"Yang mulia Ratu. Yang kami hormati. Hari ini keributan di kalangan warga awam, telah kami selesaikan," lapor seorang prajurit wanita, dengan posisi berdiri setengah membungkuk.
"Kerja bagus. Jangan biarkan seorang warga negeri ini diinjak semena-mena!" ucap sang Ratu dengan senyum dinginnya.
Setelah rapat dewan majelis kerajaan pagi itu, sang Ratu (Xio Feng Ni) menuruni singgahsananya untuk melihat langsung keadaan para rakyat, yang di mayoritaskan kaum wanita.
Kehidupan yang serba kecukupan ekonomi itu memang terlihat baik-baik saja, tanpa ada kesenjangan perekonomian yang teramat mencolok.
"Hasil panen kamu hari ini sangat banyak" ucap Feng Ni berdialog langsung pada rakyat.
"Iya Yang Mulia Ratu. Ini berkat pupuk dan bibit yang anda berikan adalah kualitas terbaik," jawab wanita tua, memberi sekarung padi lebih kurang lima puluh kilogram.
"Ini juga hasil kerja keras upaya kamu, yang tekun," Feng Ni menepuk pelan pundak wanita tua di depannya.
Rasa haru bisa memimpin sebuah kerajaan tanpa menyusahkan kehidupan perekonomian rakyat, membuat hati sang ratu puas lega akan keputusan yang telah diambil beberapa tahun silam.
Flash back off.
"Pernikahan ini telah dibatalkan sepihak!!" seru marah seorang anggota keluarga Xiao Feng Ni. Melemparkan gelas berisi anggur pernikahan.
Mata semua tamu undangan melotot sambil memandang penuh ketidak percayaan akan kabar memalukan keluarga kerajaan 'SEMANGI' .
"Segera redam semua berita ini keseluruh penjuru. Saya tidak ingin seorang pun memandang sebelah mata pada kerajaan ini!" tegas titah sang raja Xiao Se Mang pada seluruh abdi negeri Semangi.
"Siap laksanakan perintah," seru seluruh abdi terima perintah.
Secepatnya seluruh abdi dari tingkat menteri sampai prajurit sipil meredam berita pembatalan pernikahan. Berita akan sang putri kerajaan Semangi yang gagal nikah, dibalikkan dengan kabar putri kerajaan ini yang menolak pernikahan yang terjadi.
Rakyat jelata yang amat mencintai negerinya itu, membungkam kabar yang mereka tau fakta asli.
"Kami akan menjaga rahasia ini sampai akhir hidup kami," seraya janji para rakyat jelata yang berkumpul di alun-alun kota.
Wajah para rakyat jelata itu terlukis kesedihan yang dalam.Karena sang putri yang dikagumi mereka mengalami nasib buruk.
"Kasihan tuan putri," ucap sedih pelan seorang nenek pada orang disekitarnya sambil ngucek mata.
"Iya. Padahal, tuan putri begitu cantik, baik hati pula," jawab orang dibelakang si nenek.
Satu persatu cuitan kesedihan dilepaskan, hingga kabar aib harus tersimpan rapat-rapat dalam hati, hingga dibawa mati.
Di dalam kerajaan, sang putri Xiao Feng Ni merutuk nasib yang menjadikan aib bagi seluruh negeri Semangi.
Huhuhu....
"Ya Tuhan... Mengapa hamba ditinggal pergi saat hari yang bahagia ini?" sesengguknya bercucur air mata. "Apa karma buruk hamba? Mengapa, setelah hamba sudah belajar menerima dirinya,dia pergi begitu saja?" rutuknya sambil memeluk lutut.
Tok...Tok....
Kecemasan dayang khusus akan kesedihan sang putri, mencoba masuk ke dalam kamar extra large.
"Putri.... Izinkan hamba menemani anda, ya," pinta datang khusus.
Hikss.... Hikss.....Huaaaa....,
Makin kencang suara tangis dari balik pintu kamar berukir daun Semangi, simbol dari kerajaan.
"Kalian menjauhlah!" titah dayang khusus mengibas tangan pada penjaga di samping pintu kamar.
"Siap!" jawab para penjaga, berjalan menjauh dua meter dari pintu.
Dengan kunci duplikat, dayang khusus membuka pintu besar terbuat dari kayu jati ratusan tahun.
Begitu masuk ruang kamar, akan tercium aroma wangi dari kayu cendana pilihan terbaik.
"Putri...." panggil dayang khusus berjalan mendekat pelan.
"Semua pasti malu," ujar Feng Ni dari balik lutut dipeluk.
"Tidak kok," jawabnya menenangkan.
"Karena masalah pernikahan ini. Nama negeri ini telah tercoreng," rutuknya mengeluarkan semua uneg-uneg.
"Tuan putri tidak boleh bilang begitu. Semua rakyat tidak menganggap masalah ini sebuah aib," dayang khusus memeluk. "Kami semua tetap mengagumi putri, mungkin ini yang terbaik untuk kerajaan ini," bujuknya membelai lembut wajah cantik.
Huhuhu.....
Hati Xiao Feng Ni makin terbebani dengan bujukan dayang khusus, karena keputusan untuk terima pernikahan.
Beberapa hari setelah kejadian itu, Feng Ni masuk kedalam hutan untuk melanjutkan pelajaran dari guru So Po Ta. Seorang pria tua berjanggut putih panjang, berilmu kebatinan tingkat tinggi. Namun juga merupakan sosok misterius yang tidak menerima murid, melainkan memilih sendiri penerus semua ilmu yang ada.
Dia harus mulai dari awal sewaktu belajar ilmu kebatinan dan bela diri.Hal itu disebabkan aura tubuh yang tidak beraturan, serta bertentang dengan ilmu yang sedang dipelajari.
"Kamu latih pusatkan konsentrasi. Netralisasi semua aura yang kacau," ucap guru So Po Ta yang duduk bermeditasi, sambil bimbing murid salah langkah.
"Baik guru," jawab Feng Ni bersiap ganti hanfu latihan.
Semua jubah, perhiasan kerajaan yang mewah mahal itu dilepaskan satu persatu, lalu disimpan dalam sebuah kotak terbuat dari batang kayu cendana kwalitas rendah.
"Feng Ni, mungkin dia bukan jodohmu" ucap prihatin seorang pria teman seperguruan.
"Iya. Masih banyak tugas lain yang harus saya lakukan," mensugesti pikiran positif padahal hati Feng Ni amat perih teriris sembilu.
Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan berganti bulan, bahkan tahun telah berganti tahun yang baru. Dia baru lolos melewati tahap menetralisir aura kacau menjadi tenang terkendali.
"Akhirnya kamu bisa kontrol, Xiao" celetuk seorang pemuda memberikan segelas air dari cawan batu akik.
"Ummm...." angguknya menerima cawan isi air.
Wajah yang dulu kacau balau, sekarang terlihat tenang.Tenang seperti air laut yang tidak tau kapan gelombang laut menyapu apapun disekitarnya.
"Sekarang wajah kamu seperti guru" celetuk seorang wanita mengibah.
"Hush hush....Awas kalau guru dengar, bisa-bisa kamu disuruh bertapa dalam sarang kalajengking" ujar pria gemuk pernah mengibah, dan berujung di hukum dalam sarang kalajengking.
"Ow...." wanita itu segera menutup mulut pakai tangan. Wajahnya yang berniat menghibur jadi pucat kaku.
"Apa rencana kamu setelah dapat ilmu dari guru, Xiao?" tanya pemuda, di simak teman lain dari kasta berbeda.
Semua mata memandang tajam lurus ke Xiao Feng Ni yang kaku tidak banyak basa basi.
"Tegakkan keadilan" jawabnya tegas tanpa memandang siapa pun.
"Wowww.... Hebat" wanita itu terkagum dengan jawaban teman seperguruan.
Prokk...Prok...
Pria gemuk bertepuk tangan akan jawaban Xiao Feng Ni yang jarang terpikir orang dari kasta tertinggi.
"Aku mau jadi jendral kamu.Kita berantas semua kejahatan, koruptor, dan sejenisnya," tambah wanita dengan semangat berkobar.
"Hahaha.....Kamu mau jadi jendral ya, Ling?" cibir pria dari belakang mereka.
"Ihhh....Koko...." kesel sewot Ling Ni,bibir mencurut runcing, tangan berlipat dada.
"Kalian cepat latihan!" tegas perintah pria yang ditetuakan karena umur.
"Siap!" serentak berdiri tegap rapi. Kecuali Feng Ni yang baru siap latihan meditasi sekian ratusan hari.
"Kamu dipanggil guru," ucap pria, menyampaikan pesan So Po Ta.
**
Xiao Feng Ni bertemu sang guru So Po Ta untuk mendengar wajengan, serta ilmu kanuragan yang memang diwariskan sang guru untuk dirinya.
"Lepas dari status kesetaraan, kamu sama seperti yang lain. Dan tidak ada perlakuan khusus untuk kalian semua dalam menimba ilmu yang telah guru bagikan," ucap So Po Ta sambil membelai janggut putih panjang itu
"Saya mengerti, guru," jawab Feng Ni terima wejangan singkat.
"Dari kalian semua, kamu yang lebih banyak menguasai semua ilmu. Maka dari itu, kamu harus pergunakan baik-baik ilmu yang telah dipelajari." So Po Ta tetap mengingatkan setiap muridnya untuk tetap berjalan lurus dalam tanda kutip.
Xiao Feng Ni mengangguk paham setiap wejangan dari So Po Ta pada dirinya.
"Setelah istirahat cukup, kamu latihan meditasi di bawah air terjun 7 tusukan setan!" titah So Po Ta.
Air terjun 7 tusukan setan merupakan air terjun penuh rintangan terbesar.Senjata yang ditakuti oleh pikiran orang yang bertapa di bawah air terjun tersebut, akan menjadi boomerang diri sendiri sang pemilik hingga menghilang dari pikiran orang tersebut, maupun si pemikir yang akan tewas akibat pikiran ketakutannya itu.
"Baik guru," jawab Feng Ni. Tau air terjun paling angker, berbahaya, penuh jebakan, rintangan, serta belum ada salah seorang murid dari So Po Ta yang berhasil selamat keluar dari air terjun 7 tusukan setan.
Esok harinya, Feng Ni setelah beristirahat cukup dan persiapan mental kuat,dia berpamitan pada para saudara seperguruan.
"Kamu hati-hati.Jika tidak mampu lagi, cepat kembali ke dunia nyata." nasehat Ling Ling sambil berpelukan.
"Iya" jawab Feng Ni.
"Tetap fokus konsentrasi.Ingat!,semua itu berasal dari rasa takut pikiran saja," tambah sang Abang perguruan.
"Kami akan menunggu kamu berhasil Feng Ni," tambah pemuda, menepuk pundak Feng Ni.
Xiao Feng Ni mengangguk bersalaman sebelum pergi ke ujung hutan, tempat air terjun 7 tusukan setan dimaksud guru berada.
Cukup semangat dari saudara seperguruan sekalian yang mengantar pelepasan Xiao Feng Ni di persimpangan hutan labirin itu.
Selanjutnya usaha dan keberanian dia yang akan menuntun Feng Ni sampai air terjun 7 tusukan setan.
Baru melalui 1 tikungan labirin dalam hutan, Feng Ni mulai diuji nyali oleh para penunggu hutan yang tersegel guru So Po Ta berpuluh tahun.
Dia melihat sosok arwah hantu tak berkepala, karena kepala yang putus itu berada di belakang punggung Feng Ni.
"Aku butuh tubuh pengganti," ucap seram hantu pala puntung.
Bulu kudu Feng Ni berjingkrak merinding.Namun ia tau apa yang akan jadi rintangan setiap labirin.Dirinya berkomunikasi dengan arwah hantu kepala puntung.
"Saya akan membantu kamu menyatukan kepala kamu," jawab Feng Ni tidak ingin berkontak mata lagi.
"Hahaha..... Kalian manusia pembohong !!" tawa seram hantu kepala puntung.
"Kita buktikan saja." Feng Ni merasa percaya diri akan niatnya, walaupun merinding takut.
"Kalau kau tidak bisa, maka kau jadi tumbal. Errr...." hantu kepala puntung mengertakkan jari jemari tangan.
Feng Ni mencari getah kayu daun kelor hutan, dipadukan serbuk kayu cendana, serta benang tujuh warna yang telah dililit paku pada tiap ujungnya.
Semua bahan kayu ditumbuk hingga halus menyatu, lalu mengambil potongan kepala yang ngesot lihat kegiatan dia.
"Kalau kamu mau utuh kembali harus tahan proses penyatuan." Feng Ni memperingatkan efek dari penyatuan.
"Diam saja. Cepat lakukan!!" bentak si hantu kepala puntung.
Proses pun dimulai, Feng Ni memantrai benang yang dibalur ramuan penyatu itu.
Baru saja memantrai tali 7 warna,si hantu kepala puntung mulai mengerang kesakitan teramat.
Arrrgggggg........
Kepala puntung itu jungkir balik seperti bola yang diputar horizontal dan vertikal secara kencang.
Tubuh yang tak utuh itu mencari jalan untuk lari. Tapi karena tidak utuh dengan kepala, tubuh itu terus terbentur pohon, batu.
Feng Ni menghentikan kepala si hantu yang berputar bagai bola gasing, kemudian mengoleskan ramuan pada bagian leher yang putus.
Terlihat jelas wajah kepala puntung marah kesakitan.Ingin rasanya menggigit tangan Feng Ni yang membalikkan kepalanya ke bawah.
"Hantu rewel" gumam Feng Ni, mengoles rata ramuan.
"Diam kau!!" bentak marah si hantu masih di jemur terbalik kepalanya.
Sementara itu, Feng Ni mencoba mengoleskan ramuan pada bagian leher setengahnya lagi. Tetapi tubuh yang terpisah itu mencekik leher Feng Ni dengan amat kuat.
"Lepas !!" suara Feng Ni tercekat sakit, sambil ngoles paksa ramuan.
Hampir saja nyawa Feng Ni jadi korban si hantu kepala puntung.Di detik terakhir, Feng Ni membaca mantra penyatuan dengan suara tercekik sesak sakit.
Uhukkkk... Uhukkkk.... Uhukkkk....
Feng Ni membatukkan tenggorokan, untuk melancarkan pernafasan yang sesak.
Saat si hantu kepala puntung sibuk melepaskan tali 7 warna penyambung antara kepala dan leher, Feng Ni coba kabur ngendap-ngendap melarikan diri.
"Semoga ramuan itu berhasil rekatkan kepala dengan leher dia," gumam pelan Feng Ni, dengan langkah ringan berpijak tanah.
Rintangan labirin ke satu telah selesai.Dia kembali harus menyelesaikan setiap misi dari labirin yang dilaluinya.
Tidak cukup mudah untuk cepat sampai ketujuan air mata 7 tusukan setan. Bahkan rintangan yang terlihat gampang, lumayan sulit.
Di labirin ke dua, Feng Ni berhadapan dengan binatang buas pemangsa manusia. Mereka haus akan darah segar untuk mempertahankan kekuatan mereka sampai puluhan tahun.
Binatang setengah singa berkepala anjing dengan tubuh tertutup sisik ular, sedang mengerang dengan air liur dikedua belah ujung bibir menetes panjang. Gigi taring serta lidah kecil panjang bercabang, sedang mempersiapkan makan siang dia.
Rrrrgggg.....
Kaki depan hewan buas itu menggesek tanah di bawahnya.Hidung terus mengendus sampai mangsa semakin dekat.
"Permisi.... Saya hanya numpang lewat" pamit Feng Ni pada hewan buas di depannya yang bermata merah batu bara.
"Kau bawa apa?" tanya si hewan buas berpikir picik.
"Saya tidak membawa barang berharga, kecuali benda kecil ini saja " jawab Feng Ni membuka lebar isi kantongan pada ikat pinggang.
Hewan buas mengendus isi barang bawaan yang bukan bisa dimakan.Lalu menggigit rampas kantongan dari tangan Feng Ni.
Buhhh....
Kantongan itu dihempas jauh dari mulut binatang buas.Akal pikiran binatang itu mulai mengecoh Feng Ni.
"Kau mau lewat kan!" binatang buas berkeliling mengendus aroma tubuh Feng Ni yang menyeruak, pancing kelaparan perut.
"Iya," jawabnya tegas, biarkan binatang tersebut menggelilingi dia.
Pikiran binatang buas jadi bercabang tiga untuk dapat ide menjebak seorang gadis muda, tak berdaya.
"Kau pancing dia ke dalam goa. Aku akan meracuni dia dengan bisaku," ucap pikiran si ular pada anjing dan singa, yang hanya mengunakan otot.
"Tidak! Aku akan langsung menyerang dia " jawab si anjing dengan ego.
"Betul. Karena kita sudah lima tahun tidak makan yang sesegar mangsa hari ini," tambah si singa.
"Jangan bodoh kalian! Manusia itu tampak takut, tapi lebih licik dari aku," bentak pikiran ular memperingatkan ego manusia yang lebih jahat dari setan, iblis dan binatang monyet.
Cukup lama si singa dan anjing berpikir, mencerna peringatan pikiran ular untuk mereka.
"Ya-ya-ya.... Baiklah. Kami setuju dengan usul kau," jawab si anjing yang lebih cepat berpikir.
"Nah gitu dong.Kita tidak akan rugi," seru pikiran ular.
Saat musyawarah pikiran binatang itu sudah selesai, mangsa mereka telah hilang dari hadapan. Tapi dengan penciuman hidung anjing, dia melacak jejak aroma tubuh Feng Ni masih sekitar radius 100 meter saja.
"Ini salah kau!!" marah pikiran singa ke ular.
"Iya," tambah pikiran anjing.
"Kok aku?" ular tidak ingin terpojok. "Ini terbukti manusia itu amat picik," membela diri sendiri.
"Sial!! Dia berhasil lewati batas wilayah kita," marah si anjing cium aroma tubuh Feng Ni.
Dia berhasil lolos dari rintangan labirin kedua tanpa mempergunakan tenaga, cukup melihat kesempatan saat kelengahan binatang buas.
"Ternyata dalam satu raga ada tiga pikiran, bisa buat keresahan tingkat tinggi," gumam Feng Ni terus berjalan lurus cepat.
Dari rintangan tadi, dia mendapat pelajaran baru yang penting, akan pentingnya konsentrasi saat ambil keputusan dalam kondisi kejepit.
Kaki berpijak sampai di labirin ketiga. Labirin yang mempertemukan Xiao Feng Ni sama penjaga bertubuh ginger (raksasa).
"Hei.. Manusia kerdil!!. Berani kau mengusik wilayahku!" gelegar suara raksasa mata satu, menarik naik ujung kerah baju hanfu Xiao Feng Ni. Tubuh Feng Ni terangkat melayang tinggi dari dasar tanah.
"Maaf. Bukan maksud saya untuk melintas dan tidak sengaja telah mengusik," jawab Feng Ni melihat jarak tanah dengan tubuhnya sekarang telah sekitar tiga meteran.
"Kau telah datang sendiri ke sini. Berarti kau santapan makan siangku," ucap raksasa mata satu," mencengkeram erat tubuh Feng Ni dalam genggamannya.
Feng Ni punya ide untuk lawan raksasa mata satu itu tanpa kekerasan. "Dari pada anda makan saya yang bertubuh kecil, lebih baik bagaimana jika mencari makanan yang lebih besar, bisa buat kenyang serta lezat, m" usulnya, meronta dalam genggaman raksasa mata satu.
"Hahaha... Kau pikir aku bisa kau bohongi, heng!!" tawa raksasa makin kencangkan cengkraman. "Ku ingatkan! Semua yang ada di hutan ini sudah habis ku makan!" hardik peringatan raksasa.
"Apa!! Sudah dimakan habis??" kaget batin Feng Ni.
Dalam kaget, dia teringat ada binatang lumayan besar, besar dari tubuhnya yang baru empat puluh lima kilogram. Yaitu binatang buas yang telah ia berhasil nyalip lolos.
"Masih ada satu," seru Feng Ni menatap mata raksasa.
"Ada lagi? Jangan bohong kau!!" raksasa mata satu tidak serta merta begitu saja percaya pada ucapan mangsa.
"Saya putri kerajaan Semangi tidak mungkin berbohong."
"Cepat katakan dimana makan siangku yang besar," air liur raksasa mengalir keluar dari ujung bibir.
"Di sana....!" tunjuk Feng Ni dengan kepala dan mulut monyong ke sebelah kiri.
Raksasa tergiur dengan pancingan omongan Feng Ni. Dia meletakkan Feng Ni pada pucuk pohon jati, yang dijadikan payung pelindung terik matahari saat tidur .
"Kau tetap di sini!!" hardik raksasa mata satu tinggalkan Feng Ni di pucuk pohon jati.
"Iya, iya, " angguknya.
Raksasa berjalan tinggalkan Feng Ni di atas pohon tinggi enam meter. Langkah tapakan kaki raksasa itu teramat berat dan bergempa guncang tanah yang dipijak.
Bam... Bam....Bam.....
Guncangan tapak kaki raksasa terasa hingga pucuk pohon jati. Membuat Feng Ni goyah berdiri untuk meloloskan diri.
"Sampai kapan saya baru bisa turun?" tanyanya berpegang kuat pada ranting pohon.
Raksasa berjalan sudah mulai jauh, Feng Ni pun berusaha terjun bebas untuk turun. Dengan jubah hanfu terluar, dia jadikan parasut untuk terjun. Posisi yang telah ia perhitungkan, Feng Ni pun melompat turun. Tangan dan kaki terbentang lebar dengan ikatan ujung hanfu.
Gayanya seperti tupai yang sedang terbang ringan tertiup angin sebagai tenaga hidrolik.
Swing......Swing .....
Ini pengalaman Xiao Feng Ni dapat terbang dalam ketinggian enam meter, selamat mendarat berpijak tanah.
"Harus cepat pergi sebelum ditahan," ucapnya sambil rapikan kembali jubah hanfu.
Dia berlari cepat melalui jalan kecil yang tidak bisa dilalui raksasa. Tidak peduli rintangan apa yang ada di depan, dia tetap berpikir teguh untuk mencapai tujuan.
.
Dua hari kemudian, tanpa minum, makan dan istirahat, Feng Ni akhirnya berhasil tiba di air terjun tujuh tusukan setan. Tubuh yang lusuh, lemas itu jatuh terbaring dipinggiran batu air terjun tujuh tusukan setan.
Hihihi......Hihihi.....
Suara yang mengerikan itu bergema pada wilayah itu. Tubuh Feng Ni juga melayang, diputar, terus dilempar bagai ngoper bola .
"Kita punya mainan baru," seru suara bocah laki-laki tak berwujud pada temannya.
"Iya. Bosan main sama orang yang sok berani" tambah lagi suara bocah lainnya yang melempar tubuh Feng Ni.
"Lempar kemari oiii!!" seru suara lain untuk menangkap tubuh Feng Ni yang dijadikan mainan bocah tak berwujud.
Beberapa jam di waktu dunia itu,para bocah tak berwujud menghilang tak bersuara meninggalkan tubuh Feng Ni yang tertekuk kaya bola rotan di ujung air terjun tujuh tusukan setan.
Sangat cukup lama Feng Ni baru sadar dan mengetahui kondisi tubuh terkunci dalam bentuk bola.
"Ini pasti kerjaan makhluk penunggu," ucap Feng Ni melemaskan otot-otot persendian yang ditekuk.
Krettt..
Satu persatu persendian yang telah kembali semula berbunyi nyaring. Disadari telah berada tempat yang benar,dia pun masuk ke dalam kolam dimana air terjun itu jatuh dari tempat yang curam di atas.
Huufff....Terasa berat serta panjang tarikan nafas dia ketika ujung jari ibu kaki kanan menyentuh air terjun yang penuhi kolam.
Dikira air terjun itu dingin yang extrim dengan suhu udara malam yang rendah, ternyata dugaannya jauh sekali dengan ekspektasi yang dirasakan.
Air terjun tujuh tusukan setan itu ternyata memang memiliki julukan yang cocok. Air yang jatuh dari tempat yang curam, memiliki suhu air mendidih seratus lima puluh derajat Celcius tanpa mengeluarkan uap saat dilihat kasat mata.
"Saya pasti bisa!" Feng Ni menyiapkan mental teguh untuk memasukkan kembali tiap jari kaki hingga ujung kepala dalam kolam.
Pelan-pelan Feng Ni masukkan anggota tubuh dalam kolam, lalu berjalan dekati jatuhnya air terjun untuk duduk bertapa di bawah jatuhan air.
Blurppp....Blurrpppppp.....
Begitu dia duduk di batu bawah terjunan air, mata air dari dasar kolam menambah sensasi yang extra extrim hot.
"Saya pasti bisa lalui." Feng Ni kembali fokus pada tujuan,dan mulai pejamkan mata rapat-rapat.
Pertapaan dia dimulai, dengan banyak cobaan lebih berat dari sebelumnya.
Bukan hanya raga saja yang di uji, pikiran dia juga sedang diuji pemilik air terjun tujuh tusukan setan.
Banyak yang mensugesti pikiran Feng Ni dengan 5 unsur (benci, cinta, dendam, serakah,bodoh). Tiga unsur sudah pasti akan amat menyulitkan dia.Karena saat ini,dia sedang menjalani dilema tersebut. Namun tidak mungkin pula dia yang telah satu tahun lebih jalani meditasi tidak dapat lewati rintangan itu.
Tiap-tiap akar kebencian, dendam serta cinta dimunculkan untuk menyiksa pikiran sampai sum-sum tulang.
Tidak hanya itu, raganya juga harus merasakan tusukan pedang kecil yang menyanyat terbang mengelilingi Feng Ni yang duduk bertapa di bawah air terjun.
Bukan namanya pula air terjun tujuh tusukan setan jika rintangan sedikit dan gampang. Setan, iblis, goblin, makhluk buas semua muncul terpancing akan keinginannya.
Satu persatu mengganggu keteguhan untuk membuat Feng Ni sama seperti yang lain, tewas tanpa mendapatkan apa-apa alias kosong.
Hihihi......Hahaha.... Rrrrgggg....Auuuu.......
Suara-suara yang menyuara di telinga, buat Feng Ni masuk ke dalam dunia halusinasi tingkat dewa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!