Rendra dan Bram,dua orang sahabat yang sudah bersama sejak masa puber hingga usia menua, selain seumuran, rumah mereka juga hanya berbatas tembok. Semua bermula sejak orangtua mereka secara bersamaan pindah di perumahan yang sama saat mereka berdua baru lulus Sekolah Dasar. Lalu mereka memutuskan daftar di SMP yang sama, kemudian membuat hura-hura dan belajar di STM yang sama. Kuliah teknik otomotif di Universitas yang sama dan bersama-sama membangun usaha Bengkel yang mempunyai beberapa cabang di kota-kota besar di Indonesia raya. Banyak yang kagum dengan persahabatan mereka yang luar biasa, saling mendukung saling menjaga sudah lebih dari saudara.
Bahkan untuk urusan asmara pun, mereka memutuskan menikah di hari yang sama, dan keajaiban Tuhan semakin menyempurnakan kebersamaan mereka saat mentakdirkan istri-istri mereka juga hamil bersamaan. Usia kehamilan keduanya hanya selisih dua minggu.
* * *
Hari ini 31 Desember, menjelang pergantian tahun, Naomi istri Bram terlihat bersusah payah membawa nampan yang berisi makanan-makanan lezat. Malam ini akan ada pesta kecil-kecilan untuk menyambut malam tahun baru dengan seluruh karyawan PT. Sahabat Sejati, milik Bram dan Rendra. Walaupun berstatus istri 'bos', Naomi tidak segan untuk turun tangan membantu. Bahkan sudah dari pagi, Naomi tampak sangat antusias, dia tidak ingin ketinggalan pesta kembang api.
Perut Naomi yang besar dan tampak sudah turun. harusnya dua hari yang lalu sudah HPL. Tapi Naomi bersikukuh tidak mau ke dokter, alasannya sangat konyol. Naomi tidak ingin ketinggalan acara malam pergantian tahun dan pesta kembang api.
Walaupun dia merasakan nyeri di punggung bawah hingga ************ yang menandakan saat persalinan semakin dekat. Tapi, Naomi mengabaikannya karena seperti beberapa hari yang lalu saat dia ke dokter, dokter mengatakan itu hanyalah kontraksi palsu.
Tiba-tiba, Naomi merasakan perutnya sangat mulas. Rasa mulas ini awalnya muncul dua kali dalam 10 menit. Frekuensi makin sering hingga menjadi 3-4 kali dalam 10 menit. Durasi mulas juga semakin lama, dari awalnya 30-60 detik menjadi 60-90 detik. Perasaan mulas terdapat di atas perut hingga merambat ke pinggang.
Rasa mulas yang hilang timbul ini kemudian menyebar di seluruh area perut diikuti keluarnya lendir bercampur darah, yang menandai kesiapan bayi dilahirkan dan persalinan dilakukan.
Bram dengan dibantu beberapa karyawan lalu bergegas membantu Naomi menuju ke mobil lalu dibawa ke rumah sakit. Jam menunjukkan pukul 17.30 saat bayi laki-laki Naomi dilahirkan dan diberi nama Sandyakala.
* * *
Rendra dan istrinya, Mikha baru sampai di tempat acara malam tahun baru sekitar jam tujuh malam karena seharian ini Mikha tidak bisa menahan rasa kantuknya. Beda dengan Naomi yang tampak sehat dan aktif walau hamil tua, Mikha cenderung sering merasa lelah dan teler. Bagaimana tidak, selama tujuh bulan kehamilannya, Mikha masih sering mual dan muntah. Rasanya, Mikha ingin tidur sepanjang masa. Hari ini saja, Mikha tidur pukul 11 siang, bangun sebentar untuk makan lalu kembali tidur lagi dan terbangun jam 4 sore. Butuh waktu lama untuk bersiap-siap, sampai akhirnya mereka adalah orang terakhir yang hadir di acara.
Melihat kehadiran Rendra dan Mikha, Santi sang Manajer bergegas menghampiri mereka
"Maaf Pak Rendra, Pak Bram dan Bu Naomi sekarang berada di Rumah Sakit, karena Bu Naomi melahirkan. Info dari Pak Santo sopir, bayinya laki-laki lahir jam setengah 6 tadi" Jelas Santi
"Kita susul Naomi aja mas ke Rumah Sakit" ajak Mikha tidak sabar. Rendra menganggukkan kepala tanda setuju, kemudian berkata kepada Santi "Tolong Bu Santi atur jalannya acara malam ini ya, saya harus menyusul Pak Bram ke Rumah Sakit"
"Baik, Pak" kata Santi sambil menunduk.
Rendra dan Mikha kemudian bergegas ke area parkir lalu melaju ke Rumah Sakit. Sesampainya di Rumah Sakit, berbekal informasi dari meja Customer Service, Rendra dan Mikha berhasil menemukan ruang inap Naomi. Sandyakala baru selesai menyusui dan tampak tertidur pulas
"Hai Ganteng, kesayangan Bunda Mikha" sapa Mikha sambil berdiri di samping box bayi sementara Bram dan Rendra seperti tak habis-habisnya berpelukkan dan saling menepuk pundak.
"Selamat jadi papa, Bram" ucap Rendra
"Kamu juga sebentar lagi Ren" balas Bram.
Keduanya saling mengembangkan senyum.
"Gimana Naomi? Sehat?" tanya Mikha
"Luar Biasa neng, udah ga karuan rasanya, tapi yang paling puncak ya rasa bahagia pas udah lihat dan gendong Sandy" jawab Naomi
"Oh...Si Ganteng namanya Sandy?" kata Mikha sambil tersenyum.
"Iya,Sandyakala. Kata papanya Sandyakala itu artinya cahaya merah saat senja" terang Naomi
"Iya, kan lahirnya pas senja-senja. Coba lahirnya subuh, Fajar lah namanya," balas Bram
"Kalau lahirnya tengah hari?" canda Rendra
"Sunny lah namanya" imbuh Naomi.
Lalu mereka tertawa bersama.
Mereka berempat sangat senang, lalu bercerita banyak hal. Sesekali mereka tertawa kecil, sampai saat seorang security datang dan memperingatkan mereka bahwa jam besuk sudah selesai. Rendra dan Mikha lalu berpamitan pulang.
"Pulang dulu ya Naomi,besok aku ke sini lagi. Uuhhh,belum pergi aja sudah kangen sama Sandy" ucap Mikha sambil memandang gemas ke Sandy yang tertidur pulas.
"Oke, hati-hati ya Mik, kamu jaga kesehatan ya" balas Naomi sambil mengelus-elus perut Mikha.
Setelah cipika-cipiki, Rendra dan Mikha lalu beranjak pulang.
...****************...
Pagi ini seperti biasa, Mikha bangun tidur, cuci muka dan gosok gigi. Kemudian jalan-jalan keliling kompleks dengan bertelanjang kaki. Supaya acara jalan kakinya santai dan bisa lebih menyenangkan, Mikha memilih waktu dan tempat yang tepat. Untuk waktu, Mikha biasanya melakukannya saat udara belum terlalu panas dan sinar matahari pun belum terlalu terik, yaitu antara pukul 5.30 – 7.00 pagi. Sementara, untuk lokasinya Mikha memilih tempat yang menawarkan udara segar di lokasi yang sejuk dengan banyak pepohonan. Praktisnya, pekarangan atau taman di sekitar rumah. Agar kegiatan ini terasa lebih menyenangkan Mikha meminta Rendra untuk menemaninya berjalan santai. Karena pagi ini Tahun Baru, masih terlihat sisa-sisa perayaan semalam. Terlihat lumayan kotor.
"Nanti jadi belanja?" tanya Rendra
"iya, kemarin untuk kebutuhan hariannya belum dibeli, kayak pospak, minyak telon, sabun mandi. Sekalian cariin kado buat Sandy" Jawab Mikha sambil sesekali mengelus-elus perutnya dan merasakan gerakan bayinya "Nanti jenguk Naomi sama Sandy sekalian ya Mas" lanjut Mikha
"Kemarin itu Bram bilang, kemungkinan hari ini mereka sudah boleh pulang, Kan Ibu dan bayi sehat" jelas Rendra
"Oh, kalau begitu, lihat nanti. Kalau sudah pulang, berarti kita langsung ke rumahnya Mas" ajak Mikha penuh semangat.
Saat perjalanan pulang, mereka mampir ke gerobak bubur ayam langganan mereka di ujung jalan kompleks perumahan tempat mereka tinggal. Sesampainya di rumah, mereka mencuci kaki dan tangan lalu menyantap sarapan dengan bubur ayam tadi. Tidak lupa Rendra membuatkan segelas susu hangat untuk Mikha dan secangkir kopi yang nikmat untuk dirinya.
Tiba-tiba perut Mikha terasa sakit. Sakit yang dia alami mirip dengan kram hebat saat menstruasi. Kadang dia merasa mulas seperti mau BAB, bahkan sampai melilit seperti sedang diare. Mikha lalu ke kamar kecil namun keluar lendir mirip keputihan yang kental. Tanpa menunggu lama, Mikha bergegas memberitahu Rendra dan mereka segera meluncur ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Mikha bertemu dengan perawat yang bertugas dan menceritakan semua yang dia rasakan. Karena dokter kandungan sedang membantu proses melahirkan pasien lain, Mikha lalu dibantu oleh bidan yang bertugas. Menurut keterangan bidan Mikha mengalami tanda pembukaan satu atau pertama pada saat proses persalinan atau melahirkan mulai.
"Nggak mungkin Bu, HPL saya masih 2 minggu lagi" kata Mikha seolah tak percaya.
"Waktu melahirkan bisa bergeser dari HPL ibu, itu tidak apa-apa." jawab bidan berusaha menenangkan Mikha
Mikha lalu dipindah ke ruang bersalin. Pagi itu, Mikha melahirkan bayi perempuan yang sangat cantik.
Setelah dirawat dan diobservasi, Mikha dan bayinya yang dinyatakan sehat dipindah ke ruang rawat inap. Tidak berselang lama, muncullah Bram, Naomi dan Sandyakala yang ternyata bersiap-siap untuk pulang.
"Syukurlah, persalinan berjalan lancar. Ibu dan bayi sehat semua, biarpun di luar dugaan" Sapa Naomi dengan senyum bahagia.
"iya ni Naomi, padahal perkiraannya kurang lebih dua minggu lagi, eh, si cewek sudah nggak sabar mau ketemu Sandy. Padahal ada beberapa perlengkapannya yang belum aku beliin" kata Mikha penuh semangat.
"Sayang, boleh nggak kalau minta tolong Bram yang kasih nama? Bram ini pasti punya stok nama yang bagus" Izin Rendra ke Mikha.
"Kasih nama Arunika aja, artinya cahaya matahari pagi setelah terbit" Jelas Bram
"Bagus namanya, Arunika, Nika! Nika! Hampir sama dengan nama Bunda, Mikha Nika Mikha Nika" celoteh Mikha sangat senang.
Lalu mereka berjanji untuk bertemu di rumah, pulanglah Bram, Naomi dan Sandyakala.
Seorang gadis memakai seragam SMP berlari kecil mengikuti langkah laki-laki muda di depannya yang terlihat berjalan santai namun dengan langkah yang lebar. Gadis dengan rambut ikal yang terurai cantik itu tampak bersungut-sungut sambil sesekali menatap laki-laki itu dengan tatapan kesal. Tiba-tiba laki-laki itu menghentikan langkahnya. Berdiri dengan gagah sementara tangan kirinya dimasukkan ke dalam saku celananya dan tangan kanannya menenteng tas sekolah.
"Sandy!" kata gadis manis itu setengah berteriak
"Arunika!" Balas Sandyakala dengan lirikan mata dan senyum jahilnya.
"Kenapa berhenti? Nanti bisa telat" kata Arunika sewot
"Kan nunggu angkotnya di sini Nika" jawab Sandy sangat santai.
"Apa? Nggak salah?" tanya Arunika heran
"Nggak," jawab Sandyakala sangat-sangat santai.
Arunika lalu menarik napas panjang lalu menghembuskan perlahan, tangannya lalu diletakkan di dahi sambil memijat keningnya perlahan. Dia memejamkan mata menikmati kesemrawutan pagi ini.
"Sand, kalau naik angkot nanti berhentinya lama di dekat pasar, nungguin penumpang penuh baru jalan lagi. Kan bisa telat" Kata Arunika satu per satu sambil menahan amarah yang rasanya sudah di ubun-ubun.
"Cerdas dikit dong Nika, nanti kita turun di dekat pasar, jalan dikit ke halte, kita oper bus kota" balas Sandyakala sambil tangan kanannya melambai ke arah jalan dan memberhentikan angkot.
Sandyakala lalu menarik tangan Arunika memaksanya masuk ke dalam angkot. Arunika mengikuti dengan emosi yang sudah di tidak tertahankan lagi.
"Ngapain juga kita kayak gini? Kan kalau ikut bunda nggak bakal seribet ini," Arunika mulai mengomel.
Sandyakala hanya memandang ke arah luar jendela, seolah tidak menghiraukan Arunika. Dalam hati, Sandyakala tertawa puas. Memang dari kemarin Sandyakala berniat mempermainkan Arunika dengan mengajak Arunika naik angkot ke sekolah. Sandyakala tau, Arunika pasti tidak tenang karena khawatir mereka akan terlambat.
"Nika!" Panggil Sandyakala setengah berbisik
"Apa ?!" Jawab Arunika ketus
"Tetap panik jangan tenang." Goda Sandyakala yang kemudian menutup mulutnya sambil tertawa tertahankan sehingga semua badannya berguncang.
Arunika hanya melirik sebel ke arah Sandyakala. Kalau tidak ditempat umum, pasti Arunika sudah menghujani Sandyakala dengan cubitan atau pukulan. Tapi Arunika hanya memilih diam, berusaha membendung air matanya. Arunika sangat-sangat khawatir terlambat. Dalam hatinya menyesal sudah menyetujui ide Sandyakala yang konon katanya mau belajar mandiri dan merakyat. Berangkat sekolah tanpa diantar mama Naomi atau bunda Mikha. Dan anehnya lagi, kedua orang itu semudah itu menyetujui dan meloloskan keinginan Sandyakala yang nyatanya sangat merepotkan bagi Arunika. Entahlah, Sandyakala selalu punya seribu cara dan segudang kata-kata manis yang membuatnya selalu berhasil merayu kedua wanita itu. Sehingga di mata Arunika, apapun yang Sandyakala inginkan selalu bisa didapatkannya.
"Ayo turun," kata Sandyakala sambil menarik tangan Arunika saat angkot menepi dan berhenti di depan pasar. Sandyakala terus memegang tangan Arunika dan berlari kecil mengejar bus yang hampir tiba di halte. Arunika hanya diam sambil mengikuti langkah kaki Sandyakala yang berlari semakin cepat dan terkesan menarik-narik tangan Arunika.
"Sandy, pelan-pelan. Nika hampir jatuh!" teriak Arunika.
Dan baru saja Arunika menyelesaikan kalimatnya, Arunika menginjak tali sepatunya sendiri lalu terjatuh. Untung saja tangan kirinya masih dipegang Sandy sehingga Sandy bisa menahan Arunika yang masih berdiri di atas kedua lututnya. Sandyakala lalu membantu Arunika berdiri. Lutut Arunika lecet, rasanya perih.
"Nika, tali sepatu diikat yang benar dong" Kata Sandyakala sambil jongkok melihat lutut Arunika yang lecet serta membantu mengikat tali sepatu Arunika yang terlepas.
"Pulang aja lah Sand, nggak usah sekolah" Arunika mulai putus asa. Matanya mulai berkaca-kaca.
"Nika, biar lambat asal selamat" canda Sandyakala mencoba menghibur Arunika sambil memapah Arunika naik ke bus.
"Selamat apanya?" jawab Arunika mulai sewot
"Selamat Pagi!" jawab Sandyakala setengah berteriak.
"Sempat-sempatnya bercanda pas Nika apes" kata Arunika semakin emosi dengan ulah Sandyakala.
Sandyakala terus tertawa cekikikan. Hatinya merasa senang bisa terus memancing emosi Arunika.
Begitu menginjakkan kaki di gerbang sekolah, bel tanda masuk berbunyi. Arunika bernapas lega karena ternyata mereka tidak terlambat. Mereka berjalan menuju ke kelas tapi Sandyakala hanya meletakkan tasnya di atas meja lalu pergi keluar tanpa berkata apapun pada Arunika. Namun tidak berapa lama kemudian, Sandyakala kembali ke kelas sambil membawa kotak P3K lalu mengobati lutut Arunika yang terluka. Semua mata di kelas itu terpusat ke arah mereka. Selesai memasang plester, Sandyakala lalu menepuk bagian yang sudah diplester dengan sedikit keras lalu berlari kembali ke tempat duduknya sambil tertawa menghindari omelan Arunika.
"Sandy itu sepupumu atau hanya tetanggamu?Kalian itu lho akrab banget" ucap sahabat Arunika, Kendra yang hampir tiap hari menanyakan hal yang sama setiap kali bertemu dengan Sandyakala.
"Masa iya aku harus siaran ulang terus, Ken?" protes Arunika.
"Iya, bapak kalian sahabatan, lalu menikah di hari yang sama dan kalian lahir hanya selisih semalam saja dan sejak lahir sampai detik ini kalian masih bertetangga" jelas Kendra.
"hmmm," Arunika mendehem tanda menyetujuinya.
"Kayaknya asyik juga ya, Nik. Bersama terus dengan orang yang sama. Jadi dia itu sudah mengerti kita. Paham betul dengan diri kita, ya nggak sih? Kita saja yang kenal 3 tahun ini sudah nyaman betul, apalagi yang kenal dari lahir, dari dalam kandungan malahan wow, it's so amazing Nik," oceh Kendra.
"Amazing nenekmu! Sandy itu lho, selalu cari gara-gara. Dia itu senang banget kalau aku sewot. Itu orang otaknya iseng banget" Balas Arunika dengan semangat menggebu-gebu.
"Kadang memang begitu Nika, bagi kalian biasa-biasa saja, tapi banyak yang pingin seperti kalian." sambung Kendra.
Belum sempat meneruskan kata-katanya, Ibu Lusi, guru mereka sudah berjalan dengan anggunnya memasuki ruang kelas. Semua siswa bersiap-siap memulai pelajaran pagi ini. Arunika terperangah saat membuka tasnya. Kepanikan mulai mengisi kepalanya, jantungnya mulai berdebar, buku PR nya tidak ada di dalam tasnya, terakhir kali dia memegang buku itu saat mengerjakan PR di rumah Sandyakala. Dalam hati Arunika mulai menyalahkan Bundanya, kalau saja Bunda Mikha tidak terus menerus memintanya belajar dan mengerjakan PR bersama Sandyakala, pasti bukunya tidak akan tertinggal. Tapi di satu sisi dia juga menyalahkan diri sendiri, karena pada faktanya, kalau tidak diajari Sandyakala, Arunika tidak mungkin bisa menyelesaikan PR nya. Saat otaknya diisi debat dengan dirinya sendiri, tiba-tiba seseorang memukul lembut kepalanya dengan buku. Saat mendongakkan kepala, terlihat muka jahil Sandyakala dengan senyumnya yang memamerkan sepasang lesung pipinya.
"Panik ya?" ejek Sandyakala
"Makasi" kata Arunika sambil menarik bukunya dengan kasar.
Dalam hati Arunika merasa lega. Biarpun selalu menganggu dan menjahilinya. Sandyakala memang selalu jadi penyelamat dan penolong Arunika yang memang cenderung ceroboh dan gampang panik.
"Sandy, sedang apa di situ? Ayo kembali ke mejamu" tegur Bu Lusi melihat Sandyakala yang memang cenderung semaunya sendiri.
"Baiklah, Bu" jawab Sandy lalu berjalan kembali ke mejanya.
"Enak ya kamu, ada teman ngerjain PR, aku kemarin pusing, susah banget" Kata Kendra setengah berbisik ke arah Arunika.
"Ssstttt!" balas Arunika sambil meletakkan telunjuknya di bibir dan pelajaran pun di mulai.
Tapi dalam hati Arunika bersyukur ada Sandyakala yang membawa bukunya, yang selalu menjadi penolong di saat-saat darurat seperti ini. Selalu begitu, Sandyakala selalu membantu Arunika dan selalu ada untuk Arunika setiap kali Arunika membuat masalah dengan kecerobohan dirinya sendiri. Walaupun sebenarnya Sandyakala lebih sering membuat hati Arunika geram dengan tingkah usilnya. Ada saja kelakuan Sandyakala yang membuat Arunika kesal namun kalau diingat-ingat lagi, itu sebenarnya sangat lucu dan menghibur.
Seperti saat ulangtahun Arunika yang kelimabelas, Sandy memberi Arunika kado yang dibungkus dengan kertas kado bergambar Hello Kitty, karakter kesukaan Arunika. Dengan gembira, Arunika lalu membuka kado tersebut yang ternyata ada tulisan yang berisi '15 tahun sudah kita bersama dan masih akan ada tahun-tahun berikutnya' dan masih ada bungkus kedua. Arunika membuka bungkus kedua, ada tulisan berikutnya 'Tahun ke-14, Nika sedih karena aku mengguyurkan seember air, padahal Nika memakai gaun yang indah'. Ada bungkus lagi dan kertas ucapan ketiga yang tertulis 'Tahun ke-13 Nika kaget karena aku meniupkan terompet tepat di telinga Nika' tulisannya berikutnya 'Tahun ke-12 Nika sakit panas jadi aku tidak tega mengerjai Nika', membuka bungkus lagi dan menemukan tulisan 'Tahun ke-11 Nika ulangtahun di desa, akunya nggak diajak. Tega nian!'. Arunika mulai tersenyum dan semangat membuka bungkus berikutnya dan menemukan tulisan lagi yang isinya 'Tahun ke-10 Nika dapat boneka Hello Kitty yang besar dan aku membawanya pulang'. Arunika mulai tertawa, Arunika teringat saat itu Arunika marah besar dan mendiamkan Sandyakala. Tiga hari kemudian, Sandyakala mengembalikan bonekanya beserta gantungan kunci Hello Kitty sebagai permintaan maaf. Arunika lalu membuka bungkus berikutnya dan ada tulisan 'Tahun ke-9 Kita ke pantai melihat matahari tenggelam, itu saat ulangtahunku' Dan Arunika terkenang lagi bagaimana sulitnya membangunkan Sandyakala keesokkan paginya dengan alasan Sandyakala tidak ingin merayakan ulangtahun Arunika. Tawa Arunika semakin menjadi, semakin penasaran dengan tulisan dibalik bungkus berikutnya yang ternyata berisi 'Tahun ke-8 ulangtahun bersama anak-anak panti asuhan, itu luar biasa ya Nika'. Lalu dengan tidak sabar, Arunika membuka bungkus berikutnya dan menemukan foto ulangtahun mereka yang ketujuh, terlihat Arunika berair mata, karena Sandyakala meniup lilin di kue ulangtahunnya. Tawa Arunika semakin menjadi mengingat bagaimana akhirnya Sandykala dimarahi oleh papa Bram dan Mama Naomi. Buru-buru Arunika membuka bungkus kado berikutnya, ada foto mereka memakai seragam TK. lagi-lagi wajah Arunika basah oleh air mata, masih teringat saat itu Arunika terjatuh karena terinjak tali sepatunya sendiri. Lalu Arunika membuka bungkus berikutnya, ada foto Sandyakala dan Arunika memakai baju yang sama, disitu keduanya tertawa. Ya, itu foto saat mereka berusia 5 tahun. Lalu Arunika membuka bungkusan berikutnya dan menemukan tulisan 'Aku lupa apa yang kita lakukan saat berumur 1-4 tahun. Tapi kita selalu merayakannya bersama' dan bungkus terakhir dibuka, isinya membuat Arunika menghela napas, ada pulpen hitam, biru dan merah, buku tulis, penggaris 15 cm, pensil, penghapus dan tipe-X. Dan konyolnya, semua alat tulis pemberian Sandykala dipakai Arunika ke sekolah.
"Arunika, apa penjelasannya?" Suara Bu Lusi tiba-tiba membuyarkan lamunan Arunika.
Arunika panik, dia sama sekali tidak mengikuti apalagi menyimak gurunya. Dengan gugup Arunika melirik Kendra namun Kendra malah menundukkan kepala.
"Kalau kamu masih mau melamun, silahkan keluar saja dari kelas!" Kata Bu Lusi
"Maaf Bu, saya.. .. .." Kata-kata Arunika tergantung karena jujur, Arunika tidak tahu harus beralasan apa.
"Panik dia Bu, jangan dihukum nanti nangis" tiba-tiba suara Sandyakala memecah keheningan dan menyebabkan seisi kelas tertawa.
Arunika merasa dipermalukan, Arunika hanya menunduk, sambil tangannya memainkan pulpen, tapi setidaknya-tidaknya Arunika bisa sedikit merasa lega karena bisa terhindar dari cercaan pertanyaan Bu Lusi.
"Saya terima hukuman apa saja Bu, asalkan jangan diminta keluar kelas" Kata Arunika memohon kepada Bu Lusi.
"Baiklah, besok pagi-pagi, sebelum bel masuk sekolah, kamu kumpulkan materi pelajaran hari ini di meja saya di ruang guru. OK? Negosiasi selesai, saya tidak mau mendengarkan alasan lain." Jawab Bu Lusi tegas.
"Baik Bu, terima kasih" ucap Arunika sambil tertunduk.
Belum selesai satu mata pelajaran, Arunika sudah merasa sangat lelah. Pagi-pagi sudah berlari-lari dan terjatuh, masih juga mendapatkan hukuman dari Bu Lusi. Hal itu membuat Arunika badmood sepanjang hari. Kalau sudah begini Sandyakala pasti tertawa senang. Namun sepulang sekolah, Sandyakala datang ke rumah Arunika untuk membantunya mengerjakan ringkasan materi dari Bu Lusi. Begitulah Sandyakala, dia yang paling sering menjahili Arunika, tapi dia yang paling tidak tega kalau Arunika mengalami kesulitan.
Arunika sedang menikmati sarapannya berupa segelas susu dan roti selai kacang bersama kedua orangtuanya. Rendra sedang sibuk dengan handphonenya sedangkan Mikha baru saja meletakkan jus jeruk dan nasi goreng sosis di depan Rendra.
"Dimakan dulu sarapannya, Mas." tegur Mikha.
Rendra lalu mengalihkan pandangannya dari handphone ke Mikha dan memberikan senyum untuk istrinya. Dia lalu menyantap nasi goreng favoritnya.
"Nika nggak mau nasi goreng?" tanya Rendra ke anak semata wayangnya
"Nggak yah, nanti kekenyangan bisa ngantuk" balas Arunika sambil memasukkan gigitan roti terakhirnya ke dalam mulut lalu meneguk susu dari gelasnya.
"Padahal ini enak sekali, nggak nyesel nolak ni?" Rendra masih berusaha menawarkan sarapannya ke Arunika namun masih dijawab dengan gelengan kepala.
"Roti selai coklat ada?" tanya Sandyakala yang tiba-tiba sudah duduk di samping Arunika.
"Adanya yang selai kacang, mau?" tawar Arunika
"Aku nggak mau kalau selai kacang, kurang nendang. Kalau nasi goreng seperti ayah aja boleh? Tapi aku nggak mau jus, aku mau susu" tambah Sandyakala.
Mikha lalu mengambilkan nasi goreng dan susu permintaan Sandyakala. Memang dari kecil, Sandyakala sering ikut sarapan di rumah itu, apalagi kalau orangtuanya sedang ada urusan ke luar kota seperti hari ini.
"Sandy mau daftar SMA mana?" tanya Rendra.
"Ikut Nika aja, yah" jawab Sandyakala.
"Kalau Nika daftar di sekolah yang khusus cewek gimana?" tantang Arunika.
"Ya, aku menyamar jadi cewek" jawab Sandyakala sekenanya.
Arunika lalu menatap Sandyakala dengan muka cemberut dan tatapan mata yang tajam. Arunika tidak bisa membayangkan bagaimana Sandyakala akan mengisi hari-harinya dengan tingkah usil dan jahilnya.
"Kalau kita sekolahnya terpisah Nika nggak ada yang jagain, nggak ada yang bantuin belajar juga, susah cari teman juga, kalau panik nggak ada yang nenangin juga, terus apa lagi ya?" Sandyakala mulai mencari-cari kata-kata yang sekiranya bisa meyakinkan Arunika untuk menyetujui pendapatnya itu.
"Betul, Nika. Ayah sarankan kalian sekolah di sekolah yang sama. Ayah lebih tenang kalau ada Sandy, lagipula kalian kan selama ini juga bersama terus" sela Rendra.
Merasa mendapat dukungan dari Rendra, Sandyakala lalu memainkan keningnya sambil menepuk dadanya dengan senyum sombongnya penuh percaya diri ke arah Arunika. Arunika hanya diam tapi otaknya mulai berpikir. Ada benarnya juga kata-kata Sandyakala Selama ini Arunika selalu bersama Sandyakala. Dan Arunika tidak seperti Sandyakala yang dengan kepercayaan dirinya yang tinggi membuat Sandyakala bisa beradaptasi dengan cepat. Sikap Sandyakala yang ceria dan ramah membuat dia disukai banyak orang. Belum lagi tingkahnya yang usil dan kebiasaannya yang suka bercanda membuat semua orang merasa terhibur dan senang berada disekitar Sandyakala. Sedangkan Arunika cenderung lebih tertutup. Merasa lebih nyaman dilingkungan ya sendiri, Arunika lebih memilih diam di kamar dan tenggelam dalam buku bacaan yang disukainya dan mempelajari dunia pewayangan serta budaya Jawa yang menurutnya sangat menarik. Selama di SMP, selain dengan Sandyakala, Arunika hanya dekat dengan Kendra. Itupun juga karena kebetulan Arunika duduk semeja dengan Kendra. Selama ini jika ada masalah ataupun ada urusan yang penting, Sandyakalalah yang membantu Arunika menyelesaikannya. Tidak bisa dipungkiri, selama ini memang Arunika selalu bergantung pada Sandyakala.
Sedangkan Sandyakala sangat senang kalau bisa satu sekolah lagi bersama Arunika. Harapannya mereka bisa satu kelas lagi agar bisa terus bersama seperti biasannya. Sandyakala pun tidak mengerti. Rasanya ada yang kurang dalam hidupnya jika dia tidak bisa menghabiskan waktu bersama Arunika. Mungkin karena terbiasa dengan kehadiran Arunika. Terlebih Sandyakala khawatir dengan sikap Arunika yang cenderung diam jika berada di lingkungan baru. Arunika selalu berharap ada seseorang yang lebih dahulu mengajaknya berbicara, barulah Arunika mau membuka mulutnya. Walaupun Sandyakala selalu mengganggu Arunika, namun itu adalah cara Sandyakala agar Arunika mau berbicara. Arunika hanya mau meluahkan isi hatinya jika emosinya terpancing. Sandyakala juga selalu berusaha menjaga dan membantu Arunika dengan segala cara. Sandyakala akan selalu berusaha membuat Arunika merasa aman dan nyaman. Sesayang itu Sandyakala pada Arunika. Rasa sayang yang tidak pernah terungkap oleh kata-kata.
"Ya terserahlah " Kata Arunika pasrah
"Harus nurut lah, Nika tega biarkan aku sendiri, hanya berteman sepi dan angin malam?" sela Sandyakala.
"Ayah yang nggak tega kalau Nika sendiri. Selama ini kan memang kalian selalu bersama." Kata Rendra yang membuat Arunika mengurungkan niatnya mendebat Sandyakala.
"Iya, bunda juga lebih tenang kalau kalian bersama" tambah Mikha yang kemudian duduk di depan Sandyakala dan ikut sarapan bersama. "Oh ya, Sand, kata mama, mau ada sepupu Sandy ya yang akan tinggal di rumah sebelah?" sambung Mikha bertanya pada Sandyakala dengan nada serius.
"Iya, tapi kok Bunda tau? Udah diceritain mama ya? Ini papa mama baru jemput dia, namanya Jeevan. Nanti mau sekolah di sini, tapi dia maunya sekolah STM ngajak Sandy jug tapi, Sandy nggak mau" terang Sandyakala.
"Kenapa nggak mau? Takut banyak saingan ya?" Tanya Arunika penasaran.
"Cerdas dikit dong Nika, kan tadi sudah dibahas" jawab Sandyakala dengan teka-teki. "Kalau aku sekolah STM kan jadinya nggak bisa sekolah sama Nika?!" Kata Sandyakala sambil berpura-pura menghembus napas panjang dan menggeleng-gelengkan kepala lalu memasukkan suapan terakhir nasi gorengnya lalu dengan cepat menghabiskan susunya.
Sandyakala mengelap mulutnya kemudian menepuk-nepuk perutnya. Rendra dan Mikha tersenyum senang melihat tingkah Sandyakala.
"Wah, sudah kenyang. Makasi ayah, makasih bunda. Sandy mau pulang dulu, mau mandi" sambung Sandyakala sambil berdiri dan berlalu pergi.
"Sandy jorok, belum mandi sudah keluyuran ke mana-mana" kata Arunika setengah berteriak.
"Yang penting sudah gosok gigi, cuci muka dan sisiran dan always handsome" Jawab Sandyakala dari kejauhan sambil tertawa puas karena sebenarnya, Sandyakala sudah mandi.
Bisa Sandyakala bayangkan muka asem Arunika yang mengomel. Karena Arunika adalah orang yang tertib dan menerapkan lagu anak-anak. Bangun tidur ku terus mandi dan sangat tidak suka dengan orang yang malas mandi.
Sandyakala melangkahkan kakinya ke arah taman, berjalan santai ke arah sekolompok pemuda di lapangan basket kecil di sisi pojok taman. Sandyakala baru belajar bermain basket. Dia mulai bosan setelah beberapa tahun terakhir asyik di dunia musik. Sandyakala ingin mencari pengalaman dan teman-teman baru. Dengan pembawaannya yang supel dan sopan, Sandyakala dengan cepat bisa akrab dengan teman-teman barunya.
Tak terasa, matahari mulai meninggi dan panasnya mulai menyengat kulit. Sandyakala dan teman-temannya mulai bubar dan pulang ke rumah masing-masing dan berjanji akan berkumpul kembali dua hari lagi. Dengan hati yang riang, Sandyakala berjalan dengan kedua tangan dimasukkan ke saku sambil bernyanyi kecil. Hatinya ingin segera pulang dan bertemu Arunika. Ibarat kata pepatah, pucuk dicinta ulam pun tiba. Dari kejauhan, Sandyakala bisa melihat Arunika berjalan menuju ke rumahnya. Sambil tersenyum lebar, Sandyakala mempercepat langkahnya menyusul Arunika.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!