...***...
Di Istana Kerajaan Tiga Warna.
Saat ini keluarga istana sedang berduka. Karena Raja Agung tidak sadarkan diri, keadaannya semakin parah. Mereka semua berkumpul, melihat keadaan Raja Agung.
"Kita harus segera mengamankan raja agung." Penasehat Raja Agung Dewandaru. Penasehat Raja yang paling setia, bahkan sudah tiga generasi raja yang ia dampingi. "Akan berbahaya jika raja agung masih berada di istana ini." Hatinya sangat sedih melihat keadaan Raja Agung yang semakin parah. "Raja agung tidak bisa memegang pemerintahan untuk sementara waktu." Lanjutnya lagi. "Tapi secepat mungkin raja agung harus disembuhkan." Dengan berat hati ia berkata seperti itu.
"Lalu bagaimana dengan pemerintahan?." Selir Indraswari Jayanti. Selir mendiang Raja sebelumnya. Ibunda dari Raja Agung bertanya mengenai tahta. "Siapa yang akan memegang tahta, jika putraku saat ini tidak bisa memimpin kerajaan ini?." Perasaan cemas menghampirinya saat ini.
"Mohon maaf Gusti Ratu, sebelum raja agung dalam keadaan parah seperti ini, sepertinya Raja agung telah menuliskan nama seseorang yang bisa menggantikannya untuk sementara waktu." Penasehat Raja Dewandaru memperlihatkan sebuah gulungan kecil.
"Kapan putraku raja agung menuliskan surat itu?." Selir Indraswari Jayanti meragukan itu. "Kenapa aku sama sekali tidak mengetahuinya? Apakah ada seseorang yang telah melakukan penipuan pada kami?." Rasanya ia sangat tidak terima dengan apa yang telah terjadi.
"Surat ini ditulis sendiri oleh raja agung, dan hamba telah menjadi saksinya." Jawabnya sambil memperhatikan Raja Agung yang saat ini sedang terbaring di tempat tidurnya. "Tidak ada yang berniat melakukan penipuan sama sekali." Lanjutnya. Ia sama sekali tidak suka dengan gaya bicara Selir Indraswari Jayanti yang seakan-akan sedang menabuh fitnah yang sangat keji pada saat itu.
"Dalam keadaan seperti ini mereka malah berkumpul? Benar-benar tidak tahu malu." Dalam hati Ratu Agung Selendang Merah merasa sangat marah pada mereka semua. "Jika tidak seperti ini? Mana mungkin mereka akan peduli pada rakanda gusti raja agung." Sungguh, hatinya sangat sakit mengingat itu semua. Apakah ia tidak boleh marah pada mereka yang bersikap seperti itu?.
...***...
...S...
ementara itu di sebuah tempat.
Matanya terus memperhatikan apa yang telah terjadi di sana?. Memangnya apa yang terjadi di sana?.
"Hei! Apakah kalian tidak dengar? Kami sangat tidak suka kalian kaum kumuh berada di sini!."
"Sebaiknya kalian pergi dari sini! Kalian hanya akan mengotori tempat ini!."
Saat itu ada dua orang terhormat sedang berjalan bersama, namun sepertinya mereka tidak menyukai ada seorang anak dan ibu dengan pakaian kucel mendekati mereka sambil membawa kaleng kecil untuk meminta sedekah?.
"Kami hanya ingin meminta sedekah tuan, berikan kamu sedikit saja."
"Aku bilang pergi! Apakah kalian tuli? Hah?."
"Rasanya aku sangat jijik sekali melihat kalian!."
Keduanya sangat marah, berkata kasar, dan bahkan menendang anak dan ibu itu.
"Hentikan!."
Mereka semua melihat ke arah sumber suara, saat itu wanita muda terlihat marah sambil menatap tajam ke arah mereka semua.
"Siapa kau? Tidak usah ikut campur!."
"Kau juga orang miskin! Sebaiknya kau pergi dari sini."
Plok!.
"Hwa! Apa yang kau lakukan?."
Kedua lelaki bangsawan itu sanga terkejut karena wanita muda itu malah melempari pakaian mereka dengan buah tomat busuk?.
"Kurang ajar sekali kau orang miskin!."
"Heh! Pakaian kalian tidak ada harganya sama sekali, sama halnya dengan harga diri kalian."
"Apa kau bilang? Akan aku penggal kepala kau!."
"Kejar saja jika kau bisa."
"Awas kau!."
Kedua lelaki bangsawan itu mengejar wanita muda itu, hati mereka panas karena merasa dihina oleh wanita muda itu. Sedangkan anak dan ibu itu malah melongo melihat kejadian yang terduga itu, namun tak berselang lama?. Wanita muda itu kembali lagi?.
"Ini untuk kalian." Ia menyerahkan beberapa lembar uang?.
"Eh?."
Anak dan ibu itu tampak kebingungan, apa lagi ketika wanita muda itu pergi begitu saja dari hadapan mereka?.
***
Di sebuah bangunan yang cukup mewah?.
Terlihat seorang pemuda berpakaian jendral sedang menghela nafas, rasanya ia sangat lelah karena mendapatkan tugas di sana.
"Apakah tidak ada jabatan yang lebih bagus dari apa yang aku dapatkan sekarang?." Keluhnya.
"Tidak ada gunanya tuan jendral mengeluh sekarang, bukankah tuan sudah cukup lama bertugas di sana?."
"Diam kau rampun aku sedang kesal saat ini."
"Hahaha! Tuan jendral sekarang seperti seorang anak kecil yang sedang merajuk."
"Hmph!."
Lelaki setengah baya yang merupakan pelayan dari jendral itu malah tertawa melihat bagaimana majikannya sedang dalam keadaan kesal.
"Rasanya aku sangat kesal melihat mereka, apakah mereka tidak bisa berusaha dengan baik dalam mencari nafkah?." Itulah yang ada di dalam pikirannya. "Apakah mereka hanya mengharapkan belas kasihan dari pihak istana yang akan memberikan bantuan? Sangat menjijikkan sekali, tidak bisa menafkahi diri sendiri, malah memelas memohon seakan-akan hidup mereka yang paling menderita." Ungkapnya lagi, hatinya bertanya-tanya dengan sikap yang seperti itu.
Sedangkan Rampun?. Memperhatikan itu dengan baik, senyuman kecil terlihat dengan jelas di wajahnya.
"Karena tidak semuanya terlahir hidup untuk bahagia, ada juga seseorang lahir dibawah kata baik, sama halnya seperti mereka yang berada di kawasan kumuh."
Tidak ada tanggapan sama sekali darinya, ia juga sedang memikirkan ucapan itu.
"Hidup ini seimbang, ada yang lemah? Dan ada juga yang kuat, ada yang kaya? Dan ada juga yang miskin, sehingga saling melengkapi satu sama lain."
"Tapi kenyataannya saling berseberangan, yang kuat akan menindas yang lemah, yang kaya akan menghina yang miskin." Suasana hatinya saat itu agak terganggu karena memikirkan masalah itu.
"Itu adalah hati manusia, nafsu manusia yang merasa dirinya lah paling, makanya terjadi seperti itu.
"Aku masih tidak mengerti."
"Suatu saat nanti tuan jendral akan mengerti."
Hanya itu yang bisa ia katakan, karena ia juga tidak mengerti jalan hidup yang sebenarnya. Kenapa semuanya saling bertolak belakang?. Ia tidak sepenuhnya memahami hidup manusia yang saling berseberangan hanya karena menuruti keinginan berkuasa, keinginan untuk memiliki sesuatu, dan banyak keinginan lainnya, hingga menginjak manusia lainnya.
...***...
Kembali ke istana utama.
Penasihat Raja Agung Dewandaru menatap mereka semua. Matanya melirik ke arah Ratu Agung Selendang Merah yang belum bersuara sama sekali. Apakah suasana seperti ini karena ini adalah pertama kali baginya?. Tapi sepertinya itu hanya berlaku untuk ratu agung saja. Karena yang lainnya tidak sabar lagi untuk mengetahui apa yang telah ditulis oleh Raja Agung pada mereka semua.
"Kalau begitu bacakan isinya, upaya kami semua mengetahui siapa yang akan menggantikannya untuk sementara waktu." Pangeran Arzaguna Barata tidak sabaran. "Jangan terlalu lama menyampaikan pesan dari rakanda raja agung." Desaknya lagi.
"Bacakan, supaya kami bisa mendengarkan apa yang disampaikan oleh gusti raja agung dalam suratnya." Selir Indraswari Jayanti juga memaksa Penasihat Raja Agung Dewandaru untuk membacakan surat itu.
"Cepat bacakan!." Selir Kamala Hastanti juga ikut berbicara sambil memerintah.
"Baiklah! Hamba akan membacakannya." Penasehat Raja Dewandaru membuka gulungan itu dengan hati-hati. "Mereka terlihat sangat antusias sekali, kecuali Ratu agung yang tampak tenang." Dalam hatinya kembali mengamati mereka semua. Sedangkan mereka menunggu dengan perasaan berdebar-debar, nama siapa yang dituliskan Raja Agung pada gulungan kertas itu.
"Saya sebagai raja agung, sepertinya ada seseorang yang telah berniat menjahati saya, saya tahu bahwa saya tidak akan mungkin memimpin kerajaan untuk sementara waktu ini, jika surat kecil ini dibacakan oleh penasehat raja dewandaru? Maka keadaan saya benar-benar parah." Ia memberi jeda ucapannya. Sehingga menjadi tanda tanya bagi mereka semua. Karena yang mereka tunggu adalah nama siapa yang disebut oleh Raja Agung. "Untuk sementara waktu, saya menunjuk Ratu agung untuk memimpin istana ini beserta kerajaan ini, saya percayakan semuanya pada ratu agung, karena itulah tolong sembuhkan saya, supaya saya bisa kembali memimpin kerajaan ini, saya tidak ingin membebankan ratu agung dengan masalah yang belum saya selesaikan, salam dari saya Raja agung." Setelah selesai membacakan surat dari Raja Agung, ia menatap mereka semua. "Kira-kira seperti itulah yang ditulis oleh raja agung." Penasehat Raja Dewandaru menggulung kembali gulungan itu.
Di saat yang bersamaan, mereka semua memperhatikan seseorang yang selama ini selalu bersembunyi di balik cadar merah. Ia adalah Ratu Agung Selendang Merah, istri sah Raja Agung. Satu-satunya Istri sah Raja Agung yang belum diketahui identitas aslinya oleh siapapun juga.
"Tidak mungkin!." Selir Indraswari Jayanti tidak terima dengan hasil keputusan itu. "Tidak mungkin putraku menunjuknya! Ini pasti ada kesalahan!." Amarahnya membuncah karena bukan salah satu dari anaknya. "Tidak mungkin anakku arzaguna aswangga menunjuk wanita itu menjadi penggantinya!." Sakit hati, itulah yang ia rasakan saat ini.
"Ya, itu benar! Tidak mungkin rakanda agung menunjuk wanita yang tidak jelas identitasnya ini ditunjuk oleh rakanda agung untuk menggantikannya." Pangeran Arzaguna Barata tidak terima. "Itu semua pasti telah diatur olehnya!. Wanita itu pasti telah merencanakan sesuatu untuk menjadi ratu agung!. Aku yakin dia yang telah mencelakai rakanda gusti raja agung!." Tangannya menunjuk ke arah Ratu Agung Selendang Merah. Sehingga mereka semua menatap Ratu Agung Selendang Merah penuh kebencian yang mendalam. Namun Ratu Agung Selendang Merah hanya diam saja, tidak menanggapi apa yang mereka katakan padanya.
"Aku juga tidak terima dengan keputusan itu! Pasti itu diubah oleh seseorang! Pasti ada yang telah menggantikan tulisan asli dari nanda raja agung!." Selir Kamala Hastanti juga tidak terima.
"Saya juga istri dari raja rakanda raja agung! Saya harusnya juga berhak untuk memimpin istana ini, tapi kenapa malah ratu agung yang tidak jelas siapa dirinya itu." Selir Raja agung baru Manik Keshwari juga tidak terima?.
"Diam kau selir rendahan! Berani sekali kau bersuara, dan mengatakan jika kau berhak menggantikan rakanda raja agung?." Putri Selir Indraswari Jayanti menunjuk kiri ke arah Selir Raja Agung baru dengan penuh kemarahan. "Apakah kau tidak bisa berkaca? Jika kedudukan mu di sini sangat lemah? Sebaiknya kau diam saja!." Putri Kemuning Indraswari benar-benar merendahkan Selir Raja Agung baru Manik Keshwari.
"Kegh!." Selir Raja Agung baru tidak bisa bersuara, apalagi tatapan mata mereka yang menghakimi diri agar diam.
Mereka semua merasa berhak untuk mendapatkan paksa ratu agung. Tapi pada kenyataannya raja agung memilih ratu agung untuk memerintah kerajaan untuk sementara waktu.
"Meskipun aku selir kedua dari mendiang raja agung azraguna chandra, aku juga berhak, karena anakku memiliki kemampuan untuk memimpin kerajaan ini." Selir kedua mendiang Raja Agung Arzaguna Chandra bersuara.
"Saya pasti tidak akan mengecewakan siapapun saja yang memberikan saya kesempatan pada saya untuk memimpin istana berserta kerajaan ini." Putri Mustika Gendari memberi hormat pada mereka semua.
"Kalian berdua sebaiknya diam saja." Selir Indraswari Jayanti, Selir pertama dari mendiang Raja Agung Arzaguna Chandra menatap tajam ke arah mereka. "Yang paling berhak itu adalah putriku. Putriku sedarah sekandung dengan ananda raja agung. Jadi sebaiknya kalian tidak usah banyak bicara dan banyak keinginan, serta bermimpi!." Selir Indraswari Jayanti tersenyum lebar menatap mereka semua.
Hingga terjadi keributan di bilik Raja Agung pada saat ini. Mereka semua merasa tidak suka dan tidak senang atas apa yang dikatakan oleh Selir Indraswari Jayanti. Saat itu juga Penasehat Raja Agung Dewandaru memperlihatkan bagaimana sikap mereka. "Diam!." Bentaknya dengan suara yang sangat keras. Membuat mereka semua terkejut, terdiam karena tidak menyangka jika Penasehat Raja Agung Dewandaru berani membentak mereka semua?.
"Kalian semua tidak usah meragukan apa yang telah ditulis oleh yang mulia raja agung, aku sendiri yang menyaksikan yang mulia raja agung menuliskan surat ini." Penasehat Raja Dewandaru sangat kesal melihat sikap protes mereka. "Apakah kalian meragukan keputusan dari raja agung? Apakah kalian tidak menghormati keadaan raja agung saat ini? Sungguh sangat memalukan sekali atas apa yang kalian lakukan." Penasehat Raja Agung Dewandaru menatap tajam ke arah mereka semua. "Apakah kalian pikir, siapa yang selalu setia di saat raja agung sakit? Hingga dalam keadaan seperti ini? Apakah kalian tidak menyadari kenapa raja agung mempercayakan semua ini pada ratu agung? Apakah kalian masih belum menyadarinya?." Penasehat Raja Agung Dewandaru membuka kembali ingatan mereka.
Dibalik cadar merah itu, Ratu Agung Selendang Merah menangis sedih. Karena ia yang selalu memperhatikan raja, dan merasakan ada bahaya yang mengancam Raja Agung. Namun pada akhirnya Raja Agung kalah dengan rasa sakit yang ia rasakan. "Mereka semua akan mendapatkan hukuman dariku setelah ini aku akan membuat mereka mengakui apa yang telah mereka lakukan pada rak anda raja agung." Dalam hatinya telah bertekad akan melakukan sesuatu pada mereka semua memberi pelajaran kepada siapa saja yang telah menyakiti suaminya.
Mereka semua terdiam, tentunya mereka semua menyadarinya. Mereka semua mengetahui, jika Ratu Agung adalah wanita yang sangat setia pada suaminya. Melayani suaminya dengan sangat baik. Tapi kenapa masih saja keadaan Raja Agung sakit parah hingga tidak sadarkan diri seperti ini?. Mereka semua ingin bertanya seperti itu. Tapi saat itu mereka melihat ada urusan yang membawa Raja Agung untuk diamankan di sebuah tempat. Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Hanya waktu yang akan menjawabnya.
Next halaman.
...***...
...***...
Di sisi lain. Tepatnya di kawasan Kumuh.
Seorang wanita muda sedang berdiri di atas sebuah pohon tinggi yang berada di kawasan itu. Matanya menatap semua yang ada di kawasan itu. Semuanya terlihat dari atas pohon itu, apa saja yang dilakukan oleh orang-orang di bawah. Termasuk ketika Jendral Kuasa yang saat ini sedang melakukan tugas pengawasan di daerah sekitar.
"Heh!. Hanya lewat seperti itu saja. Semua orang pun bisa melakukan itu. Bahkan kawasan kumuh seperti ini saja masih memiliki banyak masalah. Kau sama sekali tidak berguna jendral kuasa." Ia mendengus kesal melihat Jendral Kuasa yang selalu dihormati oleh orang-orang kawasan Kumuh. "Jika kau tidak becus dalam melakukan tugas, sebaiknya kau berhenti saja menjadi seorang jendral. Tidak berguna sama sekali dalam menjaga keamanan kawasan ini." Wanita muda itu cukup lama tinggal di kawasan ini. Ia selalu memperhatikan semuanya yang ada di sana. Termasuk siapa saja yang telah bertugas mengamankan kawasan Kumuh. Ia sangat tidak suka dengan cara kerja mereka semua, hanya sekedar berjalan saja sambil lewat sebentar.
Bahkan mereka tidak mengetahui, jika kawasan kumuh selalu ada korban setiap bulannya. Entah itu dibunuh dengan sadis atau menjadi budak bagi kaum bangsawan. "Kita lihat saja nanti. Apakah kalian akan tetap seperti itu, atau aku sendiri yang akan melakukannya. Dasar orang-orang tidak berguna sama sekali." Hatinya sangat mengutuk atas apa yang terjadi di kawasan kumuh. "Kenapa di negeri tiga warna ini ada pembagian kasta seperti itu?. Benar-benar negeri yang sangat mengerikan. Orang-orang serakah menindas rakyat kecil yang tidak berdaya dengan uang mereka." Hatinya sangat mengutuk itu, ia tidak terima sama sekali dengan apa yang terjadi pada masa lalunya, serta orang-orang yang ia cintai dengan sepenuh hati pergi meninggalkan dirinya. Apakah yang akan ia lakukan setelah ini?. Hanya waktu yang akan menjawab semuanya.
...***...
Kembali di kawasan kumuh.
Jendral kuasa baru saja meninggalkan kawasan kumuh. Tapi sepertinya orang-orang di sekitar sana memang tidak menyukainya terlihat setelah melihat pergi mereka sama sekali ini tidak peduli apakah dia akan kembali atau tidak karena kawasan ini tetap saja akan menjadi tempat yang sangat sangat menyeramkan musik mereka tinggali.
Tapi berita tentang raja agung yang saat ini sedang sakit telah tersebar di tiga kawasan. Sehingga mereka semua semakin terlihat waspada, apalagi ketika kabar ratu agung naik tahta telah disampaikan melalui pemberitahuan polisi-polisi setempat. Berita itu tersebar dengan cepatnya. Mereka telah mengetahui bahwa saat ini kerajaan tiga warna dipimpin oleh seorang ratu. Apakah mereka akan menerima begitu saja?. Jika istana kerajaan tiga warna saat ini dipimpin oleh seorang wanita?. Sebenarnya apa yang terjadi di kerajaan ini saat dipimpin oleh seorang wanita?.
"Aku akan melakukannya dengan baik. Akan aku jaga kawasan ini dengan baik." Wanita muda itu tersenyum kecil, ia menatap semuanya dengan matanya yang masih jernih. Ia seperti seekor elang yang mengamati apa saja yang berada di bawahnya. Apakah yang akan terjadi selanjutnya?.Hanya waktu yang akan menjawab semuanya.
...***...
Kembali di istana utama.
Setelah surat itu dibacakan mereka semua meninggalkan ruangan itu, hanya ada Ratu Agung Selendang Merah yang berada di sana bersama penasihat Raja Agung Dewandaru. Keduanya menatap Raja Agung yang saat ini sedang terbaring di tempat tidurnya. Mereka merasa simpati dengan apa yang terjadi pada raja agung saat ini.
"Apa yang akan gusti ratu agung lakukan setelah ini?. Apakah gusti ratu agung akan melakukan sesuatu akan melakukan sesuatu padaku gusti raja agung?." Penasihat Raja Agung Dewandaru bertanya.
"Aku akan membawa rakanda gusti raja agung ke suatu tempat yang sangat aman, aku ingin menyembuhkan kondisinya. Saat banyak racun yang berada di dalam tubuhnya, aku sama sekali tidak mengetahui bagaimana caranya mengeluarkan racun itu di dalam tubuh rakanda gusti raja agung." Perasaannya begitu sangat cemas, takut tidak bisa menyelamatkan suaminya.
"Kita harus segera menyembuhkan gusti raja agung. Tapi bagaimana caranya gusti ratu agung melakukan itu?." Penasihat Raja Agung Dewandaru kembali bertanya.
"Aku akan mencari cara apapun untuk menyembuhkannya. Pasti ada caranya, tapi untuk saat ini aku akan membawa rakanda gusti ratu agung ke tempat yang lebih aman." Ratu Agung Selendang Merah belum bisa memastikannya.
"Itu artinya gusti ratu agung mencari perkara dengan mereka. Bagaimana jika mereka memaksa gusti ratu agung untuk mengatakan di mana keberadaan gusti raja agung?." Penasihat Raja Agung terlihat sangat cemas.
"Demi keselamatan rakanda gusti raja agung aku akan melakukannya. Meskipun mereka memasak ku untuk mengatakannya. Akan aku hadapi mereka semua dengan kekuatan ku." Ratu Agung Selendang Merah telah membulatkan tekadnya. "Untuk sementara waktu aku harus menyembunyikan keberadaan rakanda gusti raja agung." Ratu Agung Selendang Merah tidak ingin membahayakan keselamatan suaminya. "Mereka semua harus membayar apa yang telah mereka lakukan pada rakanda gusti raja agung. Akan aku cari semua bukti-bukti yang dapat memberatkan mereka untuk dihukum seberat-beratnya atas apa yang mereka lakukan pada rakanda raja agung." Ratu Agung Selendang Merah tidak terima dengan apa yang terjadi pada suaminya. "Selama ini mereka telah berani bersikap kurang ajar, menekan rakanda gusti raja agung untuk melakukan hal yang tidak seharusnya." Ratu Agung Selendang Merah telah membulatkan tekadnya untuk membalas mereka yang telah membuat suaminya tidak sadarkan diri karena racun yang ada di dalam tubuhnya.
"Hamba akan membantu gusti ratu agung. Hamba tidak akan membiarkan gusti ratu agung bekerja sendirian." Penasihat Raja Agung merasa bersimpati dengan apa yang dikatakan oleh Ratu Agung Selendang Merah. "Hamba juga tidak terima, jika gusti raja agung diperlakukan jahat oleh mereka yang serakah akan kekuasaan." Penasihat Raja Agung Dewandaru selama ini juga memperhatikan mereka semua.
"Terima kasih penasihat raja agung dewandaru. Aku sangat berterima kasih, jika kau mau membantuku." Ratu Agung Selendang Merah sangat senang mendengarnya.
"Dengan senang hati hamba akan membantu gusti ratu agung. Tidak akan hamba biasakan mereka melakukan apa yang mereka inginkan. Istana ini harus bersih dari orang-orang yang berniat jahat." Penasihat Raja Agung Dewandaru sangat membenci mereka yang serakah. Ia sudah muak dengan apa yang ia lihat selama ini. Mungkin ia hanya bisa diam karena Raja Agung yang baru memerintah, sehingga mereka berlagak kuat.
Apakah yang akan terjadi setelah ini?. Apakah yang akan dilakukan oleh Ratu Agung Selendang Merah untuk melindungi istana kerajaan?. Temukan jawabannya. Jangan lupa dukungannya pembaca tercinta. Salam penuh cinta.
...***...
...***...
Pengangkatan Ratu agung Selendang Merah baru saja selesai. Banyak pihak yang hadir. Petinggi istana negara semuanya hadir dan berharap, jika Ratu Agung Selendang Merah mampu mengatasi masalah yang ada?. Itu hanyalah keinginan dari beberapa bangsawan yang menginginkan adanya kedamaian di negeri ini. Sementara itu di satu pihak ada yang hanya membanggakan diri saja sebagai bangsawan.
"Jadi benar?. Bahwa negeri ini memang dipimpin oleh seorang wanita?."
"Ya, memang seperti itu lah yang terjadi. Sepertinya negeri ini akan semakin terpuruk."
"Kita akan semakin sengsara. Apa yang akan kita lakukan setelah ini?."
Sepertinya perwakilan kaum kumuh sedang mengeluh sesuatu, tapi beruntung yang lainnya tidak mendengarkan itu. Jika terdengar oleh mereka, bisa jadi itu dijadikan alasan kaum bangsawan serta kawasan istana akan menyingkirkan mereka semua.
Setelah selesai pengamatan Ratu Agung untuk memimpin kerajaan, Ratu Agung Selendang Merah menyampaikan beberapa patah kata yang membuat mereka semua terkejut sekaligus tidak percaya.
"Terima kasih saya ucapkan atas kehadiran saudara-saudara terhormat sekalian." Ratu Agung Selendang Merah memberi hormat pada mereka semua. "Hari ini kita semua berkumpul untuk meningkatkan kejayaan kerajaan ini. Semoga saja saudara-saudara terhormat sekalian mau bekerjasama dengan saya untuk melakukan kebaikan demi majunya kerajaan ini."
"Gusti ratu agung tidak menyebutkan kasta tingkatan, melainkan saudara-saudara terhormat?." Mereka semua sedikit heran dengan ucapnya itu. Biasanya para Raja atau Ratu yang memberikan kata sambutan akan mengatakan tingkatan kasta, tapi kenapa Ratu Agung Selendang Merah tidak berkata seperti itu?. Baiklah, mereka simak dulu apa yang akan disampaikan oleh Ratu Agung Selendang Merah.
"Kita semua adalah orang yang baik, karena itulah mari kita gunakan kebaikan hati kita untuk memajukan istana ini. Mari kita doakan supaya gusti raja agung cepat sembuh dan kembali memimpin istana ini dengan baik. Saya tidak akan mengeluarkan kata-kata manis hanya untuk menyenangkan hati tuan-tuan semuanya. Tapi saya hanya ingin mengatakan, bahwa negeri yang telah dibangun oleh leluhur kita masih menangis. Masih membutuhkan tangan kesetiaan untuk menghapus kesedihan, termasuk kesedihan yang dirasakan oleh gusti raja agung saat ini. Karena itulah, saya sangat memohon dengan kerendahan hati agar saudara-saudara terhormat mau bekerjasama untuk membangun kembali negeri ini supaya tidak ada lagi air mata kesedihan di kerajaan tiga warna."
Tentunya mereka semua terkejut atas apa yang dikatakan oleh Ratu Agung Selendang Merah dalam acara itu. Ia tidak mengatakan secara langsung jika ada perbedaan antara mereka semua, namun dari ucapan Ratu Agung Selendang Merah telah dijelaskan. Mereka semua hanya terdiam dan berpikir apa yang akan mereka lakukan setelah mendengarkan kata sambutan dari Ratu Agung Selendang Merah. Apakah yang akan terjadi setelah ini?. Simak terus ceritanya.
...***...
Selir Manik Keshwari datang menemui Ratu Agung Selendang Merah. Sepertinya ia sama sekali tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh Ratu Agung Selendang Merah.
"Meskipun kau berkata seperti itu, apakah kau berpikir akan menyatukan mereka semua?. Apakah kau merasa hebat dengan apa yang akan kau lakukan?." Selir Manik Keshwari terlihat sangat marah.
"Apakah seperti itu cara seorang selir raja dalam berbicara dan bersikap?." Ratu Agung Selendang Merah menatap tidak suka. "Bahkan pelayan serta para prajurit saja mengetahui tata cara menghadap pada seseorang." Tidak ada kata basa-basi lagi di dalam pikirannya saat ini.
Selir Manik Keshwari menatap mereka yang berada di ruangan utama istana utama. Rasa kesalnya semakin bertambah ketika mata pelayan dan prajurit menatap rendah padanya?.
"Akan aku buat kau menunjukkan sifat aslimu!. Kau adalah dalang dibalik semua ini!. Aku yakin kau yang telah melakukan sesuatu pada rakanda gusti raja agung!." Setelah berkata seperti itu ia pergi meninggalkan ruangan itu. Ia tidak tahan dengan apa yang terjadi di sana.
"Turisuti, menikati." Ratu Agung Selendang Merah memanggil kedua pembantu yang berada di dekatnya.
"Hamba gusti ratu agung." Keduanya sangat terkejut saat Ratu Agung Selendang Merah menyebut nama keduanya, setelah itu keduanya segera memberi hormat. Begitu juga yang melihat itu sangat terkejut, tidak menyangka jika Ratu Agung Selendang Merah menyebutkan nama kedua pembantu itu?.
"Gustu ratu agung menyebutkan namaku." Dalam hati Turisuti dan Menikati tidak percaya itu.
"Aku perintahkan kalian untuk ikut bersama selir manik keshwari. Karena aku ingin mengetahui, apa saja yang ingin dia lakukan jika rakanda gusti raja agung." Ratu Agung Selendang Merah memerintahkan mereka untuk mengawasi Selir Manik Keshwari.
Turisuti dan Menikati saling bertatapan, keduanya tidak mengerti perintah itu. Sehingga mereka sedikit kebingungan. "Akhir-akhir ini selir manik keshwari sedang diikuti oleh seseorang. Aku takut seseorang itu akan melakukan hal yang tidak pantas. Apalagi saat ini rakanda gusti raja agung sedang sakit. Jadi aku mohon pada kalian agar mengawasinya dari jauh, mencari tahu siapa orang yang mencurigakan itu." Ratu Agung Selendang Merah tidak ingin mereka salah faham atas apa yang ia katakan pada mereka.
"Baiklah gusti ratu agung." Turisuti dan Menikati mengerti, keduanya memberi hormat. "Akan hamba lakukan dengan baik tugas yang gusti ratu agung berikan pada hamba." Keduanya akan menjalankan tugas yang diberikan Ratu Agung Selendang Merah.
"Terima kasih aku ucapkan pada kalian. Aku percaya, jika kalian mampu melakukannya dengan baik." Ratu Agung Selendang Merah sangat senang mendengarnya. "Apa yang telah kalian lakukan telah menyelamatkan orang-orang dengan kasih sayang kalian." Lanjutnya lagi.
"Gusti ratu agung." Mereka semua sangat tersentuh mendengarkan apa yang dikatakan Ratu Agung Selendang Merah. Mereka semua yang melihat dan mendengarkan itu sangat tersentuh. Begitu baik sikap Ratu Agung Selendang Merah pada mereka. Apakah mereka bisa mempercayai bahwa Ratu Agung Selendang Merah akan membawa perubahan bagi semua kalangan.
...***...
Di kawasan Kumuh.
Lukita, itu nama pendekar muda yang akhir-akhir ini sering membantu kawasan kumuh untuk melakukan keamanan. Bersama teman-temannya mereka mengamankan kawasan kumuh, meskipun Jendral Kuasa memang ditugaskan di sana, tapi tetap saja itu tidak ada gunanya bagi mereka. Kawasan itu sering terjadi pembunuhan yang sangat menyakitkan. Pemerintahan tidak menanggapi mereka sama sekali, hingga terjadi kesenjangan bagi mereka semua. Namun setelah mendengarkan sambutan dari Ratu Agung Selendang Merah mereka memiliki beberapa harapan. Saat ini mereka sedang berkumpul di balai pertemuan.
"Gusti ratu agung sepertinya memperhatikan kita semua." Mapala Sakuti sebagai ketua penanggung jawab memulia rapat itu. "Jika kita simak dari ucapan gusti ratu agung, sepertinya beliau memahami penderitaan yang kita alami selama bertahun-tahun tinggal di sini." Lanjutnya.
"Tapi apakah itu bisa kita percayai?. Mungkin saja itu hanyalah sebuah daya tarik saja, supaya kita mendukungnya menjadi ratu agung."
Seketika suasana menjadi kacau karena ucapan itu. Mereka masih belum percaya sepenuhnya, jika memang Ratu Agung Selendang Merah memahami penderitaan mereka.
"Semuanya!." Lukita dengan suara yang sangat keras menghentikan keributan itu. Mereka semua terdiam dan melihat ke arah mereka. "Kita tidak boleh ragu pada gusti ratu agung!. Pasti beliau akan membantu kita!. Untuk saat ini kita lihat bersama-sama. Apakah gusti ratu agung memang memahami penderitaan kita atau tidak!." Dengan suara yang lantang berkata seperti itu. "Kita harus cerdas!. Selama ini yang telah mengadu domba kaum kumuh dengan raja atau ratu agung adalah kaum bangsawan!. Tapi kita tidak boleh sembarangan bertindak!. Jika kita salah bertindak, maka kita yang akan dimusnahkan!. Karena itulah berikan kami para pendekar untuk melakukan semuanya dengan baik." Lanjutnya lagi.
Mereka semua mencerna apa yang dikatakan Lukita. Mereka semua memikirkan ucapan Lukita yang masuk akal.
"Ya, benar juga. Memang selama ini kaum bangsawan ingin menyingkirkan kita."
"Kita harus mencari cara untuk membalas perbuatan mereka. Tapi kita tidak boleh bertindak gegabah."
"Apalagi jendral kuasa yang tidak berguna itu sering datang ke sini hanya untuk memastikan kita tidak melakukan pemberontakan."
"Kalau begitu kita susun dengan baik rencana kita. Jika dalam bulan ini gusti ratu agung tidak memberikan bantuan, maka kita akan segera bertindak."
"Ya. Kita tidak boleh terus berada di bawah. Dan kita tidak boleh terus bergantung pada pemerintah yang sama sekali tidak menanggapi kita semua."
"Rasanya sangat menyakitkan jika kita diperlakukan secara tidak adil."
Sepertinya mereka telah merasakan itu, mereka telah bertekad akan melakukan perubahan di kawasan kumuh. Mereka akan melakukan pembenahan mulai dari bersih-bersih daerah yang mereka anggap sangat kotor. Mereka berjanji akan melakukan perubahan, meskipun pemerintahan tidak menganggap mereka. Apakah yang akan mereka lakukan?. Hanya waktu yang akan menjawab semuanya.
...***...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!