NovelToon NovelToon

SUN (My Spring)

SUN 1

Emira Firdaus menatap gawai di tangannya dengan nanar, padahal ia baru saja menerima pemberitahuan jika gajinya telah di transfer. Namun hanya dalam hitungan menit, uang yang ia nantikan selama sebulan telah raib. Pendapatannya sebagai pemandu wisata cukup lumayan, tapi karena kebutuhannya yang banyak, maka gajinya habis dalam sekejap. Emira bukanlah gadis yang senang berfoya-foya atau boros, ia membantu keluarganya yang saat ini keadaan ekonominya tidak stabil. Belum lagi, ia harus membantu orang tuanya yang terlilit hutang.

'Ayo, Emira... cari kerja tambahan. Tidak mungkin selamanya seperti ini' Emira bermonolog sambil mengurut pelipisnya.

'Dasar anak-anak tidak tahu sopan santun, beraninya menipu orang tua. Awas saja kalian, akan aku tangkap dan aku sedirilah yang akan menyerahkan kalian ke polisi' Suara pria paruh baya yang sedang marah membuat Emira merinding. Pria itu berdiri tidak jauh dari tempat Emira duduk.

"Permisi..." Ucap pria itu, namun Emira berlagak tidak mendengarnya.

"Permisi..." Ulangnya dengan sedikit berteriak.

Emira yang merasa takut bermaksud ingin pergi, tapi suara pria itu menahannya "Apakah kamu bisa menolong saya?"

Emira bingung, harus menolong pria asing itu atau pergi dan mengabaikannya.

"Saya bukan orang jahat, nak. Saya butuh bantuan"

Hati Emira terenyuh mendengar pria itu memanggilnya 'nak' . Orang tuanya sangat jarang memanggilnya dengan sebutan 'nak' sehingga ia selalu senang jika ada yang memanggilnya seperti itu.

"Apa yang bisa saya bantu?"

"Saya baru saja ditipu brandal sialan..." Umpatnya kesal, namun saat menyadari Emira yang terkejut karena perkataannya, pria itu segera meralat ucapannya "Begini, tadi ada dua orang pria muda yang mengaku sebagai pemandu wisata. Karena asisten saya yang mengurusnya, maka dengan mudah saya percaya pada biro pariwisata itu, tapi mereka menipu dan membawa ponsel serta dompet saya. Sekarang, saya kelaparan"

Emira terdiam sejenak, uang yang ia miliki hanya cukup untuk biaya hidup seminggu. Tapi, ia tidak tega jika tidak menolong laki-laki paruh baya yang kini ada di hadapannya. Emira tersenyum getir mengingat dirinya selalu di tempatkan pada situasi seperti ini.

"Sebaiknya, kita membeli makanan terlebih dulu" Putusnya kemudian.

"Kamu benar mau membantu saya?" Tanya pria yang usianya sekitar 40 tahun menurut perkiraan Emira.

Emira hanya menganggukan kepala tanpa menjawab.

Pria itu makan dengan lahap setelah menu yang ia pesan tersusun rapi di atas meja. Emira memperhatikannya dengan lekat.

"Apa kamu tidak makan?"

"Tidak" Jawab Emira singkat. Sebenarnya ia juga ingin makan, namun uangnya hanya cukup untuk satu porsi saja. Jika ia ikut makan maka uangnya akan berkurang lagi, sedangkan ia masih harus mengeluarkan uang untuk ongkos pria baruh baya itu pulang. Itulah yang saat ini ada dipikiran seorang Emira.

"Saya Arsel, nama kamu siapa?" Tanya pria itu setelah selesai makan.

"Emira, Anda bisa memanggil saya 'Em' "

"Kamu sudah membelikan saya makanan, apa sekarang saya boleh meminjam ponselmu?"

"Jangan khawatir, nanti saya akan mengganti pulsa serta uang makan tadi" Lanjut pria paruh bayah yang bernama Arsel.

Setelah sepuluh menit mengotak-atik ponsel Emira namun tidak mendapat jawaban, pria paruh baya itu mulai kesal 'Apa mereka senang jika aku menghilang' Ucapnya frustrasi.

"Di mana alamat Anda? Saya antarkan saja" Emira mulai jengah dan tidak mau membuang waktu lagi. Harusnya, sekarang ia bisa mencari kerja tambahan.

"Sebenarnya itu yang menjadi masalah, saya lupa alamat villanya" Ucapnya dengan senyum lebar.

Emira menghembuskan napas frustrasi "Apa Anda berasal dari luar kota?"

"Iya, saya ke sini karena ada pekerjaan. Tapi... apa kamu tahu 'SUN'?

"SUN?" Emira mengulang perkataan pria itu.

"Iya, boy group yang terkenal itu. Saya ke kota ini bersama mereka"

Emira mengernyitkan kening, 'Apa mungkin beliau sedang berhalusinasi?. Atau mungkin, beliau adalah fans fanatik boy group tersebut' gumam Emira.

Melihat perubahan wajah Emira, pria itu kembali bergeming "Nanti akan saya kenalkan, bahkan kamu juga bisa foto bersama mereka. Tapi sebelum itu, tolong bantu saya kembali ke villa terlebih dulu"

"Apa Anda ingat nama biro pariwisata itu?"

Pria paruh baya itu terdiam sejenak, mencoba mengingat sesuatu "Wisata Awan...itu namanya"

"Apa Anda tidak salah ingat?"

"Saya sangat yakin" Jawabnya dengan penuh keyakinan

"Sudah 4 tahun saya menjadi pemandu wisata di kota ini, tapi tidak ada satu pun biro pariwisata dengan nama Wisata Awan. Bahkan, dalam sejarah biro pariwisata kota ini pun tidak ada"

"Awas saja mereka, aku akan membawa mereka ke kantor polisi. Berani-beraninya menipu SUN...tunggu...bagaimana jika para member SUN juga tertipu lalu mereka diculik?"

"Kita harus cepat kembali ke villa sebelum hal itu terjadi"

Emira menarik napas berat mendengar perkataan pria paruh baya tersebut.

"Bagaimana bisa kembali ke villa, jika Anda saja tidak mengingat alamatnya. Sebaiknya, Anda tenang dulu dan jangan pikirkan SUN atau apa pun itu. Pertama...villa Anda berada di dekat pantai, danau, pusat perbelanjaan, kebun atau apa?"

"Pantai...benar, villanya berada di dekat pantai"

"Baik, di sini ada beberapa pantai. Kedua... selain pantai, apa ada sesuatu lagi?" Emira nampak seperti polisi yang sedang melakukan interogasi.

"Karena begitu sampai di sini tengah malam, jadi saya hanya mengingat pantai. Tapi sebelum bertemu para penipu itu, saya melewati perkebunan yang tidak begitu luas, lalu ada bukit yang panjang sampai akhirnya kita bertemu"

"Di sini ada dua villa yang berada di dekat pantai dan tidak begitu jauh dari perkebunan, tapi... satu villa letaknya agak terpencil dan jarang di kunjungi wisatawan" Ucap Emira.

"Itu...kami memang sengaja memilih villa yang terpencil, karena tujuan kami ke sini untuk membuat music video terbaru SUN yang akan rilis bulan depan"

"Anda benar mengenal SUN?" Tanya Emira meyakinkan.

"Saya adalah manajer SUN, apa saya tidak terlihat seperti manajer?"

"Bukan begitu maksud saya...maaf karena sudah mengira Anda adalah fans fanatik mereka" Emira merasa bersalah karena telah salah sangka.

"Apa???" Wajah Pak Arsel terlihat kesal.

Emira tersenyum melihat ekspresi pria paruh baya yang kini ada di sampingnya.

"Setelah beberapa jam kita bersama, akhirnya kamu tersenyum juga, nak" Pria paruh baya itu juga ikut tersenyum.

"Lokasi villa tempat Anda menginap cukup jauh, kita harus naik bus lalu kemudian naik angkutan kota. Sekarang, kita ke halte di seberang sana" Emira menunjuk pada halte yang letaknya berseberangan dari tempat mereka berdiri.

"Bus terakhir akan datang sepuluh menit lagi" Ucap Emira lagi.

Mereka berjalan beriringan menuju halte sembari bercerita. Walaupun waktunya hari ini tersita oleh seseorang yang baru dikenal, tapi ia senang. Karena bagi Emira, setiap perjalanan adalah pelajaran.

...***...

Happy Reading... semoga readers suka sama ceritanya🖤❤🧡💙💜

Jangan lupa suka, komentar, favorit, vote, dan beri hadiah 🙏🏻😁

Terima kasih😘🤗🙏🏻

SUN 2

Bus yang akan mereka tumpangi telah tiba. Namun, mereka kembali harus menunggu karena tiba-tiba salah satu ban bus tersebut pecah.

"Jika menunggu bus ini diperbaiki, kemungkinan kita akan ketinggalan angkutan kota menuju villa. Apa Anda kuat jika harus berjalan?" Emira bertanya dengan hati-hati.

"Biarpun sudah berumur, tapi saya masih sangat sehat. Kamu tidak perlu khawatir"

"Apa saya boleh bertanya?"

"Apa?" Jawab Emira singkat.

"Kenapa kamu berada di sekitar bukit?"

"Entahlah. Mungkin, karena akan ada seorang lelaki paruh baya yang membutuhkan bantuan, sehingga kaki saya melangkah menuju bukit. Padahal, tadi saya hendak mencari pekerjaan tambahan" Emira tersenyum mengingat perjalanannya hari ini.

"Bukankah kamu sudah menjadi pemandu wisata, kenapa masih ingin mencari pekerjaan tambahan?"

Emira nampak enggan menceritakan hal pribadi kepada orang asing. Namun, ia pikir tidak akan bertemu lagi dengan pria paruh baya yang hampir seharian bersamanya, jadi tidak ada salahnya bercerita. Toh, ia juga butuh teman cerita saat ini. Dan juga, Pak Arsel adalah seorang manajer boy group terkenal yang tidak mungkin punya waktu untuk menggosipkannya.

"Keadaan ekonomi keluarga saya sedang tidak stabil. Saya lelah bekerja, namun dalam sekejap pendapatan saya habis untuk menutupi banyak hal. Itu sebabnya, saya ingin mencari pekerjaan tambahan"

"Apa kamu tidak lelah jika harus bekerja dua kali dalam sehari?"

"Tidak masalah, yang penting saya bisa meringankan sedikit beban keluarga"

"Kamu masih muda dan pekerja keras, saya yakin kamu akan sukses"

Mereka tersenyum bersama, senyuman yang mungkin hanya terjadi hari ini atau mungkin akan ada hari esok. Entahlah, tidak ada yang bisa memastikannya.

Bus melaju dengan cepat setelah selesai diperbaiki, jalanan yang sepi membuat laju bus tidak terasa lama. Emira dan Pak Arsel telah tiba di halte pemberhentian. Dan benar, mereka tidak lagi menemukan angkutan kota di sana.

"Seperti dugaan saya, di sini sudah tidak ada lagi angkutan kota"

"Tenang saja, saya masih kuat untuk berjalan kaki"

Emira menganggukan kepala mendengar jawaban pak Arsel.

"Jadi kamu bukan 'My Spring'?" Pak Arsel memulai percakapan.

" 'My Spring'?" Emira nampak bingung.

"Jangan bilang kamu tidak tahu apa itu 'My Spring', Em" Pak Arsel mengusap wajah dengan kasar.

"Jadi kamu benar tidak tahu?...Ohhh, Em..." Keluh Pak Arsel kemudian.

"Saya tidak tahu bagaimana kamu hidup, tapi usiamu masih muda. Bagaimana bisa, kamu tidak mengikuti perkembangan musik zaman sekarang?" Jika saja lampu jalan yang mereka lalui tidak redup, pasti wajah kesal Pak Arsel terlihat jelas saat ini.

"Saya tidak punya banyak waktu untuk itu"

"Tapi mereka sangat terkenal"

Emira menarik napas berat lalu menghembuskannya, "Saya tahu mereka terkenal dan saya suka beberapa lagu dari mereka, tapi saya tidak tertarik untuk tahu lebih dari itu"

"Baiklah, tapi cobalah menikmati masa mudamu. Jangan sampai kamu menyesal"

Emira hanya terdiam mendengarnya.

"Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri" Ucap Pak Arsel lalu berjalan mendahului Emira.

Ia ingin, bahkan sangat ingin seperti gadis lainnya. Bisa memanjakan diri dengan membeli barang yang disukai atau sekedar ke salon untuk melakukan perawatan, lalu liburan ke tempat yang indah untuk melepas penat karena lelah bekerja, tapi hal itu masih menjadi mimpi baginya. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah bekerja agar bisa menulasi hutang keluarganya.

"Pak..." Panggil Emira yang melihat Pak Arsel memilih jalur kiri, padahal seharusnya jalur kanan yang mereka lalui.

"Kenapa, Em? Saya ingin cepat sampai. Berjalanlah dengan cepat"

"Tapi, Anda salah jalan" Ucapan Emira berhasil menghentikan pergerakan kaki Pak Arsel.

"Kenapa tidak memberitahu sejak tadi?" Pak Arsel memutar langkah, lalu mengikuti Emira.

"Kenapa Anda berjalan lebih dulu?. Padahal tidak tahu jalan" Gumam Emira pelan.

"Anak zaman sekarang sangat terus terang rupanya" Pak Arsel menggelengkan kepala sembari mensejajarkan langkah dengan Emira.

Setelah 20 menit perjalanan...

"Seberapa jauh lagi, Em?"

"Sebentar lagi sampai"

"Ini sudah ke sepuluh kalinya kamu bicara seperti itu, jangan coba berbohong"

"Kita akan sampai dalam lima atau sepuluh menit lagi. Bukankah tadi Anda berkata 'biarpun sudah berumur, tapi saya masih kuat'." Emira mengulang perkataan Pak Arsel.

"Akhir-akhir ini saya kurang olahraga dan sering lembur, wajar jika mudah lelah"

"Sebaiknya, Anda jangan terlalu keras pada diri sendiri" Ujar Emira, lalu berjalan lebih cepat mendahului Pak Arsel.

'Anak itu kembali mengulang perkataanku?. Dia benar-benar berani, tapi juga unik' Monolog Pak Arsel sembari menyusul Emira.

***

Mata Pak Arsel berbinar menatap bangunan di depannya, tidak terlalu mewah namun nyaman.

"Ayo, masuk" Ajak Pak Arsel setelah pintu utama villa terbuka.

"Apa Anda baik-baik saja?. Anda ke mana saja?. Kami sangat khawatir karena ponsel Anda tidak bisa dihubungi" Seseorang menghujani Pak Arsel dengan banyak pertanyaan.

"Nanti saja bertanyanya, ambilkan aku minum. Aku sangat haus" Pak Arsel mengibas-ibaskan tangannya sebagai tanda agar pria tersebut segera melakukan perintahnya.

Beberapa menit kemudian, pria itu kembali datang dengan membawa air mineral, "Anak-anak...Pak Arsel sudah pulang" Ujarnya.

Emira terkejut melihat enam orang yang kini ada di depannya. Mereka benar-benar SUN, wajah mereka sangat bersinar, bahkan nyamuk sepertinya enggan menempel karena takut terpeleset.

'Haruskah aku memotret mereka?. Atau aku harus melakukan siaran langsung di sosial media?. Aku tidak percaya, bisa melihat mereka dari dekat. SUN...boy group yang sangat terkenal ada di hadapanku sekarang. Meskipun aku bukanlah fans mereka, tapi tentu banyak yang iri denganku saat ini' Batin Emira tengah sibuk berdiskusi.

"Ayo, minum. Kenapa melamun?" Suara Pak Arsel menghentikan lamunan Emira.

Para member SUN, seorang pria yang nampaknya seumuran Pak Arsel, dan satu orang pria lagi yang agaknya lebih muda di banding Pak Arsel tengah memperhatikan Emira dengan lekat. Emira merasa terintimidasi dengan tatapan tajam mereka.

"Biarkan dia minum, kalian jangan membuatnya takut" Ujar Pak Arsel yang menyadari ketakutan Emira.

Setelah keadaan tenang, para member SUN dan dua orang pria paruh baya berkumpul menuntut penjelasan atas menghilangnya Pak Arsel serta kehadiran Emira.

"Baiklah, aku akan menjelaskan pada kalian semua. Hari ini aku mengalami kesulitan karena di tipu pemandu wisata palsu. Ini semua salahmu, karena tidak hati-hati memilih Biro Pariwisata" Tunjuk Pak Arsel pada pria paruh bayah yang mengenakan kaca mata hitam.

"Maafkan saya" Sesal pria itu.

"Kau harusnya lebih berhati-hati, untung saja SUN tidak ikut menjadi korban. Apa kalian tahu, betapa cemasnya aku saat tahu Biro Pariwisata itu palsu? Nasib baik aku bertemu Emira".

"Sebenarnya, apa yang kau bicarakan? Biro Pariwisata palsu apa?" Tanya pria bersuara tegas namun berwajah tenang.

"Biro Pariwisata itu palsu, bahkan pemandu wisata mereka menipuku. Sehingga, aku harus mengalami hal menyedihkan hari ini".

"Tapi, hari ini kami jalan-jalan dengan nyaman. Pemandu wisata itu juga memberi kami cindera mata" Ungkap salah seorang member SUN.

"Apa???. Jadi, kalian tetap jalan-jalan meskipun tahu aku menghilang?. Kalian benar-benar kejam" Protes pak Arsel.

"Besok kita sudah harus pulang, kasihan anak-anak jika tidak diberi libur. Padahal, sudah datang ke tempat sebagus ini" Pria paruh baya dengan suara tegas itu kembali bergeming.

"Lantas siapa yang menipu Anda, jika hari ini pemandu wisata dari Biro Pariwisata Aman menemani kami?" Tanya pria yang mengenakan kaca mata hitam.

"Biro Pariwisata Aman?. Bukankah, tadi Anda mengatakan pemandu wisata itu berasal dari Biro Pariwata Awan?" Tanya Emira pada Pak Arsel.

"Arsel....kau salah Biro Pariwisata" Pria dengan suara tegas itu nampak sudah paham dengan kesalahan Pak Arsel.

"Sudah sering aku katakan, kau harus membawa name tag atau semacam alat SOS jika berkunjung ke tempat baru. Ini bukan pertama kalinya kau tersasar dan menghilang" Pria bersuara tegas itu kembali berseru, sementara Pak Arsel hanya tersenyum dengan penuh rasa malu.

"Sekarang, jelaskan siapa dia?" Tanyanya lagi.

"Dia Emira, pemandu wisata yang menolongku. Baiklah, sesuai janji saya akan memperkenalkanmu pada member SUN"

Emira terkejut mendengar penuturan Pak Arsel. Ternyata Pak Arsel benar menepati janjinya 'Setelah ini, apa aku juga akan foto bersama mereka?' batin Emira kembali bersorak.

Meskipun bukan fans SUN, tapi ini pertama kalinya Emira bertemu artis, terlebih mereka adalah boy group terkenal. Setidaknya, Emira bisa memamerkan fotonya bersama SUN pada teman-temannya yang sangat mengidolakan boy group tersebut.

...***...

Happy Reading... semoga readers suka sama ceritanya🖤❤🧡💙💜

Jangan lupa suka, komentar, favorit, vote, dan beri hadiah 🙏🏻😁

Terima kasih😘🤗🙏🏻

SUN 3

***

"Sebelumnya, aku akan memperkenalkan pria yang nampak berwibawa ini" Ucap Pak Arsel yang sudah tidak berbicara formal lagi, karena merasa sudah dekat dengan Emira.

"Yang ini adalah Pak Sugara, beliau CEO"

Emira menakupkan kedua tangannya sebagai tanda perkenalan dan Pak Sugara menyambutnya dengan senyuman.

" Dia asisten yang sering membuatku kesal. Tapi, hari ini aku akan berterima kasih. Karena berkat dia, kita bertemu. Namanya, Pak Alan. Dan selanjutnya...SUN".

"Tunggu...apa kami perlu berkenalan seperti ini?" Tanya salah satu member SUN.

"Tentu, karena Emira tidak tahu SUN" Semua orang yang ada di sana nampak terkejut dengan pernyataan pak Arsel.

"Maksudku, dia belum mengenal kalian dengan baik. Bukan begitu, Em?" Pak Arsel meralat ucapannya.

"Pria tampan ini adalah Khair, para fans memanggilnya Khai. Dia adalah vokalis juga leader dari SUN. Lalu yang terlihat dingin namun imut ini adalah Ezhar. Fansnya memberi nama pendek Ez. Tapi jangan khawatir, karena Ez tidak sedingin es. Dia vokalis utama di SUN. Suaranya sangat merdu, kau harus mendengarnya. Selanjutnya Afzal, wajah tegasnya mencerminkan bahwa dia rapper sejati. Nama panggungnya Zal. Dan ini Dzaka, senyumnya yang manis menjadi daya tarik bagi para fansnya. Dia juga dikenal sebagai member yang paling ramah dan sangat pintar dance, nama panggungnya Dza. Kalau yang ini Chan, dia dikenal sebagai member yang jahil dan ceria. Wajahnya pun terlihat cerah seperti nama groupnya. Dia juga seorang vokalis. Dan yang terakhir adalah Zhian atau Zhi, dia si bungsu yang manja. Posisinya di SUN sebagai rapper, sepertinya Zhi seumuran denganmu. Mereka adalah anak-anak yang manis. Aku sangat bangga pada mereka" Pak Arsel menjelaskan dengan semangat. Meskipun para member sudah dewasa, tapi baginya mereka tetaplah anak-anak.

"Aku rasa, dia bukannya belum mengenal kami, tapi memang tidak tahu" Ucap Khai tiba-tiba.

"Dia tahu SUN dan juga hafal beberapa lagu kalian" Pak Arsel meyakinkan.

Dengan jujur, Emira berkata "Saya punya satu lagu SUN dan hanya hafal di beberapa bagian"

"Kau bukan 'My Spring'?" Tanya Chan.

Emira menggelengkan kepala "Saya sering mendengarnya dari teman-teman, tapi tidak tahu persis arti 'My Spring' " Penjelasan Emira membuat semua orang yang ada di ruangan berkonsep alam itu tercengang, namun tidak dengan Pak Arsel yang masih terlihat tenang.

"Kau serius tidak tahu?" Kali ini Afzal menimpali.

Emira menganggukkan kepala, sementara para member SUN menatapnya dengan heran. SUN sangat terkenal, bahkan fans mereka bukan hanya para gadis remaja, tapi juga dari berbagai kalangan usia. Fans laki-laki mereka juga banyak. Bagaimana bisa, saat ini ada seorang gadis muda yang bukan fans SUN tapi justru bisa bertemu mereka dengan mudah.

"Emira mengalami hari yang sulit, sehingga tidak punya banyak waktu untuk mengikuti perkembangan musik. Yang terpenting, dia tahu SUN" Jelas Pak Arsel.

"Pasti kau sangat kesulitan, sampai tidak punya waktu untuk mendengarkan musik" Timpal Dza.

"Bukan begitu, hanya saja..." Emira menjeda kalimatnya, lalu kembali berkata "Wajah kalian semua terlihat sama. Teman saya adalah fans SUN. Saat dia menonton music video kalian, saya pernah beberapa kali ikut melihatnya, tapi wajah kalian tetap terlihat mirip juga sulit dibedakan" Emira berterus terang.

"Kau memang terlahir sangat jujur. Tapi, bisakah kau sedikit memanipulasinya" Pak Arsel khawatir akan tatapan intimidasi dari para member SUN pada Emira.

"Saya hanya mengatakan apa yang saya pikirkan, saya tidak suka berbohong"

"Aku tidak memintamu berbohong, hanya sedikit manipulasi"

"Apa bedanya, berbohong dan memanipulasi ucapan?" Kali ini Pak Arsel bingung harus berkata apa. Sementara Pak CEO, Pak asisten, dan beberapa para member SUN nampak tersenyum.

"Dia sangat berterus terang, keren sekali" Gumam Zhi.

"Apa maksudmu, dengan wajah kami semua sama?. Apa kami ini anak kembar enam?" Pertanyaan dan tatapan Khai membuat semua yang ada di ruangan itu terdiam.

"Meskipun dilihat beberapa kali, wajah kalian sama. Bahkan, nama kalian juga mirip. Sangat sulit untuk dibedakan".

"Itu karena kau hanya melihat, tapi tidak memperhatikannya!"

"Kenapa saya jadi harus memperhatikan wajah kalian?" Emira mulai kesal karena terus dipojokkan.

"Seharian ini dia belum makan, jadi sedikit sensitif" Bisik Pak Arsel pada Khai.

"Karena Anda sudah pulang dengan selamat, sebaiknya saya juga harus pulang" Pamit Emira yang langsung dicegah oleh Pak Arsel.

"Jangan bercanda!. Kita pulang dengan bus terakhir. Bahkan, kita berjalan kaki karena tidak ada lagi angkutan kota. Kau mau pulang dengan merangkak?!. Kau menginap di sini saja" Kalimat terakhir Pak Arsel membuat semua yang mendengarnya tercengang.

Pak Sugara segera mengajak Pak Arsel untuk menjauh dari ruangan tersebut "Bagaimana bisa kau mengizinkan orang asing menginap di sini?. Dia bisa saja berbicara ke media soal keberadaan SUN saat ini"

"Apa kau tega membiarkan seorang perempuan berjalan kaki tengah malam?. Bagaimana jika itu terjadi pada adik atau anak perempuanmu?" Pertanyaan Pak Arsel membuat Pak Sugara terdiam.

"Tapi tetap saja, kita tidak tahu siapa dan dari mana dia berasal"

"Aku percaya pada Emira, dia tidak mungkin melakukan apa yang kau khawatirkan. Sekarang, lebih baik kita makan. Aku sudah sangat lapar" Pak Arsel meninggalkan Pak Sugara yang masih terdiam di tempatnya.

"Anak-anak, ayo makan. Kau juga, Em. Seharian ini, aku tidak melihatmu memakan apa pun" Dengan riang pak Arsel menuju meja makan diikuti para member SUN dan Emira yang mengekor di belakangnya.

"Dia sangat terus terang dan berani. Bukankah dia cocok berteman denganku, kak?" Bisik Zhi pada Ez yang duduk di sampingnya.

"Iya" Jawab Ez singkat, sesekali ia melirik ke arah Emira yang tengah menikmati makanannya

***

Emira terpaksa setuju untuk menginap, karena keadaannya tidak memungkinkan untuk pulang. Malam ini, ia berada satu atap dengan boy group terkenal. Bahkan, seumur hidupnya tidak pernah berharap untuk bisa menonton koser SUN yang harga tiketnya saja setengah dari gajinya selama sebulan, itupun untuk harga tiket yang biasa. Emira menepati kamar yang seharusnya digunakan oleh Pak Arsel, kamar itu cukup luas jika dihuni sendirian. Cat dindingnya berwarna putih, ada satu ranjang dengan ukuran yang besar lengkap dengan satu set sofa dan juga lemari tiga pintu yang sangat tinggi.

'Lemarinya sangat tinggi, apa mungkin mereka menggunakan galah untuk mengambil pakaian' Ujar Emira sembari memperhatikan setiap inci dari lemari yang kini ada di hadapannya.

'Jika aku menginap di sini, itu berarti... aku akan melihat para member SUN di pagi hari. Wah...keberuntungan macam apa ini?. Bukankah mendapat uang seratus juta lebih bisa disebut keberuntungan, dibandingkan harus melihat wajah mereka di pagi hari' Emira kembali bermonolog.

...***...

Happy Reading... semoga readers suka sama ceritanya🖤❤🧡💙💜

Jangan lupa suka, komentar, favorit, vote, dan beri hadiah 🙏🏻😁

Terima kasih😘🤗🙏🏻

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!