribadi orang, sekalipun itu sohib gue. tapi lu kok kepo banget sama Oki, jangan jangan lu yang .... "

"Jangan jangan apaan nih?" Tanya Oki yang membawa segelas es teh buat Anya.

"Tau tuh, tanya sendiri sama Ika. kepo tuh dia sama luu" jawab Anya asal sambil mengambil es teh dari tangan Oki dan menenggaknya dengan cepat.

"Haah, kepo apaan Ka?"

"Iiih enggak kok, orang gue cuma nanya gak jelas aja. Udah yuukkk abis ini masuk kelasnya Pak Dwi cepetin minumnya" Ika mengalihkan obrolan dan langsung menenggak jus melon dihadapannya.

Keempat pemuda pemudi itu kembali ke jurusannya dan mengikuti perkuliahan hingga sore.

***

"Balik dulu yah, ntar malem gue ada janji ngedate" pamit Mela pada ketiga temannya.

"Oke ttdj" seru ketiganya

"Nya, lu balik jam berapa?" tanya Ika dengan mata berbinar

"Gue balik maleeem banget kayaknya. Hari ini ada dua asistensi, jadi pasti sampe malem banget"

"Yaaahhh, gue gak bisa nebeng dong" jawab Ika dengan raut kecewa

"Gak balik malem pun gue gak bisa nebengin, secara mobil gue di bengkeeel. si putih nginep di bengkel kayaknya sampe besok lusa"

"Yaaahhh, makin sedih deh gue. Kalau lu, Ki?" tanya Ika berharap pada Oki.

"Gue ada jadwal asistensi juga ntar malem, sorry banget" jawab Oki.

"Sorry yah Ka, next kalau si putih udah sehat gue tebengin deh" janji Anya.

Ika memang lebih sering bareng Anya karena kosannya searah dengan arah rumah Anya, kalau dengan Mela bagaikan ujung ke ujung.

"Yaudahdeh kalau gitu, gue pesen taxi online aja" dengan terpaksa Ika pun pulang dengan taxi online karena kedua sahabatnya tidak ada yang mau mengangkut.

"eeh Ki, lu selesai asistensi jam berapa nanti?" tanya Anya

"Malem Nya, jam 10 paling baru selesai. soalnya ngejar deadline nih, belum lagi ada anak yang belum paham materinya, mesti ngajarin ulang lagi jadinya. Lu mau nebeng balik?" selidik Oki.

"Hehehehe kok tau aja lu. Iya nih, gue nebeng yah, gue perkiraan selesai jam segitu juga. mau naik taxi online agak serem Ki, tadi pagi aja gue diliatin atas bawah sama drivernya, yaaah yaaah pliiisssss, besok gue traktir es teh deeeh" rayu Anya sambil menyatukan kedua tangannya di atas dadanya ditambah bibirnya yang dimonyong-monyongkan khas anak kecil yang minta mainan.

"Iya iya deh gue tebengin, tapi gue naik motor nih. Lu gapapa? secara rok lu pendek gitu"

"Gapapa lah, dari pada naik taxi online lebih serem malem malem begitu hiii" jelas Anya sambil begidik ngeri membayangkan tatapan driver taxi online tadi pagi yang terperangah dengan rok seksi yang digunakan Anya.

"Oke deh, ntar gue tebengin, tapi gue alasan dulu ke pacar gue. Gue bilang ntar nebengin Andi pulang. secara lu tau pacar gue posesif banget kalau tau gue deket sama lu"

"Sip deh, lu atur dah alasan apa aja. yang penting gue balik dengan aman. lagian cewek lu ngapain cembokur amat sama gue coba, kita kan cuma temenan. jangan jangan cewek lu takut lu minta jatah sama gue yah?" tanya Anya dengan tatapan nakal dan menahan tawa.

"Jatah apaan woooiii? ngawuuur aja lu, gue gini gini cowok terhormat yah, perjaka ting ting gue" teriak Oki menjelaskan yang disahut suara tawa Anya yang merasa lucu melihat ekspresi Oki tidak terima.

"Gue bukan cowok murahan lah yaaawww" goda Oki dengan gaya bences, tangan kanannya ditekuk dan mencolek lengan Anya. Anya makin terbahak dengan ulah kocak sahabatnya ini.

Alasan Anya nyaman sahabatan sama Oki, selain dia gak neko-neko, Oki juga tergolong cowok yang gak berani macem-macem sama cewek. Di teknik pasti banyak teman cowok seangkatan Anya, tapi jarang yang bisa nganggep cewek itu bener bener harus di jaga. Kadang ada juga cowok-cowok ngumpul gosipin temen seangkatan yang diem-diem keliatan warna pakaian dalamnya dan itu membuat Anya sedikit gak nyaman untuk berteman dekat dengan cowok seperti itu. Beda dengan Oki yang menganggap cewek diangkatannya itu selalu butuh perlindungan. Selain penampilannya cukup ganteng, Oki juga pintar. Hanya saja dia tidak ingin seperti Anya yang lulus cepat, dia hanya ingin menikmati masa kuliahnya yang tidak akan terulang lagi.

***

"Semua berkumpul" Teriak pemuda disamping Yoga.

Pemuda-pemuda yang berpakaian lengkap dengan rompi anti peluru dan juga senjat* itu mendekat untuk mendengar komando dari pimpinannya.

"Ingat, malam ini kita beroperasi di Jalan Arjuno. tetap fokus dan hati-hati. kalau ada yang mencurigakan infokan dulu kepada tim agar kita bisa melakukan sidak. PAHAM SEMUA?"

"PAHAM" teriak 8 pemuda serentak.

Mereka semua berpisah dan masuk mengendarai 2 mobil patroli berwarna hitam dan ada yang mengendarai sepeda motor 2 orang. Sebelum kendaraan yang mereka tumpangi satu persatu meninggalkan kantor polisi. Tak lupa Yoga dan timnya mengecek handy talky HT yang dimiliki, agar bisa tersambung dengan semua timnya. Setelah dirasa tidak ada kendala segera mereka melaju menuju lokasi untuk melakukan patroli malam ini.

***

"Balik sekarang?" Tanya Oki pada Anya yang sedang sibuk mematikan laptopnya setelah hampir 2 jam beroperasi untuk menjelaskan gambar teknik pada adik tingkatnya.

"Gue laper niiih Ki, makan bentar yuuuk. nih tadi sebelum asistensi gue udah pesen sate padang, eehhh keburu mereka dateng buat asistensi. Jadi terpaksa nahan laper deh sampe selesai."

"Lah gue juga laper nih" Oki memasang wajah khas bocah cilik yang merayu mamanya.

"Tau gueee, niiih yuk sini gue pesen dua kok tadi, sengaja buat lu emang" ajak Anya sambil menggeser duduknya agar bisa ditempati Oki yang sedari tadi berdiri menunggu Anya.

"Aaah gak nyangka gue, lu tuh selain cantik baiiiikkkk lagi, Nya. beruntung deh yang dapetin lu, cuma sayang yang dapetin belum keliatan batang hidungnya sampe sekarang" goda Oki

"Iye iye gue jomblo dari lahir. Puas luuu, tapi gini gini gue high quality jomblo tau" jawab Anya sambil menyomot sate padang di depannya.

"Lu standartnya ketinggian, Kak Bima yang idaman kampus aja lu tolak Nya. parah emang lu. kurang apa coba, dia udah ketua BEM, ganteng, pinter, tajir pulaaa"

"Kuruang suatuu luagii, pulayybuooyyy juguaaa" jawab Anya sambil terus melahap ketupat dan satenya hingga pipinya menggembung.

"Ahahaha suiapa tau buisa tuobat Nyua kualau suama lu" jawab Oki asal.

Bima memang cowok idaman di jurusan mereka sekaligus senior yang setahun diatas mereka. Sejak mahasiswa baru, Bima langsung meluncurkan aksi mendekati Anya yang memang menarik perhatian. perawakan yang putih bersih tinggi dan menarik tentu pemandangan langka di wilayah teknik. Tapi Anya menolak mentah-mentah. Banyak yang menyayangkan karena jelas kalau mereka jadian bakal seperti pasangan-pasangan yang di webtoon. Anya tau kalau Bima mendekatinya karena gengsi, bukan karena benar-benar tertatik. Anya hanya menganggap pacaran akan membuang waktu belajarnya, apalagi pacaran dengan orang yang tidak membuatnya tertarik.

"Yuukk cuss" ajak Anya setelah menenggak minumnya hingga tetep terakhir.

"Yuuukkk" jawab Oki. Mereka berjalan beriringan menuju parkiran motor yang mulai sepi.

"Lewat jalan Arjuno aja ya, secara lu gak pakai helm , gue takut ada razia"

"Emang ada razia malem-malem begini?" tanya Anya sambil naik ke motor laki milik Oki. Ia duduk miring dengan menutup paha yang terekspose dengan tas pundaknya. sedangkan laptopnya dititipkan ke ransel Oki.

"Polisi jaman sekarang rajin Nya, coba lu liat acara 68, mereka razia malem kan"

"Yeee, itu kan razia narkoboy, bukan helm Kiiiiii" jawab Anya sambil menepuk punggung Oki. Mereka berlalu meninggalkan kampus menuju jalanan yang sudah mulai sepi karena jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.

***

Yoga dan timnya sudah bersiap di titik lokasi patroli. Pengendara sepeda motor ada yang berkeliling untuk mengecek kondisi di sekitar jalan tersebut. Ada beberapa pemuda yang asik nongkrong dan ketahuan mabuk dan berjudi diamankan dan dibawa ke kantor untuk diminta keterangan.

Tak berlangsung lama Oki dan Anya melewati jalan itu, namun karena adanya pengamanan para pemuda yang mabuk itu terpaksa mereka berhenti karena menghalangi jalannya sepeda motor Oki.

Ketika sedang memaksa masuk para pemuda masuk ke mobil patroli, Yoga dan rekan polisi lainnya melihat Oki dan Anya. Yoga langsung menyuruh mereka berdua untuk menepi ke pinggir jalan. Seketika Anya panik.

"Ngapain Ki? Ada apaan ini?" Anya semakin bingung tak karuan dan mencerca pertanyaan ke Oki yang juga tidak mengerti alasan kenapa disuruh menepi.

"Selamat malam, mas mbak. Ini kenapa ya malam-malam sepi lewat jalan begini? apalagi mbaknya gak pakai helm, pakaiannya juga.. " Yoga tidak melanjutkan omongannya melainkan hanya melirik ke arah Anya dari atas hingga bawah.

"Kita baru selesai kuliah Pak, ini saya mau antar teman saya pulang ke daerah Cikini. Teman saya ini tadi pagi naik mobil berangkatnya, makanya gak punya helm pak, dan karena sudah malam juga gak bisa dapet pinjeman helm" jelas Oki ke polisi di depannya dan melirik Anya yang masih panik dan kebingungan.

"Kalau begitu bisa liat surat-surat kendaraan dan identitas dirinya mas, mbak"

Oki membuka ranselnya dan mengambil dompet di dalamnya. Ia mengeluarkan surat tanda nomor kendaraannya dan juga surat ijin mengemudinya. Tak lupa juga Ia menyerahkan kartu identitas serta kartu mahasiswanya kepada Yoga. Yoga mengecek satu persatu surat yang diberikan Oki dan mengangguk-anggukan kepalanya tanda bahwa identitas dan kendaraan yang Ia kendarai tidak ada masalah. Yoga melihat ke arah Anya, menunggu gadis cantik itu menyerahkan bukti identitasnya namun yang ditunggu malah sedang sibuk mengacak-acak tas jinjingnya.

"Siaaaallll" gumamnya. Anya tak menemukan dompetnya. Ia baru ingat kalau sedari tadi pagi dompetnya tertinggal di mobil. Ia tak menyadari karena seharian Ia melakukan traksaksi cashless. Saat naik taxi online dan memesan makanan dia membayar secara cashless sehingga tidak menyadari hal ini.

"Anuuu ummmhhh ituuu.. " Anya tergagap saat ingin menjelaskan dompetnya tertinggal. Ia agak takut melihat sorot mata Yoga yang tajam menatapnya seolah mengisyaratkan kalau Anya adalah cewek yang "gak bener".

"Dompet saya ketinggalan Pak, ta tapii saya beneran satu kampus sama teman saya ini pak. Kami baru pulang kuliah" jelas Anya.

"Hmmm baik kalau mbak tidak bisa menunjukkan identitas mbak, sementara mbak ikut kami ke kantor. Karena gerak gerik dan penampilan mbak mencurigakan, nanti mbak jelaskan di kantor saja." Yoga segera menarik lengan Anya untuk menuju mobil patroli. Anya makin takut dan panik.

"Pak, kok saya harus ikut ke kantor. ngapain pak?" sergah Anya sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Yoga.

"Okiii, tolongiiinnn Kiiiii.." Teriak Anya sambil melihat Oki yang berdiri panik melihat sahabatnya ditarik paksa.

***

Haiii haiii... terima kasih untuk supportnya buat yang membaca novel Dikejar Cinta Pak Polisi. Cerita ini adalah karya pertama dan murni imajinasi penulis, semoga bisa menghibur dan mohon masukan dari pembaca.

Love. AQS

Salah Tangkap

"Pak, kok saya harus ikut ke kantor. ngapain pak?" sergah Anya sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Yoga.

"Okiii, tolongiiinnn Kiiiii.." Teriak Anya sambil melihat Oki yang berdiri panik melihat sahabatnya ditarik paksa.

Oki berlari ke arah depan polisi yang menarik tangan Anya, dan berbalik badan.

"Pak, jangan ke kantor Pak. Kita jelaskan disini saja, ini sudah malam dan teman saya juga ditunggu keluarganya"

"Iya pak, saya panggil orangtua saya aja kesini" Anya menimpali dan memasang wajah memelas.

Tapi Yoga kekeuh menyuruh Anya dan Oki ke kantor polisi untuk memberikan keterangan. Mereka berdua pun pasrah dan masuk ke dalam mobil patroli. Sedangkan polisi lain ada yang membantu mengendarai motor Oki.

***

"Nama "

"Oki ,Pak"

"Nama lengkap" tanya polisi yang sudah agak tua itu sambil mengetik di depan komputernya. Oki dan Anya duduk berhadapan dengan polisi itu. Mereka melihat ada nama di dada polisi itu bertuliskan Helmi. Nama orang itu adalah Helmi. Mereka duduk berhadapan dan terhalang layar komputer yang agak menyerong di meja.

"Oki Herlangga"

"Usia"

"21 tahun"

"Alamat"

"Jalan Aluminium 34"

Polisi itu berganti menatap ke arah Anya untuk menanyakan data dirinya.

"Nama lengkap"

"Anya Meliana Wibowo"

"Usia"

"20 tahun"

"Alamat"

"Jalan Cikini 12 Blok B7".

Polisi itu terdiam dan kembali mengetik sembari menatap layar komputer.

Anya melihat sekeliling ruangan tempat mereka berada dan merasa tidak nyaman dengan pakaiannya. Ia melihat ke pintu yang terbuat dari kaca, sehingga bisa melihat yang terjadi di luar ruangan. Terlihat papan penunjuk nama ruangan tempat Anya berada, ruang penyelidikan.

"Ciiihh apa yang perlu diselidiki coba" batin Anya.

Tak berapa lama Anya menatap ke pintu ruangan, ada Yoga yang nampak berjalan menuju ke ruangan dimana Anya dan Oki berada. Anya menatapnya dengan tatapan geram. Ia merasa kesal dengan pemuda itu. Seenaknya saja main tangkap anak gadis orang tanpa mau dengar penjelasan. Anya langsung menyilangkan kedua tangannya di dada, melihat sinis ke arah Yoga yang memasuki ruangan. Yoga hanya melirik sebentar ke arah Anya, dan berbisik dengan Pak Helmi yang sedari tadi mengetik di depan komputer.

"Silakan pindah kesitu mas, mbak" ucap Pak Helmi sambil menunjuk meja di sebelahnya. Meja yang sama persis dengan meja komputer, hanya tidak ada komputer di depannya. Hanya ada beberapa lembar kertas dan juga map diatas meja tersebut. Anya dan Oki beranjak dan pindah ke tempat yang di maksud. Yoga lalu duduk di depan mereka berdua.

"Jadi gini mas mbak, karena kalian malam-malam masih berkeliaran, belum lagi mbaknya juga tidak pakai helm dan tidak bisa menunjukkan identitas jadi dengan terpaksa mas dan mbak kita amankan disini terlebih dulu. Kalau nanti mbak bisa menunjukkan bukti identitas mbak yang benar maka saya bisa membebaskan" jelas Yoga pada kedua muda mudi di depannya itu.

"Tapi Pak, saya dan teman saya kan sudah menjelaskan tadi kalau kita baru pulang kuliah. Temen saya juga udah ngasih bukti identitas yang jelas. Kita emang beneran mahasiswa Pak. gak ada gunanya juga kita keluyuran malam begitu gak jelas" jawab Anya.

"Tapi kita harus tetap mengikuti prosedur mbak. karena banyak sekali orang yang membuat kebohongan disaat seperti ini. makanya kami butuh bukti yang jelas yang bisa menunjukkan identitas mbak, kalau tidak dengan terpaksa mbak dan mas tetap disini dulu"

"Jadi maksud bapak kami bohong gitu? apa gunanya pak buat saya?" jawab Anya dengan nada mulai meninggi.

"Nyaaa tenang.. tenangg.." bisik Oki sambil memegang lengan Anya agar tetap tenang dan tidak terbawa emosi.

"Gini mbak, disaat begini ini banyak sekali kasus yang terpaksa berbohong untuk dibebaskan. saya sudah menangani banyak orang, jadi saya tidak bisa langsung percaya tanpa bukti. Saya juga gak tau kalau mbaknya sama masnya apa cuma temenan, apa ternyata pacaran. bisa jadi mas dan mbak bukannya mau pulang, tapi mau ke hotel atau mau dugem. apalagi pakaian mbak yang kurang bahan begini. Karena di jalan Arjuno itu banyak keluhan warga tentang transaksi narkob* dan juga wanita panggilan. Jadi jangan salahkan kami, buktikan dulu identitas mbak agar kami bisa segera membebaskan kalian." jawab Yoga dengan tegas.

Nyuuuuutttt.. Hati Anya begitu teriris. Baru kali ini dia mendapat ucapan yang begitu merendahkan harga dirinya. Mau dia berpakaian seperti apapun seharusnya polisi ini tidak berhak menghakiminya mau ke hotel atau dugem sekalipun, apalagi seperti menuduh bahwa Ia adalah wanita panggilan.

Brraaaaakkkkkkkkk.. Anya langsung berdiri dan memukul meja. Anya emosi mendengar ucapan lelaki kekar dihadapannya. Dengan mata tajam Ia melihat lelaki itu yang menatapnya tak kalah tajam juga. Seperti akan ada peperangan diantara mereka. Lelaki itu tetap duduk di kursinya dan melihat sinis Anya yang sudah seperti sangat terbakar emosi.

"Sudah sabar sabarrr Nyaaa... sabaaarrrr" Oki menarik tangan Anya agar kembali duduk dan tenang. Tapi Oki tau kalau Anya sudah terlewat sabar dan menahan emosi sedari tadi.

Yoga tersenyum tipis seolah menghina Anya yang mudah terpancing emosi. Jelas saja Anya emosi, seumur hidup baru sekarang Ia berurusan dengan kepolisian. Bahkan dia tidak melakukan apapun yang salah, yang ada malah dituduh sebagai wanita panggilan.

"Baik saya buktikan. Saya pastikan saya akan buat Bapak malu dengan ucapan Bapak tadi" Jawab Anya bergegas menghampiri meja Pak Helmi yang menyaksikan percakapan sengit tadi.

"Permisi Pak, saya mau pinjem handphone saya dan telpon kantornya. saya mau telpon orangtua saya."

"I-iya mbak, tapi untuk sementara tetap saya awasi yah mbak"

Handphone Anya dan Oki serta kartu identitas Oki memang disita oleh Pak Helmi sejak baru tiba di kantor. Karena untuk menghindari mereka menutupi sesuatu.

Setelah menjelaskan kondisi lewat telpon kepada mamanya, Anya menutup telpon dan menunggu kedatangan mamanya. Ia melenggang ke kursi panjang yang biasanya digunakan untuk menunggu antrian kalau ingin melaporkan sesuatu. Ia menatap tajam ke arah Yoga yang ada diseberangnya. Hatinya sungguh terbakar emosi melihat lelaki itu, lelaki yang tidak punya hati baginya.

"Ucapannya sungguh keterlaluan. Awas saja dia." Batin Anya.

"Sorry yah Ki, gara-gara gue, lu jadi kena masalah juga disini" Bisik Anya, yang membuat Yoga menoleh ke arah Anya dan Oki.

"It's Okay. udah lu sabar aja. Kita tunggu nyokap lu datang."

"Iya, makasih"

Yoga menatap dengan tatapan sinis.

"Bilangnya temenan tapi kelakuan kayak orang pacaran. Dasar anak muda jaman sekarang." batin Yoga.

***

"Malam maa.."

"Tumben pulang jam segini Sonya, biasanya subuh baru pulang" sindir mamanya.

Biasanya Sonya memang baru pulang ke rumah saat subuh, dan kembali bekerja jam 10 pagi. Jadwalnya sangat padat sebagai dokter spesialis bedah.

"Iya ma, lagi capek mau istirahat. hari ini juga gak ada jadwal operasi kok, sonya juga kangen masakan mama yang supeeeer enaaakkk" rayu Sonya sambil memeluk mamanya yang duduk di sofa sambil menonton tv. Sonya tau kalau mamanya sangat kesepian seorang diri dirumah karena adiknya juga sering pulang malam hari karena banyaknya tugas kuliah.

"Anya belum pulang ma?"

"Belum tuh, abis ini mungkin. yaudah sana makan dulu." Jawab Mama Meli sambil mengikuti Sonya menuju meja makan.

Meliana Purnomo atau mama Meli panggilan dari customer langganan bakery milik mama Meli. Mama Meli sudah lama menjadi janda dan menjalankan usaha bakery hingga sangat sukses dan punya banyak cabang di berbagai kota. Suami Mama Meli meninggal karena kecelakaan saat Sonya dan Anya masih kecil. Tepatnya saat Anya masih 2 tahun. Hal itu membuat mama Meli menjadi wanita karir yang sukses guna melupakan kesedihannya. Sebenarnya sepeninggalan suaminya pun mama Meli tak perlu bekerja sangat keras untuk menafkahi Sonya dan Anya, karena memang mama Meli berasal dari keluarga yang kaya. Keluarganya mempunyai sebuah rumah sakit di tengah kota yang sangat maju. Akan tetapi hobi mama Meli yang suka membuat kue dan juga tidak mengerti dunia kesehatan, Ia lebih memilih membuka usaha sendiri. Selain itu dengan membuka usaha yang sesuai dengan hobinya, bisa membuat Mama Meli sedikit melupakan kesedihannya setelah ditinggal oleh mendiang suaminya.

trriiiinggg trriiiinggg..

Handphone Mama Meli yang ada di meja ruang keluarga berbunyi nyaring khas nada dering handphone emak-emak yang mesti super kenceng. Mama Meli mengecek siapa penelpon diseberang sana, namun hanya ada deretan nomor seperti nomor kantor yang tertera di layar smartphonenya.

"Halooo"

"Halooo, ma. Ini Anya"

"Anya, kamu dimana nak? kok telpon pake nomor ini? ini nomor siapa?"

"Ma, tolongin Anya. mama bisa kesini gak? tadi Anya ketangkep razia polisi gitu pas mau balik sama Oki. karena dompet Anya ketinggalan di mobil, mau gak mau Anya harus ikut ke kantor. Anya ada di kantor polisi daerah Arjuno ma. Tolong kesini yah maaa, pliiissss" Ujar Anya sambil memohon.

"Iya iya nak, kamu tenang yaaah. Mama langsung kesana. Byeeee"

Klikk..

Mama Meli langsung mengambil kontak mobil dan tak lupa menghampiri Sonya di meja makan.

"Sonya, mama jemput Anya dulu yah. Anya gak sengaja ketangkep karena razia polisi. Jadi mama mau kesana dulu. Kamu dirumah aja istirahat yah"

Astaga ma, kok bisa sih. Sonya ikut yah ma. Biar mama gak sendirian" Bujuk Sonya yang khawatir dengan mamanya yang panik.

"Enggak usah nak, kamu dirumah aja. mama bisa kok sendirian. Kamu abisin makannya dulu terus istirahat yah" Mama Meli mengecup kepala Sonya dan berlalu.

"Ati ati yah ma." Ucap Sonya sambil memandang punggung mamanya yang menjauhinya.

***

"Permisi, saya mau cari anak saya. Tadi katanya dibawa kesini karena razia"

"Ooh iya, ibu masuk saja lurus. nanti di depan situ ada ruang penyelidikan, anak ibu disana"

"Baik, terima kasih Pak"

Mama Meli berlalu menuju ruang penyelidikan. Tanpa sadar ada yang mengenali suara Mama Meli dan berdiri di meja lobby sembari memastikan apakah suara itu adalah suara yang dikenalnya. Lelaki itu merasa yakin mengenal wanita paruh baya yang bergegas ke ruang penyelidikan tadi dan langsung mengikutinya.

tok tok tok..

"Mamaaaaa...." Seru Anya sambil memeluk mamanya.

"Ada apa ini Nak?" Tanya mamanya sambil mengusap-usap rambut Anya.

"Tau deh ma, ada polisi salah tangkep tuh." jawab Anya dengan cuek dan menunjuk ke arah tempat duduk Yoga dengan menggoyangkan dagunya sambil memonyongkan bibirnya.

Mama Meli melepaskan pegangannya dari Anya dan mendekati Yoga, Yoga sedari tadi berdiri mengetahui kehadiran Mama Meli.

"Silakan duduk Ibu" Ucap Yoga dengan halus mempersilakan Mama Meli duduk di depannya.

Anya memutar bola matanya merasa jengah dengan Yoga yang bisa berubah 180 derajat. Ketika ngomong dengannya sangat kasar, tapi ketika berhadapan dengan Mama Meli bisa lembut dan sopan.

"Jadi gini Ibu, anak Ibu kami bawa ke kantor karena tidak bisa menunjukkan identitasnya. Kami tidak bisa percaya begitu saja sebelum ada bukti, apalagi tadi anak Ibu berada di daerah yang memang sudah lama kami tandai" Jelas Yoga.

"Anyaaa kan?" Selidik Boy yang barusan masuk ke dalam ruangan.

Anya menoleh ke arah suara yang mengenalinya, begitupun Yoga dan Mama Meli.

"Siapa?" Jawab Anya sambil mengernyitkan dahi berusaha mengingat siapa orang tersebut.

"Iya, ini aku Boy. Teman SMA Sonya. Masih inget kan?"

"Astagaaa, iya kak. Anya baru inget"

"Assalamualaikum tante, ini Boy temen Sonya" Boy langsung mencium punggung tangan Mama Meli.

"Tante inget Boy, apalagi Nak Boy sering main bareng sama Sonya sama Iqbal. Mana mungkin tante lupa sama trio kwek kwek" Jawab Mama Meli dan Boy terkekeh sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Ada masalah apa ini tante? Kok bisa disini?" Tanya Boy.

"Ini nak, Anya tadi kena razia dan gak bisa nunjukin identitas jadi tante disuruh datang kesini"

"Oooh gituu, tenang tante. Biar Boy yang jelasin."

"Broo, ini adiknya temen gue, Sonya, sepupunya Iqbal. Lu kenal kan sama Iqbal." Bisik Boy ke Yoga dengan posisi berdiri merangkul pundak Yoga yang sedang duduk.

"Yakin Lu?"

"Yakin laaahh, udah bebasin Bro. Anak baik-baik nih. Gue jamin."

Anya berhasil bebas dari kantor polisi dan pulang bersama Mamanya. Malam ini menjadi malam yang sangat tak terlupakan buatnya. Ditambah wajah polisi yang benar-benar tidak ingin ditemuinya lagi.

di kamarnya saat memakai skincare, Anya meneteskan air mata mengingat penghinaan dari Yoga yang menuduhnya wanita panggilan. Seumur hidup Ia akan sulit melupakan tuduhan itu, apalagi tidak ada kata maaf yang Ia terima dari mulut polisi itu.

"Dasar polisi brengs*kkkkk, awas aja Lu" Batin Anya sambil menenangkan dirinya.

Malam ini terasa panjang, Anya meraih handphonenya dan mencari pesan grup untuk asistensi besok dan mulai mengetik.

"Mulai besok dan seterusnya tidak ada asistensi malam, besok saya bisa pagi jam 10 atau siang jam 2. Lewat jam 5 saya tidak ada asistensi."

***

Ting tooonggg..

Pintu terbuka..

"Ngapain Lu? Pulang ke rumah lu sana kalau ngantuk"

"Gak kuat gue pulang ke rumah, ngantuuukk. gue nebeng tidur disini dulu ya. Ntar malem gue jaga lagi soalnya. Lu hari ini kemana? bukannya lu libur ya" Tanya Boy pada Yoga.

"Kebiasaan lu itu ya. yaudah sana deh, gue mau ke kantor nanti ngasih laporan ke komandan, abis itu mau servis mobil, lu jangan berantakin apapun, ngerti"

"Iyeee" jawab Boy dan langsung terbang ke alam mimpi.

triiingggg.. Handphone Boy berbunyi menandakan adanya pesan singkat yang masuk. Yoga yang melihatnya tergeletak di meja tak sengaja membaca pesan singkat itu sedikit.

--Pagi Kak Boy. Kak, ini Anya. Anya dapet nomor kakak dari kak Sonya. Makasih banyak yah kak semalem udah bantuin Anya di kantor polisi.--

Yoga kaget melihat pesan dari wanita yang semalam emosi padanya. Yoga merasa bersalah atas semua yang menimpa pada gadis itu semalam, sebenarnya Ia ingin meminta maaf tapi karena Anya bergegas pergi Ia jadi tidak sempat meminta maaf atas kejadian kemarin. Yoga menyesalinya, ada perasaan menyesal sudah berkata kasar dan menyakiti Anya, padahal mengenal dan mengetahuinya saja tidak. Tak disangka ternyata gadis itu adalah sepupu dari dokter yang pernah merawatnya karena luka saat menghadapi residiv*s, dokter Iqbal.

***

"Yuuk berangkat sekarang"

"Yukk" Jawab Anya pada kakak satu-satunya.

Pagi ini Anya berangkat ke kampus bersama kakaknya. Beruntung Sonya juga tidak ada jadwal praktek terlalu pagi.

"Ma, Sonya sama Anya pamit yah" Ucap Sonya berpamitan dan mencium punggung tangan mama Meli disusul dengan Anya yang melakukan hal yang sama

"Hati-hati kalian yah"

Di mobil..

"Kak"

"Hmmmm"

"Kakak punya nomornya Kak Boy gak?"

"Buat apaan dek?"

"Anya kemarin belum sempet ngucapin terima kasih ke kak Boy atas bantuannya"

Oooh gitu. Kirain naksir. Yaudah sana cari di handphone kakak, cari kontak namanya BoboiBoy"

"Kok gitu namanya kak?" tanya Anya sambil tertawa dan mencoba mencari kontak yang dimaksud kakaknya.

"Ya dia dulu sok superhero banget makanya panggilannya boboiBoy"

"Tapi dia emang superhero kok, buktinya udah nolongin Anya"

"Eeehhh eeehhh ati-ati loh ya. jangan sampe terlena. Boy itu baik sama kamu karena kamu adik sahabatnya. Kalau bukan pasti udah dipacarin dan dimainin kamu. Dia itu playboy cap kambing guling deh"

"Masa sih kak? kok dulu dia baik banget kalau ke rumah?"

"Iya baik sama playboy itu beda Anyaaa. BEDA. pokoknya jangan sampe kamu terlena. cukup anggep Boy itu kakak. kakak gak rela kamu dimainin sama Boy nantinya"

"Iiissshhh kakak nih, siapa juga yang terlena. Anya kan juga gak tertarik pacaran. Anya cuma mau say thankyouuu ajaaa"

"Iyaaa iya, pokoknya kamu mesti cerita ke kakak kalau si Boy macem-macem. Okeee?"

"Iyaaaa kakak Sonya kuuu sayaaaaangggkuuu cintaaakuuuuu. kakak mah ngomongnya kayak yang paling pengalaman pacaran. Kita mah sebelas duabelas kak, gak pernah pacaran"

"Yeee, kakak mah realistis dek. Cowok itu bikin ribet kuliah dan kerjaan kakak. Belum juga kakak gak tega kalau mesti ninggalin mama nantinya"

Anya tersenyum dan mengangguk mendengar penjelasan kakaknya. Ia merasa yang diucapkan kakaknya benar. Dengan usia mereka yang sekarang kalau mereka jatuh cinta, pacaran dan nantinya serius, mau tidak mau mereka harus ikut dengan laki-laki yang mereka pilih dan ninggalin mama Meli sendiri. Mereka tidak ingin mama Meli sedih dan kesepian, sehingga mereka lebih memilih membentengi hati mereka untuk tidak jatuh cinta, entah sampai kapan.

***

"Pagi Pak" Sapa Polisi Helmi.

"Pagi, Pak Hemli."

"Pak, ini saya nitip laporan untuk komandan yah. Saya mau servis mobil soalnya. Nanti saya hubungi komandan kalau laporannya dititipkan ke pak helmi."

"Siaaap Pak Yoga. Oiya ini kemarin KTM mas mahasiswa kemarin itu ketinggalan Pak, gimana yah pak?" Ucap Pak Helmi

"Yaudah sini coba saya nanti kembalikan. kebetulan tempat servis mobil saya dekat sama kampus ini pak"

"Baik Pak, terima kasih"

Yoga berlalu dari kantornya menuju tempat servis mobil. Butuh waktu cukup lama karena antrian sudah ramai. Yoga memutuskan menunggu sambil mencari mahasiswa kemarin untuk mengembalikan KTMnya, sekaligus ingin meminta maaf kepada mereka.

Yoga masuk ke kampus Bina Nusabakti. Kampus terbaik di Ibu Kota, sudah pasti anak-anak berprestasi yang bisa masuk kampus itu. Ia mencari gedung teknik sipil, sesuai dengan petunjuk jurusan yang ada di kartu KTM itu dan sampailah Ia di gedung yang dituju. Seketika dengan mudah Ia menemukan laki-laki yang memiliki KTM tersebut. Oki memang sering nongkrong di depan jurusan bersama teman-temannya sambil menunggu kelas.

"Permisi" Ucap Yoga memecah perbincangan Oki dan teman-temannya. Oki menengok dan seketika mengenali Yoga. Polisi yang semalam menangkapnya.

"Pak polisi kemarin kan? Ada apa yah pak?" jawab Oki.

"Bisa ngobrol sebentar? Ada yang ingin saya sampaikan"

Oki dan Yoga berbincang berdua tak jauh dari tempat nongkrong Oki tadi. Yoga menyampaikan maaf serta memberikan KTM Oki yang tertinggal, Ia juga ingin Oki menyampaikan permintaan maafnya kepada Anya.

"Kalau soal itu mungkin bapak bisa minta maaf sendiri Pak, karena saya merasa kalau Anya sangat emosi kemarin alangkah baiknya kalau bapak yang langsung minta maaf ke Anya"

"Hmmm begitu yah mas. Kalau begitu saya bisa ketemu dia dimana yah?"

"Tadi sih dia di gasebo. Bapak lurus saja, nanti belok kanan. Anya seringnya nongkrong disitu Pak" Jelas Oki

"Oke kalau begitu, makasih"

"Sama-sama"

***

Yoga menghentikan langkahnya dari kejauhan, Ia melihat Anya dengan tampilan yang berbeda, celana jeans panjang, kemeja biru muda lengan panjang rapi dan tertutup, rambut dikuncir kuda, makeup tipis dan kacamata. Anya duduk di depan laptop sambil menjelaskan sesuatu ke seseorang disebelahnya.

"Cantiikk" Gumam Yoga.

Yoga tersadar dari kekagumannya dan langsung bergegas mencari duduk di gasebo lain yang membelakangi duduk Anya sambil menunggu Anya selesai dengan aktivitasnya.

Tak sampai 30 menit, seseorang yang ada disamping Anya bergegas pergi. Anya melepaskan kacamata yang memang hanya Ia gunakan saat belajar, kalau sehari-hari Ia masih bisa melihat jelas tanpa memakai kacamata. Anya menutup laptop dan memainkan handphone.

"Permisi" Sapa Yoga mendekat ke arah Anya duduk.

"Kamuuuu? ngapain kesini?" Jawab Anya dengan mata terbelalak tak percaya siapa yang datang menemuinya. Anya mengenali lelaki di depannya, dengan tampilan yang beda dari semalam hanya memakai kaos polos hitam dan celana cream serta sepatu sneakers, sekilas Anya mengagumi ketampanan laki-laki di depannya itu. Tapi dia langsung sadar dan memasang muka Jutek. Memori tentang kejadian semalam dan ucapan kasar lelaki itu Ia hadirkan kembali di otaknya sehingga Ia dengan mudah bersikap ketus kepada Yoga.

"Boleh Saya bicara sambil duduk?" pinta Yoga tenang.

"Terserah" jawab Anya asal dan memutar bola mata malas menanggapi.

Pantang Menyerah

"Boleh Saya bicara sambil duduk?" pinta Yoga tenang.

"Terserah" jawab Anya asal dan memutar bola mata malas menanggapi.

"Jadi gini, saya mau menjelaskan masalah kemarin. Sebenarnya semalam itu saya dan tim saya berencana untuk melakukan patroli di jalan Arjuno. Tetapi karena anda dan teman anda tiba-tiba.."

"Ciiihhhhhhh" Anya menatap mata Yoga dengan tajam membuat Yoga berhenti berkata-kata.

"Anda tidak pernah diajarin minta maaf kah? atau karena anda seorang polisi berpangkat seenaknya mengabaikan kesalahan anda sendiri? saya benar-benar tidak ada waktu bicara dengan orang se arogan anda" Anya berdiri dengan emosi. Bisa-bisanya lelaki ini datang dan bukannya kata maaf yang dia ucapkan malah ingin menjelaskan kronologi kejadian semalam, bagi Anya hal yang tidak perlu Ia dengar dan ingat kembali.

"Tunggu" Yoga menahan tangan Anya yang hendak pergi.

"Saya juga ingin minta maaf atas kejadian kemarin, atas ucapan saya yang kasar dan tidak mendengarkan penjelasan anda" jawab Yoga menatap mata Anya dengan tatapan teduh yang bisa membuat wanita auto mleyoot. Anya berusaha melepaskan tangan Yoga.

"Saya akan lakukan apa saja asal anda mau memaafkan saya" pinta Yoga.

"Kalau gitu jangan temui saya lagi, dan kalaupun kita tidak sengaja bertemu jangan pernah tegur saya. Saya akan maafkan. Jelas?"

"Jangan begitu, saya janji saya akan bersikap baik. Kalau syaratnya begitu apa bedanya dengan gak dimaafin, syarat lain plis. Saya antar pulang kek, atau saya traktir mungkin. gimana?" rayu Yoga membuat Anya sedikit kaget. Lelaki tegas yang kemarin ditemuinya juga punya sisi lain yang bisa merayu seperti ini.

"Gak perluuuu. saya bisa naik taxi online, saya punya uang buat makan. jadi gak perlu repot-repot om. permisi"

"Om?" Sekali lagi Yoga menarik tangan Anya yang hendak pergi.

"Iya om, udah jelas kalau anda jauuuh lebih tua dari saya. jadi gak masalah kan kalau di panggil om."

"Saya ini masih seumuran Boy. masa boy dipanggil kakak saya dipanggil om sih" protes Yoga.

"Ya suka suka saya dong. Situ ngatain saya wanita panggilan aja juga suka suka situ kan" jawab Anya dengan nada bergetar dan emosi mengingat ucapan Yoga semalam.

"Sa saya bener bener minta maaf atas ucapan saya semalam. saya menyesal, sangat menyesal. tolong maafkan saya" ucap Yoga dengan lembut.

"Saya pikirkan dulu, saya mau ada kuliah. permisi" Anya menjawab dengan suara lesu. Ia menahan airmata agar tidak tumpah didepan Yoga dan Yoga menyadarinya. Yoga membiarkan Anya berlalu dan memandangi punggung yang pergi menjauh. Yoga melihat di sudut meja ada sketchbook yang tertinggal, saat Ia membuka halaman depan terdapat nama yang ditulis dengan karikatur yang indah "Anya".

Yoga memberanikan diri membuka sketchbook itu dan terkesima dengan desain rumah yang digambar oleh Anya. Yoga tersenyum karena menemukan ide untuk bisa mendapatkan maaf dari Anya.

***

"Pagi Dokter Sonya yang cantiiikkk" sapa Iqbal masuk ke ruangan Sonya dan merebahkan tubuhnya di sofa.

"Hmmm pagi. Ini pasti ada maunya nih pasti muji-muji begitu"

"Traktir gue kopi pliiiisssss, gue ngantuk banget semalem abis jaga, abis ini praktek. mata gue udah lengket niiihhh"

"Yaudah okee, lu tunggu sini gue beliin kopi"

Sonya mengantri membeli kopi di kafetaria rumah sakit. Sesaat handphonenya berdering..

"Haloo.. "

"Iya haloo, siapa ini?"

"Ini saya yang mobilnya ditempelin nomor anda"

"Ooohhh iya mas, jadi tadi waktu parkir saya gak sengaja serempet mobil mas. Emmhhh, kalau untuk ganti rugi nanti mas bisa kirim billnya aja biar saya yang bayar perbaikannya. sekali lagi maaf yah mas"

"Kalau ketemuan dulu dan diomongin apa bisa mbak?"

"Hmm, bisa sih mas. sekarang saya ada di kafetaria. Masnya kerja di rumah sakit juga kah?"

"Saya segera kesana. saya pakai kemeja biru celana krem"

"Ooh baik, saya pakai kemeja merah rok hitam"

Setelah memesan kopi, Sonya memilih duduk di tempat yang agak tenang sembari menunggu pemilik mobil yang tadi tidak sengaja diserempet. Pagi tadi setelah mengantar Anya ke kampus dan bergegas ke rumah sakit, Sonya kaget parkiran rumah sakit khusus dokter sangat penuh. Biasanya Ia selalu datang terlalu pagi sehingga tidak menyangka jam segini parkiran akan penuh sekali. Setelah berputar-putar Sonya hanya menemukan tempat parkir paralel, sudah lama keahlian parkir paralel Sonya menguap yang berujung menyerempet mobil di depannya.

"Permisi.." Sonya berbalik melihat arah suara tersebut. Berdiri dihadapannya lelaki tampan dan gagah. Sonya mematung sejenak mengagumi ciptaan Tuhan yang sungguh indah di depannya.

"Eheemmm" Lelaki itu terbatuk membuat Sonya tersadar dari kekagumannya.

"Eeh iya, si silakan duduk" Jawab Sonya.

"Jadi gini, saya tadi gak sengaja nyerempet mobil mas karena buru-buru. Untuk ganti ruginya mas bisa sampaikan ke saya biar nanti saya yang bayar. bagaimana?" Sonya berkelit menyerempet karena buru-buru karena gengsi di hadapan cowok ganteng harus mengakui kegagalannya parkir paralel, bisa menurunkan harga diri.

"Saya Ezza, nama kamu siapa?" Tanya Ezza tidak menjawab pertanyaan Sonya.

"Saya Sonya, terus bagaimana?"

"Iya gampang mbak Sonya, saya bisa perbaiki dulu nanti ke bengkel langganan saya, dan.." Ezza mengambil handphone menekan tombol call. Sedetik kemudian handphone Sonya berdering.

"Itu nomor saya" Ucap Ezza tersenyum membuat Sonya berdegup. Sonya menyimpan nomor tersebut dan mengatur ritme jantung agar tetap nampak tenang.

"Mbak Sonya kerja disini?"

"Iya, saya dokter disini mas. Kalau Mas Ezza sendiri?" Sonya yang penasaran karena tidak pernah melihat dokter seperti Ezza setelah hampir 3 tahun bekerja.

"Saya dosen mbak, tapi karena ada proyek perbaikan paviliun rumah sakit, saya bertanggung jawab sebagai pengawas proyek"

"Dosen dimana?"

"Di universitas Bina Nusabakti"

Krriiiiingggg.. Handphone Ezza berdering.

"Baik Pak, saya segera kembali ke kampus"

"Sonya, saya ada urusan dan harus segera kembali ke kampus. Nanti kalau urusan bengkel sudah selesai saya akan infokan ke kamu. See you, nice to meet you" Pamit Ezza dengan senyum manis di wajahnya.

"Oohh oke, nice to meet you too"

Sonya kembali ke ruangan dan mencari Iqbal, sepupunya. Tapi tampaknya Ia sudah kembali ke ruangannya untuk praktek. Sonya duduk di sofa untuk menenangkan diri baru kali ini Sonya dibuat berdebar-debar oleh lelaki saat pertama kali bertemu.

"Eehh dia kan dosen di tempat Anya, coba tanya dia deeh" batin Sonya dan segera meraih handphonenya menelpon Anya.

"Aaah, gak diangkat. Kuliah kali dia" Batin Sonya.

***

"Lu balik sama siapa, Nya?" Tanya Oki saat mereka nongkrong di kantin.

"Sama taxi online mungkin, maunya sih tadi nebeng lu tapi lu balik malem. Gue agak trauma balik malem nih"

"Eehhh, tuh kayaknya nyariin lu lagi deh" Oki menunjuk ke arah lelaki yang masuk ke dalam kantin.

"Siapa?" Anya menoleh dan kaget melihat sosok yang tidak ingin dia lihat.

"Gue nyari Doni sama yang lain dulu yah. byeee"

"Eehhh kiiii, awas luuu"

Yoga melihat Oki meninggalkan kursinya dan seketika Ia mendekat ke meja Anya dan duduk dihadapan Anya.

"Haiii" Sapa Yoga yang tidak ditanggapin oleh Anya. Anya membuang muka ke samping sambil bersandar di kursi dan melipat kedua tangan di dada.

"Sudah selesai kuliahnya? Mau saya anter pulang? sebagai permintaan maaf saya"

"Gak usah terima kasih" jawab Anya singkat.

"Saya bener-bener minta maaf atas kejadian kemarin"

"Kalau gitu jangan temui saya lagi, pasti saya maafkan"

"Jangan begitu dong, pliiss. Saya siap antar kamu pulang, atau traktir kamu mungkin. Biar kamu mau maafin saya"

"Gak perlu repot-repot"

"Pliss, saya cuma pengen anter kamu pulang. Supaya aman dan selamat sampai rumah"

"Yang bikin saya gak aman kemarin kan ulah situ juga" Jawab Anya menohok.

"Iya saya tau, makanya saya minta maaf dan ingin mengantar kamu pulang"

"Gak usah, saya mau ambil mobil saya dibengkel dan langsung pulang SENDIRI" ucap Anya sambil menekankan kata sendiri.

"Hmmm, kalau gitu saya anterin ke bengkelnya gimana?" Bujuk Yoga.

"Saya bisa naik taxi online kok"

"Yasudah kalau gitu saya temenin sampai dapat taxi online gapapa?" Tanya Yoga pantang menyerah.

"Gini ya om, saya masih nunggu info dulu dari bengkel. Kalau mobilnya sudah bisa diambil nah baru deh saya berangkat kesana. Jadi kalau om nemenin saya, nanti bisa kelamaan dan bosen jadinya. Apalagi om kan polisi, pasti banyak urusan kan. Lagian nih, om ngapain dari tadi keliaran di kampus terus" Jawab Anya halus ingin mengusir Yoga secara tidak langsung yang mulai risih karena Yoga tak juga menyerah meminta maaf.

"Jadi jawaban pertanyaan pertama, saya hari ini sedang libur, jadi bisa bebas nemenin kamu nunggu. Lalu jawaban yang kedua, saya keliaran disini karena ... ini punya kamu kan?" Yoga menyerahkan sketchbook milik Anya.

"Saya mau balikin ini" Yoga menaruh buku itu di hadapan Anya.

"Oohh, iya makasih" Raut wajah Anya kaget karena tadi mencari buku itu dan Ia kira tertinggal di rumah.

Oh iya saya tadi gak sengaja lihat gambaran kamu.. bagus."

"Hmmm, makasih" Ucap Anya yang tetap sok jutek.

"Kalau semisal saya minta tolong gambarin desain rumah bisa?"

"Bayaaarrr" Jawab Anya asal supaya Yoga menyerah basa basi busuk padanya.

"Iya, saya akan bayar pastinya untuk desain sebagus karya-karya kamu"

"MAHAAALLLLLL"

"Gak masalah, saya bayar"

"Sayaaa SIBUUKKKK"

"Waah sayang banget. Padahal kan lumayan untuk portfolio kamu. Pasti kalau kamu sudah punya pengalaman desain, pas sudah lulus dan nyari kerja bisa lebih mudah. Tapi yasudah kalau emang sibuk mau gimana lagi."

Anya berpikir sejenak. Benar yang diomongin Yoga, dengan adanya portfolio desain Anya, tentu di dunia kerja nantinya kemampuan Anya akan lebih diakui.

"Okeeee okeeee, emmmmhhh saya mau desainin, emang mau desain yang seperti apa kira-kira?" Anya mulai antusias dan menegakkan badannya yang tadi bersender di kursi sambil tetap memasang mimik jutek.

"Yeesss, berarti saya dimaafin juga yah?"

"Haaahhhh, apa hubungannya coba"

"Yaaahhh, masa gak dimaafin sih. Padahal saya nanti rela nguras semua tabungan saya loh buat bayar desain kamu. Maafin yaaah pliiisss"

"Iyaaa iyaaaa.." Anya sebenarnya sudah mulai memaafkan Yoga sejak awal dia mencoba meminta maaf, tapi yang namanya wanita, semakin dirayu semakin pula Ia jual mahal. Anya juga melihat ketulusan Yoga untuk meminta maaf dan sisi lain Yoga yang lembut, berbeda dengan kemarin yang tegas saat melakukan pekerjaan.

"Terus mau desain yang seperti apa nih?"

"Saya sih sukanya yang minimalis. Tapi detail per ruangnya saya jelaskan sekalian melihat lokasinya juga gimana? Sekalian saya antar kamu pulang nanti."

"Kan saya sudah bilang kalau masih nunggu orang bengkel..."

krrriiinngg....

"Haloo, gimana pak? sudah bisa saya ambil mobilnya sekarang?"

"Maaf mbak, ini ada sparepart yang baru ready besok atau lusa. Mungkin lusa baru beres mobilnya. Nanti saya infokan lagi gimana?" jawab suara di seberang telepon.

"Ooh gitu Pak, gak bisa lebih cepet pak?" Anya menjawab sedikit berbisik karena malu dengan Yoga.

"Iya nih mbak, sudah diusahakan. Soalnya sudah banyak yang harus ganti mbak, kelewat berapa kali servis ini"

"hehe iya sih Pak, yasudah kalau gitu. Infokan aja kalau sudah beres"

klikkk.. telepon terputus.

Yoga tersenyum seolah tau apa yang terjadi.

"Yuuukk ikut saya liat lokasinya. Nanti saya infokan juga detail desain yang saya inginkan"

Dengan terpaksa Anya mengikuti Yoga demi portfolio dan pengalaman desainnya.

***

Di mobil..

"Emmmh, jadi kamu adiknya temen Boy?" Tanya Yoga memecah keheningan mereka berdua.

"Iya" jawab Anya singkat.

"Udah lama berarti kenal sama Boy?"

"Hmmm.. lama"

"Singkat amat jawabannya." Ucap Yoga sambil melirik Anya yang melihat keluar jendela mobil.

"Terus harus jawab gimana?"

"Ya gak gimana gimana" Yoga memilih mengalah, setelah mendapat maaf dari Anya dia tidak ingin memancing kemarahan wanita itu lagi dengan terlalu ingin tau.

Mobil pun melaju dan mereka berdua larut dalam pikiran masing-masing. Jalanan sore itu cukup macet. Anya memutuskan memasang airpods dan mendengarkan lagu kesukaannya. Yoga meliriknya lagi, menyadari bahwa Anya cantik, sangat cantik.

***

"Vanila Latte satu sama ice cappucino satu ya mas" Mela dan Ika sedang nongkrong di cafe depan kampus setelah seharian lelah mengikuti perkuliahan.

"Gilaaaa capek banget gue, panes nih otak gue ngitung terus di kelas" Keluh Ika.

"Samaaa, gue juga. Kayaknya gitu salah jurusan dehhhh.. huhuhu"

"Huhuhu"

Kedua gadis cantik itu bercengkerama melepaskan penat perkuliahan.

"Gimana lu sama cowok lu Mel? Belum putus?"

"Enak aja luuu, awet gue sekarang" Mela emang paling sering gonta ganti pacar. Berbeda dengan Ika yang pernah pacaran dengan kakak kelasnya waktu SMA dan berakhir tragis dengan perselingkuhan. Sejak saat itu Ika betah menjomblo.

"Kenalin gue sama temen cowok lu coba. Emang gak ada anak mesin yang ganteng tapi jomblo?"

Pacar Mela berasal dari Jurusan teknik Mesin. Mela pacaran sudah hampir 6 bulan dan ini yang paling awet dari yang sebelum-sebelumnya.

"Lu mau sama Eric gak? Temennya Viko. Cuma ya playboy akut, paling sebulan jalan tar lu udah diputusin." Viko pacar Mela, dia setahun diatas Mela tapi belum lulus dan sedang mengambil tugas akhir, begitupun teman playboynya, Eric.

"Yaaahhh, jangan yang playboy dong. Emang sih kak Eric ganteng, badboy, tapi lu tau sendiri gue trauma diselingkuhi Mel"

"Gak ada jaminan cowok itu setiaaaa Ikaaaseyeeengg, Lu liat mantan lu dulu, modelan juga cupu tapi selingkuh juga kan. Siapa tau yang badboy begitu bisa lu jinakin" Mela menjawab sambil menyulut rok*k di tangannya.

"Yaelaaah, makan atiii ntar gueee. Stok lain gak ada apa Mel?"

"Kalau yang lain udah banyak yang lulus Ka, makanya Viko mainnya sama Eric mulu kan. Eeh, tapi si Eric tuh pernah nanyain Lu dulu. Nanya-nanya nama lu sih, cuma karena gue tau dia playboy cap gomeh jadi gak gue ladenin pas dia nanyain lu"

"Hmmmm gimana yah Mel, gue benernya pengen cari yang serius. Modelan Eric yang tebar pesona kesana kesini gue mah males"

"Kalau lu cari yang serius jangan ke gue Ikaaaa, lu kayak gak tau aja gimana pacaran gue. Kalau mau cari pacar buat seneng-seneng baru gue bantu cari" Mela menghisap rok*knya dan menghembuskan asapnya membentuk lingkaran.

"Tapi lu mau cari yang serius juga ngapain sih? Mau nikah besok lu?" Ledek Mela.

"Iya enggak gitu, cuma gue males aja gitu loh pake acara putus, cari cowok lagi, putus cari lagi. Riweuh pisan eeeuuhh"

"Justru itu enaknya Ka, lu bisa ngerasain banyak cowok hahahaha" Bisik Mela sambil tertawa cekikikan.

"Ogaaah aahh, males gue koleksi mantan. cukup satu mantan yang brengs*k itu aja cukup. emangnya elu, mantan-mantan lu dikumpulin udah bisa bikin club sendiri tuh"

Mela kembali terkekeh mendengar ucapan Ika. Benar yang Ika ucapkan, mantan Mela memang banyak, rata-rata hanya sebulan atau dua bulan sudah ganti lagi yang baru. Walau sering ganti pacar Mela masih termasuk bisa menjaga diri. Ia tidak mau disentuh dan kalau sudah menunjukkan gelagat pacarnya ingin sesuatu yang lebih dari Mela, Mela langsung meminta putus. Bahkan Ia pacaran dengan Viko ini bisa bertahan 6 bulan karena Viko memang cowok yang gak macem-macem. Mela menghisap rokoknya dan terkekeh membayangkan club mantan Mela.

Gaya Mela yang sedikit tomboy tapi cantik dan menarik membuatnya tak asing dengan rok*k. Belum lagi lingkungan kuliah yang rata-rata adalah perok*k membuatnya lebih leluasa lagi. Ada beberapa cowok di jurusan yang naksir dengan Mela, tapi Mela anti untuk berpacaran dengan teman satu jurusan, karena tipe yang gampang bosen Mela dan langsung minta putus saat bosen, Mela takut hal tersebut bisa berpengaruh ke perkuliahannya karena pacaran dengan teman satu jurusan. Berbeda dengan Ika yang tampilannya lebih kalem, dengan wajah imut dan kulit kuning langsat khas mojang bandung.

***

Oki berjalan menuju gasebo kampus untuk memulai asistensi dengan adik tingkatnya. Wajahnya sedikit kusut setelah tadi pacarnya mengirim pesan gambar foto Ia duduk bersama Anya di kantin. Pacarnya marah besar dan memblock nomornya. Oki sudah menjelaskan bahwa hubungannya dengan Anya hanya sekedar teman tapi tetap saja pacarnya marah karena cemburu.

Oki sudah berpacaran hampir 8 bulan. Tapi Ia merasa lelah dengan sifat cemburuan pacarnya ini. Ia selalu mengalah karena pacarnya selalu beralasan Ia takut Oki ke lain hati karena hubungan mereka yang LDR. Lusi, pacar Oki mahasiswa di Jogja. Lusi sendiri sebenarnya teman SMA Doni. Setahun lalu Lusi berlibur ke Jakarta bersama teman-temannya. Saat mampir ke rumah Doni tidak sengaja Ia bertemu dengan Oki. Lusi langsung jatuh hati dan minta di comblangin oleh Doni. Setelah tiga bulan menjalani hubungan LDR sifat Lusi menjadi berubah posesif, Oki sering dibuat kaget dengan kiriman foto aktivitas Oki, entah dari mana foto itu di dapat oleh Lusi. Sering kali foto itu memperlihatkan saat Oki duduk bersama Anya. Hal itulah yang selalu menjadi pemicu pertengkaran mereka. Lusi juga sering marah kalau Oki keluar tanpa memberinya kabar. Oki sudah cukup sabar selama ini menjelaskan bahwa tidak mempunyai hubungan apapun dengan Anya, tetapi Lusi yang cemburu buta selama ini selalu menjadikan hal itu perselisihan.

"Kakak Oki, kenapa kak kok kusut banget?"

"Eehhh Sisil, gak papa dek. Mana yang lain? jadi kan asistensinya?"

"Jadi kak, tunggu bentar yah. Ini udah saya share di grup kalau kakak sudah nunggu" Sisil menjawab dengan senyum manis terukir di bibirnya.

Sisil adalah adik tingkat Oki, Sisil dikenal rajin dan cantik. Badannya yang tidak terlalu tinggi membuatnya juga terlihat imut. Rambutnya bergelombang dan sering dikuncir kuda lengkap dengan ransel kecil yang dipakai, membuatnya masih cocok menjadi anak SMP dibanding anak kuliahan semester 4.

***

Hai haiii.. Boleh yah penulis curhat sebentar, sebenarnya nih penulis baru banget mencoba nulis novel begini. Jujur masih kaku dan bingung dengan alur cerita. Penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak buat pembaca. Mohon like dan supportnya agar penulis bisa semangaaattt. Boleh banget loh support komentar untuk masukan buat penulis yang masih perlu banyak belajar ini.

Sekali lagi terima kasih buat pembaca, LOVEEE YOUUUU . Aku tanpamuu butiran debuuuu uwooo~

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!