NovelToon NovelToon

CINTA TULUS GADIS PELAKOR

Di balik tirai

Di sebuah sudut ruangan di balik tirai terlihat seorang pria yang sedang menghimpit tubuh seorang wanita muda pada dinding di ruangan itu, pria itu menggenggam tangan si wanita seraya berbisik mesra.

“Hari ini kamu terlihat sangat cantik, Aku ingin sekali segera memilikimu, Kamu harus menjadi milikku, Sinta!” Pria itu tampak mengecup bibir Sinta sekilas, namun si gadis rupanya menolak dengan memalingkan wajahnya, sehingga Edzard hanya bisa mencium pipi Sinta sembari tersenyum smirk.

“Kenapa kamu menolak ku?” Tanyanya dengan suara yang serak.

“Jangan Tuan! Nanti Nyonya pulang dan lihat kita berdua, Sinta takut!” jawabnya polos. Kemudian Edzard menatap kedua manik mata gadis yang baru berusia 18 tahun itu.

“Sudah kubilang, jangan panggil Aku Tuan, panggil Aku Mas jika kita sedang berdua, cepat! Panggil aku Mas!” titahnya kepada Sinta yang mulai susah mengambil nafasnya karena tubuh Edzard menghimpitnya cukup kuat.

“I-iya Tuan ... eh Mas! Lepasin Aku Mas! Nanti Nyonya lihat.” Rengek nya yang tidak di pedulikan oleh Edzard, pria itu justru semakin tergila-gila dengan Sinta, seolah-olah dirinya sudah tidak sabar ingin segera memiliki gadis muda itu.

“Jangan Mas! Jangan lakukan itu kita belum menikah, lagipula nanti ada yang lihat.” Pintanya agar Edzard melepaskan dirinya dari dekapan pria dewasa itu.

“Tidak akan ada orang yang melihat, Melinda sedang keluar kota, hah ... dia tidak pernah punya waktu untuk ku, Aku sangat kesepian, dan sekarang Aku ingin kamu yang menemaniku, Aku ingin sekali segera menikah denganmu.” Bisiknya begitu mesra sehingga membuat Sinta sedikit geli saat nafas Edzard terasa begitu hangat menyapu wajahnya.

“Ya ampun! Apa Aku harus menikah dengan pria ini? Ah Mbak Crisan kenapa harus menyuruhku melakukan hal sebodoh ini sih!” gumamnya sembari menepis tangan Edzard yang mulai mengusap bibirnya.

“Bolehkah Aku menikmati bibir mu sebentar saja!” rengek Edzard yang tak mungkin Sinta untuk menolaknya. Sinta mulai memejamkan matanya, demi misi nya kali ini, Sinta terpaksa harus melakukan adegan ini demi mendapatkan sebuah cinta dari seorang Edzard yang pasti akan membawanya dalam posisi tersulit, sementara dirinya sangat tidak menyukai pria dewasa.

Tiba-tiba saja terdengar suara seseorang yang sedang berjalan menuju ke ruangan itu, spontan Edzard membekap mulut Sinta agar gadis itu tidak bersuara.

"Jangan bersuara!" bisiknya di telinga Sinta. Sementara itu terdengar seorang wanita yang sedang memanggil nama Sinta, baby sitter yang mengasuh putri mereka satu-satunya yang bernama Kaylee.

"Sinta! Sinta! Kamu di mana?" serunya sembari berkeliling mencari keberadaan gadis yang biasa dipanggil Sinta itu. Sementara Kaylee, sang putri terlihat sudah tidur dengan pulas.

Sinta terlihat menatap wajah Edzard, kemudian Edzard melepaskan tangannya dari mulut Sinta, dan membiarkan gadis itu keluar dari persembunyian mereka berdua yang berada di balik gorden yang tertutup oleh sebuah lemari.

"Maaf, Mas! Aku pergi dulu!" bisiknya kepada Edzard yang masih bersembunyi dibalik tirai itu, sementara Sinta beranjak keluar dengan sedikit merapikan baju yang kancingnya terbuka bagian atasnya.

Melinda belum menyadari jika Sinta mulai datang menghampiri nya, karena wanita itu tampak sibuk dengan menerima telepon dari seseorang. Sinta berdiri di belakang Melinda dengan sesekali memperhatikan tirai di mana Edzard masih berada di balik sana.

"Iya halo! Oh tentu dong aku pasti datang! Kamu jangan khawatir Aku pasti selalu ada untukmu, bye!"

Melinda menutup ponselnya dengan wajah senyum, kemudian wanita cantik itu tampak kaget dengan seseorang yang menyebut namanya.

"Nyonya memanggil saya?" seru Sinta sembari menundukkan kepalanya.

"Sinta! Sejak kapan kamu berada di sini?. Perasaan tadi kamu tidak ada di dalam kamar ini?"

Sinta tersenyum dan pun menjawab pertanyaan Melinda dengan santai.

"Saya sudah sedari tadi, Nyonya! Anda sepertinya sedang sibuk menjawab telepon," jawab gadis itu.

"Oh ... begitu! Baiklah Sinta besok Aku akan ke luar kota selama lima hari, Aku ingin kamu menjaga Kaylee dengan baik, ini aku berikan kamu uang untuk keperluan selama lima hari." ucap Melinda sembari memberikan sejumlah uang kepada gadis itu.

"Iya Nyonya! Saya akan menjaga Kaylee dengan baik." jawabnya sembari menerima uang dari Melinda.

Istri Edzard itu tampak matanya berkeliling seolah dirinya merasa ada seseorang yang berada di dalam kamar itu selain dirinya, Sinta dan juga Kaylee yang terlihat sedang tidur pulas.

Sinta yang merasa jika Melinda sedang curiga, kemudian gadis itu tampak mengalihkan perhatian Melinda.

"Nyonya Melinda, ada apa? Nyonya mencari sesuatu?" tanya gadis itu pura-pura. Melinda terkesiap dan menjawab pertanyaan Sinta.

"Tidak ada! Oh ya di mana suamiku? Aku lihat mobilnya di luar, pasti dia sudah pulang." tanyanya menyelidik.

"Tuan Edzard! Hmm dari tadi Saya tidak melihatnya Nyonya!" jawabnya gugup. Sementara Edzard tampak masih bersembunyi di balik tirai di belakang lemari pakaian milik Kaylee. Melinda menatap wajah gadis itu dan menghampirinya.

"Aku harap kamu tidak membohongiku, Sinta!" ucapnya sembari pergi dari kamar Kailee. Sinta menatap setiap langkah Melinda, hampir saja Ia dan Edzard ketahuan.

Setelah Melinda keluar dari kamar putrinya, Sinta mencoba memastikan jika Melinda sudah masuk ke dalam kamarnya dengan mengintip dari balik pintu kamar. Setelah Melinda benar-benar masuk ke dalam kamarnya, Sinta bisa bernafas dengan lega.

Kemudian Sinta menghampiri Edzard yang masih berada di balik tirai.

"Nyonya sudah pergi, Mas! Sekarang Saya minta Mas juga pergi dari kamar ini, Saya tidak mau Nyonya Melinda melihat kita di sini berdua." ucap Sinta meminta Edzard untuk meninggalkan kamar Kailee.

Namun, sepertinya Edzard tidak memperdulikan ucapan Baby sitter putrinya itu, Edzard begitu ingin sekali mengecup bibir Sinta yang berwarna pink Merona. Tiba-tiba saja bukannya pergi, Edzard justru mendekap tubuh Sinta dan memepetnya pada dinding. Dengan kedua tangan Sinta yang diletakkan di atas, Edzard dengan mudahnya menguasai bibir mungil itu dengan rakus.

"Mmmpptt ...."

Sinta tidak bisa berbuat apa-apa lagi, kali ini pria itu sudah berani mencium nya secara paksa.

"Brengsek nih laki-laki! Berani-beraninya dia menciumku, ya Tuhan! Ampuni Aku!" gumamnya saat lummatan bibir Edzard begitu panas, tentu saja Edzard adalah pria dewasa yang tentunya sangat berpengalaman dalam bidang seperti itu, apalagi dirinya sudah lama tidak merasakan sentuhan dari sang istri semenjak beberapa bulan terakhir, ketika Melinda memutuskan untuk kembali bekerja di kantor.

Semakin lama, ciuman itu berubah begitu mengasyikkan, Sinta yang awalnya hanya bisa pasrah, akhirnya Ia mulai merasakan seperti setrum yang menjalar melewati aliran darahnya, gadis itu pun mulai membalas ciuman Edzard, hingga akhirnya keduanya terlena dalam sentuhan bibir masing-masing.

"Tidak! Kenapa Aku bisa seperti ini, pria ini benar-benar membuat ku tak berdaya." gumamnya sembari melingkarkan tangannya pada leher Edzard.

Karena suara yang cukup berisik, Kailee yang awalnya tertidur pulas, tiba-tiba saja gadis itu terbangun, samar-samar Ia melihat tirai jendelanya tampak bergoyang-goyang. Karena Kailee merasa penasaran, gadis kecil itu beranjak bangun dan mencoba mencari tahu apa sebenarnya di balik tirai jendela yang bergerak-gerak itu.

"Kok tirainya bergerak sendiri sih! ih itu suara apa, kayak suara orang bisik-bisik." gumam Kailee yang masih penasaran.

"Ahhh ... jangan, Mas!"

Kailee tiba-tiba menyebut nama Sinta saat tak sengaja dirinya mendengar suara Sinta yang sedang berbisik di balik tirai itu.

"Mbak Sinta! Mbak Sinta di situ, kan?"

BERSAMBUNG.

Nyamuk nakal

Edzard dan Sinta menghentikan ciuman mereka, keduanya saling menatap. Sinta kemudian mengancingkan kembali bajunya yang sudah terbuka di bagian atas, sementara Edzard tampak menghela nafasnya, keinginan nya sejenak untuk bermesraan dengan gadis pujaannya itu, terpaksa harus Ia hentikan karena sang anak rupanya terbangun dari tidurnya.

Perlahan Sinta keluar dari balik tirai itu dan Sinta melihat Kailee yang sedang berdiri di depan tirai dengan wajah tanda tanya.

"Kailee, Sayang! Kok kamu sudah bangun? Ini masih malam loh!" ucap Sinta sembari berjinjit di depan gadis kecil yang berusia empat tahun itu.

"Mbak Sinta kok ada di situ sih?" tanya Kailee polos. Sinta tersenyum dan mencoba mencari alasan yang tepat agar Kailee tidak curiga jika di balik tirai itu masih ada sang Daddy yang sedang bersembunyi.

"Emm ... iya, tadi Mbak Sinta sedang mencari nyamuk yang sedang bersembunyi, takutnya nyamuk itu gigit Kailee. Jadi, Mbak Sinta cari sampai ketemu, biar nggak terbang gigit Kailee." dengan sedikit garuk-garuk kepala, Sinta mencoba menjelaskannya kepada gadis yang mirip sekali dengan wajah sang Daddy.

"Nyamuk? Masa di situ ada nyamuk sih Mbak? Kailee mau lihat ah!"

Tiba-tiba saja gadis itu berlari menuju tirai tempat di mana Sinta keluar. Sontak apa yang dilakukan oleh Kailee membuat Sinta kelabakan, pasalnya Edzard masih berada di balik tirai yang tingginya sampai menyentuh lantai itu.

"Eh ... eh Kailee tunggu! Jangan kesana!" Sinta tampak mengejar Kailee yang sudah sampai di depan tirai, dan gadis itu tiba-tiba saja membuka tirai dan betapa terkejutnya saat ia melihat sang Daddy sedang berdiri di balik tirai berwarna abu-abu itu.

"Daddy!"

"Kailee, hehehe!"

Edzard tampak salah tingkah dan pura-pura sedang mencari nyamuk sesuai kata Sinta kepada putrinya tadi. Edzard pura-pura menepuk-nepuk tangannya seolah-olah dirinya sedang menangkap nyamuk.

"Daddy kok ada di situ?" tanya Kailee sambil menyilangkan kedua tangannya layaknya orang dewasa. Kemudian Edzard keluar dari balik tirai dan berjongkok di depan putrinya sembari berkata, "Tadi ... Daddy sedang bantuin Mbak Sinta menangkap nyamuk, kasihan Mbak Sinta, sepertinya nyamuknya banyak sekali. Jadi, Daddy bantuin deh. Terus Kailee kok bangun sih? Di gigit nyamuk ya!" seru Edzard sembari mengusap rambut putrinya. Kailee menggelengkan kepalanya.

"Kailee bangun karena nyamuknya nakal sekali, suka gigit bikin risih!" sindir Sinta sembari melihat wajah Edzard yang tersenyum nakal kepadanya.

Tapi rupanya Kailee tidak sependapat dengan ucapan Sinta, gadis itu mengelak dan Ia bilang jika dirinya terbangun karena mendengar suara-suara aneh.

"Enggak-enggak Mbak Sinta salah, Kailee bangun karena Kailee mendengar suara ribut-ribut di situ." ucap gadis itu polos sembari menunjuk ke arah tirai di mana Edzard keluar dari sana.

Edzard dan Sinta saling menatap, bagaimana bisa Kailee terbangun di saat mereka sedang berkecup ria.

"Selamat-selamat untung saja Kailee tidak melihat kami sedang berdua, ihhh ... Sinta! Jangan sampai terjadi lagi hal seperti ini, kendalikan dirimu!" Sinta merutuki dirinya sendiri.

Sementara itu Edzard memberikan alasan kepada putrinya, agar Kailee tidak merasa kebingungan.

"Begini, Sayang! Tadi di situ nyamuknya banyak sekali, karena Mbak Sinta nggak bisa diem jadinya ya ... Daddy sama Mbak Sinta terdengar seperti orang sedang ribut." ucapnya sembari melihat wajah Sinta yang tampak sedang mengerutkan keningnya.

"Gitu ya Dad?" jawab Kailee yang tentu saja sangat mudah untuk di kelabui, Ia mengira jika Daddy dan pengasuhnya itu sedang menangkap nyamuk beneran, padahal sebenernya mereka berdua sedang menikmati ciuman bibir.

"Kalau begitu Kailee bobo lagi ya! Besok kan harus sekolah, Daddy tidak mau Kailee terlambat, ayo!"

Edzard menggendong putrinya dan membawa nya ke atas tempat tidur, setelah Edzard merebahkan sang putri, kemudian Ia menutupkan selimut pada tubuh sang putri.

Sekilas Edzard mencium kening putrinya sebelum Ia pergi dari kamar itu.

"Selamat tidur, Sayang!" ucapnya sembari mengecup kening dan mengusap lembut wajah Kailee.

"Selamat tidur, Daddy!"

Kemudian Edzard beranjak berdiri dan melihat Sinta yang sedang berdiri di dekat ranjang Kailee. Edzard mendekati gadis itu dan membisikkan sesuatu kepadanya.

"Ini belum berakhir, Aku rasa kamu menyukai permainan ku, besok kita ke penghulu, Aku akan segera menikahimu, dan setelah itu kamu akan menjadi milikku seutuhnya."

Pria itu kemudian pergi dari kamar Kailee dengan senyum menyeringai, Sinta memperhatikan kepergian Edzard yang berhasil membuatnya kalang kabut, bagaimana Ia bisa menyelesaikan misinya jika pria itu mulai menyentuh perasaannya.

Edzard terus menatap wajah Sinta, hingga akhirnya wajah tampan itu menghilang di balik pintu kamar Kailee. Sinta menghela nafasnya dan Ia duduk di atas tempat tidur Kailee sembari menyandarkan kepalanya pada kedua tangannya yang bertumpu pada kedua pahanya.

Tiba-tiba saja terdengar suara gadis kecil itu yang tampaknya terbangun dan memanggil Sinta.

"Mbak Sinta kenapa?"

Spontan Sinta menoleh ke belakang, dilihatnya Kailee yang sedang duduk dengan menatapnya penuh tanda tanya.

"Kailee! Kok bangun lagi! Mbak Sinta nggak apa-apa, Mbak Sinta cuma sedikit pusing, Kailee tidur lagi, ya!" ucapnya sembari beranjak duduk di samping Kailee dan mengusap lembut wajah gadis kecil itu sembari menidurkan kepala Kailee pada bantal.

"Tidurlah! Mbak Sinta juga mau tidur!" pamitnya kepada putri Edzard dan Melinda itu. Sinta segera beranjak pergi. Namun, rupanya Kailee tidak mau ditinggal pergi, gadis itu meminta Sinta untuk menemaninya tidur.

"Mbak Sinta jangan pergi! Kailee ingin tidur sama Mbak Sinta, nggak apa-apa, kan?"

Bagaimana mungkin Sinta bisa menolak permintaan Kailee, Sinta duduk kembali di samping gadis itu dan menemaninya untuk tidur. Putri Edzard dan Melinda itu sudah membuat hati Sinta damai, seolah-olah Kailee seperti putrinya sendiri, pun sama Kailee juga sangat menyayangi Sinta seperti ibu kandungnya sendiri.

"Tidurlah! Mbak Sinta akan menemanimu di sini!" ucapnya sembari tidur di samping Kailee. Gadis itu begitu senang, dan Ia pun mulai memejamkan matanya. Sementara itu Sinta tidak bisa memejamkan matanya untuk beberapa saat, Ia masih kepikiran tentang keadaan Ayahnya yang tentu saja masih sangat menghawatirkan. Sementara di sisi lain, Edzard akan menikahinya secara siri, pria itu benar-benar ingin menjadikan Sinta sebagai istrinya.

"Astaga! Apa yang harus aku lakukan? Menjadi istri pria yang sudah beristri? Ini benar-benar diluar dugaanku, kenapa hidupku seperti ini? Ayah! Maafkan Sinta, ini semua Sinta lakukan demi Ayah." gumamnya sembari menahan air mata yang mulai berkumpul di sudut matanya.

Sementara itu Edzard yang baru saja keluar dari kamar Kailee, tampaknya Ia mulai masuk ke dalam kamarnya, rupanya sang Istri terlihat sedang menyilangkan kedua tangannya sembari berdiri di depan pintu.

"Dari mana saja, Kamu?"

BERSAMBUNG

*

*

*

Edzard Prayoga, 35 tahun pemilik perusahaan terkenal yang menjadi incaran Sinta, gadis yang bekerja sebagai pengasuh putrinya.

Arsinta Kiranya Pratistha, 18 tahun, Gadis bayaran dengan misi untuk merusak rumah tangga Edzard dan Melinda atas perintah seorang wanita yang akan membayar seluruh operasi jantung sang Ayah.

Melinda, 34 tahun istri sah Edzard Prayoga, yang merupakan wanita karir dan sukses memimpin perusahaan keluarganya.

Kailee Putri Prayoga, 4 tahun putri pasangan Edzard dan Melinda.

...Visual hanya kehaluan Othor, mohon maaf jika tidak sesuai dengan keinginan pembaca 🙏...

Demi Ayah, Aku rela

Edzard sungguh terkejut melihat Melinda yang tiba-tiba berdiri di depan pintu, wajah pria itu menjadi tegang dan Ia mencoba bersikap seperti biasa kepada istrinya.

"Kamu Mel! Bikin aku kaget saja!" ucap Edzard sembari berjalan masuk ke dalam kamar. Melinda tampaknya sedang memperhatikan sikap suaminya yang akhir-akhir ini mulai berubah.

"Kamu tadi dari mana, Mas? Aku lihat mobilmu ada di luar, tapi kamu nya yang nggak ada?" tanya Melinda menyelidik. Edzard menghampiri Istrinya dan justru menatap wajah istrinya dengan tajam.

"Tumben, kamu nanyain Aku ada di mana? Bukankah itu soal yang tidak penting bagimu?" Edzard balik bertanya kepada istrinya. Melinda tampak mengalihkan pandangannya pada sekeliling.

"Kamu suamiku, Mas! Dan Aku berhak untuk mengetahui apa saja yang kamu lakukan! Akhir-akhir ini perasaanku tidak enak, atau jangan-jangan kamu telah melakukan sesuatu di belakangku iya, Mas?" Melinda berkata dengan sedikit keras, pasalnya beberapa hari ini Melinda mendapatkan laporan dari beberapa pelayan di rumahnya, jika mereka pernah melihat Edzard dan Sinta pergi berdua. Dan itu bukan hanya sekali, bahkan para pelayan tak sengaja melihat Edzard memeluk Sinta.

"Kamu ngomong apa sih! Aku ini baru pulang kerja, bukannya di layani dengan baik, kamu malah uring-uringan, kamu sendiri, berkaca pada dirimu sendiri, berapa banyak waktu yang kamu habiskan di luar rumah, tanpa memperhatikan Aku atau pun Kailee, Aku mengizinkan mu untuk mengurus bisnis keluargamu, tapi tidak serta merta kamu harus melupakan kami, sekarang kamu tiba-tiba saja mengkhawatirkan keberadaanku, hmm ...."

Edzard kemudian pergi ke kamar mandi, sementara Melinda semakin dibuat penasaran dengan ucapan pelayannya kemarin, dirinya ingin membuktikan jika suaminya itu benar-benar sudah berselingkuh dengan pengasuh anaknya.

"Sial! Ini tidak bisa di biarkan, Aku harus mencari tahu kebenaran nya, dan Aku pastikan gadis itu tidak akan bisa hidup tenang, karena dia sudah berani masuk ke dalam jilatan api." Melinda tampak serius dengan ucapannya.

Tiba-tiba saja ponsel Melinda berdering, wanita itu segera mengambil ponselnya yang ia letakkan di atas meja. Sejenak Melinda melihat ke layar ponsel, keningnya berkerut ketika tahu jika Dimas yang tengah melakukan panggilan, rekan bisnisnya.

Melinda tampak keluar dari kamar dan segera pergi ke tempat yang agak jauh dari kamar tidurnya, setelah itu Melinda segera mengangkat telpon dari Dimas dengan suara berbisik.

"Halo!"

"Hai Mel! Aku kangen banget sama kamu, Aku nggak bisa tidur jika belum mendengar suaramu."

"Dimas! Ngapain kamu telepon Aku sekarang, ini bahaya banget tahu nggak." ucap Melinda sembari celingukan menoleh sekeliling, Ia takut jika ada orang yang melihatnya.

"Jangan gitu dong Mel! Aku sudah nggak sabar untuk segera pergi besok, kita berdua akan bersenang-senang di sana, kita lanjutkan percintaan kita yang tertunda, pasti lebih mengasyikkan, karena tidak akan ada yang bisa mengganggu kemesraan kita." ucap Dimas, pria beristri yang juga merupakan mantan kekasih Melinda.

"Iya iya Aku tahu, tapi Plis jangan hubungi aku sekarang, Aku sedang pusing."

Melinda segera menutup ponselnya dan Ia segera pergi dari tempat itu. Namun ada sepasang mata yang sedang memperhatikan Melinda sedari tadi.

"Nyonya Melinda menelepon siapa? Kok pake sembunyi-sembunyi. Dimas! Siapa Dimas? Sepertinya mereka berdua terlihat intim sekali, apa jangan-jangan Nyonya Melinda? Ah tidak-tidak itu tidak mungkin, ah Sinta! Kamu jangan aneh-aneh deh, dah pikirkan saja kesehatan Ayahmu, nggak usah pikirkan tentang orang lain." gumam Sinta saat dirinya telah memergoki Melinda yang sedang menerima telepon dari Dimas.

Gadis itu kemudian masuk ke dalam kamarnya, jam menunjukkan pukul sepuluh malam, tugasnya untuk menidurkan Kailee sudah selesai, gadis kecil itu sudah tidur dengan nyenyak. Sekarang waktunya Sinta merebahkan tubuhnya di atas kasur untuk beristirahat.

Sejenak bayangan seorang wanita datang begitu cepat dalam alam bawah sadarnya, baru saja Sinta memejamkan matanya, tiba-tiba saja dirinya melihat seorang wanita yang sedang menghampirinya dengan membawa sang ayah yang sedang duduk di kursi roda. Mereka dipisahkan oleh sebuah pembatas seperti kaca, dimana Sinta tidak bisa menyentuh sang Ayah.

"Ayah!" pekik Sinta saat dirinya melihat kedatangan Ayahnya, namun wajahnya tiba-tiba berubah menjadi masam saat melihat seorang wanita yang sedang berdiri di belakang kursi roda sang ayah.

"Mbak Crisan!" Sinta begitu terkejut saat melihat Crisan yang sedang mendorong kursi roda Ayahnya.

"Ingat Sinta! Waktumu tidak banyak, semakin cepat akan semakin baik, kamu akan bertemu lagi dengan Ayahmu tercinta dan membawanya pulang kembali ke rumah, tapi ... tidak semudah itu kamu membawa Ayahmu! Buat Edzard menderita, setelah Aku puas melihat laki-laki itu menangis, kamu bisa pergi dari kehidupan Edzard dan membawa pulang Ayahmu, dan akan aku kasih bonus lima ratus juta jika kamu meninggalkan Edzard dalam keadaan tergila-gila kepadamu."

Sinta tak tega melihat kondisi sang Ayah yang pastinya saat ini, pria tua itu sedang menahan rasa sakit dan rasa rindu kepada putri satu-satunya itu. Demi kesehatan Ayahnya, Sinta menganggukkan kepalanya dan berjanji akan melakukan tugas dari Crisan untuk membuat hidup Edzard menderita, berpisah dari anak istrinya dan tentu saja membuat Edzard tergila-gila pada Sinta, setelah itu Sinta akan meninggalkan nya begitu saja.

"Iya, Mbak! Aku tidak akan lupa dengan perjanjian itu, Aku akan melakukan tugas dari Mbak Crisan dengan baik, Aku akan meninggalkan pria itu dalam keadaan sangat mencintaiku, meskipun Aku risih untuk melakukannya, demi Ayah! Aku rela."

Tiba-tiba saja secara perlahan bayangan Crisan dan sang Ayah menghilang, Sinta tampak mencari-cari keberadaan sang Ayah yang sudah beberapa Minggu ini tidak Ia temui seusai dia bertemu dengan Crisan di rumah sakit yang sama.

Kedua wajah dalam mimpi Sinta itu tiba-tiba lenyap seketika, Sehingga membuat gadis itu berteriak kecil saat dirinya tak bisa menyentuhku sang ayah tercinta.

"Ayaaaaaahhhh."

Sinta segera terbangun dari tidurnya, gadis itu tampak mengusap wajahnya yang penuh dengan peluh.

"Hhhhh ... cuma mimpi! Astaga! Kenapa Aku harus berhubungan dengan laki-laki ini, tapi apa boleh buat, Aku terpaksa." ucapnya lirih.

*

*

*

Sementara di dalam kamar, Edzard mulai keluar dari kamar mandi dan segera memakai piyama tidurnya, sementara Melinda mulai masuk ke dalam kamar, dilihatnya sang suami yang sudah memakai baju tidurnya. Kemudian Melinda tampak bergelayut pada tangan Edzard.

Sejenak Edzard melihat wajah istrinya, dengan tatapan yang tajam, Edzard berkata kepada wanita yang telah memberikan satu anak itu kepadanya.

"Malam ini, Aku mau tidur di sofa!" ucapnya sembari melepaskan tangan Melinda.Tentu saja itu membuat Melinda sangat kesal, sikap suaminya akhir-akhir ini begitu dingin. Melinda tidak kehilangan cara untuk menaklukkan kembali suaminya, Ia pun memutuskan melayani kebutuhan biologis suaminya malam ini.

"Tapi, Mas! Malam ini Aku sangat merindukanmu, sudah lama kita tidak melakukannya, apa kamu tidak rindu padaku?" rayu Melinda sembari membelai dada Edzard penuh kelembutan.

Naluri seorang pria normal, ketika di suguhkan dengan sebuah kelembutan tentu saja kekerasan hatinya akan lunak, apalagi Melinda terlihat begitu menggoda dengan melucuti pakaiannya sendiri di depan Suaminya.

"Setidaknya hal ini akan membuat Mas Edzard tidak curiga jika Aku sudah berhubungan dengan Dimas." gumam wanita yang mulai mendekatkan tubuhnya pada tubuh sang suami.

BERSAMBUNG

🔥🔥🔥🔥🔥🔥

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!