Calista Naomi Justin 30 tahun, wanita karir yang sukses memimpin perusahaan keluarganya. Calista di kenal sebagai wanita tegas dengan sifat keras kepala dan dingin kepada siapa saja. Dibalik kesuksesan nya siapa sangka sebenarnya ia wanita kesepian. Diusianya yang sudah menginjak 30 tahun, ia hanya menyibukkan dirinya dengan bekerja dan bekerja. Bahkan tak terpikirkan olehnya untuk menjalani hubungan apalagi menikah dengan laki-laki manapun. Baginya saat menaklukkan sebuah proyek besar itulah keberhasilan sesungguhnya.
Samuel Geraldo 35 tahun, seorang pelukis bertalenta. Ia pemilik galery ternama di Madrid. Perjalanannya ke London untuk memenuhi keinginan orang tuanya yang menginginkan ia memimpin perusahaan peninggalan ayahnya yang telah meninggal satu tahun yang lalu.
Saat Samuel mengatur janji bertemu dengan teman lamanya membawa ia berjumpa dengan Calista di sebuah club malam milik sahabatnya Flamini.
Samuel laki-laki kesepian setelah empat tahun yang lalu, Amber tunangannya meninggal dunia karena kecelakaan beruntun yang dialaminya di ruas jalan di kota London.
Kepergian Amber yang mendadak menyisakan kepedihan pada Samuel hingga saat ini. Samuel masih hidup dalam bayangan kelam, yang menyebabkan dirinya tidak percaya lagi akan cinta.
Itulah kenapa ia memutuskan pergi meninggalkan kota London empat tahun yang lalu. Samuel memilih kota Madrid sebagai tempat tinggalnya. Ia melanjutkan keinginannya memiliki sebuah galery di kota itu dengan bayang-bayang Amber yang masih menghantui nya.
*
Samuel Geraldo yang sedang menunggu temannya Flamini sambil menyesap wine yang di berikan winters. "Tuan Flamini minta saya melayani anda tuan", ucap waitters seksi sambil menuang minuman ke dalam gelas.
"Hem..." Balas Samuel singkat dan tak perduli.
Beberapa menit kemudian, Samuel merasakan tubuhnya begitu gerah. Tubuhnya tiba-tiba panas. Laki-laki itu bahkan membuka kancing kemejanya.
"Apa tuan ingin ke kamar tuan sekarang?", tanya waitters itu berbisik di telinga Samuel sambil membelai paha laki-laki itu.
"Shitt! obat apa yang kau tambahkan ke minuman ku!"
Samuel berdiri dan meninggalkan meja tempatnya. Laki-laki itu menuju toilet. Samuel terus mengumpat dan berjalan tergesa ke toilet pria. Ia masih memiliki kesadaran. Beruntung tubuh Samuel kuat. Dengan meneguk wine dan sedikit obat tidak akan membuat pikiran nya lumpuh total. "Flamini brengsek. Aku sudah jauh-jauh datang ke sini ternyata dia tidak menemui ku. Laki-laki itu malah menjebak ku", umpatnya kesal.
Brukkk
Spontan Samuel menangkap tubuh wanita yang baru saja menabraknya. Seketika pandangan matanya bertemu dengan netra hitam wanita itu. Samuel membeku dengan tangan masih mencengkram lengan wanita itu. Wanita bergaun merah seksi itu menyandarkan wajahnya pada dada bidang Samuel.
Tiba-tiba wanita itu tertawa dan melingkarkan tangannya pada leher Samuel. "Hai tampan..."
"Maaf nona, anda salah orang". Samuel tahu wanita itu sedang mabuk berat. Dan ia tidak mau terlibat masalah di club malam. Hal yang selalu di hindari Samuel.
"Ssttt...aku bosan mendengar mu", bisik wanita itu tepat di bibir Samuel. Aroma alkohol dan harum parfum mahal wanita itu tercium oleh Samuel sangat lekat memenuhi indera penciuman nya.
Samuel mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ingin meminta bantuan pada orang yang mungkin mengenal wanita yang di anggapnya sudah gila ini. Namun ditempat seperti ini mana ada orang yang mau berbaik hati membantu orang lain.
"Aku tidak mengenalmu, nona. Aku harus pergi sekarang", ucap Samuel sambil melepaskan lingkaran tangan wanita itu di lehernya. Seketika tubuh wanita itu ambruk di lantai dan tergeletak tak berdaya.
"Ah shitt... sekarang apalagi yang wanita gila ini lakukan?!" Samuel tak henti menggerutu.
"Tuan ada yang bisa kami bantu?", ucap pria yang melihat wanita tergeletak di lantai tepat di dekat kaki Samuel.
Samuel nampak berpikir sejenak, ia ingin segera pergi. Kembali ke hotelnya sekarang juga. Tanpa menggubris pertanyaan pria asing itu, Samuel membalikkan badannya.
"Tuan, apa wanita ini bukan milik mu?", tanya salah satu pria yang mendekati wanita yang tergeletak di lantai. "Hm...wajahnya lumayan juga".
Samuel segera membalikkan badannya lagi menatap dua orang pria yang menatap wanita itu.
"Jangan pernah mengganggunya. Ia kekasih ku...!", ketus Samuel membuat dua pria itu bertukar pandang dan pergi menjauh.
"Brengsek. Kenapa juga aku harus terlibat masalah begini", umpat samuel kesal sambil mengangkat tubuh wanita itu ala bridal style.
Samuel menyewa kamar hotel yang ada tepat di sebelah club. Ia membawa wanita itu ke menuju kamar hotel yang di sewanya.
Setelah di kamar hotel Samuel merebahkan tubuh wanita itu di ranjang. Baru sekarang ia bisa memperhatikan wajah wanita itu. Sangat cantik malah.
Laki-laki itu mendengus hendak membalikkan badannya. Ia akan meninggalkan wanita itu seorang diri di kamar tersebut. Yang penting wanita itu aman sekarang sudah di dalam kamar yang telah di bayar nya.
Namun...
"Jangan pergi, jangan tinggalkan aku..."
"Aku akan membayar mu berapa pun yang kau inginkan", ucap wanita itu sambil sambil menarik kuat tangan Samuel. Samuel yang tidak siap, tubuhnya jatuh tepat di atas tubuh wanita itu. Keduanya begitu intim saat kedua netra beradu pandang dalam jarak hanya beberapa inci saja.
...***...
Penasaran kelanjutannya? Ikuti terus PRNM ya, tekan favorit biar nggak ketinggalan update nya. Jangan lupa setelah membaca tinggalkan jejak kalian di setiap bab.
PEMUAS RANJANG NONA MUDA, karya ke 9 Emily di plaform NT...semoga kalian suka.
Sinar matahari pagi di kota London begitu cerah. Menerobos lewat kaca jendela, tepat mengenai kelopak mata Calista yang masih terlelap. Membuat kelopak mata itu bergerak-gerak.
"Kau sudah bangun?"
Suara bariton yang menyapa mengejutkan Calista. Sontak Calista bangun dan terduduk di tempat tidur. Calista menghunuskan tatapan tajam pada sosok laki-laki berwajah dingin dan tak bersahabat itu. Laki-laki asing yang tidak di kenalnya sama sekali duduk di sofa, menyilangkan kakinya sambil menikmati segelas kopi. "Siapa kau, kenapa kau ada di kamar ku?"
"Kamar mu?"
Jawaban singkat laki-laki itu membuat Calista mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar. Seketika mata indah gadis itu melebar, setelah kesadarannya terkumpul sempurna, ia baru mengetahui ini bukan kamarnya. Tapi kamar hotel. "Apa yang kau lakukan padaku hah?!", hardik Calista panik. Ia menyibakkan selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Dengan tangan gemetaran Calista mengeratkan selimut itu ke tubuhnya. Ia bernafas lega karena masih menggunakan underwear lengkap.
Calista terdiam di tepi tempat tidur, ia mengingat semalam pergi dengan teman-temannya ke club malam. Setelah mereka iseng-iseng taruhan dengan hukuman yang kalah wajib meminum wine tiga gelas atau mencium seorang laki-laki yang di tunjuk teman-temannya di club semalam. Dan sialnya ternyata Calista lah yang harus menerima hukuman itu. Tentu saja Calista lebih memilih meminum tiga gelas wine daripada harus mencium laki-laki yang duduk di sudut ruang club. Sialnya ternyata salah satu temannya malah menambahkan obat di dalam wine yang di minum Calista. Meskipun Calista mengakui laki-laki itu sangat tampan. Calista malah merasa jijik saat melihat laki-laki itu di temani seorang waiters seksi.
"Apa yang sudah kau lakukan pada ku brengsek! Kenapa aku tidak mengenakan pakaian ku", teriak Calista berdiri dengan selimut melilit di tubuhnya.
"Ck...bukannya berterima kasih, malah marah-marah", ketus Samuel dengan wajah kesal sambil menyesap kopinya.
Ting
Tong
Calista melebarkan kedua matanya menatap kearah pintu. "Apa kau menunggu seseorang?", ucapnya dengan selidik.
"Hem..."
Kedua mata Calista semakin melebar. "Apa maksudmu, aku tidak mau ada orang lain mengetahui keberadaan ku, brengsek!"
Samuel tidak memperdulikannya, laki-laki itu beranjak dari sofa menuju ke pintu.
"Ah shitt..."
Calista cepat-cepat berlari ke kamar mandi. "Brengsek...kenapa aku bisa bodoh begini. Alkohol itu benar-benar membuat akal sehat ku hilang. Siapa laki-laki itu? Kenapa dia bisa menghabiskan malam bersama ku? Sial!"
Tiba-tiba kedua mata Calista menatap gaun merah tergeletak di lantai kamar mandi. Calista memungut nya dan ia tahu gaun itu miliknya yang dipakainya semalam. Baunya tidak enak. Cepat-cepat ia membuang gaun itu ke kotak sampah. Ternyata gaun itu terkena muntahan. Sudah pasti ia muntah semalam.
*
Samuel menaruh paper bag ke atas tempat tidur. Ia menghembuskan nafasnya dengan kasar. Samuel menatap kearah pintu kamar mandi yang masih tertutup rapat. Belum ada tanda-tanda wanita itu keluar juga setelah sudah cukup lama di dalam sana.
Dengan wajah kesal, Samuel hendak menggedor pintu itu, saat bersamaan Calista membukanya.
"Kembalikan tas ku?", tegas Calista sambil melewati Samuel yang berdiri tepat di depan pintu kamar mandi.
Tidak mendengar jawaban Samuel, Calista yang menggunakan bathrobe berwarna putih itu kembali memutar badannya menghadap Samuel. "Mana tas ku? Aku harus menghubungi asisten ku sekarang juga. Aku butuh pakaian bersih. Tidak mungkin aku pergi dengan keadaan begini", cicit Calista.
"Kau pikir aku budak mu, harus memikirkan tas mu setelah kau menyulitkan hidup ku, hah? Syukur-syukur kau aku selamatkan. Dan kau tidak di gilir dua laki-laki itu semalam", ketus Samuel.
"Apa maksudmu?!"
"Kalau kau tidak kuat untuk minuman keras kenapa kau bodoh sekali harus meminumnya. Kau sudah membuang waktu ku!", seru Samuel kesal. Laki-laki itu melangkahkan kakinya menuju pintu. Ia hendak pergi.
"Hei..wait". Calista menarik jaket kulit Samuel
Aku pinjam ponsel mu. Aku harus menghubungi asisten ku sekarang juga".
"Kau lihat paper bag di tempat tidur itu. Disana ada pakaian baru untuk mu. Jangan pernah lagi menyulitkan hidup ku. Aku tidak mau terlibat masalah dengan wanita pemabuk dan bau seperti mu! Aku tidak mau terlibat masalah dengan wanita murahan yang hendak membayar laki-laki agar mau tidur dengannya!", ketus Samuel sarkas sambil membuka handle pintu dan keluar kamar meninggalkan Calista yang berdiri mematung menatap punggung lebar Samuel yang hilang di balik pintu.
Calista tak bergeming dari tempatnya. Ia tak mengerti maksud ucapan laki-laki itu. "Kenapa dia bicara seperti itu pada ku? Siapa juga yang mau bertemu dengan nya. Brengsek!", ucap Calista sambil melihat isi didalam paper bag yang sudah ada di atas tempat tidur. ternyata dress.
"Aku akan meminta asisten ku membayar semuanya. Katty akan mencari mu..."
...***...
To be continue
Calista melangkahkan kakinya dengan tegas memasuki mansion nya.
Saat di dalam, Calista melihat asistennya Katty sudah menunggu.
"Nona Calista, anda dari mana saja? Satu jam lagi nona harus meeting dengan rekanan perusahaan nona. Tuan Justin ayah nona, juga tak henti menanyakan keberadaan nona". Katty berucap tanpa henti.
"Bisa tidak kau diam. Kau membuat kepalaku bertambah pusing saja Katty", ketus Calista kesal. Ia menyandarkan punggungnya pada kursi sambil memejamkan matanya.
"Kau cari tahu siapa laki-laki yang bersama ku semalam. Aku tidak tahu siapa namanya. Aku juga tidak pernah melihatnya", perintah Calista masih dengan kepala bersandar dan mata terpejam.
Katty yang mendapat perintah bos-nya seperti itu tampak bingung. "Bagaimana saya mencari laki-laki itu nona, jika anda tidak tahu namanya".
Calista mengangkat wajahnya dan menghunuskan tatapan tajamnya pada asisten nya itu.
Katty tahu, Calista tidak menyukai jawabannya. "Baik nona, saya akan mencari tahu dan mendapatkan informasi tentang laki-laki itu".
"Jika saya sudah mendapatkan tentang laki-laki yang nona maksud, apa yang harus saya lakukan padanya?"
"Berikan sejumlah uang, karena ia sudah membelikan aku baju ini", jawab Calista dengan dingin.
Kemudian Calista beranjak tanpa memperdulikan lagi asisten nya yang masih berdiri di tempat semula.
"Oh ya...katakan pada papa ku, dia tidak perlu kuatir dengan ku. Urus saja istri muda nya itu!", ketus Calista sambil berlalu menuju kamarnya yang ada di lantai atas.
Katty menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Yang benar saja. Mana berani saya berkata seperti itu pada tuan Justin...nona", gumam Katty menggelengkan kepalanya dan pergi meninggalkan mansion dengan mobilnya. Ia akan menyelesaikan semua urusan hari ini juga. Semua yang diperintahkan atasannya yang selalu menyulitkan dirinya. Tapi Katty sangat betah bekerjasama dengan Calista, karena dibalik keras kepala dan dinginnya itu sebenarnya Calista bos yang sangat baik. Terutama nyangkut kemakmuran karyawan nya. Katty menuju club dan hotel yang semalam didatangi bos-nya. Dua tempat itu semoga saja memberikan informasi yang diinginkan Calista.
*
Samuel turun dari mobilnya tepat di sebuah gedung pencakar langit yang letaknya dipusat kota London.
Dengan wajah dingin laki-laki itu melangkahkan kakinya memasuki perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi dan perangkat lunak.
"Selamat datang kembali di perusahaan, tuan Samuel. Perkenalkan saya Owen asisten nyonya Aniston. Sekarang tuan sudah di tunggu nyonya Aniston dan yang lainnya di ruang meeting". Seorang pria muda menyapa Samuel dengan hormat dan memperkenalkan dirinya sebagai asisten mama Samuel. Samuel memang tidak mengenal nya, karena asisten orang tua nya yang ia kenal dulu sudah meninggal karena sakit.
"Hem..."
Samuel melangkahkan kakinya memasuki lift khusus. Samuel tidak banyak bicara ia langsung menuju ruang meeting. Jika pekerjaannya di London selesai ia akan kembali ke Madrid.
Ting..
Owen mempersilahkan Samuel keluar lebih dulu. Melihat siapa yang datang ke perusahaan sebagian karyawan yang melihat nya menundukkan kepala memberi salam dan hormat. Mereka tahu siapa Samuel. Meskipun fisik nya tak nampak di perusahaan namun hampir semua ruangan memajang foto nya. Sesuai perintah Aniston sang mama.
Meskipun Samuel tidak menyetujui ide itu, tapi Aniston tetap melakukannya. Sebenarnya tidak salah juga, karena Samuel adalah satu-satunya pewaris kerajaan bisnis Abraham.
Owen membuka handle pintu. Terlihat sudah banyak orang yang hadir di ruang rapat itu, yang semuanya adalah petinggi perusahaan.
"Samuel ayo duduk sayang", ucap Aniston melihat putranya.
Samuel tidak menggubris sapaan sang mama. Ia duduk di kursi yang sudah di siapkan untuk nya.
"Bagi yang belum kenal putraku dan Abraham, perkenalkan Samuel Geraldo Abraham yang segera menggantikan aku di kursi ini. Hari ini aku memperkenalkan Samuel pada kalian semua bahwa setelah penyerahan tampuk pimpinan, untuk selanjutnya Samuel lah yang memimpin meeting berikutnya.
Semua yang hadir memberikan tepuk tangan dengan riuh. Semuanya mendukung keputusan Aniston sebagai pemilik perusahaan perusahaan dan pemilik saham tertinggi. Tidak ada yang berani membantah nya.
Samuel tidak menunjukkan respon apapun. Jemari tangan nya mengetuk meja. Wajah itu masih terlihat dingin seperti biasanya.
*
"Mama... apa-apaan. Mama tahu aku tidak menyukai pekerjaan mama dan papa. Aku lebih berminat dengan galery yang aku bangun dengan tangan ku sendiri. Lagi pula London..."
"Sam...sampai kapan kau seperti ini. Sudah empat tahun berlalu, Amber meninggal. Kau harus melupakan kejadian itu, Sam. Umur mama terus bertambah, mama ingin melihat mu bahagia dan memiliki keluarga sendiri. Ingat usia mu sudah tiga puluh lima tahun, mama ingin memiliki cucu dari mu".
"Shitt..."
Tak henti Samuel mengumpat dalam hatinya. Lagi-lagi cucu yang dibahas mamanya.
"Besok aku akan kembali ke Madrid. Untuk terakhir kalinya aku tegaskan, aku menolak menggantikan mu".
Aniston menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kebesarannya. Kedua tangannya memutar pena di depan wajahnya. "Baik, mama tidak akan meminta mu untuk menetap di London, meskipun kau menjadi pemimpin perusahaan. Kau masih bebas mengurusi galery mu di Madrid. Tapi kau tetap bertanggung jawab atas perusahaan peninggalan papa mu ini! Ada banyak nyawa yang menitipkan hidupnya di sini, Sam. Mereka semuanya butuh makan dan penghidupan yang layak".
Samuel terdiam mendengar perkataan sang mama. Laki-laki tampan itu mengusap dagunya sambil berpikir.
Menit berikutnya...
"Kota ini akan selalu mengingatkan ku pada kenangan Amber. Semakin sulit aku melupakan nya", ucap Samuel dengan sorot mata nampak sendu.
"Makanya kau cari wanita yang bisa membuatmu menghapus luka mu itu, Sam. Ada banyak gadis cantik di sini, asal kau mau membuka hatimu itu..!"
...***...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!