NovelToon NovelToon

aku istrimu, bukan pembantumu

cerita baru 2010

hallo semuanya,

hari ini aku ingin membagikan sebuah kisah yang entah aku harus menyebutnya apa?

penyesalan atau anugerah? aku juga bingung mau mulai dari mana kisah ini.

kisah yang harus di hadapi seorang wanita yang di cap mandul oleh setiap orang yang mengenalnya, wanita yang di cap tak tau diri oleh keluarga suaminya, bahkan kesalahan kecil pun terus di ingat sampai saat ini mungkin.

baiklah ayo biar aku kenalkan dengan sahabat ku, yang juga memiliki rumah tangga tak jauh berbeda dengan ku.

ya jika kalian membaca tentang cerita kebahagiaan cinta, ini akan bercerita tentang kehidupan rumah tangga yang tak jauh berbeda, tapi konflik terus membara seperti api dalam sekam.

😊😊😊😊

pagi ini langit kembali tak bersahabat dengan ku, aku hanya bisa menghela nafas panjang lagi dan lagi, "Yo!!! jangan hujan kenapa sih, aku harus berangkat kerja!" teriak Dian.

eh... salah nama dan cerita 🤭🤭🤭🤭

baiklah kita mulai ceritanya....

🍀🍀🍀🍀🍀

hari ini ada keramaian yang terjadi di rumah seorang ketua RT yang sudah menjabat cukup lama.

"selamat pak RT atas pertunangan Sari dan mas Nanang, gak nyangka akan jadi besan juragan beras," puji salah satu warga.

mendengar pujian itu pak Wasis sangat bangga, "Yo mesti ne, orang anak ku ayu Dewe," jawab pria itu berbangga diri.

Sari atau bernama lengkap Ageng Eka Wulansari, putri pertama dari bapak Wasis dan ibu Menuk.

seorang gadis yang baru saja putus sekolah dengan alasan biaya, tapi dia memang lebih tua di banding angkatannya, dan meski dia berkeinginan melanjutkan sekolah, tapi demi keinginan sang bapak dia rela putus sekolah di kelas dua SMK.

"pak... Sari masih mau sekolah, belum mau menikah.." lirih gadis itu memohon.

"jangan bikin malu kamu, lamaran sudah dilaksanakan, mau tidak mau kamu harus menikah dengan Nanang, dasar anak tak tau di untung, kapan lagi kamu bisa menikah dengan pria seperti dia," marah pak Wasis.

Sari pun masih ingin protes, tapi Bu Menuk meyakinkan putrinya itu, "sudah ya nduk, dulu ibu juga menikah dengan usia yang jauh lebih muda darimu, dan lihatlah ibu juga baik-baik saja, jadi nurut ya nduk"

"tapi Bu, kalau di sekolah itu, tak boleh menikah di usia sebelum dua puluh tahun, terlebih Sari saja baru berusia hampir delapan belas tahun, jadi belum baik jika mau menikah," bantah Sari memohon.

"wes gak bisa, kamu harus tetap menikah dengan Nanang, tidak ada bantahan jika kamu menolak, kamu akan bapak usir dari rumah," kata pak Wasis.

Sari pun hanya bisa meratapi nasibnya, bukan dia tak mau menikah, tapi dia sering dengar desas-desus tentang suaminya itu.

keesokan harinya, Sari seperti biasa ikut ke sawah milik sang bapak untuk ikut melakukan gejik jagung.

dia memakai pelindung yang cukup tebal, ya meski baru putus sekolah Sari tak mau diam saja,

di usianya yang akan masuk delapan belas tahun, sari memang sedang ranum-ranumnya, pertumbuhan dari gadis ini sangatlah pesat, bahkan bentuk tubuh dari bisa di bilang sempurna dan di tunjang dengan wajah cantik juga.

saat istirahat gejik jagung, kebetulan calon besan dari pak Wasis juga lewat untuk melihat sawahnya.

pria itu tak lupa untuk menyapa besannya yang sangat dia sukai itu, juragan Wawan pria yang menyukai keluarga itu, maka itulah dia memutuskan melamar Sari saat mendengar gadis itu putus sekolah.

"selamat pagi besan!" teriak pria itu.

"selamat pagi juragan,mau ke sawah juga?" tanya pak Wasis.

"iya ini loh mau ngajarin Nanang, supaya besok-besok bisa kalau sudah menikah, soalnya rencana saya, Nanang akan meneruskan tugas saya sebagai tengkulak, terus Sari biar jaga toko yang nanti saya buatkan khusus untuk dia," kata juragan Wawan dengan sangat antusias.

pasalnya dia sangat menginginkan Sari untuk jadi menantunya, karena dia tau jika gadis itu memiliki sifat yang sangat baik di banding dengan gadis seusianya.

"assalamualaikum pak, mas Nanang," sapa sari yang melihat Keduanya.

Sari pun langsung mencium tangan keduanya dengan sopan, "lihat gadis pilihan ayah, jempol pokoknya, nduk... nanti kalau jadi istri Nanang yang sabar ya, kalau dia membentak mu bilang bapak,kalau dia mukul kamu pukul balik," kata juragan Wawan.

"inggeh pak," jawab Sari sekilas.

dia bahkan tak berani menatap mata pria yang sedang berdiri di samping calon mertuanya itu.

"ya sudah pak besan, saya mau ke sawah dulu, permisi ya, ayo nduk bapak duluan ya," pamit juragan Wawan.

Sari pun mengangguk, Nanang pun langsung pergi, sebenarnya pria itu juga tak ingin menikah dengan Sari.

terlebih kata teman-temannya dari itu kampungan dan norak, meski cantik tapi dia itu bodoh.

hari berganti, dua bulan berlalu dan sekarang hati pernikahan, meski kedua pengantin terus mengumbar senyum, tapi nyatanya mereka tak bahagia.

semua teman sekolah sari datang, termasuk Dian, Zahra dan Dewi, meski mereka tak dekat waktu di sekolah.

mereka tetap teman dari sari, "selamat ya sari, ya Allah... udah duluan aja, padahal kemarin kamu masih ikut nyari tempat buat magang tapi sekarang malah nikah," kata Dian dengan senyum merekah.

"iya nih, maaf ya jadi kalian bertiga saja yang lanjut magangnya tanpa diriku," jawab Sari.

"iya nih pasti sepi kalau tak ada kamu," kata Zahra terlihat sedih.

"ya sudah,mas titip gadis ini ya, kalau masaknya keasinan tolong maklum ya," kata Dewi dengan usil.

"kalian mah suka gitu," kata sari yang malu.

mereka juga berfoto bersama, Nanang sempat terpaku melihat Dian.

yang sebenarnya adalah wanita idaman suami sari, Nanang menyukai gadis itu dari dulu, Dian yang selalu ceria dan yang menjadi mayoret di drum band sekolah mereka.

dia yang selalu jadi pesona utama, tapi malah sari yang sekarang jadi istrinya, karena juragan Wawan tak suka dengan putri pak Kusnan itu.

pesta berakhir pukul dua belas malam, Nanang memilih merebahkan dirinya di ranjang.

"mas mau di buatkan sesuatu tidak?" tawar Sari.

"boleh dong, aku lapar, tolong buatkan nasi goreng atau mie goreng dan telur setengah matang ya, dan kopi," kata Nanang.

"iya mas," jawab Sari yang patuh.

dia yang tahu sedikit tentang agama pun tak mungkin mengingkarinya, terlebih ini adalah hukum seorang istri yang harus taat pada suami.

"loh dari kamu mau apa? Kok di dapur?" tanya bude Likah yang terkenal sangat pintar dalam menghina seseorang.

"ini bude, suami sari lapar, jadi sari mau buatkan makanan dan kopi untuk mas Nanang," kata Sari yang tergagap.

"owalah... ya sudah buatin sana, ingat jangan asin-asin sudah nikah," kata bude Likah.

Sari pun segera membuat makanan yang di pesan oleh suaminya, tak butuh waktu lama makanan pun siap.

Nanang tak mengira aroma makanan itu cukup membuatnya terkejut, "ini mas, maaf sari hanya bisa membuatkan ini, kalau begitu satu keluar dulu bantu ibu-ibu buat kue untuk acara besok ya," pamitnya yang memang sudah bersih dari make up.

"duduklah di sini dulu, aku ingin mengatakan sesuatu padamu," kata Nanang.

Sari pun duduk sedikit menjauh, "iya mas, ada apa?" tanya gadis itu.

"aku tau kita menikah karena terpaksa, tapi sekarang aku suamimu jadi apapun keputusan ku kamu harus menurut dan tak boleh menolaknya, kamu mengerti?" kata Nanang.

"iya mas, saya mengerti karena sekarang ridho suami adalah ridho bagi saya, jadi apapun yang mas inginkan dan katakan, saya akan turuti," jawab Sari patuh.

Nanang pun tersenyum mendengarnya, "gadis pintar, mie buatan mu enak, padahal ini mie instans bukan,"

"iya mas, cuma tadi saya masak dengan bumbu lagi," kata sari.

"kemarilah, makan dengan ku, kami juga dari tadi siang belum makan," kata Nanang yang menyodorkan garpu yang berisi mie.

Sari pun ingin memegangnya tapi Nanang langsung menyuapi sari dengan tangannya sendiri.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

sedikit info ya....

tentang batas usia pernikahan.

Peraturan terbaru dalam Undang-undang Nomor 16 Nomor Tahun 2019 menuliskan bahwa batas usia minimal perempuan menikah yakni berusia 19 tahun.

Aturan ini adalah pengganti dari aturan yang tertuang dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang menuliskan usia minimal perempuan untuk menikah adalah 16 tahun.

Ketentuan ini pun sudah sesuai dengan apa yang ditentukan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

Disebutkan dalam aturan tersebut bahwa kategori anak adalah mereka yang usianya di bawah 18 tahun.

〰️〰️〰️〰️

jadi di tahun 2010 banyak teman ku yang lulus sekolah itu nikah saat usia mereka udah 16 th.

meski ada yang bertahan dan yang cerai, jadi ini hanya sedikit informasi, tolong jangan ada pikiran yang gimana-gimana ya...🙏🙏🙏🙏

rumah mertua

setelah makan, Nanang memilih bertukar pesan dengan teman-temannya, sedang Sari memilih membantu membuat kue untuk acara ngunduh mantu besok.

Nanang keluar rumah, ternyata tiga temannya itu datang ke rumah mertua Nanang.

"piye, sudah belah duren atau semongko? opo sek Abang opo putrh?" tanya Ripin menggoda temannya itu.

"lambe mu cok, sek akeh orang di rumah kamu gila kalau mikir gitu, ya kali aku telah duren sekarang," bantah Nanang.

"jangan bilang istrimu banyak panu dan kudis ya," bisik Arip karena salah mengira gadis yang di nikahi temannya itu.

"Iki dadakno Podo ae, sejak kapan onok arek ayu kudisen iku, jangan-jangan iku istri mu ya," kata Nanang tak terima mendengar ucapan Arip.

"cocot mu cok, bojo ku ayu," bantah Arip.

"ya sudah, sama saja, kalian kesini mau apa sih, jangan bikin onar, kalian tau gak ayah ku sudah marah kemarin karena kita ketahuan mabuk di saung," kata Nanang yang masih merinding membayangkan hal yang telah terjadi.

"iya Cok, aku teko omah di siram air got, gara-gara arek gendeng Iki," marah Fendi yang pasrah menerima nasib.

"ya maaf, aku juga di usir istriku gak boleh tidur di kamar gara-gara waktu itu, tapi kita semua sudah menikah, kamu kapan Fendi? dadi Joko Dewe Cok, Joko rak payu," kata Arip menggoda temannya itu.

"mben nikah lek wes gelem, sayang e tinggal nyari manten perempuan saja yang mau, ha-ha-ha," kata Fendi.

Sari keluar dengan kaos bermotif yang cukup ketat, hingga mencetak bentuk tubuhnya, dan menyuguhkan kopi pada Nanang dan teman-temannya.

penampilan dari bikin ketiga orang itu kaget dan melotot, pasalnya Sari memiliki bentuk tubuh terlalu sempurna untuk ukuran gadis desa.

"maaf mas, ini kopi dan kuenya, baru saja matang barusan, tolong di cicipi ya," kata Sari dengan sopan.

Fendi melihat Sari dengan tatapan yang begitu dalam, "heh, nguwasi opo peno, Iki istriku... kono cari sendiri," kata Nanang meraup wajah Fendi.

"alah cok, duduk ayahmu seng lamar awakmu juga gak akan mau, Yo kan dek?" kata Fendi kesal.

"mas kalau begitu saya permisi," kata Sari.

"heh... itu tadi Sari? bunga desa sini kan? seng nikah Karo awakmu bukan adiknya tha?" tanya Ripin tak percaya.

"ya itu Sari, makanya kalian bilang dia jelek itu yang mana?" tanya Nanang sombong.

"ternyata kita salah orang kayaknya, habis yang kemarin kita lihat itu siapa dong?" tanya Arip.

"gak itu tah?" tanya Ripin menunjuk pada seorang gadis.

"jangkrik, itu adiknya yang kelas dua SMP sekarang, kalian buta ya," kesal Nanang yang merasa di tipu oleh teman-temannya.

"lah Yo, berarti selama ini kami keliru ya, pantes kok ayah mu ngotot mau menikahkan mu dengan gadis kelas dua yang putus sekolah, ternyata anak pak Wasis seng paling ayu," puji Keduanya.

mendengar pujian dari kedua temannya itu, Nanang pun mulai merasa jika menikah dengan Sari tak buruk juga.

setelah sholat subuh, Sari masih di rias, sedang Nanang sedang tidur di samping Sari.

"mbak itu masnya gak di bangunin?" tanya penata rias manten.

"biarkan saja mbak, nanti saja jam enam baru di bangunin, kasihan semalam dia tidak tidur," jawab Sari.

"aduh mbak Sari ini terlalu baik ya, mas Nanang beruntung deh punya mbak Sari," kata penata rias itu.

akhirnya Sari sudah selesai mengenakan baju untuk ngunduh mantu.

Nanang juga sudah mengenakan jas yang makin menambah tubuh pria itu terlihat sangat tampan dan sempurna.

Sari dan Nanang sedang melakukan foto pengantin, tapi fotografer sedikit bingung karena sari yang nampak canggung.

"em... mas duduk saja ya, mbaknya ini berdiri terus peluk masnya," kata fotografer itu.

saat Sari memeluk pun dia belum sepenuhnya terlihat nyaman, akhirnya terpaksa sang fotografer meminta Sari yang duduk dan Nanang yang berdiri.

"ini kok pengantinnya canggung amat, apa perjodohan lagi?," gerutu fotografer itu.

"sudah selesaikan tugas mu, kamu gak tau itu putra juragan Wawan, jadi gak usah heboh deh," kesal penata riasitu

setelah selesai, Nanang sedikit kesal, karena fotografer itu terlalu banyak ikut campur, dan memandangnya dengan tatapan mata yang sulit di artikan.

"mas... sebaiknya anda fokus dengan pekerjaan anda, tak perlu berkomentar yang tidak di butuhkan," kata Nanang tak suka.

"sudah mas, jangan marah ini hari baik, terlebih kita mau ke rumah mas," kata Sari menenangkan istrinya.

Nanang pun minum terlebih dahulu, tak butuh waktu lama, rombongan pun mulai menuju ke rumah dari Nanang.

sesampainya di rumah itu, ternyata acara lebih mewah, dan Sari terus tersenyum.

setelah acara, dia juga belum makan karena masih melepas semua pernak-pernik dari hiasan yang dia pakai.

"mbak Sari?" panggil Yuni tersenyum melihat gadis itu.

"hai Yuni, kemarilah aku tak punya teman nih," kata Sari.

"ya Allah aku tak percaya jika sekarang kamu jadi kakak iparku, kamu sedih ya ... maaf ya," kata Yuni

"tidak kok, aku senang sekali, kenapa kamu minta maaf, padahal aku tak keberatan dengan pernikahan ini, terlebih sekarang kita semakin dekat," kata Sari memeluk sahabatnya itu.

inilah salah satu alasannya bagaimana bisa juragan Wawan bisa tau bagaimana sifat Sari.

gadis itu sering main ke rumah ini karena dia adalah sahabat dari putri juragan.

"ayo kita makan yuk, kamu mau bakso atau nasi goreng, atau gado-gado," tanya Yuni.

"tunggu sebentar, biar aku tanya mas Nanang dulu," kata Sari.

"buat apa cari pria itu, dia sudah makan bersama para sepupu, kamu saja yang belum, atau mau aku ambilkan," tawar Yuni.

"tidak usah, aku ambil sendiri, kebetulan aku belum menyapa ibu dengan puas tadi," kata Sari.

dia sekarang memakai kemeja yang cukup longgar dan juga memakai celana kain yang cukup longgar.

Sari langsung di peluk oleh mertuanya, pasalnya Sari sudah di anggap seperti putrinya sendiri.

"ibu... mbak Sari belum makan, biar kami makan dulu, habis putra mu itu gila, masak makan sendiri istrinya gak di ajak," kesal Yuni.

"aduh Yuni, kok ngomongnya begitu sih, bagaimana pun dia itu kakak mu loh," kata Bu Wiwit mendengar ucapan dari putrinya itu.

"loh kamu disini dek, ini aku bawa gado-gado untuk mu,ayo kita makan di kamar yuk," ajak Nanang.

"ah iya mas, kalau begitu saya pamit ya Bu, Yuni aku duluan ya," kata Sari yang memberikan kode.

"aku ikut, mas ambilin bakso dong, banyakin pentolnya ya," kata Yuni merebut nampan itu.

"kamu kok memerintah sih Yun," kesal Nanang.

"ibu.... mas Nanang gak mau bantuin Yuni..." kata gadis itu.

"aduh kamu ini le, ya tolong ambilkan saja toh ya tidak jauh, Yuni temani mbak ipar mu dulu gih," kata Bu Wiwit.

Nanang pun ingin memukul adiknya Yuni, "untung ada ibu, jika tidak beh... habis kamu," kesal Nanang.

tapi Yuni malah mengejek kakaknya itu dengan menjulurkan lidahnya.

resepsi kedua

Yuni dan Sari sedang makan siang berdua di kamar, tadi Nanang juga mengambilkan air jahe hangat sesuai request dari adiknya.

tapi sayangnya yang minum adalah Sari bukan Yuni, "kamu sakit?" tanya Nanang pada istrinya itu.

"tidak kok mas, aku baik-baik saja, ah terima kasih ya," jawab Sari.

sedang Yuni yang tak nyaman pun mengusir kakaknya itu, "sudah pergi sana jangan di sini,"

"iya iya, dasar gadis menyebalkan," kata Nanang pergi.

Sari pun melanjutkan makan, karena jika dia tak makan bisa bahaya, karena dia memiliki tubuh cukup lemah, dan mudah sekali mimisan, setelah makan dia sempat untuk memejamkan mata sebentar.

pukul setengah empat, dia kembali sudah siap di make up penuh lagi, pasalnya mertuanya ini adalah juragan yang sangat terpandang di desanya.

terlebih resepsi juga mengadakan hiburan wayang kulit semalam suntuk.

pukul delapan malam acara campur Sari dari acara wayang kulit itu sudah di mulai, bahkan Juragan Wawan naik ke atas panggung untuk nyawer para biduan.

Sari yang baru melihat itu sedikit kaget, "biasa saja, kamu akan terbiasa, karena ayah sering seperti itu, ini makan dan yang penting itu hanya hiburan karena jika ayah berani macam-macam ini lebih jahat asal kamu tau saja," kata Yuni.

"benarkah, kamu yakin ibu itu kejam padahal beliau terlihat sangat lembut, wih ... coklat, terima kasih," kata Sari.

"benar tau, dasar bocah laki kamu lihat coklat seseneng itu," kata Yuni tak percaya.

Nanang pun melihat istrinya itu dan Yuni sedang tertawa bersama, sahabat-sahabat dari Nanang penasaran ingin melihat istri dari pria paling kaya di tongkrongan.

"mana nih istrimu, panggil dong masak dari tadi gak di perkenalkan pada kami sih," kata Ripin.

"iya bentar aku panggil dulu," jawab Nanang.

dia pun menghampiri Sari, dan membisikkan sesuatu, dan gadis itu pun berdiri.

tapi saat akan berjalan, tubuhnya sedikit limbung, "kamu sakit, atau lelah?" tanya Nanang yang menahan tubuh istrinya.

"ah tidak kok, aku hanya nginjek gaun yang super gede ini, maaf ya mas," kata Sari.

"hati-hati dong makanya, ayo sekarang kita bertemu dengan sahabat-sahabat ku," kata Nanang.

Nanang pun mengandeng tangan istrinya, sedang Sari tersenyum melihat semua teman dari suaminya itu.

"Sari ... ini semua teman ku, kamu harus memastikan satu persatu wajahnya, karena mereka ini Yang selalu menjadi orang-orang yang selalu bersamaku," terang Nanang.

"selamat malam semuanya, salam kenal..."

Sari pun di minta duduk di sebelah Nanang, tapi tak terduga Yuni malah datang dan menarik kakak iparnya itu untuk menemui beberapa tamu penting.

"di panggil ibu, toh nanti kalian ketemu mereka lagi, katanya ada tamu istimewa," kata Yuni yang mengajak sari pergi.

"hei Yuni kamu gak mau nikah, tuh si Fendi masih sendiri," kata Arip menawarkan pada gadis itu.

"idih... siapa yang mau dengan pria pengangguran begitu, setidaknya aku harus punya suami yang sudah punya rumah sendiri," kata Yuni ketus.

"apa maksudmu Yuni, di itu punya banyak kolam lele loh," kata Ripin.

"maaf gak minat, kalau mas Fendi tak berubah pasti tak ada yang mau, jadi jadi orang sukses dulu, pasti banyak wanita yang mau dengan mu, tak usah cari, pasti mereka akan berdatangan sendiri," jawab Yuni tersenyum.

"tuh kamu di suruh sukses dulu baru boleh melamar," terang Arip.

"baiklah Yuni, aku akan menjadi orang sukses agar bisa menjadi idaman semua wanita," kata Fendi yang melihat Sari.

tapi membuat Yuni salah sangka, karena dia kira jika Fendi benar-benar menyukainya hingga mau menunggunya, padahal pria itu cuma bercanda.

Sari pun sudah sangat lelah, dia pun memilih untuk berganti baju dan membereskan semua make-up di wajahnya.

Sari baru sadar jika perutnya sangat sakit, ternyata dia sedang datang bulan.

dia pun hanya bisa meringkuk menahan rasa sakit saat mentruasi terjadi.

Nanang ingin memanggil Sari, karena beberapa temannya datang dari luar kota.

tapi saat Nanang masuk dia kaget melihat istrinya itu sedang merintih kesakitan.

"kamu kenapa sari?"

"aku sedang datang bulan mas, perutku sakit, tapi gak papa jika ada tamu penting aku akan menemui mereka?" kata Sari yang bersikap sok kuat.

"tak usah, biar aku ajak mereka menemui dirimu lain kali, maaf jika nanti mereka melakukan hal gila Karena akan kecewa" kata Nanang mengingatkan istrinya itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!