"Bang, minta duit dong. Beras habis dan aku lapar!" Yasmin mengulurkan tangannya meminta uang pada suaminya.
"Gak ada duit, udah habis buat beli kopi dan rokok tadi...!"
"Bang,....!!" Yasmin menghentakkan salah satu kakinya. "Aku lapar bang!"
"Kalau gak punya duit mau gimana lagi?"
"Halah, bilang aja duitnya buat nembak nomor. Iyakan?"
"Kamu ini, fitnah aja terus. Udah, tunggu sebentar. Tahunya marah-marah doang!"
Hendro yang sedang duduk-duduk santai sambil bermain ponsel langsung pergi begitu saja.
Sudah pasti Hendro akan pulang ke rumah orang tuanya untuk mengambil makanan di sana lalu ia bawa pulang ke rumah Yasmin.
Yasmin anak yatim piatu, kehidupan yang susah membuat Yasmin memutuskan untuk menikah muda.
"Hendro,...Hendro, mau sampai kapan kamu seperti ini hah? Kasihan istri mu, masa tiap hari kalau mau makan harus nunggu kamu ambil dari rumah ibu sih?"
"Minta duit dong bu. Beras di rumah habis!"
Huft....
Bu Surti mendengus kesal.
"Makanya kerja....!!" Ucap bu Surti geram pada anaknya sendiri.
Meskipun begitu bu Surti tetap mengeluarkan sejumlah uang untuk anak kesayangannya ini.
Dengan senyum lebarnya Hendro pulang dengan membawa makanan dan uang.
"Cepat makan," ujar Hendro sambil meletakan dua rantang berisi makanan di atas meja. "Ini uang, beli beras sana!"
"Kamu minta sama ibu mu lagi ya, bang?" Tanya Yasmin sebenarnya merasa tidak enak hati pada mertuanya.
"Udah deh, jangan banyak tanya. Sana makan!"
Mau protes bagaimana lagi? Yasmin sudah bosan menasehati laki-laki yang sudah dua tahun ia nikahi ini. Bukan untuk tapi Tuhan memang pengertian pada Yasmin, sampai sekarang pernikahan mereka belum di karunia seorang anak.
"Bang,...bang Hendro....!!" Panggil Susi, tetangga Yasmin.
"Di panggil tuh bang!" ujar Yasmin.
Dengan langkah malas Hendro keluar begitu juga dengan Yasmin.
"Ada apa?" Tanya pria ini singkat.
"Bang, anterin ke pasar induk dong. Aku mau belanja barang toko!" Pinta Susi yang sebenarnya sudah biasa di antar jemput oleh Hendro.
"Ah, malas. Panas!" Tolak Hendro.
"Ngojek bang, seratus lima puluh ribu deh!" Susi membuat penawaran.
"Ambil aja bang, lumayan tuh. Palingan juga gak sampai siang!" Ujar Yasmin yang berharap suaminya ini mau bekerja.
"Kamu ini, kalau duit aja cepat!"
"Eeeh.....!!"
"Mau enggak bang, kalau enggak aku caro ojek yang lain nih!"
"Iya,...iya...cerewet. Tunggu sebentar!"
Mau tidak mau Hendro pergi mengantar Susi si janda empat kali. Pasar induk lumayan jauh, itu sebabnya Hendro menolak.
"Bang,....!!"
Tiba-tiba saja Susi meraba pinggang Hendro.
"Susi, jangan mancing deh. Risih tahu!" Ujar Hendro merasa geli.
"Mau main sama aku gak?" Tawar Susi.
"Hidih, apaan. Zina kok ngajak-ngajak orang!"
"Bang, Susi lagi pengen nih!" Susi yang di bonceng sengaja memajukan dada nya menggesek ke tubuh bagian belakang Hendro. Salah satu tangannya saat ini sudah berada di atas burung Hendro.
"Sus, jangan macam-macam ah!"
"Susi jamin kalau servisan Susi jauh lebih enak dari pada Yasmin. Main yuk bang, lumayan loh sama duit sejuta!" Goda Susi.
Susi yang tidak memiliki rasa malu tiba-tiba saja meremas burung Hendro. Tentu saja burung Hendro yang berada di dalam celana langsung bangun.
"Seriusan sejuta?" Tanya Hendro.
"Iya, serius. Mampir dulu yuk ke motel!" Ajak Susi.
Akhirnya runtuh juga pertahanan Hendro, pria ini tidak bisa menolak bujuk rayu Susi. Meskipun Susi sudah janda empat kali, tapi bentuk tubuh perempuan ini bagus terjaga.
Mereka belok ke motel, memesan satu kamar untuk menuntaskan hasrat mereka.
Deg,.....
Hendro berdebar, untuk pertama kalinya pria ini menyentuh perempuan lain selain Yasmin.
"Bang,....!!"
Glek,......Hendro menelan ludahnya kasar.
"Abang,....!"
Mata Hendro melotot saat melihat tubuh molek body aduhai dengan buah dada menggantung menggoda.
Hendro meremas burungnya yang tiba-tiba saja bangun.
Susi menghampiri Hendro, perempuan ini langsung melepas celana Hendro.
"Uh, burung abang besar juga ya....!" Bisik Susi seraya menyentuh burung Hendro.
Susi mendorong Hendro ke atas ranjang. Hendro yang mati kutu pasrah begitu saja saat Susi menggerayangi tubuhnya.
Pyaaaar.....
Tiba-tiba saja gelas yang berada di atas meja jatuh di senggol oleh kucing. Yasmin mengomel kesal.
"Dasar kucing oren, awas aja kau!"
Yasmin buru-buru membersihkan bekas pecahan kaca.
Sejam dua jam tiga bahkan sudah enam jam lewat Hendro dan Susi baru saja pulang dengan membawa banyak barang belanjaan.
Yasmin hanya berdiri di teras rumah sambil melihat suaminya membantu Susi menurunkan barang belanjaannya.
"Yas, ini oleh-oleh untuk kamu. Rujak, enak kalau di makan panas-panas begini." Ujar Susi yang lebih tua dua tahun dari Yasmin.
"Makasih mbak," ucap Yasmin.
Hendro masuk ke dalam rumah, pria ini langsung memberikan uang seratus lima puluh ribu pada istrinya.
"Kamu gak ambil bang, buat beli rokok?" Tanya Yasmin.
"Ambil aja buat kamu. Jangan boros-boros!"
Hendro masuk ke dalam kamar, pria ini langsung merebahkan diri di atas tempat tidur.
Hendro kembali membayangkan apa yang sudah ia lakukan bersama Susi tadi. Benar kata Susi, goyangannya jauh lebih nikmat dari pada Yasmin. Entah kenapa Hendro merasa menginginkannya lagi.
"Ah, sial!" Umpat Hendro sambil meremas burungnya yang kembali bangun.
"Kenapa bang?" Tanya Yasmin yang baru saja masuk ke dalam kamar.
"Oh, gak kenapa-kenapa!" Burung Hendro kembali menciut saat melihat istrinya.
Yasmin merebahkan diri di samping Hendro, apa lagi kalau bukan untuk tidur siang.
Terang berganti gelap, malam ini Yasmin bisa makan tanpa meminta makanan di rumah mertuanya.
Selesai makan malam Hendro langsung mengambil jaketnya ingin pergi.
"Mau kemana sih bang? Perasaan tiap malam hilang mulu!"
"Ngopi di warung pak Samad," Jawab Hendro.
"Jangan pulang malam-malam!" Pesan Yasmin.
"Kunci pintu, tidur sana!"
"Iya,...!" Jawab Yasmin. "Kok gak bawa motor bang?" tanya Yasmin yang heran karena biasanya selalu membawa motor.
"Jalan kaki biar sehat. Lagian jalan cuma seratus meter doang!"
"Oh,...ya udah terserah!"
Yasmin langsung menutup pintu dan menguncinya saat sang suami sudah hilang dari pandangan.
Hendro memastikan pintu rumah sudah tertutup lalu pria ini memutar arah menuju rumah Susi. Hendro mengendap-endap lewat samping rumah Yasmin menuju belakang rumah Susi.
"Susi,....!''
Tok...tok.....
Hendro mengetuk jendela kamar Susi. Dengan cepat Susi membuka jendela kamarnya sedikit.
"Bang Hendro,....!!" Susi kegirangan saat melihat tamu tak di undang datang bertamu ke kamarnya.
Dengan cepat Susi membuka jendela kamarnya. Hendro langsung masuk ke dalam kamar Susi.
"Abang....!!"
Susi langsung menggelayut manja di leher Hendro.
"Permainan kita tadi siang membuat abang tidak bisa berhenti memikirkannya. Abang mau dong di goyang lagi sama Susi."
"Kalau Yasmin tahu bagaimana?"
"Udah, dia gak akan tahu jika kita sama-sama menjaga rahasia ini." Ujar Hendro yang langsung mencumbu bibir Susi secara brutal.
Hubungan terlarang keduanya kembali terjadi. Mereka bahkan sudah mengkhianati Yasmin.
"Bang,....!!" Yasmin meraba tubuh suaminya yang baru saja pulang dan langsung naik ke atas ranjang. Pukul sebelas malam Hendro baru pulang dari rumah Susi.
"Abang ngantuk Yas, tidurlah!"
"Bang, kita kan sudah janji mau main setiap malam biar cepat punya anak," ucap Yasmin mengingatkan.
"Tapi abang ngantuk, besok malam aja ya!" Tolak Hendro yang tak seperti biasanya.
Yasmin langsung menarik tangannya dari tubuh sang suami. Entah kenapa sejak Hendro merasakan goyangan dari Susi, ia sama sekali tak berselera di raba oleh istrinya.
Malam semakin larut, Yasmin tidur tanpa jatah. Tak masalah, mungkin benar jika suaminya ini sedang lelah.
Malam telah berganti pagi, Yasmin sudah menyiapkan sarapan untuk ia dan suaminya.
"Sarapan bang," tawar Yasmin saat melihat suaminya baru keluar dari kamar.
"Kopi aja!" Ujar Hendro sebelum masuk ke dalam kamar mandi.
Tak berapa lama Hendro keluar dari kamar mandi dan langsung duduk di meja makan sambil menikmati secangkir kopi panas buatan Yasmin.
"Bang, bedak aku habis. Beliin dong bang!"
"Gak punya uang, nanti aku minta dulu sama ibu...!"
"Kalau minta sama ibu mending gak usah lah!"
"Kamu ini, cerewet banget!"
"Bukannya cerewet bang, tapi gak enak sama ibu mu!"
"Itu si Susi nawarin pekerjaan buat antar barang. Gaji perhari delapan puluh lima ribu." Ujar Hendro memberitahu Yasmin.
"Ya udah, ambil aja bang. Dari pada abang nganggur dan kita gak ada penghasilan!"
"Malas ah, duit segitu dapat apa?"
"Ya ampun bang, kalau abang milih-milih pekerjaan, gak hidup kita bang!"
Dalah hati Hendro, ia tertawa karena rencananya dan Susi berhasil.
"Iya, iya. Terserah kamu!" Sahut Hendro.
"Kapan mulai kerjanya, bang?" Tanya Yasmin.
"Hari ini juga udah bisa kerja!"
Yasmin tersenyum senang, sekian lama menganggur akhirnya mendapatkan pekerjaan.
Selesai sarapan Hendro langsung pergi ke rumah Susi. Hanya tembok pagar yang menghalangi rumah Susi dan Yasmin.
"Abang,....!!" Yasmin tersenyum lebar saat melihat Hendro datang. "Gimana bang, berhasil rencana kita?"
"Berhasil, Yasmin percaya!"
"Akhirnya kita bisa berduaan. Bang, main dulu yuk seronde!" Ajak Susi.
"Masih pagi Sus," ujar Hendro.
"Abang,...Susi udah lama gak belai. Abang kan tahu sendiri aku udah setahun menjanda."
Susi mengelayut manja di leher Hendro. Meraba-raba ke dalam celana Hendro yang akhir membuat Hendro terpancing juga.
"Di sentuh sama kamu jadi bangun. Padahal tadi malam Yasmin meraba-raba gak bangun loh!"
"Pokoknya bakal Susi goyang sampai los dol. Bang Hendro tinggal nikmati aja!"
Susi langsung menarik Hendro masuk ke dalam kamarnya. Janda kesepian yang hanya tinggal sendiri ini langsung melepas semua pakaiannya dan juga melepas pakaian Hendro.
Rintihan manja penuh kenikmatan belum pernah Hendro dapatkan dari Yasmin.
Setelah puas melakukan hubungan terlarang, Hendro langsung membantu Susi membuka toko sembako miliknya.
"Kamu itu bagai kuda betina, abang puas banget di goyang sama kamu." Ucap Hendro.
"Aku juga puas di goyang sama abang. Malam ini lagi ya bang, jangan lupa cari alasan biar Yasmin gak curiga!"
"Siap sayang!"
Toko mulai ramai, Hendro dan Susi tampak biasa saja. Mereka bersikap antara bos dan karyawan.
Hari ke hari telah berganti bahkan bulan juga berganti. Hubungan Hendro dan Susi semakin jauh bahkan hampir setiap hari Hendro membohongi Yasmin demi bertemu dengan Susi.
"Bang,....!!" Wajah Yasmin murung.
"Hem, ada apa?" Tanya Hendro yang seperti biasa menikmati kopi paginya.
"Hari ini gak usah kerja ya. Aku demam!"
"Ah, mana bisa. Banyak barang-barang kemarin yang belum di antar, habis nanti dimarahi sama pelanggan."
"Tapi aku demam bang!"
"Gak usah manja deh kamu!" Seru Hendro. "Hari ini juga aku dan Susi mau ke pasar induk buat belanja. Banyak pesanan menumpuk!"
Huft,.....
Yasmin hanya bisa menghembuskan nafas pelan.
"Ya udah deh, terserah abang. Aku istirahat dulu ke kamar!"
"Jangan lupa minum obat!" Ujar Hendro.
Sebenarnya Yasmin mulai merasa jika perhatian suaminya ini sudah berkurang sejak Hendro bekerja di toko Susi. Tapi, setiap kali Yasmin melakukan protes, Hendro selalu membentaknya.
Siang ini Hendro dan Susi pergi dengan menggunakan mobil. Laki-laki mana pun akan tertarik melihat Susi apa lagi perempuan ini termasuk janda yang memiliki materi cukup.
"Semoga pernikahan siri kita ini tidak ada yang tahu ya bang. Terutama Yasmin," ucap Susi.
"Iya, lagian aku juga gak mau terus melakukan zina sama kamu!"
"Bang, kenapa abang tidak menceraikan Yasmin aja? Kalau abang dan Yasmin bercerai, kita bisa hidup bebas. Bang, di banding Yasmin, aku jauh lebih segalanya."
"Ya sebenarnya abang juga menyesal nikah sama Yasmin. Anak yatim piatu gak punya warisan sekalinya punya cuma rumah sederhana itu."
"Makanya, abang harus segera menceraikan Yasmin."
"Nantilah, abang harus mencari alasan untuk menceraikan Yasmin. Yang penting sekarang kita nikah siri dulu biar abang bisa naik ranjang kamu setiap malam."
"Ih abang, tempe susi jadi berkedut nih!"
"Selesai nikah kita sewa hotel ya. Abang gak kuat lihat kamu, bawaannya pengen mimik cucu kamu terus!"
"Abang bisa aja!"
Kedua manusia biadab ini pergi ke salah satu ustadz yang tinggal di kecamatan berbeda dengan mereka. Dengan segala persyaratan yang sudah di persiapkan oleh Hendro dan Susi, pada akhirnya mereka tega melakukan nikah siri tanpa sepengetahuan Yasmin.
Tidak butuh waktu lama pada akhirnya Hendro dan Susi sudah sah menjadi suami istri. Susi sangat senang karena ia bisa menikah lagi.
Mereka langsung pergi ke hotel untuk merayakan hubungan baru mereka. Dengan liat Susi dan Hendro saling menuntaskan hasrat mereka yang penuh dengan nafsu birahi.
Menikahi Susi membuat cinta Hendro pada Yasmin seketika menghilang. Pria ini benar-benar jahat, ia sudah mengkhianati istri dengan tetangga mereka sendiri.
Hendro begitu puas di servis oleh Susi. Begitu juga dengan Susi yang begitu puas melihat banyak kecupan dari leher hingga dadanya.
"Abang, main sekali lagi yuk sebelum pulang." Ajak Susi. "Lagian nanti abang gak bobo sama Susi." Rajuknya.
"Abang lelah Sus," jawab Hendro.
"Abang di bawah aja. Biar Susi yang goyang di atas!"
"Susi, tahu aja kalau abang suka di bawah!"
Lagi dan lagi untuk kesekian kalinya Hendro dan Susi menggoyang ranjang hotel. Setelah puas mereka mandi bersama-sama. Tidak mau membuang kesempatan, Susi kembali menghajar Hendro yang membuat Hendro tak berkutik di buatnya. Entah sudah berapa banyak cairan yang Hendro buang hari ini ke dalam rahim Susi.
Setelah selesai mandi dan berganti pakaian Hendro dan Susi bergegas pulang. Tidak lupa Hendro membeli makanan untuk Yasmin agar sang istri tidak merasa curiga.
"Aduh Hendro, kamu dari mana aja?" Tanya bu Surti yang kesal pada anaknya sendiri. "Istri lagi sakit bukannya di urus malah keluyuran!" Omelnya.
"Aku kerja bu, gak keluyuran!" bantah Hendro. "Lagian Yasmin ini tumben banget sakit. Kemarin sehat-sehat aja!"
"Istri kamu mual, tadi muntah-muntah." Ujar bu Surti memberitahu. "Apa jangan-jangan Yasmin hamil ya?"
Deg,.....
Jantung Hendro berdebar kencang saat mendengar ucapan ibunya.
"A-ah,...gak masa hamil sih?" Hendro mendadak salah tingkah.
"Nanti jam lima ajak periksa ke bidan yang rumahnya dekat kantor kecamatan. Mana tahu Yasmin hamil."
"Duh, kalau Yasmin hamil, gagal deh rencana menceraikan dia." Batin Hendro mulai gelisah.
"Hendro!" Panggil bu Surti. "Kok diam aja? Kamu ini kenapa sih?"
"Gak kenapa-kenapa kok bu. Aku capek!"
"Hati-hati kamu kalau kerja sama Susi. Kamu tahu sendiri dia sudah janda empat kali. Janda nakal itu," ucap bu Surti mengingatkan.
"Iya bu," jawab Hendro. "Ibu gak tahu aja kalau Susi sekarang adalah istri ku, mantu ibu juga!" Batin Hendro.
"Ibu pulang dulu, nanti ambil makanan di rumah. Kasihan Yasmin, sejak pagi belum makan katanya."
"Iya, nanti aku akan pergi ke rumah ibu."
Bergegas bu Surti pulang karena hari sudah sore. Hendro yang berniat keluar langsung di tahan oleh suara Yasmin.
"Abang mau kemana lagi?" Tanya Yasmin dengan suara lemah.
"Gak kemana-mana. Sebentar aja, mau beli rokok!" bohong Hendro padahal pria ini hendak pergi ke rumah Susi.
"Jangan lama-lama ya bang, kepala ku pusing banget!"
"Hem, iya!" Sahut hendro.
Bergegas pria ini pergi ke rumah Susi lewat jalan belakang rumahnya agar tak ada tetangga yang tahu.
Melihat kehadiran Hendro tentu saja Susi merasa senang.
"Abang sayang,....!" Ucap Susi dengan suara manjanya.
"Gawat Sus,...!"
Seketika ekspresi wajah Susi berubah panik.
"Gawat apanya bang?" Tanya Susi penasaran.
"Si Yasmin sakit. Kata ibu dia mual dan muntah-muntah tadi siang. Ibu ku sangat yakin jika Yasmin sedang hamil sekarang," ujar Hendro memberitahu.
"Bang, ih.....kok bisa hamil sih?Katanya udah gak pernah lagi nyentuh Yasmin!"
"Abang juga gak tahu, sore ini abang akan ajak Yasmin periksa."
"Yasmin gak boleh hamil. Kalau Yasmin hamil, abang gak bisa menceraikan dia."
"Nah, itu dia. Abang juga gak mau punya anak dari Yasmin."
"Perasaan, abang dan Yasmin udah nikah selama dua tahun. Kok bisa hamilnya sekarang?"
Susi ngambek.
"Susi sayang, abang juga gak tahu. Udah dong, jangan marah sama abang!" bujuk Hendro.
"Gimana gak kesal, abang udah janji mau menceraikan Yasmin."
"Ya mau bagaimana lagi, nanti deh kita lihat hasilnya. Tapi, abang butuh duit buat ajak Yasmin periksa!"
Huft,.....
Susu membuang nafas kasar.
"Nih, ajak Yasmin periksa dan cepat kabarin aku!" Ujar Susi sambil memberikan dua lembar uang berwarna merah pada Hendro.
"Jangan ngambek dong sayang," rayu Hendro.
"Jangan pegang-pegang!" Rajuk Susi.
"Ya udah kalau gak mau di pegang. Padahal malam ini niatnya abang mau minum obat kuat biar kamu puas!"
Mendengar hal tersebut senyum Susi kembali lebar.
"Seriusan bang?" Tanya Susi.
"Iya,.... serius sayang!"
"Bang, **** yuk sekali...!" Ajak Susi.
"Aduh, kalau Yasmin cariin abang gimana?"
"Aku istri abang juga. Jangan Yasmin aja dong yang di utamakan!" protes Susi kembali merajuk.
Hendro menggaruk kepalanya tak gatal.
"Abang,....!!" Susi menggoda Hendro, wanita ini membuka selangkangannya lebar-lebar.
"Susi, ah kamu. Suka banget buat Jalu nya abang bangun!"
Tak mau membuang waktu, Hendro langsung melepas celananya dan menyodorkan si jalu miliknya ke dalam lubang milik Susi.
Cepak cepak jeder,....
Hanya sekali semburan keduanya menuntaskan permainan. Hendro langsung memakai kembali semua pakaiannya kemudian pulang.
"Katanya cuma beli rokok. Kok lama banget?" Protes Yasmin yang saat ini terbaring di atas tempat tidur.
"Ada teman abang tadi, jadi ngobrol sebentar!" Bohong Hendro. "Abang mau mandi setelah itu kita pergi periksa!"
"Iya bang!"
Entah sudah berapa ribu kebohongan yang di lakukan Hendro pada Yasmin demi Susi. Pria biadab ini telah mengkhianati cinta tulus dari istrinya.
Tepat pukul lima sore Hendro dan Yasmin pergi ke rumah bidan yang telah di rekomendasi kan dari ibunya. Setibanya di sana tanpa menunggu antrian Yasmin langsung di lakukan pemeriksaan.
Hendro menunggu dengan perasaan harap-harap cemas. Pria ini berdoa jika Yasmin tidak hamil.
"Bagaimana bu?" Tanya Hendro.
"Dari hasil alat tes kehamilan, Yasmin positif hamil." Jawab bu Bidan sungguh membuat hati Hendro berkecamuk sedangkan Yasmin malah tersenyum bahagia.
"Serius bu?" Tanya Hendro tidak percaya.
"Tapi, setelah saya melakukan tes dengan alat detak jantung, tidak terdengar apa-apa. Yasmin harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut lagi." Terang bu Bidan membuat senyum Yasmin langsung memudar.
"Jadi, maksud ibu di dalam perut saya tidak ada bayi. Begitu?"
"Ada baiknya kalian melakukan pemeriksaan lebih lanjut besok di rumah sakit."
Hati Yasmin mulai kacau, perempuan ini sedang berharap jika ia dan suaminya segera di beri momongan. Hendro mengajak Yasmin pulang. Setibanya di rumah Yasmin langsung menangis.
"Yang kamu tangisi itu apa?" Hanya Hendro kesal.
"Bang, abang tahu sendiri kita udah menantikan kehadiran seorang anak selama dua tahun. Saat bu Bidan bilang alat tes kehamilan positif aku bahagia banget. Tapi kenapa harus seperti ini akhirnya?"
Yasmin terisak.
"Udahlah, gak usah di pikirkan. Lagian besok kita akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke rumah sakit."
"Tapi aku takut banget bang!" Seru Yasmin.
"Kamu istirahat aja sana. Tidur kek apa kek. Biar gak kepikiran, abang mau pergi dulu!"
"Bang, aku lagi sakit dan sedih abang malah mau pergi? Kok sekarang abang udah gak perhatian lagi sama aku?" Protes Yasmin.
"Yas, pergi ke rumah sakit juga butuh duit. Abang mau cari duit, pinjaman atau apa lah. Masa kamu gak ngerti....!"
Yasmin terdiam, apa yang di katakan suaminya ini ada benarnya juga. Mau tidak mau Yasmin mengizinkan suaminya pergi.
Bukan pergi untuk mencari duit, tapi Hendro pergi untuk menikmati lapis legit istri barunya. Seperti biasa, pria ini mengendap-endap masuk ke dalam rumah Susi agar tak ada orang yang tahu.
"Abang, iiih. Ternyata abang gak bohong!"
"Goyang abang dong Sus, tegang sudah!" Ujar Hendro yang menunjuk ke arah bawah.
"Susi jilat sampai keluar!" Sahut Susi yang langsung membuka celana suaminya.
Bukan main jahatnya Hendro, di saat Yasmin sedang sakit dan sedih ia malah asyik menggenjot istri barunya yang masih tetangga dari istrinya sendiri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!