NovelToon NovelToon

Gejolak Asmara Nona Muda

Episode 1

"Jess, ayolah lu itu sekaranh udah tujuh belas tahun, sekali lagi nih yah denger lu udah tujuh belas tahun. Jadi mau nunggu sampe kapan sih ?" Tanya seorang gadis berambut panjang dan sedikit bergelombang, namanya Anya alias Zevanya Hakim.

Tidak ada respon ataupun sahutan dari seorang gadis yang ia panggil Jess, alias Jassica Natalia. Gadis dengan tinggi seratus enam puluh delapan cm dan berat lima puluh lima kg, putih cerah dengan mata bulat yang sangat indah, sesuai dengan starndar kecantikan Indonesia.

Indonesia pukul 12.00 p.m. waktu Ibukota Jakarta , tepatnya berada di kawasan di Jakarta Selatan.

Sma Garuda.

"Jess, Jess jadi mau sampe kapan coba." Keluh Anya untuk kesekian kalinya.

"Huft, gw itu lagi cape kalau lu mau bolos yah udah si sana cabut aja sama anak - anak yang lain." Jawab Jessica dengan ketus dan yah bola matanya berputar pertanda ia sudah cukup jengkel dengan suara cempreng milik sahabat baiknya Anya.

Anya kembali duduk dan menghentakan kakinya dua kali, ia menatap Jess dengan tatapan sebal.

"Apa sih lu yah liatin gw terus dari tadi, apa sekarang kepikiran mau daftar jadi fans gw iya ?" Tanya Jess dengan ketus, cukup risih karna Anya terus menatap ia dengan berbagai ekspresi. Setelahnya ia menarik nafas dengan berat, sadar jika sahabat satu satu - nya Anya yang berisik sudah ngambek brutal, terbukti suara yang tak terdengar lagi.

"Baiklah - baiklah, ayoo kita cabut." Putus Jess, ia bangkit dan menggendong tas punggungnya.

"Yes." Batin Anya gembira, hahaha jurus seribu ngambeknya berhasil lagi dan lagi. Ia tahu jika sahabat - nya yang ketus tidak akan membiarkan ia ngambek.

"Gak, malas gw." Jawab Anya masih dengan ektingnya, ia jual mahal sedikit kan tidak masalah bukan.

"Satu." Suara Jess terdengar memerintah dan begitu dingin ia juga berbicara dengan mata yang terpejam.

"Hehehe becanda sayang jangan marah gitu dong, nanti kamu cepat tua loh." Timpal Anya dengan cepat, ia segera menarik tangan sahabatnya dan ikut berdiri, tidak ingin usaha ngambek berakhir sia - sia.

"Mereka mau kemana sih ? "

Jawabannya yah "Bolos Sekolah."

"Teman kelas kok ga ada yang negur ?"

- Jawabannya gak ada yang berani, lagian Anya juga ketua kelas dan Jessica gadis ini terlalu tertutup dan hanya berkomunikasi seperlunya saja dengan mereka, jadi siapa yang berani coba.

Oke balik lagi.

"Jess, Jess gimana kalau nanti atau ah sekarang aja kita ke sekolah Andre pasti disana banyak cogan - cogan tuh." Usul Anya dengan mata yang berbinar.

"Gak, gw mau main ke dermaga kalau lu mau ke sekolah Nadine silakan aja." Jawab Jessica dengan tak terbantahkan lagi.

"Dermaga lagi dermaga lagi, apa ga ada tempat lain. Emangnya lu gak bosen apa yah ?" Tanya Anya dengan wajah masamnya, entah kenapa Jessica senang sekali ke dermaga.

"Brisik." Ketus Jess malas.

Lokasi : Parkiran Sekolah Garuda.

"Gw cabut ke sekolah Andre yah, kalau ada apa - apa langsung hubungin gw oke.. dengerkan yahh, byee .. muah." Pamit Anya tidak lupa satu kecupan jauh untuk sahabatnya yang paling cantik.

fyi. SMA Garuda masuk dalam sekolah menengah atas favorite se Indonesia, hanya ada anak perempuan didalamnya.

SMA Garuda memang khusus untuk murid prempuan saja, untuk bergabung sebagai siswi para calon anak didik SMA Garuda wajib mengeluarkan banyak biaya selain itu wajib memiliki kepintaran dengan standart yang sudah ditentukan oleh SMA Garuda, dan khusus untuk anak yang kurang mampu dan memiliki kepintaran di atas rata - rata akan mendapat full beasiswa dari pihak SMA Garuda (wajib mengikuti rangkaian tes yang ada.)

Lokasi : Dermaga.

"Udah dua tahun yah Lis." Batin Jessica dengan mata terpejam.

Dua tahun lalu Jessica kehilangan sadari kembarnya, pada saat itu ia dan saudari kembarnya sedang asik bermain di dermaga dekat pelabuhan.

Flashback.

"Jess, ayo naik perahu." Ajak Lisa dengan tatapan penuh pengharapan.

"Tidak mau, disini tidak ada pengamanan khusus nanti bisa berbahaya untuk kita." Jawab Jessica dengan tegas, ia juga membuang mukanya kesamping agar tidak merasa kasihan pada saudari kembarnya.

"Sekali aja, please." Timpal Lisa dengan memohon.

Lisa ia gadis yang periang dan banyak mau, sebagai adik kemauannya selalu dituruti oleh saudari kembarnya Jessica. Jarak lahir mereka berselang delapan menit jadi yah mereka masuk kedalam kategori "Kembar tapi tidak identik."

Mendengar suara Lisa yang mulai bergetar akhirnya Jessica hanya mampu menghela nafas dan langsung mengiyakan.

"Lisa ay .." Belum selesai tapi brukk..

"Lisa, hei kamu kenapa ?" Khawatir tentu saja kenapa bisa saudari kembarnya tiba - tiba ambruk.

"Lisa - lisa." Teriak Jess panik dan semakin panik, ia mengambil alat yang biasa ia gunakan bersama Lisa.

"Tolong cepat tolong adikku." Ucap Jess dengan suara yang kuat setelah menekan tombol bulat yang ada di alat tersebut, tidak sampai satu menit bantuan datang.

Lisa dilarikan kerumah sakit, tapi sayang nyawanya tidak tertolong dan apa alasannya hingga kini Jess tidak diberi tahu.

Kematian Lisa terlalu menjanggal dan itu membuat Jess menjadi pribadi yang dingin dan tidak banyak bicara.

Banyak yang mengatakan kematian Lisa ada sangkut pautnya dengan pesaing bisnis keluarga mereka, dan masih banyak lagi.

Flashback of.

Jessica mengusap air matanya, ia lagi dan lagi merasa gagal sebagai seorang kakak. Harusnya ia bisa menjaga adik satu - satunya.

Ia kini hanya hidup bersama dengan oma dan opa dari ayahnya saja. Ayahnya merupakan anak tunggal begitupun dengan ibunya.

Kedua orang tua Jessica meninggal saat usia ia dan Lisa menginjak dua tahun, pasangan sukses itu meninggal setelah mengalami pesawat yang mereka tumpangi tiba - tiba jatuh ke sungai.

Jessica kembali ke mobil, ia harus kembali ke mension dengan segera, ia merindukan kasur dan bantalnya yang empuk.

"Yah oma." Sapa Jessi saat panggilan terhubung.

" ... "

"Ini lagi di jalan, ada apa oma ?" Jawab Jessi, ia sekilas melirik kearah jam tangan dan kembali fokus pada jalanan.

" ... "

"Baik oma, sampai bertemu." Jawab Jessi lagi, setelahnya ia langsung memutuskan panggilan sepihak.

Lokasi : Mension.

Rumah dengan gaya yang modern, yang super mewah dan megah itulah tempat tinggalnya, hasil jerih payah keluarga mereka.

"Mobil siapa itu ?" Batin Jessica penasaran saat ia mendapati mobil asing di parkiran khusus tamu, yah ia baru saja tiba dirumah tempat ia tinggal bersama dengan oma dan opa.

"Ternyata ada tamu, pantas aja oma bawel buat maksa aku pulang." Keluh Jessica dengan kesalnya.

"Selamat siang nona, nyonya dan tuan besar saat ini sudah menunggu anda, beliau berpesan agar anda segera masuk." Tiba - tiba seorang mengagetkan Jessica yang sedang berfikir disamping mobil.

"Pak asep astaga, saya jadi kaget kaget." Jawab Jessica dengan mengelus dada.

"Lagian atuh si enon pamali mengkhayal siang bolong gini tau." Tegur pak Asep dengan geleng - geleng kepala.

"Iya iya pak, jangan bawel saya puyeng loh dengernya" Jawab Jessi dengan memijat kecil kepalanya, ia juga ikut menggeleng gelengkan kepala.

"Non non." Batin pak Asep yang tidak berani mengeluarkan suara lagi.

Jessica berjalan dengan santai saat memasuki mension, tetapi liat tatapannya berubah sangat tajam begitu ia menyadari jika ada tamu yang sangat amat tidak ia sukai, catat tidak ia sukai.

Episode 2.

"Sayang, kau sudah tiba yah." Ucap seorang wanita tua yang tampaknya begitu modis dengan kebaya modern dan rambut yang tersanggul rapi tidak lupa beberapa aksesoris yang menempel dibadannya.

Oma Cetrine ia adalah ibu dari ayahnya, sementara Opa John adalah ayah dari ayahnya.

Sementara itu tamu yang tidak disukai oleh Jess adalah tante Merri dan paman Dody, tidak lupa mereka juga bersama dengan satu anak mereka Melisa.

"Ternyata ada tamu, selamat siang oma opa." Jawab Jess tanpa menyapa tamu yang sedang duduk berdampingan dengan oma dan opa - nya, begitu pula dengan suara yang terdengar dingin, matanya melirik tidak suka kearah Melisa yang terus memperhatikannya.

"Wah kak Jess, kamu cantik sekali dengan sepatu itu." Puji Melisa yang sebenarnya menyimpan rasa iri, ia menginginkan sepatu milik Jess, Jess tahu itu.

"Tentu." Jawab Jess dengan senyum sinis.

Keluarga dari Melisa adalah kerabat jauh dari ayahnya tapi entah kenapa Jess selalu tidak menyukai akan kehadiran mereka.

"Oma, bagaimana jika aku bersekolah disini bersama dengan kakak Jess." Usul Melisa dengan senyum manis yang mengandung seribu racun.

"Aku tidak setuju, oma aku harap kau bisa menghargai keputusanku." Sanggah Jess dengan cepat.

"Kenapa ?" Tanya Melisa dengan sedihnya, maksudnya dengan ekspresi palsu.

"Karena kau beracun." Ketus Jess dengan nada tidak suka, ahh Jess benar - benar memiliki mulut yang jujur.

"Maaf Melisa, oma tidak mau membuat Jess tidak nyaman. Kau bisa tetap bersekolah di tempatmu saat ini dan kau juga akan lebih dekat dengan keluargamu bukan." Jawab Oma dengan nada tegas, ia tentu tidak mau membuat cucu satu - satunya tidak nyaman dan berujung keributan.

Jessica tersenyum puas setelahnya ia memeluk hangat omanya dan tidak lupa mata elang tetap mengawasi Melisa bersama mama dan papanya.

"Awas kau." Batin Melisa kesal dibuatnya.

"Ohiya,  Merri jadi apa yang membuat kalian jauh - jauh kemari ?" Tanya oma Cetrine setelah ia ingat jika keluarga kecil ini belum mengutarakan maksud dan tujuan mereka berkunjung ke mension mereka.

"Ehmm, begini bibi aku kemari ini meminta bantuan." Jawab Merri dengan cepat, dan coba lihatlah wajahnya tidak ada terlihat sungkan atau malu untuk mengatakannya.

"Bantuan apa, jika memungkinkan aku akan dan suamiku dapat membantu." Jawab Oma Cetrine dengan melirik kecil ke arah suaminya, opa John.

"Hmm." Jawab opa John singkat.

"Begini, Melisa sebentar lagi akan mengikuti ujian akhir sekolah menengah pertama, ia membutuhkan laptop dan ipad untuk menunjang kualitas belajarnya." Jelas Merri.

"Kami membutuhkan uang sebanyak seratus juta, bisakah kami memintanya saja ?" Tanya  Merri dengan kepala menunduk.

"Meminta." Spontan Jess menirukan satu kata yang keluar dari mulut Merri.

"Astaga bibi, kau tahu untuk harga satu buah laptop dan satu buah ipad tidak sampai seperti itu jumlahnya, kau hanya membutuhkan beberapa juta saja." Protes Jess dengan berterus terang.

"Jess." Tegur opa John, meskipun ia sebenarnya sangat setuju dengan yang dikatakan oleh cucu - nya Jessi tapi ia perlu menghentikan sebelum kalimat - kalimat pedas lain kembali keluar dari dalam mulut cucunya.

"Gadis kecil ini merepotkan sekali." Batin Dody tidak suka.

"Tidak apa Jess, kita tidak akan kekurangan meski memberikan mereka sepuluh kali lipatpu.. Tapi Merri yang dikatakan oleh Jess ada benarnya, aku rasa untuk mendapatkan laptop yang bagus dan satu ipad yang kualitas tinggi tidak akan memakan banyak uang apa lagi sampai seratus juta." Timpal Opa John dengan sekali tarikan nafas, ia sebenarnya tidak masalah tapi mau bagaimanapun Merri dan John seperti memanfaatkan kebaikannya, mereka bahkan tidak sungkan untuk meminta terus menerus dengan nominal yang cukup besar.

Merri dan Dody hanya tertunduk, sementara Melisa ia menatap tak suka ke arah Jessica.

"Kenapa kau terus melihatku seperti itu, apa matamu mau aku congkel." Pertanyaan Jess membuat Melisa jadi salah tingkah ia segera menundukan kepalanya.

"Sudahlah, berikan saja lagi pula seratus juta bukan angka yang besar." Tidak tega akhirnya oma Cetrine memberikan solusi yang cukup menjengkelkan.

"Terima kasih oma." Jawab Merri dan Dody begitu kompak.

"Dasar sampah." Maki Jess dalam batinnya tentu.

"Hmm, baiklah aku akan meminta asisten pribadiku untuk mengurus dana yang kalian minta." Akhirnya opa John hanya bisa patuh pada perintah oma Cetrine.

"Terima kasih oma, opa aku akan bersekolah dengan baik setelahnya aku akan berkerja keras agar kalian semua bangga padaku." Ucap Melisa dengan caper alias ceri muka.

"Hmmm, lakukan lah dengan baik." Jawab opa John dengan senyum tipis.

Jess menatap tak suka ke arah Melisa, ia tidak suka dengan gadis cari perhatian seperti Melisa, cantik tidak pintar juga tidak huft sangat menyedihkan.

"Aku heran sekali dengan paman dan bibi bukannya usaha kalian sudah berjalan dengan baik, bagaimana bisa dengan tidak ada muka datang dan meminta dana pada oma dan opa, kalian sungguh sudah tidak tahu malu." Ketus Jessica sebelum meninggalkan ruang tamu.

Melisa menahan kepalan tangan - nya, sungguh saat ini ia sangat tidak terima atas penghinaan yang ditunjukkan Jessica kepada kedua orang tua - nya dengan begitu terang - terangan, dan ia berjanji akan merebut semua yang menjadi milik Jessica.

Melisa - Melisa entah kenapa ia sampai punya pemikiran dan sifat yang sangat buruk, padahal ia sadar betul apa yang selalu Jessica katakan adalah benar adanya.

Sementara oma hanya menghela nafas, untuk opa John iya hanya duduk dan diam tidak ada ekspresi apapun di wajahnya.

"Kau terlalu berani Jess, sama seperti mendiang ayahmu." Batin opa John yang terkenang mendiang putranya.

Kamar Jessica.

"Hallo, Anya lu dimana sih ?" Tanya Jessica begitu panggilan telepon terhubung.

"Masih di sekolah Andre, kenapa sih manis suaranya kok galak amat .. rauwwwwr." Goda Anya dengan sengaja, gadis di seberang telepon ini sepertinya sengaja karena paham Jessica sedang kesal.

"Huft, nyebelin." Ketus Jess dan langsung memutuskan panggilan sepihak, setelahnya telepon genggam yang ia pakai langsung lepas.

"Tante Meri dan paman Dody, kalian pikir aku akan melepaskan kalian setelah semua yang terjadi." Batin Jessica dengan mata yang terpejam.

Percakapan - percakapan yang tidak sengaja ia dengar kembali terngiang - ngiang di kepalanya.

"Kau gadis kecil, jika sampai aku menemukan atas keterlibatanmu lihat dan rasakan apa yang akan aku lakukan." Lanjut Jess dengan senyum tipis yang tampak sekilas menghiasi pipinya.

Tok ... tokk suara ketukan membuat mata Jess kembali terbuka sempurna, ia menengok ke belakang untuk melihat di monitor siapa yang datang, ternyata opa John.

"Yah, opa ?" Tanya Jess setelah ia membuka pintu kamarnya.

"Apa opa suday mengganggu ?" Jawab Opa John dengan senyum kecilnya.

"Tidak, apa ada yang ingin dibicarakan ?" Tanya Jess.

"Mengenai keluarga itu, opa harap kau tidak akan melakukan sesuatu terhadap mereka sampai waktunya tiba." Jawab opa John dengan terus terang. Wajah opa John berubah serius sedangkan Jessi ia menatap dingin kearah opa John.

"Tergantung bagaimana mereka bersikap, jika tidak ada lagi yang ingin dibicarakan aku akan segera masuk dan beristirahat karena besok belum hari libur bukan." Jessi lebi memilih untuk menghindar ia segera masuk tanpa menunggu jawaban dari opa John, sedangkan opa John hanya bisa diam tanpa ekspresi setelahnya langsung kembali ke kamar dan beristirahat.

Episode 3

Jessica terlihat menyedihkan jika sudah menyendiri di kamar - nya, ia masuk kelamunan yang tidak semesti - nya. Bagaimana ia kehilangan adik - nya dengan begitu cepat, belum lagi tidak merasakan tumbuh bersama ayah dan ibu, sungguh Jess tidak menyukai kehidupan - nya.

"Jess, sudahlah apa yang kau pikirkan sekarang. " Ucap Jess dengan mata yang terpejam.

Jessica menatap langit-langit kamar, sebelum akhirnya memutuskan untuk keluar, tidak lupa juga dia untuk mengambil dompet dan juga kunci mobil di atas meja belajar.

Jessica tidak menemukan siapa - siapa, ia segera keluar karena tau jika opa dan oma sedang beristirahat, sedangkan tamu yang tidak tahu malu sudah kembali pula ke tempat asal mereka.

Begitu Jessica keluar, mata - nya langsung menangkap mobil putih milik - nya. Mobol yang dibelikan oleh oma dan opa saat ia menginjak usia 17 Tahun beberapa bulan lalu.

Jessica mengendarai mobil dengan kecepatan rata-rata, Ia begitu lihai mengendarai mobil milik - nya.

Ketenangan yang Jessica rasakan tidak berlangsung lama, karena tiba - tiba sebuah mobil mencium bagian belakang mobil - nya.

"Oh, ****. Apa yang orang itu lakukan." Jess begitu marah karena ketenangan yang ia rasakan tidak berlangsung lama. Jess menepikan kendaraan - nya. Tidak langsung keluar dari mobil, ia memejamkan mata dengan kepalan tangan yang semakin kencang.

Tok ... tokk ....

Seorang pemuda tampan yang tidak sengaja menabrak mobil milik Jess, wajah pemuda itu terlihat begitu khawatir.

"Nona, hei kau baik - baik saja ?" Tanya pemuda itu dengan suara yang lumayan kecang, mungkin khawatir Jess terjadi sesuatu.

Nona, hei kau mendengarkan - ku ?" suara pemuda itu semakin terdengar, tapi Jess enggan untuk membuka mata - Nya.

"Tenang Jess tenang. " Dengan lirih Jess mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri.

Sekarang mata indah milik gadis cantik terbuka dengan sempurna, tapi tidak ada senyum atau tatapan hangat. Melainkan tatapan yang dingin dan menusuk seperti tatapan elang.

"Kau tidak memiliki mata saat berkendara ?" Tanya Jess dengan mata yang melotot, ia juga tidak turun dari mobil - nya.

"Astaga, kau nona membuat aku menjadi panik saja. Aku pikir kau kenapa - napa. " Jawab pemuda tampan dengan lega.

"Maafkan aku, aku benar - benar tidak sengaja. " Pemuda tampan dengan tulus mengaku salah dan juga meminta maaf dengan sepenuh hati.

Jess tidak menjawab, ia memacu mobil dengan kecepatan di atas rata - rata, Sedangkan pemuda tampan yang tidak sengaja menabrak mobil milik Jess, terpaku ditempat.

"Gadis aneh, bukankah aku sudah meminta maaf dengan benar ?" Tanya Brayen dalam hati - nya.

Brayen Utomo, 24 Tahun. Pemuda dengan sifat lembut, ia begitu manis dan keren diwaktu bersamaan. Terkadang juga ia begitu dingin dengan orang yang ada disekitar.

Brayen, saat ia menyetir secara tidak sengaja ia kehilangan fokus karena handphone - Nya yang jatuh, ia berusaha mengambil handphone miliknya tapi siapa sangka ia justru menambah kecepatan dan berujung brukk .. menabrak mobil putih milik gadis aneh.

"Sudahlah, tidak perlu berpikir terlalu jauh." Jawab Brayen.

Sementara Jess, ia merutuki kebodohan - Nya, bagaimana bisa ia pergi begitu saja tanpa meminta tanggung jawab dari orang yang dengan sengaja menabrak mobil milik - nya. Tapi tidak ambil pusing Jess melajukan mobil menuju salah satu bengkel langganan keluarga - Nya, ia akan menitipkan mobil milik - Nya untuk diperbaiki.

"Pak, jadi berapa lama waktu mobil - Ku selesai diperbaiki ?" Tanya Jess dengan wajah datar, ia berusaha melembutkan suara - Nya yang terdengar galak, menurup pak Asep.

"Tiga hari non, nanti saya konfirmasi jika mobil non Jess sudah bisa dibawa pulang. Soal - Nya ada beberapa mobil yang masih antri non." Jawab montir dengan sopan, rasa - nya enggan menatap non Jess yang memiliki pandangan setajam burung elang.

"Baiklah, ini kunci - Nya. Tolong dibantu yah pak." Ucap Jess, setelah menyerahkan kunci Jess kembali menelepon sahabat - Nya Anya.

Karena sebelum ia tiba di bengkel, Jess sudah menelepon Anya terlebih dahulu. Jadi seharus - Nya saat ini Anya sudah hampir tiba.

tit .. tit....

"Jess, ayo masuk." Terdengar suara klakson mobil di ikuti teriakan cempreng milik yang punya. Anya.

"Lama." Rutuk Jess dengan wajah datar.

"Hei, hei hei .. kau pikir aku punya pintu doraemon sehingga bisa segera tiba disaat kau baru menelepon, Macet J macet." Anya langsung mengeluarkan taring begitu mendengar rutukan sahabat - Nya yang lirih itu.

"Hmmm." Tidak ada jawaban, Jess hanya berdhemen sebagai respon dan tanda ia sedang malas untuk menanggapi celotehan Anya.

"Jadi cerita lengkap kek mana ?" Tanya Anya.

"Seseorang menabrak mobilku dengan sengaja." Jawab Jess dengan singkat, sesuai kronologi yang ada.

"Kenapa bisa, dan siapa yang menabrak mobil - mu." Tanya Anya penasaran.

"Hei, mana aku tahu kenapa ia bisa dengan sengaja menabrak mobil - Ku, lagi pula aku juga tidak kenal dengan orang - Nya jadi berhenti untuk bertanya hal yang tidak penting." Jawaban Jess cukup panjang, cukup membuat Anya diam.

"Jadi kita kemana ?" Tanya Anya, pasal - Nya saat ini mereka berjalan tanpa tahu arah yang jelas.

"Terserah." Jawab Jess, karna ia enggan pula untuk pulang dan merasa tidak tahu harus kemana jadi memutuskan terserah Anya akan kemana.

"Oke, kita sekarang nonton Andre latihan yah di Brawijaya." Usul Anya, tidak mendapat persetujuan atau penolakan dari Jess.

Anya memacu mobil merah milik - nya dengan kecepatan diatas rata - rata, Anya tidak kalah lihai dari Jess, ia juga pengemudi yang lihai dan cekatan.

"Hati - hati." Ucap Jess dengan suara tertahan, cukup syok setelah Anya memaksakan diri untuk melewati 7 mobil sekaligus. Cukup khawatir jika Anya hilang kendali dan berujung kecelakaan.

"Kau tenang saja Jess, aku pengemudi yang baik." Jawab Anya, ia tampak menikmati jalanan dengan menarik gass begitu cepat.

Jarak dari bengkel menuju Brawijaya atau sekolah Andre memakan waktu dua puluh sampai tiga puluh menit.

Setelah Anya memarkir mobil milik - nya, ia dan Jess langsung saja menuju lapangan basket yang berada di lantai 5, Jess dan Anya cukup sering berkunjung mengingat Andre selalu memaksa keinginan untuk kedua sahabat menonton ia tanding dan latihan.

Info, jika sekolah Garuda hanya di isi anak - anak cewe, maka berbanding terbalik dengan SMA Brawijaya yang di isi oleh siswa laki - laki.

"Liat, banyak anak sekolah Garuda." Ucap Anya berbisik, ia menatap sekeliling yang mana sebagian penonton di isi oleh anak - anak Garuda.

"Hmm.." Jess malas karna ia tidak tahu dan tak mau tahu.

"Kau tahu, Sma Garuda dan Sma Brawijaya adalah couple terbaik, mereka memiliki siswa - siswa yang tampan dan berprestasi, sedangkan kita mempunyai siswi - siswi cantik dengan segudang prestasi.." Puji Anya dengan mata fokus tertuju pada Andre.

Andre, siswa tampan dari Sma Brawijaya. ia menjabat sebagai ketua osis, selain memiliki paras yang tampan, ia juga memiliki segudang prestasi baik dalam akademik dan non akademik.

Tiga puluh menit berlalu dengan cepat, Andre yang memang sudah diberi tahu teman - teman - Nya jika kedatangan dua siswi cantik dari Sma Garuda tentu langsung mencari, ia bisa dengan cepat menebak jika itu adalah Jess dan Anya.

Jess, Anya dan Andre adalah sahabat kecil yang awet sampai mereka sudah menginjak masa remaja, mereka berteman sejak usia taman kanak - kanak.

"Hai manis." Sapa Andre dengan senyum manis yang memabukan.

"Hai tampan." Tentu saja yang menjawab Anya, karena akan sangat mustahil jika Jess yang menjawab rayuan Andre.

Andre mengacak - acak rambut sahabat - Nya Anya, Karena mustahil mengacak rambut Jess. Anya memberengut kesal dengan tingkah Andre yang seenak - Nya.

"Jess, dari mana saja. Tadi Anya kemari kenapa kau tidak ?" Tanya Andre dengan serius.

"Pulang, aku malas kemari." Jawab Jess apa ada - Nya, ia tidak suka berbasa - basi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!