"Tidak!"
Jerit seorang wanita yang berumur kepala empat, tetapi masih terlihat sangat cantik bak wanita yang berumur awal kepala tiga puluhan.
Tubuh ramping dengan buah gundukan kembar masih terlihat sekal, serta bokong sintal super aduhai itu masih menggiurkan mata para brondong di luar sana.
Ia adalah Madu. Wanita karier super sukses yang sudah lama menjanda. Bisnis propertinya sudah memilki banyak anak cabang. Akan tetapi nasib dalam percintaan nya menyedihkan.
"Ahhh...Mmm!"
Sial!
Suara seksi orang yang bercinta di kamar sebelah itulah yang membuat Madu mengerang kesal di dalam kamarnya sendiri.
"Yes...ohh...Ahh... Faster, Sayang. Ah..."
"Meresahkan!"
Madu kembali mengumpat marah tatkala racauan orang bercinta itu semakin membuatnya gila setengah mati. Pasangan pengantin baru yang selesai ijab tadi sore sekarang melalukan malam pertama yang membuat Madu ikut becek di bawa pula, karena suara anak dan menantunya sangat tidak tahu keadaan. Kamar di rumah mewah itu memang tidak menggunakan kedap raungan. Jadi Madu semakin gila terpancing.
Ah, Tidak! Madu tidak akan kesal kalau laki laki yang sekarang menggagahi anak perempuannya itu adalah pria lain. Sungguh, ia tidak akan cemburu. Tetapi lain lagi ceritanya kalau pria itu adalah Royco. Pria brondong yang dulu pernah menjadi pemuasnya di ranjang.
Namun apa ini?
Royco ternyata kekasih anak nya-Markisa, yang sekarang menjadi suami putrinya yang baru bertemu dengannya karena ia dan Markisa pernah terpisah sejak baru pertama dilahirkan. Markisa tinggal bersama mantan suaminya yang sekarang sudah wafat. Sedang Madu membawa Adi-kembaran Markisa. Pembagian yang adil bukan?
Akan tetapi, Markisa kini tinggal bersamanya karena wasiat dari mantan suaminya. Sedang Adi saat ini di dalam penjara karena pernah memperkosa seorang gadis.
Oleh sebab itu, Madu awalnya senang akan kedatangan Markisa karena ia tidak akan sendirian lagi di rumah yang super duper sangat megahnya, jika hanya di tempati seorang diri. Akan tetapi setelah kenyataanya terbongkar, kalau Royco-Pria yang hebat dalam bercinta di ranjang, kini sudah sah menjadi milik Markisa, maka rasa ketidakrelaan pun muncul menggerogoti hati Madu.
Memang banyak pria di luar sana, tetapi bagi Madu, Royco seorang lah yang mampu membuat intinya terkoyak koyak ingin ditusuk lagi dan lagi. Tidak ada duanya pokoknya.
"Wk...wk...wkk..." Setan dalam hati Madu pun ikut tertawa, seakan mengejek Madu yang sedang kesal karena laki laki pujaan hatinya sedang bercinta bersama pasangan sah nya yaitu Markisa.
"Diaaaam! Memangnya siapa kau Berhak menertawakan ku sampai seperti itu?! Seru Madu seraya melihat lihat kesekelilingnya, seakan akan sedang mencari-cari sumber suara tertawa itu. Madu tidak tahu saja, kalau saat setan dalam hatinya lah yang sedang menertawakannya. Sengaja menggodanya hingga membuat Madu tersulut emosinya.
Dan disaat setan itu berhasil membuat Madu sangat marah, Tetiba setan itupun langsung muncul di hadapannya dengan menyerupai bentuk wajah yang sama dengan dirinya, namun dengan dua tanduk yang tumbuh di atas kepalanya yang ikut menghiasi. sehingga Madu pun langsung dibuat terkejut olehnya.
"Si--si--siapa kau? Ke--ke--napa wajah mu sangat mirip sekali dengan ku?" Madu tergagap, dengan mata itu tak berkedip.
"Kenapa Madu? Apakah kamu marah ha...? Apa kamu nggak rela, jika laki laki yang mampu memuaskan mu di ranjang, kini sedang bercumbu mesra dengan anakmu." Tanya setan itu, dengan nada mengejek.
"Iya! Aku sangat marah, dan aku juga tidak rela jika laki laki pemuas ku itu, sekarang sedang menggeluti tubuh anak ku. Seharusnya akulah yang ada di sana, akulah yang harusnya sedang bercumbu bersamanya, dan akulah yang berhak di puaskan oleh laki-laki itu. Bukan putri ku..." terang Madu dengan nada marah.
"Kalau mau mu seperti itu, tunggu apalagi...?" Tanya setan itu.
"Maksud kamu...?" Tanya Madu yang tidak mengerti akan ucapan setan itu.
"Rebutlah laki-laki itu dari tangan anakmu, dan pisahkanlah hubungan keduanya. Dengan itu, kamu bisa memiliki hak penuh bersama pria itu, dan nantinya kamu bisa berbuat seenak hatimu bersama laki-laki itu." Terang setan itu mencoba menyesatkan Madu dari pikiran warasnya.
Madu terlihat langsung terdiam, mencoba mencerna baik-baik akan ucapan sang setan yang mencoba menyesatkannya.
"Benar juga perkatan dari orang itu? Kenapa tidak aku rebut saja laki-laki itu dari tangan putri ku? Agar nanti... aku bisa kembali bercumbu mesra dengannya lagi. Secepat mungkin aku harus membuat Markisa hidup terpisah dengan Royco. Tak perduli lagi meskipun Royco pasangan sah dari putri kandung ku sendiri, yang terpenting aku bisa kembali merasakan sentuhan hangat dari tubuh laki-laki yang mampu membuat ku merasa puas saat bermain di atas ranjang." Batin Madu menyeringai evil.
"Jangan Madu!" Seru Suara yang tiba-tiba datang mencoba menahan Madu dari bujuk rayu setan jahat yang mencoba menggodanya.
Madu pun langsung terkesiap bangun dari lamunannya, dan mencari-cari sumber suara yang menahan keniatannya dalam merebut Royco dari putrinya.
Dan tiba-tiba setan baik yang juga menyerupai bentuk wajah Madu pun langsung hadir, persis di samping tempat berdiri dari setan jahat yang sedang menggoda Madu.
Sehingga setan jahat itu terlihat langsung menunjukan tatapan tidak sukanya akan kedatangan setan baik yang bisa saja menggagalkan dalam menyesatkan Madu.
"Jangan kau turuti perkataan dari setan jahat yang mencoba menyesatkan mu," pinta setan baik, seraya menatap sinis kearah setan jahat yang ada disampingnya.
Mendengar itu, setan jahat pun langsung tersenyum sinis kearah setan baik itu.
"Apa alasanmu? Sehingga kamu menahanku, untuk tidak merebut laki-laki itu dari putriku sendiri." Tanya Madu ingin tahu alasan dari setan baik itu.
"Justru karena dia putri kandungmu sendiri, dan karena dia darah dagingmu sendiri. Masa kamu tega menyakiti dengan mau merebut suaminya? Jangan kamu di butakan oleh nafs* sesaat, nafs* yang akan membawa hidupmu dalam kesengsaraan." Terang setan baik yang dengan lantang menyakinkan Madu agar tak tergoda oleh setan jahat.
"Ahhh...yessssss..." Suara orang bercinta kembali terdengar, saat Madu dalam keadaan bimbang oleh dua setan yang sedang menggodanya.
"Kamu dengar sendiri kan Madu? Apa kamu nggak ingin dibuat merintih seperti anakmu itu? di kamar sana, anakmu pun sampai di buat merintih keenakan oleh ketangguhan Royco. Anakmu sedang mengerang nikmat bersama Royco dalam pergulatan penuh nafs* bersamanya." Terang setan jahat seraya tersenyum sinis.
Mendengar itu, Madu langsung mengepalkan kedua tangannya. Setan jahat itu berhasil lagi dalam menyulut emosi Madu yang sempat meredup.
Sehingga membuat Madu pun langsung menjadi sangat marah sekali, dan langsung berteriak. "Tidakkkk, enyah kalian dari hadapan ku. Aku nggak mau lagi mendengar apa-apa lagi dari mulut kalian berdua."
Dua sosok halusinasi bayangan Madu itupun pergi.
Bab 2
Jam menunjukkan pukul setengah satu malam. Madu terlihat keluar dari kamarnya dengan gelas kosong di tangannya itu. Ia ingin ke dapur mengambil air minum.
Sampai di dapur. Ia dikejutkan oleh keberadaan Royco, menantunya itu sedang duduk santai di kursi meja makan seraya mengepulkan asap rokoknya.
"Uhuk... uhuk." Madu sengaja terbatuk batuk yang cuma dibuat-buatnya saja. Itu dia lakukan demi bisa menarik perhatian Royco.
"Eh... ma-maaf..." Royco baru sadar keberadaan Madu setelah mendengar batuknya yang mungkin tersebab oleh kepulan asap rokoknya. Ia merasa tidak enak hati. Canggung pun menyerangnya, karena bagaimanapun juga, dulu mertuanya itu pernah menjalin sebuah hubungan intim bersamanya, tanpa adanya komitmen apapun.
"Kamu belum tidur, Roy?" Tanya Madu, seraya menuangkan air minum kedalam gelas kosongnya.
"Belum Madu... eh ma-maaf maksud saya, Mamah." Jawab Royco yang seketika itu juga langsung menjadi salah tingkah. Lidah itu seakan belum terbiasa mengucap kata Mamah ke Madu yang sekarang telah menjadi ibu mertuanya.
"Uhuuk... uhuukk... " Sebutan Mamah membuat Madu terbatuk batuk sungguhan, karena dia tersedak air ketika mendengar Royco memanggilnya dengan kata Mamah.
Tentunya itu bukan sapaan yang diharapkan oleh Madu, karena hingga saat ini Madu masih enggan untuk merelakan, kalau Royco telah menjadi pasangangan sah dari putrinya. Sampai saat ini pun, Madu masih menaruh hati pada Royco, dan masih berharap lebih untuk bisa menjadi pemuas batinnya lagi.
Setelah berhasil menetralkan batuknya, Madu langsung berjalan ke tempat meja makan, dan langsung menarik kursi kemudian menaruh bokongnya tepat di hadapan tempat Royco duduk.
Madu langsung menatap intens mata Royco saat berhadap-hadapan dengannya. Akan tetapi, tatapan matanya yang mungkin bermakna aneh bagi Royco, pria itu lebih memilih melengos dan langsung menunduk, untuk melihat kearah bawah sana.
"Roy, bisakah kamu jangan memanggilku dengan sebutan kata Mamah lagi!" Pinta Madu seraya meraih tangan Royco untuk digenggamnya.
Deg...
Royco langsung mengangkat pandangannya ke Madu, lalu tertuju ke genggaman tangan Madu. Jantungnya pun seketika ingin lepas dari tempatnya, karena amat terkesiap saat Madu yang kini menjadi ibu mertuanya, terkesan frontal tanpa segan dan berani sekali menggenggam telapak tangannya penuh arti.
Tersadar kalau kontak fisik yang penuh arti itu salah, Royco pun dengan cepat, berusaha menarik tangannya. Takut Markisa, istrinya melihat dan berujung ada kesalahpahaman.
Namun, semakin Royco ingin melepaskan genggaman tangan dari Madu, semakin kuat pula Madu menggenggam tangannya.
"Kenapa Roy... ? Kenapa sekarang kamu tidak ingin lagi dipegang oleh ku?" Tanya Madu ingin penjelasan dari Royco. Wajahnya memelas agar Royco memberi perhatiannya.
"Jangan begini!" Royco menghentakkan tangannya dengan kasar dari genggaman Madu hingga terlepas.
"Mengapa, Roy."
"Ini salah! Sekarang kamu itu adalah ibu mertua ku. Aku ini sudah menjadi suami yang sah dari Markisa, tak pantas kamu bersikap seperti itu pada suami anakmu sendiri." Terang Royco tegas.
"Ta--tapi, aku masih sangat mencintaimu Roy. Aku ingin bisa seperti dulu lagi." Ujar Madu dengan memelas berharap Royco mau menerimanya.
"Maaf... aku nggak bisa! Dulu hanyalah masa lalu yang tak pantas untuk diungkit lagi. Sekarang aku adalah suami Markisa dan akan tetap menjadi suaminya, meskipun ibu kandungnya sendiri berniat untuk mengusiknya dengan menjadi pelakor dalam rumah tangga nya." Sindir Royco kepada Madu seraya mata itu melihat sinis ke arah Madu.
Degg....
Seketika itu juga hati Madu terasa sakit, bak ditikam-tikam menjadi ribuan bentuk. Saat orang yang dicintainya menyindirnya dengan sebutan pelakor.
Air mata itupun langsung menggenang memenuhi seluruh sudut matanya, dan tak lama bulir-bulir air bening itu jatuh tanpa permisi membasahi pipi Madu, karena betapa menyakitkan perkataan Royco terhadapnya.
"Pelakor...? Kamu menyebutku dengan kata itu, Roy? Apakah aku sampai serendah itu dalam pandanganmu, hiks...?" Madu bertanya dengan wajah memelas serta isakan pilu nya. "Salahkah jika diri ini terlalu menginginkanmu, hiks...?" Sambung Madu seraya mengusap air matanya, yang tak henti-hentinya terus mengalir membasahi kedua pipinya.
Royco tampak tak bergeming melihat Madu yang lagi menangis, dia pikir itu cuma akal-akalan dari Madu saja, agar membuatnya merasa iba.
Ck... Modus, jangan harap aku akan iba melihat kamu menangis. Aku tahu kalau kamu itu hanya berpura-pura, supaya mendapat simpati dari saya kan? Dalam hati, Royco berbicara.
Royco tidak tahu kalau Madu sedang menangis sungguhan, air mata yang di keluarkan oleh Madu itu bukanlah air mata buaya, melainkan air mata kesedihan karena merasa ditolak.
"Hari sudah mau pagi, aku harus pergi tidur sebelum Markisa tersadar kalau aku tak ada di dekatnya saat bangun nanti, permisi." Ijin Royco yang kemudian beranjak pergi dari hadapan Madu.
Merasa tidak puas karena tak berhasil membuat Royco menerima keinginannya, dengan cepat Madu langsung menghalangi langkah Royco.
"Jangan harap kamu bisa semudah itu pergi dariku, Roy." Madu menghalangi langkah Royco dengan berdiri di hadapannya seraya merentangkan kedua tangannya.
"Mau apa lagi kamu? Belum cukup jelaskah penolakanku itu, ha?!" ujar Royco tegas.
"Nggak Roy, dalam kamus ku nggak ada kata penolakan. Aku akan terus mengejar-ngejarmu sampai dapat, tak perduli meskipun caraku itu akan melukai hati Markisa, hati anak kandung ku sendiri." Ancam Madu.
Mendengar itu, Royco hanya sanggup geleng-geleng kepala karena demi mendapatkan kepuasan sesaat ibu mertuanya, wanita itu harus rela merendahkan diri sendiri.
"Madu... Madu. Ibu macam apa sih kamu itu?" Royco tersenyum miring, saat melihat Madu yang sudah kehilangan akal sehatnya.
Tak menghiraukan ancaman Madu, Royco pun terus melangkah mencoba menerobos halangan yang di lakukan oleh Madu.
Namun, bukannya lepas dari hadangan Madu, Royco malah terjebak dalam pelukan Paksa yang dilakukan oleh Madu dari arah belakang.
"kena kamu, Roy. Aku tidak akan melepaskan pelukan ini," kekeuh Madu seraya memeluk dengan kuat-kuat tubuh bagian belakang Royco.
Sontak, membuat Royco kaget bukan kepalang, sikap ibu mertuanya begitu sangat frontal yang tetiba saja berani memeluknya dari belakang.
Royco pun tak tinggal diam atas perbuatan yang dilakukan oleh ibu mertuanya itu, dengan terus meronta-ronta mencoba lepas dari belenggu tangan Madu yang terus menjeratnya.
"Lepaskan aku! Apa yang kamu lakukan? Kamu sudah gila, yah?" Tanya Royco bertubi-tubi seraya terus melepaskan tangan Madu dari tubuhnya.
"Coba saja kamu lepas sendiri pelukan ini jika kamu bisa!" Tantang Madu.
Ceklek...
Lampu dapur pun tetiba menyala terang benderang, dan dengan kompak Royco serta juga Madu langsung dibuat melongo saat melihat seorang wanita yang menyalakan lampu itu.
Dengan cepat Madu pun langsung melepaskan dekapannya pada tubuh Royco, dan langsung bertingkah seolah-olah tidak ada yang terjadi barusan.
"Ma-maaf, Nyonya."
Seorang wanita ART di rumah Madu, tergagap. Ia tidak sengaja melihat Royco dan Madu yang sedang berpelukan.
Jelas, Madu merasa terganggu oleh ARTnya. Gara-gara kedatangannya yang tidak tepat, Royco jadinya lepas malam ini dari godaannya.
Royco berlalu cepat dari Mertua dan ART itu. Dalam hatinya, ia merasa tertolong oleh kedatangan Bi Nani, ART yang baru berkepala tiga puluhan umur nya.
Sedang Madu, ia berdiri kesal pada ART nya yang menunduk takut padanya.
"Bi Nani, kalau masih ingin gaji dan pekerjaan dariku, maka kejadian tadi jangan sampai terbongkar ke Markisa. Paham!" Madu mengintimidasi ARTnya.
"I-iya, Nyonya. Saya akan tutup mata dan telinga. Apapun yang bukan urusan saya maka saya tidak akan bertingkah," sahut ART itu dengan tergagap.
"Bagus! Itu lebih baik. Karena ingat... kalau Markisa sampai tahu, maka keluargamu di kampung tidak akan dapat uang bulan ini dari saya."
Setelah mengancam, Madu pun berlalu pergi dari dapur itu.
"Ini adalah rumah ku! Jadi, segela sesuatu di dalamnya adalah milikku, termasuk menantu bin mantan brondong ku. Dan akan menjadi pemuas ku kembali. Lihat saja nanti!"
Otak jernih Madu sudah di selimuti bisikan setan yang hanya peduli pada hasrat terlarangnya saja, tanpa peduli dengan perasaan Markisa kalau sewaktu waktu terbongkar kebiasaan buruknya.
Gubrakk...
Setelah sampai ke kamarnya, Madu pun menutup daun pintu dengan sangat kasar karena, merasa kesal Royco berhasil lepas dari pelukannya.
Dengan menunjukan rasa frustasinya, Madu langsung membanting tubuhnya ke atas bed. Tidur terlentang menghadap langit langit kamarnya.
Pikirannya menerawang jauh, otak jernih nan pintarnya dalam menyangkut pekerjaan, kini sangat buta nan gelap yang selalu di hantui nama Royco dan hasrat memuncaknya untuk menantunya itu.
Terbesit, puzzle demi puzzle kebersamannya bersama Royco, ketika beberapa kali memadu cinta bersamanya.
"Ah, shiit! Tubuhku malah panas dingin sendiri!" Madu mengerang kesal. Bisa bahaya nanti bagi kewanitaannya yang mulai berkedut karena fantasinya di waktu itu bersama Royco menari nari di otaknya yang sudah terkontaminasi diri sendiri.
Akan hal itu, Madu memaksa tidur matanya yang sebenarnya belum ngantuk. Tetapi, beberapa menit kemudian matanya sudah mulai berat dan akhirnya terpulas. Namun sialnya, rasa penasaran akan Royco yang begitu menggebu-gebu, membuat Madu sampai kebawa mimpi.
Dalam mimpinya, mata Madu disuguhkan sebuah ranjang yang dilengkapi kelambu putih yang menjuntai apik, dengan beberapa bunga bunga khas seperti kamar pengantin.
Lebih lebih, di sudut sudut kamar terlihat lilin lilin cantik menerangi kamar yang lampunya sengaja diremang-remangkan. Satu kata untuk kamar yang entah milik siapa itu, yaitu ROMANTIS.
"Wow... kamar siapa ini? Dan bayangan orang itu, siapa yang ada di dalam ranjang itu?" Madu yang terkagum-kagum, dan penasaran tentang sosok bayangan yang nampak dibalik tirai kelambu segera melangkah. Mengikis jarak ke ranjang tersebut. Lalu menghela kelambu itu, sehingga orang yang ada di dalamnya terlihat sudah oleh penglihatannya.
"Royco... ?" Madu terkejut dengan bola mata itu langsung membulat tertuju pada inti tubuh Royco yang sudah mengacung sombong.
Royco pun kini sedang melambainya untuk naik ke kasur.
Bagai kerbau yang dicucuk hidungnya, Madu segera saja menurut tanpa canggung duduk di sisi Royco yang berpose seksi tanpa menggunakan sehelai busana pun. Inilah yang diinginkan oleh Madu. Bercumbu mesra bersama Pria yang didamba-dambanya. Main sampai pagi, siang, sore dan lanjut malam lagi ya hayo. Madu akan rela melebarkan kedua jenjang kakinya demi bisa Royco tusuk-tusuk kewanitaannya.
"Roy, hal inilah yang aku tunggu-tunggu darimu. Sekarang puas kan aku Roy, agar rasa dahagaku akan cumbuan mesramu terhapuskan." Pinta Madu seraya tangan nakal itu, meraba lembut dada bidang milik Royco.
Royco pun langsung tersenyum seraya tangan itu memegang kedua bahu Madu, untuk menuntunnya agar duduknya saling menghadap.
"Kamu sudah siap untuk aku puaskan, Madu?" Tanya Royco dengan tangan itu masih memegang kedua bahunya.
Madu langsung mengangguk setuju, dengan mata itu terlihat berharap sekali, dan dia pun langsung berkata kepada Royco, "Seratus persen aku sudah sangat siap Roy, karena 'punyaku' hanya untuk kamu seorang."
Setelah itu Madu langsung memejamkan kedua matanya, seraya memasang bibir sensualnya untuk Royco pagut. Siap empat lima!
Royco pun langsung menyentuh lembut tengkuk Madu, sehingga membuat Madu terlihat menggeliat, karena seketika itu hasrat kewanitaannya langsung memuncak. Oleh sebab itu, mulutnya reflek langsung mengerang lirih. "Ahhh...hmmmpt..."
Melihat Madu siap dengan posenya, Royco mulai mendekatkan bibirnya dengan bibir Madu. Setelah itu, Royco tanpa ragu langsung memagut bibir itu,
hingga mereka berdua pun saling bertukar saliva.
Sambil terus membelit lidah, dengan perlahan Royco menuntun tubuh Madu hingga terbaring terlentang di atas bed.
Chups... chups... chups...
Dengan penuh rakusnya, mereka berdua terus bertukar saliva. Terlihat juga tangan Royco memainkan gundukan kenyal, kokek kokek balonku ada dua itu yang menempel di dada Madu.
"Ahhh... hmmmpt... yes, baby... " Madu terlihat langsung mendongak ke atas, disertai racauanya saat gundukan kembarnya di r*mas lembut oleh Royco.
Bosan dengan itu, Royco kembali menarik tubuh Madu hingga terduduk, berharap dengan itu, dia bisa mudah melepaskan kain yang masih membungkus tubuh Madu.
Setelah tubuh Madu dalam keadaan polos seluruhnya. Royco kembali memainkan gundukan bukit kembar itu, menggunakan tangan dan sesekali menyesapnya dengan lidah.
"Hmmmpt... enak Roy... " racau Madu dengan tangan itu, semakin erat mendekap kepala Royco menempel di dadanya.
Gedubrakkk...
Madu dengan tiba-tiba saja terjatuh ke lantai, bersama dengan bantal guling yang dalam dekapanya.
"Auww! Bokong ku sakit sekali," pekiknya yang kesakitan. "Loh kok, bukanya saya tadi sedang bersama Royco? Kemana Royco? Dan kamar yang indah itu... kenapa kamar itu berubah menjadi kamar ku sendiri? Apa tadi aku hanya bermimpi yah?" Sambung Madu yang terlihat terheran-heran.
"Ah, sial! Ternyata cuma mimpi. Huuffft, coba saja saya tidak terjatuh. Mungkin aku sudah bisa di puaskan oleh Royco. Yah meskipun cuma dalam mimpi tapi setidaknya, aku bisa kembali merasakan tusukan-tusukan liar dari pusakanya." Gumam Madu tersenyum mesum, seraya memeluk guling.
Tersadar Madu pun langsung berdiri, dan ia pun langsung melemparkan bantal guling ke atas bednya.
Gubrakk...
Madu langsung membanting tubuhnya ke atas bed, sambil menatap langit-langit kamarnya, Ia pun membayangkan kembali tentang mimpi basahnya bersama Royco.
"Royco... Royco... kenapa dirimu bisa membuat ku begitu sangat menggilaimu?" racau Madu yang tidak mengerti dengan perasaan yang dialaminya terhadap Royco.
"Ah, sudahlah. Lama-lama juga, Royco pasti mau kok untuk aku ajak lagi bermain di ranjang. Secara laki-laki mana sih yang tak tergoda? Jika aku membuka paha ku." gumamnya sangat percaya diri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!