Selama rapat berlangsung, semua karyawan sibuk mendengarkan penjelasan dari atasan. Namun, pemimpin perusahaan tersebut justru terus menatap seorang karyawan yang duduk di paling belakang dengan kaca besar yang menutupi nya, dia sangat sederhana. Kemeja berwarna putih yang di balut blazer hitam, rok span hitam selutut, pantofel dan rambut hitam panjangnya yang ia kepang dua.
Jika di lihat dengan teliti, sosok wanita itu sebenarnya sangat cantik. Memiliki kulit putih bersih yang tertutup cream hitam, tai lalat yang lumayan besar di dekat pipi, gigi palsu agar terlihat kuning dan poni yang terbuat dari rambut kusut nya.
"Presdir, apakah ada tambahan lain?" Tanya seseorang pada laki-laki tersebut yang sebelumnya terus memperhatikan seorang wanita.
"Tidak ada."
"Baiklah, untuk kali ini rapat di cukupkan. Silahkan bubar..."
Semua karyawan langsung berhamburan, termasuk wanita cupu itu yang menunggu gilirannya untuk keluar. Jika dia terus memaksa keluar di saat ramai, yang ada mereka semua akan mendorong nya hingga membuat nya jatuh atau menyingkir.
"Jesslyn, bawakan kopi ke ruangan kami. Ingat! jangan terlalu banyak gula!" Ucap seorang wanita dengan melemparkan beberapa lembar uang pada wanita yang bernama Jesslyn itu.
"Baik." Angguk nya.
Jesslyn memunguti uang tersebut yang berhamburan di lantai, dia menghela nafas berat sebelum akhirnya pergi dengan sedikit terburu-buru.
Dia melihat-lihat jam tangannya karena sebentar lagi waktu makan siang akan habis, sedangkan dia mengantri untuk beli kopi lumayan lama.
"Terimakasih..." Senyum Jesslyn setelah kopi pesanannya sudah di buat, dengan berlari lumayan kencang Jesslyn segera naik ke lift. Dia mengetuk ngetukan jari nya di lift, dia sangat lapar karena sejak pagi dia belum sarapan sedikit pun.
Ting!
Dengan kembali berlari, dia menghampiri meja yang sudah ramai itu. Dengan cepat dia meletakkan kopi-kopi tersebut di sana, mereka yang melihat itu hanya tertawa.
"Sorry, kita sudah minum kopi yang ada di kantin." Ucap nya dengan membuang kopi itu di tong sampah.
Jesslyn yang melihat itu sudah terbiasa, dia pun berbalik untuk pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Namun, langkah kaki nya justru di sandung oleh seseorang dari mereka yang langsung tertawa puas.
"Hahaha, apa kaca mata besar mu sudah tidak bekerja dengan baik?" Tawa mereka dengan penuh ejekan.
"..." Lagi dan lagi Jesslyn hanya diam dan merapihkan rok nya sebelum akhirnya benar-benar pergi dari sana, Jesslyn berlari ke kamar mandi yang ada di dekat ruangannya. Melihat situasi yang sepi, Jesslyn mengunci dirinya di balik kamar mandi.
"Papa.... Jesslyn cape..." Tangis nya dengan membuka kaca mata tersebut, dia menangis tersedu-sedu di sana. Hingga membuat kedua matanya bengkak dan memerah, dia tidak peduli jika terlambat lagi karena bagi nya di marahi atau pun di caci maki oleh mereka sudah menjadi makanan nya setiap hari.
Setelah puas menangis dan berkeluh kesah, Jesslyn pun kembali merapihkan penampilan nya. Dia melihat dirinya di cermin, sangat buruk!!
Dengan langkah yang penuh kelelahan, Jesslyn kembali ke tempat duduknya. Di sana dia melihat sosok wanita berambut pendek yang tengah duduk di kursi nya, melihat kedatangan nya Jesslyn langsung merubah ekspresi nya.
"Loly?" Sapa Jesslyn dengan menepuk pundak nya.
"Astaga Jes! kau dari mana? cepat makan ini, aku tahu kau belum makan apapun dari pagi." Ucap nya dengan memberikan beberapa sandwich dan juga sekotak susu beserta buah dan sayur nya.
"Terimakasih, kau tahu saja bahwa aku belum apa-apa." Senang nya dan segera melahap sandwich tersebut dengan lahap, dia benar-benar lapar!
"Jes, aku akan kembali ke meja ku. Pulang nanti kita bareng ya, aku bawa mobil hehe..." Cengir nya.
"Oke..." Angguk Jesslyn dengan patuh.
Loly adalah teman baiknya selama hampir setahun belakangan ini, semenjak Jesslyn bekerja di sana hanya Loly saja yang mau berteman dengan nya tanpa memikirkan kondisi ataupun penampilan Jesslyn.
Mereka tidak ada yang berani mengganggu atau mengatakan hal-hal yang buruk tentang Loly karena bagaimanapun juga, Loly merupakan anak dari penanaman saham di perusahaan tersebut sehingga mereka enggan berbuat masalah dengan nya.
Loly juga sangat baik dan ceria, entah kenapa dia mau berteman dengan Jesslyn yang notabenenya adalah wanita jelek dan miskin.
Namun, Jesslyn sangat bersyukur karena ternyata masih ada yang mau berteman dengan nya di sana. Hanya Loly yang membuat nya semangat berada di sana, mungkin jika tidak ada dirinya, Jesslyn sudah lama menyerah.
"Jesslyn, kerjakan semua ini. Aku ingin besok pagi berkas ini sudah selesai kau kerjakan!!" Ucap seorang wanita dengan memberikan setumpuk berkas yang lumayan banyak.
"Tapi..."
"Apa kau mau aku mengadu pada Presdir bahwa kau malas bekerja?!" Marah nya dengan menatap tajam Jesslyn yang langsung tersenyum kecut.
"Baik." Benar ataupun salah, dia akan tetap salah di mata sang atasan.
"Bagus!" Senyum nya.
Jesslyn menghela nafas panjang, dia segera mengerjakan berkas tersebut dengan rasa lelahnya. Dia sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan yang bukan tugas nya, karena dia pintar dan ahli bekerja di semua bagian, akhirnya dia di manfaatkan oleh semua orang yang ada di sana.
Mereka asik berbincang, makan ataupun mengobrol, sedangkan Jesslyn? dia sibuk mengerjakan pekerjaan mereka bahkan sampai lembur atau pun tidak pulang.
Seperti hari ini, Loly terus marah-marah namun Jesslyn hanya tersenyum sebagai balasan dan menyuruh nya untuk pulang lebih awal namun Loly tetap menolak dan enggan meninggalkan nya.
"Jes, ayolahhhh pulang. Biarkan saja berkas ini, aku sendiri yang akan mengantarkan nya besok!!" Kesal nya.
"Tidak apa-apa, aku sudah terbiasa. Kau pulang lah lebih awal, aku akan pulang naik taksi." Balas Jesslyn dengan mata dan tangan yang tetap fokus pada layar komputernya.
"Tidak mau!" Keukeuh nya dengan melipatkan kedua tangannya, dia duduk di samping Jesslyn.
"Baiklah terserah pada mu." Angguk Jesslyn.
Mereka sibuk dengan urusannya masing-masing, hingga akhirnya Jesslyn melihat Loly yang sudah tertidur pulas di sampingnya. Melihat itu, Jesslyn bukannya senang justru dia merasa tak enak hati karena Loly benar-benar tidak meninggalkan nya.
"Loly, ayo pulang..." Ajak Jesslyn dengan menepuk-nepuk pundak Loly.
"Ehmm, sudah selesai?" Tanya nya dengan suara yang serak.
"Belum, aku akan mengerjakan nya di rumah. Kau harus segera istirahat..." Balas Jesslyn dengan membantu Loly untuk berdiri.
"Baiklah..." Angguk nya yang terlihat begitu lelah dan mengantuk.
Setelah itu, mereka keluar dari perusahaan dengan keadaan yang sudah gelap namun masih banyak juga karyawan yang lembur atau pun malas untuk pulang.
Loly mengantarkan Jesslyn ke sebuah apartemen yang lumayan elit di sana, sudah terbiasa jika Loly akan datang dan berkunjung ke apartemen nya. Namun kali ini, Loly bilang akan kedatangan kakak nya yang baru pulang dari luar negeri. Karena itu lah dia tidak mampir atau pun menemani Jesslyn.
Setelah melihat kepergian Loly, Jesslyn segera berlari kecil ke tempat parkiran khusus, dia mengambil kunci mobil nya pada satpam yang sudah tahu siapa dia sebenarnya.
Hingga akhirnya, mobil sport berwarna biru gelap itu meluncur dengan bebas di tengah-tengah padat nya jalan. Jesslyn diam dengan ekspresi yang sangat tidak baik nya, dia merasa seluruh tubuhnya sakit dan pegal.
Hingga akhirnya, mobil tersebut berhenti di sebuah mansion besar yang begitu mewah dan luar biasa. Para pelayan dan penjaga langsung menundukkan tubuhnya penuh hormat, mereka melihat sosok Jesslyn yang begitu jauh berbeda dengan asli nya.
"Nona..." Sapa mereka dengan menerima kunci mobil nya.
"Apakah Liam sudah pulang?" Tanya Jesslyn.
"Tuan sudah pulang sejak sore tadi namun tak lama keluar lagi dan masih belum pulang sampai sekarang." Balas salah satu dari mereka dengan menunduk.
"Baik, aku akan mandi dan bersiap. Tolong bawakan seseorang untuk memijat ku..." Ucap Jesslyn dengan ekspresi lelah nya.
"Baik nona." Patuh mereka.
Setelah itu, Jesslyn segera naik ke lantai atas. Dia memasuki kamarnya yang begitu mewah dan besar, tidak mau membuang waktu lagi Jesslyn segera pergi ke kamar mandi untuk menghilangkan sedikit rasa lelah nya.
"Nona Jes sangat kasihan, sepulang bekerja dia akan terlihat lelah dan ada beberapa luka juga di tubuhnya. Padahal, seharusnya dia hidup dengan mewah dan bersenang-senang seperti wanita bangsawan pada umumnya namun....." Ucap para pelayan yang terlihat begitu mengkhawatirkan Jesslyn.
"Sudahlah, nona Jes sendiri tidak mempermasalahkan hal ini. Meskipun sebenarnya dia juga lelah namun, demi tuan dia rela melakukan semua nya."
"Semoga nona bisa mendapatkan kebahagiaan nya..."
"Ya, meskipun dia dulu sangat jahat, egois dan keras kepala namun hampir setahun belakangan ini dia terlihat lebih lembut dan tidak pernah lagi memperlakukan orang rendahan seperti kita dengan buruk."
"Benar, bahkan nona Jes juga selalu mengucapkan kata maaf dan tolong saat melakukan kesalahan atau pun menginginkan sesuatu."
Jesslyn Theresa putri, dia adalah putri semata wayangnya dari keluarga putra. Jesslyn sangat manja, keras kepala, semena-mena dan buruk tingkahnya. Jesslyn sudah jatuh cinta pada William Marvendio Tire atau yang sekarang sudah menjadi suami nya, Jesslyn terus memaksa ayah nya untuk bisa menikahkan nya dengan lebih Liam namun sang ayah terus menolak dan mengatakan bahwa Liam tidak menyukai nya sejak dulu.
Karena keras kepala dan tidak mau keinginan nya di tolak, Jesslyn memilih untuk meminum racun hingga akhirnya sang ayah mau tidak mau menuruti nya dan memohon pada Liam untuk menikahi putri nya yang sedang terbaring di rumah sakit saat itu.
Akhirnya, sosok laki-laki tampan dan sangat berpengaruh di negara tersebut mau menyetujui nya asalkan dia tidak ikut campur lagi dalam urusan rumah tangganya nanti.
Mendengar itu, Jesslyn sangat senang karena keinginan nya tercapai. Dia begitu angkuh dan sombong namun setelah menikah, dia justru bukannya merasa senang justru malah mendapatkan banyak sekali cacian dan makian dari Liam.
Karena pertama kalinya di perlakukan seperti itu, Jesslyn langsung demam dan berharap bahwa Liam akan berubah dan mulai menerimanya. Namun, hal tersebut justru berlangsung sampai sekarang. Bahkan, Liam menyuruh nya untuk bekerja dengan penampilan yang buruk rupa.
Lagi dan lagi, Jesslyn seperti kerbau yang di cocok hidungnya, dia selalu menurut dengan apa yang di katakan oleh Liam meskipun itu selalu menyakiti diri dan hati nya. Asalkan Liam senang, maka Jesslyn akan dengan senang hati menerima nya.
Liam tahu bahkan sangat tahu bagaimana Jesslyn di perlakukan di kantornya, namun dia tetap tutup telinga dan mata nya mengenai Jesslyn. Dulu, saat awal-awal bekerja, Jesslyn selalu mengadu dan menceritakan semua yang terjadi padanya namun setelah hampir setahun ini Jesslyn tidak lagi berkeluh kesah mengenai dirinya, bahkan saat dia drop juga Jesslyn tidak mengatakan nya pada Liam.
Bahkan, dulu pernah Jesslyn jatuh dari tangga karena keisengan rekan kerjanya yang sangat tidak menyukai nya itu, posisi saat itu sedang ada Liam di sana, namun Liam tidak peduli bahkan tidak menghiraukan kepala Jesslyn yang terluka dan mengeluarkan darah segarnya.
Apakah Jesslyn bodoh? tidak, semua orang pasti akan melakukan hal yang sama agar orang yang di sukai nya senang.
Tok tok tok tok tok
"Nona?"
"Masuk."
Seorang pelayan masuk dengan membawa minyak urut nya, dia melihat Jesslyn yang terbaring di atas ranjang dengan memakai baju tidurnya yang pendek hingga memperlihatkan paha dan pundak nya yang terlihat beberapa memar di sana.
"Nona, apakah ini ulah rekan kerja anda lagi?" Tanya nya dengan sedikit bergetar, jumlah luka memar tersebut tidak hanya satu melainkan banyak.
Bahkan, ada juga yang sudah mulai menghilang dan itu berarti luka tersebut sudah lama di dapatkan nya.
"Tidak apa-apa, aku sudah terbiasa." Balas nya dengan bangkit dari duduknya dan mengambil obat yang di berikan oleh pelayan tersebut.
Setelah itu, Jesslyn kembali menelungkup di atas ranjang untuk segera di pijat. Seluruh tubuhnya terasa sakit, bahkan saat pelayan itu memijat nya Jesslyn terus meringis.
Sang pelayan tak kuasa untuk tidak menangis, meskipun awalnya dia sempat tidak menyukai kehadiran nya namun semakin hari Jesslyn selalu menunjukkan perubahan dirinya, Jesslyn semakin baik dan lembut. Bahkan mereka juga tidak pernah lagi melihat Jesslyn mengamuk atau pun mengadu pada Liam mengenai hari-hari nya, justru mereka sering melihat Jesslyn yang menangis diam-diam di kamar mandi atau pun di dalam kamarnya.
"Nona, sebaiknya kita pergi ke rumah sakit saja. Bibi takut kondisi nona akan jauh lebih buruk dari ini...." Cemas nya.
"Tidak usah bi, pekerjaan aku sangat banyak. Jika tidak selesai, mereka akan kembali mengadu pada Liam bahwa aku tidak bisa bekerja dengan baik." Balas Jesslyn dengan mata yang terpejam.
"Tapi nona..."
"Aku sudah ngantuk, jika aku tidur bibi keluar saja...." Balas Jesslyn dengan pelan.
"Baik nona." Patuh nya yang terus memijat punggung Jesslyn dengan penuh kehati-hatian agar tidak melukai nya.
Setelah mendengar suara dengkuran halus dari Jesslyn, pelayan tersebut segera keluar setelah menyelimuti tubuh Jesslyn.
Saat berada di lantai bawah, pelayan tersebut melihat Liam yang baru datang dengan ekspresi mengerikan nya.
"Tuan..." Sapa nya dengan menundukkan kepalanya dan tidak berani untuk menatap nya.
"...."
"Tuan, nona Jesslyn baru saja tidur. Di tubuhnya banyak sekali luka memar, sepertinya nona benar-benar terluka parah...." Ucap pelayan tersebut pada Liam yang memberhentikan langkah kaki nya.
"Lalu? apa urusannya dengan ku?" Tanya Liam datar.
"Maafkan saya tuan, saya hanya mengatakan nya saja..." Takut pelayan tersebut dengan menelan ludahnya bulat-bulat.
"Jika ada sesuatu tentang nya jangan pernah mengatakan nya padaku!! aku tidak peduli! bahkan, dia mati pun aku tidak akan peduli!" Datar Liam yang tidak sadar bahwa di lantai atas ada Jesslyn yang hendak mengambil air minum.
Tubuh Jesslyn ambruk di balik pintu yang baru saja ia kunci itu, kedua tangannya ia gunakan untuk membekap mulutnya agar tidak mengeluarkan suara tangisnya. Air mata nya mengalir dengan begitu deras, rasa sakit pada tubuh nya yang sebelumnya ia rasakan kini terasa hilang, yang ada rasa sakit di hati nya yang terasa begitu besar.
Seperti ada ribuan ton besi yang menimpa dada nya hingga membuat nya sesak dan kesakitan seperti sekarang, tubuhnya bergetar karena tangis.
"Apakah segitu buruk nya aku sehingga kau..." Ucap Jesslyn dengan menatap foto pernikahan mereka, terlihat Jesslyn yang tersenyum lebar dan Liam yang diam dengan wajah tak senang nya.
Jesslyn berjalan dengan gontai menuju meja rias nya, dia terlihat cantik namun mengenaskan. Dengan tubuh yang terlihat kurus, wajah pucat, dan tubuh yang di penuhi banyak memar.
Jesslyn menatap cincin pernikahannya yang ia simpan di balik kalung nya, di ambilnya secara paksa hingga terlepas dan membuat leher nya berdarah namun Jesslyn tidak peduli.
Di tatap nya cincin pernikahan tersebut yang terlihat noda darah di sana karena saat pemasangan cincin, Liam sengaja membeli cincin yang ukurannya tidak sama seperti jari nya hingga akhirnya Liam memasangkan cincin tersebut dengan paksa hingga membuat jari Jesslyn terluka.
Jesslyn tak ambil pusing karena menurutnya, Liam hanya sedang kesal dan salah membeli ukuran cincin. Namun siapa sangka? ternyata Liam sengaja melakukannya agar Jesslyn sadar bahwa di hari pernikahan itu, Jesslyn akan sama menderita untuk kedepannya.
Tok tok tok tok tok
"Nona?"
Jesslyn hanya diam dengan fokus menatap cincin pernikahannya, merasa tak ada balasan akhirnya pelayan tersebut masuk untuk meletakkan air minum untuk Jesslyn yang selalu kehausan setiap malam nya.
"Nona?" Kaget nya yang langsung menghampiri Jesslyn.
"Nona? apa anda baik baik saja? saya akan mengambil obat dulu..." Ucap nya dengan tergesa-gesa, dia mencari kotak obat di sana dan segera membawa nya ke samping Jesslyn.
"Nona, saya mohon jangan seperti ini..." Takut nya dengan air mata yang sudah mengalir, dia bisa melihat dengan jelas tatapan pasrah dan menyerah dalam diri Jesslyn.
Dengan tubuh yang bergetar, dia segera mengobati leher Jesslyn yang tergores akibat kalung tersebut. Setelah selesai, pelayan tersebut segera menuntun Jesslyn ke ranjang dan membantu nya untuk merebahkan tubuhnya.
"Nona...."
"Aku baik-baik saja bi..." Balas Jesslyn dengan memejamkan matanya pelan.
"Saya akan menjaga nona disini..." Ucap nya dengan bangkit dari tempat duduknya.
"Bi, tolong buka kan pintu balkon nya..." Ucap Jesslyn.
"Baik nona..."
Pintu kaca tersebut terbuka lebar hingga memperlihatkan keindahan langit yang di penuhi dengan bintang, Jesslyn tersenyum saat melihat bulan yang begitu bersinar terang.
"Bukankah sudah jelas? Liam seperti bulan yang bersinar terang sedangkan aku? aku seperti bintang yang berada di ribuan bintang lainnya. Terlihat redup dan kurang bersinar. Kenapa aku tidak sadar?" Ucap Jesslyn dengan tangan yang terulur untuk bisa menjangkau bulan.
"Nona, meskipun bintang yang nona maksud kan itu terlihat redup namun percayalah... Semua bintang juga memiliki kehidupan dan kebahagiaan sendiri untuk bisa menyinari seseorang yang membutuhkan sinar nya tersebut." Balas sang pelayan yang membuat Jesslyn terdiam.
".... Maksud bibi? aku harus mencari seseorang yang membutuhkan sinar ku itu?" Tanya Jesslyn dengan duduk dan bersandar pada ranjang.
"Bukan mencari, namun nona tidak sadar bahwa banyak seseorang itu yang lebih membutuhkan sosok anda." Senyum pelayan nya dengan menatap Jesslyn yang hanya diam.
"Apakah aku egois karena aku lebih memilih ingin menyinari bulan tersebut?" Tanya Jesslyn dengan tersenyum kecil.
"Bukan egois namun hal itu akan membuat nona semakin terkucilkan dan justru, membuat nona sendiri jatuh semakin dalam." Jelas nya yang lagi-lagi membuat Jesslyn tersenyum bahkan sampai cekikikan.
"Aku rasa ini semua karma yang aku tanam selama ini bi, aku akan menerima nya dengan senang hati. Tunggu hingga aku benar-benar lelah, mungkin saat itu juga aku akan memilih untuk mundur...." Jelas Jesslyn dengan melihat kertas putih yang tergoletak di atas meja samping tempat tidurnya.
"Nona...."
"Tidak apa-apa, aku memang pantas mendapatkan semua ini." Senyum Jesslyn dengan membaca kertas tersebut yang hampir setiap hari ada di kamar nya.
••••
Pagi ini, Jesslyn sibuk berkutat dengan dapur. Dia memasak banyak makanan dan itu semua menu favorit Liam, meskipun akhirnya Jesslyn tahu akan seperti apa namun dia tidak peduli.
"Selamat pagi..." Sapa Jesslyn dengan tersenyum lebar pada Liam yang muncul dengan wajah tampan nya itu.
"..." Seperti biasa, lagi dan lagi Liam tidak menghiraukan sosok nya. Bagi Jesslyn, dia seperti patung di hadapan Liam.
"Aku masak makanan kesukaan mu lagi, ayo makan..." Ajak Jesslyn.
"Bi, aku akan makan di kantor." Balas Liam dan pergi begitu saja meninggalkan Jesslyn yang nampak diam.
"Nona..." Panggil mereka dengan khawatir.
"Tidak apa-apa, kalian makan saja ya. Aku juga mau bersiap pergi ke kantor..." Senyum Jesslyn seakan-akan tidak terjadi sesuatu pada nya.
"Nona, kami mohon jangan lagi...." Lirih mereka setelah melihat kepergian Jesslyn menuju tangga, mereka sedih melihat kejadian seperti ini yang setiap hari terjadi.
Jika mereka seperti Jesslyn, mungkin sudah lama mereka memilih untuk menyerah. Mereka sangat penasaran, di buat dari apa hati Jesslyn itu? kenapa sangat kuat?
"Nona, makan dulu..." Ucap sang pelayan namun Jesslyn hanya menggelengkan kepalanya saja.
"Aku akan makan di kantor bi..." Balas Jesslyn yang terlihat terburu-buru itu.
Di depan, Jesslyn berpapasan dengan Marsendio. Dia adalah sahabat dekat nya Liam setahu Jesslyn, Marsen terlihat tampan dengan jas nya yang rapi.
"Ahh Jesslyn?" Tanya nya dengan tersenyum lebar, dia ingat wajah cantik Jesslyn dua tahun yang lalu sebelum Jesslyn berpenampilan seperti sekarang, sebelum Liam menyuruh nya untuk berpenampilan seperti saat ini.
"Kak Marsen?" Gumam Jesslyn, dia tahu siapa Marsen dan berharap Marsen mau merahasiakan semuanya dari Loly karena mereka saudara kandung.
"Apakah kita bisa berbincang?" Tanya nya dengan tersenyum kecil.
"Tapi..." Jesslyn melihat tangan nya yang penuh dengan berkas milik rekannya itu, pagi ini harus segera di selesaikan.
"Tidak apa-apa, aku sudah meminta izin pada Liam meskipun dia...."
"Baiklah ayo, lain kali jangan meminta izin. Bagaimana pun juga dia tidak akan peduli hahah..." Tawa Jesslyn yang terselip kesedihan yang sudah mendalam.
"Aku tahu, tapi kau bukan lagi wanita lajang Jes." Senyum nya dengan membawa Jesslyn untuk duduk di salah satu kursi yang ada di dekat pohon.
"Aku tahu, tapi aku sama seperti wanita lajang."
"...."
"Sudahlah, ada apa?" Tanya Jesslyn dengan penasaran.
"Kau tahu? adikku Loly, dia memintaku agar membantu mu keluar dari perusahaan Liam dan menyuruhku untuk membawa ke perusahaan ku." Jelas nya yang membuat Jesslyn melototkan matanya.
"Percaya tidak percaya, Loly begitu menyayangi mu Jes.... Dia menyuruhku datang kemari hanya untuk mengatakan hal ini."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!