NovelToon NovelToon

SUAMI TAK DI ANGGAP

PENGANGGURAN

Pagi itu di bangunan yang cukup mewah, kegaduhan telah terjadi. Seorang wanita cantik, sebut saja Amira telah mengamuk membanting benda-benda yang ada di dekatnya. Benda yang mudah pecah itu berserakan di lantai. Darius berdiri mematung menyaksikan keganasan dari emosi istrinya.

"Dasar laki-laki tidak di untung! Sudah pengangguran, banyak tingkah! Kau pikir setiap hari selalu tersedia makanan enak di meja itu sedekah dari orang, hah? Aku yang kerja! Aku yang nyari duit! Kamu malah enak- enakkan tidur dan bermalas-malasan saja! Kerja! Kerja sana! Kamu ini seperti masih bujangan dan merasa belum menikah," ucap Amira dengan amarahnya yang sudah di ubun-ubun.

"Aku juga sudah mencari kerjaan, tapi masih belum mendapatkan panggilan dari perusahaan yang aku masukan surat lamaran. Kamu sabar dong!" sahut Darius kini mulai angkat bicara untuk membela dirinya.

"Pokok nya aku tidak mau tahu! Kamu harus cari duit dan kasih aku uang setiap bulannya. Tidak perduli kamu mau ngerampok, mencuri, korupsi. Terserah! Aku tidak perduli! Yang terpenting kamu bisa kasih aku uang. Uang! Uang dan uang!" ucap Amira kembali dengan amarah nya. Kini kembali Amira membanting vas bunga yang ada di dekatnya.

Prank

Prank

"Oke! Oke! Aku akan kerja buat kamu!" sahut Darius kini dengan suara yang menggelegar. Namun Amira tidak ada takut sama sekali.

"Aku tunggu bukti dari ucapan kamu, mas Darius! Tapi sebelum kamu mendapatkan kerjaan, kamu harus nyuci piring, ngepel, nyuci baju, menyetrika dan masak. Aku sudah tidak mau membayar gaji pembantu tiga orang di rumah ini," kata Amira yang urat di lehernya keluar dari sana.

"Apa? Kamu menyuruh aku melakukan pekerjaan wanita seperti itu? Lantas apa kerjamu, hah?" protes Darius.

"Aku sudah kerja ngantor seharian dan bahkan kadang ada janjian dengan klien. Aku capek mas! Belum aku harus perawatan diriku sendiri supaya aku tidak seperti perempuan yang miskin dan gembel. Pokoknya kamu harus mengerjakan kerjaan rumah sebelum kamu mendapatkan kerjaan. Dan ingat! Jika kamu sudah bisa kasih aku uang bulanan dua ratus juta setiap bulan, kamu bisa lepas dari kerjaan rumah dan aku akan carikan asisten rumah tangga untuk mengurus rumah," ucap Amira.

Darius menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kini Darius semakin pusing, kini dia menjambak rambutnya sendiri karena kesal. Ternyata hidup berumah tangga dan memiliki istri yang terbiasa hidup dalam kemewahan menuntun nya untuk memenuhi kebutuhan nya yang lumayan besar. Dulu ketika Darius masih bujangan segala sesuatunya di suplay oleh kedua orang tuanya. Karena dirinya bertengkar dengan kedua orang tuanya akhirnya Darius menjadi pengangguran. Padahal orang tuanya juga tidak kalah kaya raya dan memiliki banyak usaha dan harta. Namun karena sudah kecewa dengan Darius karena memilih istri seperti Amira, putri dari orang yang pernah membuat perusahaan orang tuanya sempat diambang kebangkrutan, akhirnya orang tua Darius tidak memberikan jatah warisan kepada Darius. Darius tidak lagi memiliki jatah saham dari perusahaan keluarga besar nya itu.

"Aku pikir jika menikah dengan kamu, aku akan menjadi seorang putri yang hanya tidur, makan, berdandan serta melayani suami saja. Ini? Kamu bahkan tidak berguna sama sekali! Keluarga kamu yang kaya raya itu bahkan tidak memperdulikan kamu. Menyesal aku menikah dengan kamu," ucap Amira lagi.

"Menyesal? Begini- begini aku masih bisa di andalkan sebagai seorang suami, Amira!" sahut Darius dengan senyum seringai nya.

"Apa? Ayo katakan?" tanya Amira kini mendekati wajah Darius sangat dekat.

"Senjata milikku ini, mampu membuat kamu tersenyum penuh kepuasan, sayang!" bisik Darius. Darius dengan paksa segera menarik tubuh Amira dan menggendongnya menuju kamar utama mereka. Selanjutnya Darius seperti hal nya gigolo yang melayani tuan putri nya supaya tidak ngomel-ngomel tidak jelas.

"B@angs@@t! Kau bahkan mencari kenikmatan secara gratis dari aku!" teriak Amira.

"Ini juga yang kamu inginkan dari aku, bukan?" bisik Darius.

Amira mendorong kuat tubuh Darius hingga jatuh dari tempat tidur itu. Amira merapikan pakaian nya yang sempat terbuka lantaran tangan Darius.

"Sekarang lakukan kerjaan rumah! Aku ada janji dengan klien!" ucap Amira dengan berkacak pinggang ke arah Darius. Darius sangat kesal diperlakukan seperti itu dengan istrinya sendiri.

"Aghhh hhh! Awas saja! Lain hari aku sumpali mulut kamu itu dengan segepok uang!" gumam Darius sambil menatap Amira yang melenggang pergi meninggalkan kamar utamanya.

MELAKUKAN TUGAS RUMAH

Darius menggerutu sendiri. Di rumahnya yang bak istana itu sekarang ini tidak ada satupun asisten rumah tangga. Sekarang ini Darius sedang menyiapkan makan malam untuk istrinya yaitu Amira. Sambil memasak makanan dengan bantuan video salah satu aplikasi di ponselnya, di sosial media itu Darius mulai melihat cara membuat makanan yang dia ingin olah. Di samping membuat masakan untuk istrinya, pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel dan juga mencuci sudah Darius kerjakan. Darius benar-benar telah menjalankan tugas dan pekerjaan asisten rumah tangganya dulu. Berhubung di rumahnya sudah tidak ada lagi pembantu, dirinya lah yang saat ini melakukan tugas seorang wanita itu.

Darius telah selesai membuat dua jenis masakan untuk malam ini. Dia ingin istrinya, Amira akan senang sepulang dari ngantor, urusan rumah sudah beres termasuk makanan untuk makan malam.

Kini Darius merebahkan tubuh nya di sandaran kursi sofa. Darius memilih tidur sebentar sambil menunggu kepulangan Amira dari kantor.

Hari menjelang malam, Amira tiba di rumah itu. Amira mendapati Darius masih tertidur di sofa panjang ruangan tamu. Amira tersenyum sinis. Di matanya saat ini Darius tidak segarang dulu. Taring nya hilang begitu saja lantaran menjadi pria pengangguran dan bahkan tidak memiliki tabungan. Darius saat ini benar-benar mengandalkan istrinya, Amira yang bekerja ngantor di perusahaan keluarganya.

"Cukup bersih rumah nya! Bagus, Darius sudah mengerjakan tugas-tugas nya di rumah. Aku ingin melihat, apakah Darius juga telah menyiapkan makanan untuk aku?" pikir Amira. Kini Amira berjalan ke dapur. Mata Amira berbinar ketika melihat beberapa menu masakan telah tersaji di atas meja. Menu masakan yang seperti nya sangat lezat. Darius sangat tahu makanan kesukaan Amira.

"Cukup menggugah selera! Tapi apa rasanya seenak yang aku lihat?" gumam Amira.

Amira tanpa menunggu lagi menyantap makanan yang sudah tersaji di atas meja makan. Darius masih lelap dalam tidur nya. Mungkin saja Darius sangat lelah karena seharian mengerjakan semua pekerjaan di rumahnya, dari menyapu, mengepel, mencuci pakaian dan juga memasak. Hanya satu yang belum Darius kerjakan adalah menyetrika pakaian. Rumah sebesar itu, Darius sendiri yang menyapu dan mengepelnya. Biasanya untuk pekerjaan menyapu dan mengepel itu dilakukan oleh dua asisten rumah tangga nya dan pekerjaan memasak dan juga mencuci pakaian juga berbeda. Apalagi menyetrika baju.

"Lumayan rasa nya! Darius ternyata pandai juga memasak! Kalau seperti ini aku tidak perlu mencari asisten rumah tangga untuk memasak setiap hari," gumam Amira sambil tersenyum menyeringai.

Amira menerima telepon genggam nya. Dengan masih mengunyah makanan, Amira menekan tombol hijau di sana.

📱📲 "Iya, halo!" sapa Amira.

📱📲 "Apa malam ini? Mau di mana?" tanya Amira yang berbicara dengan seseorang di seberang sana.

📱📲 "Baiklah! Aku akan bersiap-siap terlebih dahulu," kata Amira. Panggilan masuk itu diputusnya.

Amira naik ke anak tangga menuju kamar utamanya. Sedangkan Darius mulai membuka matanya, terbangun dari tidurnya. Darius melangkah ke ruangan makan.

"Amira sudah pulang, rupanya! Syukurlah, Amira mau makan makanan aku," gumam Darius sambil duduk dan memakan makanan dari sisa makanan yang telah di makan oleh Amira.

Seharian ini Darius belum mengisi perut nya dengan makanan berat. Dengan lahapnya Darius menghabiskan sisa makanan yang telah dimakan oleh Amira. Kini Darius mengusap perut nya yang terasa kenyang.

"Darius! Aku pergi dulu yah! Nanti jangan lupa kunci saja pagar depan! Mungkin aku tidak akan pulang malam ini," ucap Amira sambil mengambil minuman di lemari es. Darius mengernyitkan dahinya.

"Kamu mau kemana, Amira? Lalu kamu akan tidur di mana, hah?" sahut Darius melebar matanya.

"Bukan urusan kamu!" ucap Amira tidak kalah lebar matanya menatap tajam ke arah Darius. Dengan santai dan tidak merasa berdosa, Amira melenggang keluar dari rumah itu.

"Amira! Berhenti kamu!" teriak Darius sambil melemparkan satu gelas kaca ke arah pintu depan. Beruntung, Amira sudah lebih dahulu keluar dari sana sehingga tidak terkena lemparan dari Darius.

"Semakin hari semakin kurang ajar saja Amira! Bahkan dia sudah tidak menganggap aku suaminya, " ucap Darius mengomel sendiri.

MASIH BERTAHAN

Malam semakin dingin. Malam gelap semakin larut. Rintik-rintik hujan mulai jatuh membasahi bumi. Desiran angin malam mulai menyusup ke celah-celah ventilasi di bangunan rumah bak istana itu. Namun suasana rumah itu terlihat sepi. Tiada suara yang berbisik maupun keluhan. Hanya suara dengkuran keluar dari ruangan tengah. Di mana Darius saat ini sedang meringkuk di sana menanti istri tercintanya. Amira juga belum kembali pulang ke kediaman rumah itu. Padahal cuaca sangat dingin membuat Darius memerlukan kehangatan dan dekapan seorang istri seperti Amira. Sampai fajar mulai mengintip pelan. Amira yang dinantikannya belum juga kembali. Darius kini mulai membuka matanya. Dipaksakan dirinya untuk duduk dan berusaha menanti secara total keseluruhan roh nya yang sempat melalang buana ke alam mimpi.

Darius mulai bangkit dari kursi sofa panjang itu dan mulai masuk ke kamar mandi di lantai bawah. Dia perlu cuci muka dan menggosok gigi nya yang mungkin saja banyak jigong nya. Setelah nya, Darius butuh kopi untuk menetralkan otaknya dari kemelut sepi yang ia rasakan. Setelah ia menikah dengan Amira. Darius seperti kehilangan harga dirinya. Dia seperti tidak dihargai sebagai laki-laki di rumah itu. Pemimpin rumah tangga di rumah itu tidak ada lagi wibawa lagi. Namun Darius masih mencintai Amira. Perjuangan menikah dengan Amira dia lalui. Dari orang tuanya yang tidak menyetujui nya. Sampai dengan dirinya di depak di perusahaan keluarga nya karena ancaman papa nya, jika tetap menikahi Amira dirinya harus merelakan semua aset-aset kepemilikan yang telah diberikan kepadanya. Namun Darius berpikir, dia akan bisa mencari uang di luar dari semua itu. Dirinya yakin kalau Darius akan bisa berdiri sendiri di kaki nya sendiri tanpa bayang-bayang kekuasaan dan harta dari kedua orang tuanya. Namun nyatanya? Semuanya tidak semulus jalan pikiran Darius. Betapapun banyak tabungan yang Darius miliki dulu akhirnya kandas juga untuk menghidupi istrinya yang gaya hidup nya lebih, seorang putri Kerajaan. Namun demikian kini Amira ikut bekerja dan turun langsung di perusahaan milik kedua orang tuanya. Darius tentu saja tidak diijinkan untuk bekerja di sana. Perusahaan orang tua Amira dengan perusahaan milik orang tua Darius adalah rivalnya. Orang tua Amira tentu saja tidak akan percaya begitu saja dengan Darius. Lagi pula seorang Darius tidak akan mengemis meminta kerjaan dan jabatan di perusahaan milik Amira. Kedua orang tua Amira masih tidak menyukai Darius. Pernikahan Amira dan juga Darius sama-sama tidak di kehendaki oleh kedua orang tua masing-masing. Namun demikian mereka nekat untuk menikah. Akhirnya mau tidak mau mereka menanggungnya semua yang menjadi ancaman bagi orang tua mereka masing-masing. Namun begitu berbeda dengan Amira. Amira masih dipercaya meng-handle perusahaan milik keluarganya itu, terlepas mereka tidak menyukai suami Amira.

Darius kini mulai melakukan aktivitas rumah setelah kopi hitam dan juga sebatang rokok nya habis ia nikmati. Darius semangat melakukan itu. Ini adalah rumahnya. Tidak ada yang rugi ia mengerjakan semua nya sendiri. Amira adalah istrinya. Darius tidak akan rugi memasakkan untuk istri yang ia sayangi.

Kegiatan terakhir saat ini adalah mengepel rumah. Darius mulai mengepel rumahnya. Di saat itu mobil Amira telah tiba. Amira dengan berjalan lunglai masuk ke dalam rumahnya, di saat Darius sedang mengepel lantai itu. Di mana lantainya juga masih basah.

"Kau baru pulang, Amira?" tanya Darius memasang wajah sebal.

"Seperti yang kamu lihat!" ucap Amira. Kini dirinya duduk di sofa ruangan itu. Sedangkan Darius masih mengepel kembali lantai yang tadi bekas injak kan kaki sepatu Amira.

"Kau tidur di mana semalaman?" tanya Darius penuh selidik.

"Di rumah Dora! Aku banyak minum. Jadi aku memilih tidak pulang dan tidur di tempat nya," ucap Amira sambil memijat tengkuknya sendiri. Badannya terasa pegal-pegal. Darius selesai dari mengepel dan mulai memijat tengkuknya Amira. Darius tahu, saat ini istrinya benar-benar kecapekan karena kerjaan nya dan akhirnya bersenang-senang untuk merilekskan pikirannya.

"Apa pekerjaan kamu, lagi menumpuk? Stres dengan beberapa target yang belum tercapai?" tanya Darius.

"Iya, aku lelah!" sahut Amira kini mulai mengeluh. Darius masih berusaha membuat istrinya rileks.

"Lain kali jangan banyak minum lagi, sayang! Kamu lebih baik pulang dan kita bisa bercengkrama. Itu akan membuat kamu lebih fresh," kata Darius sambil tersenyum.

"Itu kan mau kamu, Darius! Aku kalau capek jadi tidak mood melakukan itu!" ucap Amira.

"Aku yang akan membikin kamu kembali mood lagi," sahut Darius. Kini Darius mulai memijit bagian pundak Amira. Selanjutnya tangan Darius mulai turun dan memainkan sesuatu yang indah di sana. Kali ini Amira tidak menolaknya. Akhirnya di atas sofa itu Darius menjadi budak cinta nya. Amira pasrah dan menikmati semuanya tanpa penolakan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!