NovelToon NovelToon

Mawar Besi Dan Luka

Transmigrasi Gwendoline

...Bab 1...

Gwendoline berangkat terburu-buru dengan menyambar novel yang baru dibelinya kemarin.

Menyambar rotinya dan meminum susunya secepat kilat karena khawatir terlambat ke sekolah.

Melirik jam tangannya kurang setengah jam lagi dia harus segera sampai di sekolahnya.

Terburu-buru menyebrang jalan karena mengejar bis yang akan mengantarnya ke sekolah dan tiba-tiba matanya menggelap.

"Gwen!!!" Teriakan ibunya menggema seiring dengan suara dug kencang yang menyambar tubuhnya yang terlempar ke pinggir trotoar.

Dinding berwarna krem, ranjang yang berbau sangat wangi seperti semerbak harum kayu cendana dan melati menerpa hidungnya.

Gwen terbangun dan tidak mengenali tempat dimana dia berada.

Cermin besar dan aneka peralatan make up terhampar dan lemari berisi pakaian-pakian mewah dan seksi.

"Dimana aku? Tempat apa ini?"

Sayup-sayup didengarnya suara wanita berkata kepada seorang pria.

"Kau tidak akan kecewa. Percayalah!"

"Tidak terlalu mahal?"

"Aku sudah beri harga miring untukmu."

"Baiklah! Aku membutuhkannya untuk isteri pura-pura. Ayahku mengancam akan membatalkan warisannya kalau aku tidak memiliki  isteri. Setelah kudapatkan warisan itu akan langsung kuceraikan bagaimana?"

"Tidak usah khawatir, tuan muda!"

"Aku membayarnya untuk setahun saja. Kalau aku belum mendapatkan warisannya akan diperpanjang tetapi kalau sudah kudapatkan maka akan kuceraikan."

"Tenang saja, tuan muda!"

"Bisa kurang tidak harganya?"

"Itu sudah murah! Aku sendiri rugi kalau menjualnya secara kontrak daripada dijual secara mengeteng. Memandang hubungan baik denganmu saja,  aku mau melakukan ini. Kau pelanggan terbaik kami."

"Baiklah! Terima kasih atas bantuannya."

"Kapan aku bisa melihatnya?"

"Kamarnya di pojok."

"Baiklah. Terima kasih!"

Pemuda itu bergegas berjalan menuju kamar yang ditunjuk oleh Madam Nirwana.

Pintu terbuka dan suara teriakan menggema.

"Ahhh!!! Kau siapa? Kenapa berani masuk ke sini?" Gwen menarik selimutnya untuk menutupi buah dadanya yang terbungkus gaun tidur tipis dan mewah.

"Sssttt! Jangan teriak-teriak!"

"Kau sendiri ngapain ke sini? Dan kau siapa?"

"Madam Nirwana tidak mengatakan apapun padamu?"

"Mengatakan apa?"

"Kau akan kukontrak setahun."

"Pekerjaan apa?"

"Menjadi isteri bohongan membantuku mendapatkan warisanku."

"Apa?"

"Ayahku tidak akan memberikan warisanku sebelum aku menikah."

"Tapi kau siapa?"

"Kau lupa?"

"Lupa?"

"Sudahlah! Kontrakmu sudah kuberikan pada Madam Nirwana dan aku bisa membawamu hari ini. Cepat bersiaplah!"

"Mau kemana?"

"Persiapkan semua barang-barangmu dan ikut aku!"

"Bisakah kau keluar sebentar?"

"Kenapa aku harus keluar?"

"Kumohon!"

"Baiklah! Kutunggu di bawah nanti akan kusuruh supirku membawakan barang-barangmu kalau sudah siap. Jangan lupa whatsApp aku kalau kau sudah siap."

"Baiklah!"

Sepertinya aku bertransmigrasi ke dalam tubuh seseorang.

Gwen membatin. Semua serba asing dan baru dilihatnya. Semua isi kamar ini bukan kepunyaannya sama sekali.

Gwen membereskan barang-barangnya.Memasukkannya ke dalam koper yang terdapat di atas lemari pakaian.

Dia mengganti bajunya dengan pakaian yang dianggap paling sopan karena semua pakaiannya pendek dan terbuka.

Pilihannya jatuh pada celana panjang ketat yang membungkus tubuhnya dan kemeja tangan pendek yang memperlihatkan lengannya. Mengancingnya sampai paling atas karena khawatir belahan dadanya tersembul. Menyambar syall dan menutupi seluruh tubuhnya dengannya.

"Aku tidak suka semua pakaian disini. Membuatku sangat risih!"

Seorang pria mengetuk pintu kamarnya dan sepertinya supir dari pria muda yang tadi masuk ke kamarnya.

"Maaf, non saya ingin membawakan barang-barang nona ke mobil."

"Silahkan, pak!"

Gwen berjalan mengikuti supir yang membawa barang-barangnya ke mobil.

Aku ada dimana? Mengapa semua terasa asing? Aku belum pernah ke tempat ini. Dimana aku?

Apakah aku bertransmigrasi ke tubuh seseorang. Siapa aku?

Pilihan Dean

...Bab 2...

Mobil meluncur ke pemukiman mewah. Keringat dingin mengucur di dahi Gwen. Air conditioner mobil sudah sangat dingin tetapi tetap saja tidak bisa mendinginkan suasana hatinya yang sangat tegang dan gugup.

Jantungnya berpacu dengan kencang. Tangannya berkeringat. Begitu pula dengan wajahnya.

Pria muda di sebelahnya sibuk dengan handphonenya. Tidak menoleh atau mengajaknya berbicara apalagi menjelaskan semua hal yang membingungkan dirinya.

"Pak, mampir dulu ke rumah makan langganan ibu." Perintah lelaki muda tersebut kepada supirnya.

Mobil berhenti di sebuah rumah makan yang menyediakan menu aneka seafood 

"Tunggu sebentar ya pak!" Dia membuka pintu mobilnya dan turun menuju rumah makan tersebut.

Setengah jam kemudian kembali ke mobil membawa Dua kotak makanan. Mobil kembali meluncur.

Gwen sampai di sebuah rumah mewah yang memiliki hamparan halaman yang sangat luas.

Mereka turun disambut sepasang suami isteri, sepertinya orang tua pemuda tersebut.

"Akhirnya kau pulang!" Ibunya yang sudah usia paruh baya masih terlihat awet muda.

"Aku hampir tidak pulang kalau ayah tidak menahan warisanku."

"Aku tidak bermaksud menahan warisanmu. Hanya memberikan syarat bahwa kau harus menikah kalau menginginkan warisanmu. Kau kan tinggal abaikan saja kalau merasa tidak membutuhkannya dan bisa mencari sendiri dari hasil usahamu."

"Untuk mendapatkan uang sebanyak itu mungkin aku harus bekerja keras selama seratus tahun dan itupun dengan keberuntungan."

"Sudahlah! Kalian jangan bertengkar terus!" 

"Ayah selalu memaksakan keinginannya padaku. Jodoh itu kan sudah ada waktunya."

"Tapi kalau kau tidak pernah berusaha. Bagaimana mau dapat jodoh?"

"Aku akan menikah tetapi tidak sekarang?"

"Kapan? Semakin cepat kau menikah. Semakin cepat kau akan mendapatkan warisanmu."

"Aku sudah membawa calon pengantinku."

"Apakah kita mengenal keluarganya?"

"Yah! Kau jangan mempersulit aku."

"Baiklah. Aku hanya ingin memastikan dia dari keluarga baik-baik."

"Ayah! Dia sebatang kara."

"Kau akan menikahi wanita yang tidak memiliki asal usul?"

"Bu, bantulah aku."

"Kau jangan terus mempersulitnya. Dia sudah mau menurutimu, apalagi?"

"Baiklah. Mana calon yang kau pilih menjadi isterimu?"

Dean keluar mendatangi Gwen dan menggamit tangannya.

"Ini ayah, calon isteriku."

Ayahnya terkejut melihat pakaian Gwen yang sangat seksi. Seakan berlomba mempertontonkan lekuk tubuhnya. 

"Apakah kau wanita baik-baik?" Ayah Dean melotot ke arah Gwen dan membuat Gwen ketakutan.

"Aku…."

"Katakan terus terang, siapa wanita ini?"

"Ayah!"

"Kalau kau tidak mau mengatakan yang sejujurnya jangan harap kau akan menyentuh warisan itu."

"Aku mengambilnya dari rumah bordil."

"Apa?"

"Ayah! Kau tidak boleh melihat orang dari luarnya."

"Aku tidak peduli. Kau mempermalukan keluarga kita."

"Aku tidak akan menikah selain dengannya."

"Kau…."

"Take it or leave it, yah!"

"Kau mengancamku?"

"Aku bukan mengancam ayah tetapi ayah harus bisa menghargai pilihanku dan jangan selalu berusaha mengendalikanku."

"Sudahlah, yah…"Ibunya berusaha membujuk ayahnya, "Banyak juga yang menikahi bekas pelacur dan rumah tangga mereka baik-baik saja. Tidak semua bekerja seperti itu karena hedon tetapi bisa juga terpaksa."

"Kau selalu membelanya."

"Kau selalu memarahinya. Dia sudah berusaha menjadi anak yang baik. Kau tahu itu."

"Kali ini kau beruntung! Kuberikan kau kesempatan. Kalau pernikahanmu tidak membawa kebaikan padamu maka kau harus ceraikan isterimu dan kembalikan warisan itu sampai kau menemukan wanita yang sesuai."

"Terima kasih untuk kepercayaanmu, yah! Aku tidak akan mengecewakanmu."

"Aku pulang dulu…."

"Kau tidak menginap disini?"

"Aku akan sering mengunjungi ibu ke sini. Aku lebih nyaman berada di rumahku sendiri."

"Baiklah!"

Setelah berpamitan. Dean membawa Gwen ke rumahnya yang terletak tidak begitu jauh dari kediaman orang tuanya.

Dean membawa Gwen ke dalam kamarnya.

"Sebaiknya kau keluar dulu, aku ingin istirahat, ganti baju dan mandi."

"Ini kamarku." Jawab Dean santai.

"Baiklah, aku yang keluar. Dimana kamarku?"

"Ini kamarmu."

"Tapi kita belum menikah."

"Kau tidak usah sok suci. Pekerjaanmu meladeni hidung belang!" 

"Kau mau apa?"

"Apalagi? Tidak usah pura-pura tidak tahu. Kau pikir aku menikahimu karena benar-benar ingin menjadikanmu isteriku?"

Wajah Gwen pucat pasi. Dia berusaha menghindar dari kejaran Dean yang sepertinya tidak bisa mengendalikan dirinya.

Tanpa pikir panjang, Gwen menendang tulang kering Dean.

"Awww!!!" Sahutnya sambil memegang tulang keringnya.

Gwen berlari keluar kamar dan memilih salah satu kamar. Menguncinya dari dalam.

Airmata mengucur dari kedua pipinya dengan deras.

"Ibu, tolong aku!…"Panggilnya lirih. Dia sangat membutuhkan ibunya. Tetapi dia tidak mungkin bisa bertemu apalagi menyentuh ibunya karena dia sudah bertransmigrasi ke dalam novel.

Kesedihan Sinta

...Bab 3...

Dean meminta pelayan di rumah orang tuanya untuk mengantarkan dan membawakan barang-barang milik Gwen.

" Kau sudah mantap untuk menikah dengan gadis pilihanmu?" Ibunya mengoleskan selai ke roti untuk diberikan pada putranya.

"Tentu saja!"

"Siapa namanya?"

"Sinta!"

"Ayahmu benar. Memilih isteri harus melihat bebet, bobot dan bibitnya."

"Bu, kau sudah setuju kan?"

"Ibu setuju tapi kalau kau masih bisa merubah pikiranmu maka itu yang terbaik."

"Bu, apa kau tidak senang aku menikah dan mendapatkan warisanku?"

"Ibu senang kau menikah tapi sebaiknya pilihlah wanita yang baik dan pandai melayani suami."

"Dia pelacur sudah pasti pandai melayaniku. Dia juga baik."

"Sangat susah menasehatimu. Bagaimana kalau dia tidak setia padamu dan hanya mengincar uangmu saja?"

"Aku akan memenjarakannya kalau dia berani berselingkuh. Aku menikahinya secara siri sehingga dia tidak dapat menyentuh hartaku kecuali apa yang kuberikan padanya."

"Jika kau berubah pikiran…."

"Aku tidak akan berubah pikiran…."

"Anak kurang ajar!"Bentak ayahnya.

"Yah!"Ibunya berusaha menengahi.

"Kau selalu membelanya sehingga dia menjadi besar kepala!"

""Papa sendiri memangnya mau menikah kalau tidak dengan mama?"

"Aku tidak pernah sepertimu! Fokus saja dengan yang aku kerjakan sampai bertemu ibumu tapi kalau kau kan tidak."

"Ayah  dulu tidak memiliki uang seperti aku  sekarang.  Aku berbeda dengan ayah. Seandainya ayah lahir dan besar sepertiku?"

Ayahnya bangkit dari duduknya dan menjewer kuping  anaknya kuat-kuat,"Masih melawan dan mencari alasan? Banyak anak yang orang tuanya kaya tapi kelakuannya tidak bejat sepertimu! Ibumu terlalu memanjakanmu!"

"Yah! Sakit! Telingaku!"Dean mengusap telinganya yang panas dan merah.

"Itu tidak seberapa dibandingkan dengan sikap kurang ajarmu! Harusnya kurebus kau hidup-hidup!"

"Memangnya aku air, direbus?"

"Kau melawan terus! Kau terlalu memanjakannya sehingga seperti ini."

"Dia itu anakmu! Jangan terlalu keras padanya." Isterinya menuangkan air putih ke dalam gelas untuk suaminya.

"Minumlah! Jangan marah-marah terus. Jaga kesehatanmu." Isterinya mengupas buah pear untuk suaminya.

"Walaupun anak kita sendiri, jangan terlalu memanjakannya. Tidak baik! Kau bisa merusaknya dengan memanjakannya. Kau lihat bagaimana perbuatannya terhadap para wanita?"

"Suka bermain dengan pelacur. Kalau kau membuat masalah lagi akan kucabut warisanmu!"

"Yah! Kau jangan seperti itu. Dia anakmu jangan terlalu kejam kepadanya dan pasti Dean memiliki alasan kenapa dia memilih Sinta menjadi isterinya."

Dean memeluk ibunya mesra dengan pandangan berterima kasih.

"Bu, terima kasih atas cinta dan kepercayaannya. Aku tidak akan mengecewakanmu. Percayalah!"

"Terima kasih, sayang! Ibu percaya padamu!".

"Sebaiknya kau buktikan ucapanmu!"

"Aku tidak akan mengecewakanmu, yah! Kau lihat saja nanti!"

Gwen mendengar percakapan anak beranak tersebut.

"Ternyata namaku Sinta dan aku seorang pelacur." Air mata kembali mengalir dengan deras. Hatinya merindukan ibunya.

Memanggil ibunya dengan lirih.

"Bu, tolong aku! Aku ingin keluar dari sini. Aku tidak mau menjadi pelacur dan menikah. Aku masih ingin sekolah." Gwen menangis tergugu.

"Siapa itu?" Teriak ibunya Dean sambil berjalan menuju suara tangisan yang tertahan.

"Sedang apa kau disitu?"

"Aku kebetulan lewat."

"Kau menangisi pernikahanmu? Kau harusnya bersyukur anakku mau menikahi pelacur sepertimu. Harusnya kau berbahagia bukan bersedih. Kau harus berterima kasih pada Dean yang sudah membebaskanmu dari keadaan yang menistakan dirimu."

Suara tangis Sinta semakin kencang dan ibunya Dean susah payah membujuk Sinta agar menghentikan tangisnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!