NovelToon NovelToon

RAHIM BAYARAN DUDA MAFIA

BAB 1. DAMPAK KEMATIAN ORANG TUA

Suara tangis pilu memenuhi rumah kecil dipinggiran sungai, tatkala pihak rumah sakit menelepon, mengabarkan bahwa kedua orangtua Nayla Ariska Putri dan Seyna Amalia meninggal dunia pada pukul 3 dinihari dan pukul 5 subuh.

Kehilangan kedua orangtua sekaligus di hari yang sama, tanpa bisa melihat serta membimbing saat sakratul maut, menjadi penyesalan yang sangat mendalam bagi kedua gadis tersebut.

Namun, apa mau dikata, ketentuan akan kematian tidak bakal ada satu orangpun yang bisa lari dan menolak, karena sesuai dengan janji, bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati, hanya tinggal menunggu waktu, menunggu giliran, kapan dan apa penyebab masing-masing kita akan berpulang menghadap-Nya.

Mewabahnya virus Covid 19 saat itu dilingkungan Nayla, memang menjadi salah satu penyebab kematian massal. Virus menjadi momok pembunuh yang kapan saja siap merenggut nyawa seseorang termasuk orangtua Nayla.

Orangtua Nayla yang notabene bermata pencaharian sebagai pedagang sayur di pasar, sangat rentan tertular virus, dimana pasar merupakan salah satu tempat yang paling banyak dikunjungi orang dan juga merupakan basis penularan tercepat.

Kedua Orangtua Nayla yang setiap hari berinteraksi dengan banyak orang, akhirnya tertular, mereka mengalami demam tinggi hingga pihak terkait meminta agar keduanya dikarantina di rumah sakit tanpa satu orang keluarga pun yang boleh menunggu maupun menjenguk termasuk Nayla serta Seyna.

Setelah proses pengurusan jenazah dilakukan oleh pihak rumah sakit, keduanya pun langsung dikebumikan di tempat penguburan khusus pasien Covid.

Hal ini membuat Nayla dan adiknya sangat sedih melihat prosesi penyelenggaraan jenazah yang tidak selayaknya seperti pada umumnya sebelum wabah covid merajalela.

Para kerabat dan tetangga hanya bisa memberikan dukungan dari rumah, bahkan sebagian hanya mengucapkan ucapan belasungkawa via telepon. Dan sebagian lagi hanya memberikan sedekah berupa uang maupun bahan makanan melalui perantara perangkat kelurahan.

Semenjak kematian orangtuanya, Nayla terpaksa harus mengorbankan pendidikannya.

Dia berhenti sekolah demi mengambil alih tanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mencicil sisa hutang almarhum kepada rentenir serta membiayai pengobatan Seyna yang mengidap penyakit kanker getah bening.

Kanker kelenjar getah bening dalam dunia medis disebut juga sebagai kanker limfoma, sebab termasuk kanker di sistem limfatik. Sistem limfatik erat hubungannya dengan sistem kekebalan tubuh.

Kanker getah bening sendiri adalah jenis kanker darah yang menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah bening. Saat kanker ini berkembang, maka akan menyebabkan pembengkakan di beberapa bagian tubuh.

Yakni bagian tubuh seperti area leher, ketiak, dan ************. Tak hanya bengkak, kanker kelenjar getah bening juga menyebabkan rasa sakit atau nyeri.

Sel kanker kelenjar getah bening pada dasarnya menyerang sel darah putih, sama seperti leukimia. Sel darah putih adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh.

Maka kekebalan tubuh Seyna terus melemah seiring berjalannya waktu, apalagi, jika dirinya tidak mendapatkan pengobatan rutin.

Efeknya, Seyna menjadi mudah sakit dan kemudian lebih sering mengalami infeksi. Berat badan Seyna juga menurun drastis, padahal tidak sedang berdiet.

Hal ini membuat hati Nayla sakit, hari-harinya di penuhi kesedihan dan tangis saat melihat kondisi sang adik dan mengingat keterbatasan ekonomi mereka.

Tidak memiliki pengalaman bekerja membuat Nayla bingung, apa yang harus dia lakukan agar bisa menghasilkan uang yang banyak.

Nayla mencoba meneruskan usaha orangtuanya, berdagang sayuran di pasar dengan sisa uang pemberian kerabat, tetangga serta teman-teman seprofesi orangtuanya.

Namun, karena kondisi ekonomi masyarakat yang memburuk akibat adanya pembatasan selama masa PPKM dan pengalaman Nayla yang kurang dalam hal berdagang membuat usahanya oleng, serta nyaris gulung tikar.

Waktu terus berlalu, usaha Nayla tidak bisa lagi dipertahankan, modal semakin lama semakin menipis dan akhirnya Nayla memilih menghentikan usaha dagangnya daripada sisa uang yang tinggal sedikit, total habis.

Demi bertahan hidup, Nayla pun membuang rasa malunya. Dengan berbekal suara merdu serta gitar kesayangannya, Nayla akhirnya memutuskan untuk mengamen di jalanan, sekitar pasar dan di sekitar lampu merah.

Datangnya pengamen baru membuat para pengamen lama marah, mereka menyekap Nayla dan mengambil uang hasil mengamen yang saat itu lumayan banyak.

Nayla berontak, tapi apalah daya, dia hanya seorang wanita yang memiliki tenaga terbatas, tentu saja Nayla tidak sanggup melawan beberapa orang pengamen pria. Dia hanya bisa pasrah sambil terus berusaha melepaskan diri setelah mereka semua pergi.

Ketika teringat Seyna di rumah, yang barangkali belum makan dan sedang menunggu kepulangannya, kekuatan Nayla pun muncul, dia terus meronta, berusaha melepaskan diri dari sekapan tersebut.

Nayla berhasil lolos, tapi dia tidak memiliki uang sepeser pun lagi untuk membeli makanan maupun untuk sekedar ongkos pulang.

Dengan langkah gontai sambil berpikir, Nayla akhirnya menemukan sebuah kantongan plastik yang berisi potongan roti di tempat sampah, dekat sebuah toko roti. Lalu, Nayla pun mencicipi roti sisa tersebut. Di rasa masih layak untuk dimakan, Nayla pun segera membawanya pulang untuk Seyna.

Dengan menumpang sebuah mobil truk pengangkut sampah, akhirnya Nayla sampai di rumah. Dia segera memberikan roti tersebut kepada sang adik sebagai pengganjal perut. Sementara, dirinya rela tidur dengan perut kosong yang hanya berisi air minum saja.

Sebenarnya Nayla mengantuk tapi dia tidak bisa tidur karena perutnya yang terus berbunyi. Untuk mengganjal rasa lapar, Nayna pun meneguk air kembali, sampai perutnya terasa kenyang.

Malam ini Nayla berpikir, apa yang akan dia lakukan besok untuk mendapatkan uang demi membeli makanan.

Terpikir oleh Nayla untuk menemui salah satu sahabatnya. Besok pagi, Nayla akan ke pasar dan meminta tolong agar dirinya boleh ikut bekerja sebagai kuli panggul di sana.

Pagi pun tiba, setelah membersihkan rumah dan membuatkan sarapan seadanya untuk Seyna, Nayla pun pamit kepada adiknya itu untuk mencari pekerjaan.

"Dek, Kak Nay berangkat dulu ya! Apa kamu tidak apa-apa kak Nay tinggal?" tanya Nayla.

"Iya Kak, nggak apa-apa kok," jawab Seyna.

"Sarapan dan minum kamu, kakak letakkan di sini, agar kamu mudah mengambilnya. Jika ingin ke kamar mandi, kamu harus hati-hati, kakak tidak mau sampai kamu terjatuh," ucap Nayla lagi.

"Iya Kak, pergilah! Jangan terlalu mengkhawatirkan aku. Tugas Kak Nay sangat berat, nah aku tinggal mengurus diri sendiri saja masa tidak bisa. Aku harus bisa Kak!"

"Baiklah Sayang, hati-hati ya!" ucap Nayla sambil tersenyum. Nayla tahu, Seyna berusaha kuat di depannya, agar dirinya tidak sedih dan khawatir.

Dengan melambaikan tangan dan bersemangat, Nayla pun melangkah pergi ke pasar untuk mencari Dewo, salah satu kuli panggul yang dalam beberapa bulan ini telah menjadi sahabatnya.

Nayla berharap, melalui sahabatnya itu, dia ditunjukkan jalan untuk mendapatkan uang sebagai penyambung hidup mereka.

BAB 2. MENDAPATKAN PEKERJAAN

"Nay! mencari siapa?" tanya Lila yang melihat Nayla celingukan.

Lila merupakan salah satu sahabat Nayla sewaktu berdagang di pasar. Orang tua Lila pedagang buah di sana, jadi setiap hari libur, Lila selalu membantu ibunya.

"Hei Lil, apa kamu melihat Dewo?" tanya Nayla.

"Iya Nay, tunggulah sebentar, Dewo sedang disuruh oleh ibuku, mengantar pesanan jeruk ke rumah makan yang ada di seberang pintu masuk pasar," ucap Lila.

Kemudian Lila bertanya, "Jadi, apa pekerjaan mu saat ini Nay?"

"Pengangguran Lil, makanya aku ingin ikut dengan Dewo menjadi kuli antar ataupun kuli panggul pun jadi, yang penting aku dapat uang untuk memenuhi kebutuhan kami," jawab Nayla.

"Memangnya kamu sanggup? pekerjaan itu berat lho Nay, apalagi untuk seorang gadis seperti mu," ucap Lila.

"Aku coba dulu Lil, daripada aku menganggur, nggak mungkin 'kan, aku mengemis, lebih memalukan. Sambil mencari batu lompatan untuk bekerja yang lain."

"Iya Deh, aku juga tidak bisa menolongmu Nay, dagangan ibu sepi. Bersyukur sajalah dengan kondisi sekarang, hampir semua orang mengeluh. Hidup semakin sulit, entah bagaimana masa depan kita kelak."

"Jalan satu-satunya cari suami orang kaya," ucap Nayla asal, sembari tertawa untuk menghilangkan kepenatan hati dan pikirannya.

Lila juga tertawa, lalu menjawab, "Kalau kamu mungkin saja bisa dapat pria kaya, wajah, postur tubuhmu dan kepintaranmu mendukung, nah aku! tidak mungkin mereka mau, aku bulat pendek dan juga pesek, ditambah lagi otak pas-pasan, lengkaplah kekuranganku," ucap Lila.

"Sudah deh, kita jangan menghayal terlalu tinggi, jika jatuh sakit. Aku pergi dulu ya, aku akan susul Dewo, hari ini aku harus kerja Lil, jika tidak adikku bakal kelaparan," ucap Nayla sembari melangkah dan melambaikan tangannya.

"Kasihan kamu Nay, keadaan telah membuatmu harus meninggalkan cita-cita demi bisa bertahan hidup," monolog Lila sembari menarik nafas dalam.

Jika jualan ibunya lancar, mungkin Lila bisa meminta ibu untuk menolong Nayla, agar bekerja di tempat mereka, tapi jualan ibunya belakangan juga sepi, apalagi sejak pemerintah memberlakukan PPKM.

Nayla bergegas menuju tempat di mana Dewo mengantar pesanan. Ternyata Dewo sedang mengantar pesanan lain, di tempat yang berbeda. Untungnya Nayla melihat Dewo, lalu dia memanggilnya.

"Wo, tunggu!" seru Nayla.

"Hai Nay," sapa Dewo sembari menurunkan barang yang dia bawa.

Kemudian Dewo bertanya, "Kamu mau kemana?"

"Wo, tolong carikan aku pekerjaan! menjadi kuli panggul seperti mu aku juga mau, yang penting hari ini aku bisa dapat uang buat beli makanan," ucap Nayla malu.

"Kamu mau kerja seperti ini Nay? Aduh, kumohon urungkan saja niatmu, aku saja rasanya hampir tidak sanggup, tapi apa boleh buat, hanya pekerjaan ini yang bisa aku dapatkan tanpa bermodalkan ijazah," ucap Dewo.

"Ku mohon Wo, minimal aku bisa membeli sesuatu untuk adikku. Aku tidak sanggup kembali tidak membawa apapun," ucap Nayla.

"Baiklah, ayo ikut aku! Mudah mudahan, setelah mengantarkan barang ini, kita akan mendapatkan job lagi," ucap Dewo.

Ternyata benar ucapan Dewo, belumdia menyelesaikan tugasnya, seorang pedagang telah memanggilnya. Dan Dewo pun segera berhenti dan menemui, ibu yang memanggilnya.

"Iya Bu, ada yang bisa aku bantu?" tanya Dewo.

"Wo, tolong antarkan kue ini ya, ke toko deretan sebelah kanan di ujung sana. Tokonya yang menjual perlengkapan sholat. Tapi secepatnya ya Wo, karena kue itu akan dibawa pergi oleh si pemilik toko dan ini buat upah kamu!" ucap si pemilik yang menyodorkan kue dan uang lembaran lima ribu rupiah.

"Baik Bu, oh ya Bu perkenalkan ini temanku dan dia yang akan membantuku mengantarkan kue itu, bagaimana Bu, apakah ibu berkenan?" tanya Dewo dengan sopan.

"Oh ya, nggak apa-apa Wo, yang penting amanah ibu sampai dengan baik kepada si pemesan."

"Terimakasih ya Bu," ucap Nayla.

Pedagang kue itupun memberikan kue serta uang upahnya kepada Nayla, sembari berkata, "Hati-hati membawanya ya Dek!"

Iya Bu, saya akan berhati-hati. Sekali lagi terimakasih Bu," ucap Nayla sembari menjunjung uang lima ribu pemberian ibu tersebut.

Kemudian Nayla mengucap syukur atas rezeki pertama yang dia dapatkan.

Dengan senang Nayla bergegas melaksanakan tugasnya, Dewo pun tersenyum melihat Nayla melakukan pekerjaannya dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh. Untung saja tugas pertamanya tidak lah berat, seperti yang biasa Dewo lakukan.

Tugas pertama selesai Nayla kerjakan, lalu rezeki datang lagi ketika dia hendak pergi dari toko kain tersebut, Bos toko kain meminta tolong, agar Nayla mengantarkan gulungan kain ke toko yang ada di deretan pertokoan tidak jauh dari tempat tersebut.

Dengan senang hati, Nayla menerima tugas tersebut, kembali Nayla mendapatkan upah sesuai berat ringan tugas yang para bos berikan. Nayla pun menerima upah sebesar sepuluh ribu rupiah untuk tugas keduanya itu.

Setidaknya saat ini Nayla sudah bisa membelikan sebungkus nasi ramas untuk adiknya.

Nayla rela melakukan pekerjaan apa saja termasuk sebagai kuli panggul di pasar, asal sang adik bisa makan dan berobat.

Kerasnya kehidupan yang Nayla jalani, saat ini membuatnya lebih berani, lebih kuat dalam menghadapi apapun, sekalipun dia musti melawan preman pasar yang mencoba mengganggu pekerjaannya.

BAB 3. TAWARAN UNTUK MENDAPATKAN BANYAK UANG

"Syukurlah," ucap Nayla sembari istirahat melepas lelah.

Dewo yang melihat Nayla menyeka keringat dengan tangan, mengulurkan saputangannya.

"Pakailah! bersih kok Nay, aku membawa dua untuk cadangan, jika yang satu lagi basah," ucap Dewo.

Nayla pun mengambil saputangan yang diberikan oleh Dewo lalu menyeka kembali keringat yang membasahi area wajahnya.

Memang benar saputangan itu masih bersih dan aroma wangi Molto menguar saat Nayla menyapukan ke wajahnya.

"Bagaimana Nay, lelah 'kan? Pekerjaan ini tidak cocok untuk seorang wanita. Nanti lenganmu jadi membesar seperti lenganku Nay," ucap Dewo sembari menunjukkan otot yang membesar pada lengannya dan dia juga menunjukkan jika telapak tangannya sangat kasar.

"Lelah sih, tapi jauh lebih baik daripada aku berpangku tangan menunggu kematian adikku," ucap Nayla sedih.

Dewo yang mendengar hal itu, terasa tercekat lehernya, dia tidak sanggup meneruskan perkataannya.

"Oh ya Wo, aku dapat tips lumayan banyak lho, lihatlah!" ucap Nayla sembari mengeluarkan uang hasil kerjanya hari ini yang belum disusun.

Nayla menyusun uang tersebut, lalu menghitungnya dan memberitahu Dewo.

"Syukur Wo, aku dapat Rp.135.000,- padahal ini masih tengah hari. Terimakasih ya Wo, melalui kamu, aku diberi jalan keluar agar hari ini bisa membelikan makanan dan obat untuk adikku."

"Wah, banyakan kamu Nay, aku baru dapat Rp.83.000,- Syukurlah Nay, tapi tetap saja aku tidak tega melihatmu kerja seperti ini," ucap Dewo.

Kemudian Dewo berkata lagi, "Lagipula, mau sampai kapan kamu mengumpulkannya? toh, nggak bakal cukup hasilnya untuk biaya perobatan adikmu. Kalau hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mudah-mudahan cukup Nay."

Nayla mendesah, dia juga tidak tahu, yang terpenting tetap semangat dan terus berjuang sampai semua berakhir sesuai kehendak-Nya.

"Oh ya Nay, sebenarnya ada sih pekerjaan yang bisa menghasilkan uang banyak, tapi khusus buat wanita saja," ucap Dewo.

"Serius kamu wo, Kerja apa! Aku mau Wo!" ucap Nayla.

"Aku punya sahabat namanya Arkan. Nah, Arkan memiliki seorang Bos yang sedang mencari seorang wanita untuk menjadi istri kontraknya."

"Apa! Memangnya Bos nya masih lajang Wo? Kalau lajang boleh juga, asal bayarannya sesuai," ucap Nayla menyeringai. Sekarang yang ada dipikiran Nayla hanya uang, uang, dan uang.

Kemudian Dewo berkata lagi, "Menurut penjelasan Arkan, Bos nya itu seorang duda tanpa anak. Kata Arkan, dia di tinggal selingkuh oleh istrinya karena tidak juga bisa memberikan keturunan."

"Wow, kali ini cerita hidup terbalik ya Wo, biasanya laki-laki yang meninggalkan istri karena mandul, nah saat ini malah istri yang meninggalkan suami. Hukum berlaku Wo, jangan istri saja yang jadi korban," ucap Nayla.

"Ntahlah Nay, aku nggak paham. Aku 'kan belum menikah!" ucap Dewo.

"Sama," ucap Nayla sembari tertawa.

"Katanya, Bosnya Arkan ingin membuktikan bahwa dia bisa memiliki anak dari wanita lain, tapi bos tersebut tidak menginginkan anak haram yang lahir tanpa ikatan pernikahan," ucap Dewo lagi.

"Dia ingin mencari wanita yang siap menikah dan melahirkan keturunan untuknya, tapi setelah melahirkan harus rela memberikan anak tersebut kepadanya dan harus rela bercerai. Dia akan memberikan imbalan yang besar," itu menurut Arkan.

"Menarik juga tawaran itu Wo, setidaknya, tidak menjadi pelacur karena dinikahi secara sah, walaupun akhirnya harus menjadi janda," ucap Nayla.

"Tapi, jika aku terima tawaran tersebut, bagaimana dengan adikku Wo? Aku pasti tinggal di rumah bosnya teman kamu itu. Aku tidak mungkin meninggalkan adikku sendirian di rumah, apalagi sedang dalam keadaan sakit," ucap Nayla lagi.

"Serius kamu mau Nay?" tanya Dewo.

"Mungkin ini jalannya Wo, agar aku bisa mendapatkan uang yang banyak dalam waktu singkat."

"Kalau kamu setuju, tinggal ajukan syarat saja kepada si Bos, agar diizinkan membawa adikmu tinggal bersama kalian," ucap Dewo.

"Kamu benar Wo. Kalau begitu, aku minta nomor ponsel teman kamu itu ya, mudah-mudahan mereka belum mendapatkan calon yang lain," ucap Nayla.

"Sebentar Nay, kemaren Arkan memberiku kartu nama," ucap Dewo sembari membuka dompetnya.

Dewo pun memberikan kartu nama yang berisi nomor ponsel Arkan. Dia senang jika solusi ini bisa menolong Nayla daripada Nayla harus bekerja sebagai kuli panggul yang hanya cocok untuk kaum laki-laki.

"Kamu hubungi saja dan bilang itu dari aku Nay, siapa tahu Arkan bisa menolongmu, mempermudah jalanmu. Karena, pastilah mereka memiliki banyak calon dan si Bos akan memilih mana yang terbaik untuk bisa di jadikan calon ibu untuk melahirkan anak baginya," terang Dewo.

"Iya Wo, nanti malam aku akan hubungi teman kamu. Terimakasih ya Wo, kamu memang sahabat yang bisa aku andalkan. Ayo sekarang kita kerja lagi, karena jam 3 aku sudah harus pulang. Aku akan singgah ke apotik dan membeli makanan buat adikku," ucap Nayla sembari bangkit dari duduknya dan menepuk pundak Dewo.

"Oke, semoga sukses nanti ya Nay. Hanya itu yang bisa aku lakukan untuk menolongmu, walaupun sebenarnya aku sedih. Seharusnya kamu mendapatkan pria baik yang benar-benar akan menjadi suamimu dunia akhirat."

"Nggak apa-apa Wo, kamu tenang saja, ini akan menjadi jalan hidup terbaik untuk aku dan adikku. Ayo kita jalan!"

Keduanya kembali bekerja dan hari ini memang keberuntungan bagi Nayla, dia mendapatkan banyak Tips dari pelanggan yang membutuhkan jasanya.

Tepat pukul 3 sore, Nayla pamit kepada Dewo dan dia langsung menuju apotik yang tidak jauh dari pasar.

Lalu Nayla menyodorkan bekas kulit obat, dia ingin membeli obat seperti itu tanpa resep Dokter lagi. Karena jika harus konsultasi ke Dokter lagi, pasti uang yang Nayla punya saat ini tidak akan cukup.

Karyawan yang bekerja di apotik tersebut memberikan obat yang Nayla inginkan, setelah itu diapun pergi ke toko roti. Nayla ingin membelikan roti untuk sarapan adiknya besok pagi.

Setelah itu Nayla pergi ke rumah makan dan membeli dua bungkus nasi ramas untuk makan mereka malam ini.

Nayla senang, uangnya masih bersisa untuk keperluan besok. Dengan langkah seribu, Nayla bergegas menyetop angkot tujuan rumahnya.

Seyna menunggu kepulangan sang Kakak sembari menonton drama televisi, kebetulan ceritanya mengenai anak yatim piatu, dia jadi sedih dan akhirnya menangis karena teringat ayah dan ibunya.

Nayla mengetuk pintu dan mengucap salam, karena pintu jarang dikunci jika siang hari, makanya Nayla pun langsung membukanya sendiri.

Setibanya di dalam, dia terkejut saat melihat sang adik terisak-isak. Karena khawatir, Nayla pun berlari menghampiri Seyna dan bertanya, "Kenapa kamu menangis Dek? Mana yang sakit?"

Seyna menggeleng dan menunjuk ke arah televisi. Nayla merasa lega, ternyata adiknya hanya terbawa perasaan saat menonton drama di televisi.

"Oh, syukurlah. Ayo kita makan, Kakak membelikan makanan kesukaanmu dan ini obatmu Dek."

"Darimana Kakak dapat uang untuk membeli semua ini? Aku mohon Kak, jangan menambah hutang. Aku tidak mau menyusahkan Kak Nay lagi, nggak usah beli obat lagi Kak, aku sehat kok," ucap Seyna yang berpura-pura tidak merasakan sakit sedikitpun.

"Kamu jangan khawatirkan masalah uang, Kakak mu ini kuat, jadi pasti bisa menghasilkan uang yang banyak untuk memenuhi kebutuhan kita," ucap Nayla sembari menunjukkan otot lengannya seperti seorang binaragawan.

Seyna tertawa melihat sang kakak, tapi kembali dia bertanya, "Kakak bekerja apa dan dimana?"

Saat ini kakak bekerja di pasar Dek, bantu-bantu para pedagang, mengantar pesanan. Tapi doakan ya, sebentar lagi kita akan hidup enak dan mungkin tidak tinggal di sini," ucap Nayla.

Seyna merasa bingung dengan perkataan sang Kakak, ketika dia hendak bertanya lagi, Nayla menutup mulutnya dengan jari telunjuk dan meminta agar mereka makan dulu, setelah itu Nayla akan menjelaskan semuanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!