NovelToon NovelToon

One Night Stand

Cuap-cuap

Halo semuanya! kembali nih di cerita baru author, sebelumnya author ingin memberitahukan kepada semuanya jika cerita ini hanyalah karangan author dan wajar jika masih banyak kekurangan atau kesalahan baik dalam penulisan atau dalam alurnya.

Author menerima segala kritik dan sarannya, tapi tetap gunakan bahasa yang sopan ya semuanya.

Jangan lupa follow Instagram author ya @elaetaa dan juga jangan lupa berikan dukungan ke author dengan follow akun ini, like setiap bab, komentar dan tambahkan ke favorit ya.

Salam hangat dari author 🥰

SELAMAT MEMBACA!

Aneh

Aleta Diandra Alianggra merupakan anak dari seorang pengusaha di kota A meskipun dia lahir dari keluarga yang berkecukupan, tapi dia tidak pernah merasakan bagaimana kasih sayang dari keluarganya, meskipun begitu ia tidak pernah mengeluh bahkan Aleta berusaha keras untuk memenuhi kebutuhannya sendiri sampai saat ini.

Aleta merupakan pribadi dengan sikap lembut dan perhatian pada semua orang yang ada disekitarnya, tapi Aleta juga cukup penakut dalam segala hal seperti saat bertemu dengan orang baru sebab itu Aleta hanya memiliki seorang sahabat bernama Tami.

Aleta sendiri memiliki dua Adik yang pertama Vanya Violet Alianggra dan juga Gladis Reandra Alianggra. Sedangkan, Ayahnya yaitu Abram Alianggra bisa dikatakan gila dengan harta, karena itu saat keluarga Trimono berniat menikahkan putra mereka dengan putri keluarga Alianggra ia merasa senang bukan main karena dengan ini perusahaannya akan semakin berkembang begitupun dengan Bunda Aleta yang bernama Dea Maria Alianggra.

"Al, sebelum berangkat kerja jangan lupa makan dulu," ucap Bunda Dea.

"Iya Bunda," ucap Aleta lalu memakan sarapannya, namun dengan perasaan yang tidak tenang tentunya.

'Tumben banget Bunda nyuruh makan, mana suaranya lembut banget lagi, biasanya juga kayak macan tutul lagi PMS,' ucap Aleta dalam hati.

"Kamu hari ini jadi pergi sama Tami, Al?" tanya Bunda Dea.

"Iya, jadi kok Bun, kan Tami sama Aleta udah janjian," ucap Aleta.

"Kamu beneran?" Tanya Bunda Dea.

"Iya Bunda, yaudah kalo gitu Aleta pergi dulu ya Bun," ucap Aleta lalu pergi dari rumah tersebut.

Saat Aleta keluar rumah merasa heran dengan Bundanya hingga suara klakson mobil menyadarkan lamunannya "Astaga Tami, kaget aku," ucap Aleta.

Tami sendiri merupakan satu-satunya sahabat Aleta sejak mereka SMA, awalnya Aleta kira Tami seorang yang cuek. Namun, setelah kenal lebih dalam lagi, Aleta tau jika sahabatnya ini sangat perhatian bahkan mereka berdua memutuskan untuk bekerja di satu perusahaan.

"Hehehe, yaudah yok keburu telat nih," ucap Tami dan diangguki Aleta lalu Aleta pun masuk kedalam mobil.

"Lo kenapa Al kok kayak mikirin sesuatu gitu?" tanya Tami.

"Ada yang aneh deh sama Bunda hari ini," ucap Al.

"Aneh, apanya yang aneh?" Tanya Tami.

"Masa Bunda tadi pagi nyuruh aku sarapan sih padahal biasanya kan gak pernah Bunda kayak gitu," ucap Aleta.

"Mungkin Tante Dea ingin berubah Al," ucap Tami.

"Mustahil kalo Bunda berubah pasti ada sesuatu yang bakal terjadi deh, Mi," ucap Aleta.

"Udah Al, kamu jangan mikir yang negatif," ucap Tami.

"Ya, aku berharap semua yang aku pikirin ini gak bener, Mi," ucap Aleta.

Setelah menempuh perjalanan 50 menit akhirnya mereka sampai di tempat kerjanya, Aleta bekerja di salah satu perusahaan ternama di kota A yaitu Axa grup dimana Axa grup sendiri merupakan perusahaan yang tidak cukup berkembang pada masanya di negara A.

Saat ini banyak yang ingin bekerjasama dengan perusahaan tempatnya bekerja, namun meskipun begitu yang ingin bekerjasama hanya perusahaan kecil sehingga keuntungan tidak terlalu besar bahkan perusahaan tempat Aleta bekerja mulai mengalami masalah keuangan.

"Lama banget sih kalian," ucap Wein manager di perusahaan tersebut.

"Maaf manager, tadi jalanan sedikit macet," ucap Aleta.

"Alah alasan terus, nih buat lo," ucap Wein dan memberikan Aleta beberapa berkas karena terlalu banyak berkasnya Aleta pun tidak dapat menyeimbangkan tubuhnya dan terjatuh.

"Aleta, lo gapapa?" tanya Tami.

"Aku gapapa kok Mi," ucap Aleta.

"Gitu aja manja banget," ucap Wein lalu pergi dari tempat tersebut.

"Tuh orang ada masalah apa sih sama lo kok kayaknya gak bisa banget liat lo tenang sehari," ucap Tami yang mulai emosi.

"Udah gapapa kok, Mi," ucap Aleta.

"Tapi, tuh orang udah keterlaluan banget sama lo," ucap Tami.

"Hei aku gapapa kok, sekarang mendingan aku kerjain tugasku, kan nanti kita mau jalan-jalan," ucap Aleta.

"Yaudah deh lo kalo buruh bantuan bilang ke gue ya," ucap Tami dan mendapat jempol dari Aleta.

"Siap Bu Bos," ucap Aleta lalu menuju meja kerjanya.

Cukup lama Aleta berkutat dengan berkas-berkasnya akhirnya Aleta selesai jam menunjukkan pukul 4 sore yang artinya waktu pulang, Aleta pun segera menuju ke meja Tami "Mi, aku udah selesai kita jadi jalan-jalan kan?" tanya Aleta.

"Maaf banget Al, gue gak bisa ini tadi nyokap gue baru banget ngabarin gue dan bilang kalo gue disuruh cepet pulang," ucap Tami.

"Yah, padahal aku udah gak sabar mau jalan-jalan loh," ucap Aleta.

"Maaf banget ya Al, gue janji lain kali pasti kita jalan-jalan ya," ucap Tami.

"Yaudah deh, tapi kan bentar lagi aku mau nikah, Mi," ucap Aleta.

"Ya biarin, awas aja kalo Geo gak ngizinin lo keluar bareng gue," ucap Tami.

"Hehehe, udah sana pergi nanti kamu malah dimarahin sama Tante Fina lagi," ucap Aleta.

"Yaudah, kalo gitu dadah Aleta, oh iya lo bisa pulang sendiri kan?" tanya Tami.

"Bisa kok, lebih baik kamu pulang sekarang," ucap Aleta lalu menuju mejanya untuk mengambil tasnya, namun Aleta belum keluar dari ruangannya suara seorang perempuan yang cukup keras mengangetkan Aleta.

"Heh Al," panggil Wein.

"Ada apa manager?" tanya Aleta.

"Pake nanya ada apa nih lo kerjain! hari ini juga harus selesai," ucap Wein.

"Tapi, manager inikan sudah jam pulang dan juga ini bukan dari tim pemasaran," ucap Aleta.

"Lo berani ngelawan apa, inget lo itu cuma babu disini jadi lo harus ngerjain semua berkasnya terserah itu dari tim pemasaran, keuangan atau produksi, paham gak lo," ucap Wein.

"Tapi, manager bukannya itu menyalahi aturan," ucap Aleta.

"Oke, ngelawan lagi ya lo, gue bilang kerjain ya kerjain!" ucap Wein dan mendorong tubuh Aleta.

Aleta yang terkejut pun lantas terjatuh karena tubuhnya tidak seimbang hingga pinggangnya terbentur meja.

"Aw," rintih Aleta karena merasakan sakit di bagian pinggangnya.

"Mampus, makanya kalo disuruh itu jangan ngelawan," ucap Wein lalu pergi.

Sedangkan Aleta pun bangun dan mau tidak mau ia mulai mengerjakan apa yang diperintahkan Wein, "Kenapa jadi kayak gini sih?" tanya Aleta dengan pelan.

Jam menunjukkan pukul 12 malam, namun ia belum selesai mengerjakan berkasnya, "Udah jam segini lagi semangat Al bentar lagi selesai kok," gumam Aleta.

Dan saat jam setengah dua barulah Aleta selesai mengerjakan semua berkasnya, "Udah jam segini lagi aku mau cari bus juga susah," gumam Aleta yang keluar dari perusahaan dan saat keluar ada taksi sehingga Aleta pun pulang dengan menggunakan taksi.

Sesampainya di rumah Aleta segera merebahkan tubuhnya di kasur yang bisa dibilang keras, "Huh, besok adalah pertunanganku jadi aku harus siap-siap," ucap Aleta sambil tersenyum.

"Tapi, kenapa Geo gak bisa dihubungi ya? apa jangan-jangan dia juga gugup kayak aku?" tanya Aleta dan setelah itu ia pun mulai memejamkan matanya.

Pagi harinya Aleta bangun, ia tidak bekerja hari ini karena malam nanti adalah hari penting baginya ia juga sudah mengatakan akan izin sejak 5 hari lalu, "Bi Ratih semuanya udah siap kan di hotel?" tanya Aleta.

"Semuanya sudah siap Nona, tinggal acaranya nanti malam saja," ucap Bi Ratih.

"Terima kasih ya Bi, udah mau bantuin Aleta," ucap Aleta dengan tersenyum.

"Sama-sama Nona, semoga Tuan Geo dan Nona Aleta bisa langgeng," ucap Bi Ratih.

"Amin! yaudah Bi kalo gitu Aleta coba periksa di hotel ya siapa tau ada yang gak sesuai," ucap Aleta dan diangguki Bi Ratih.

"Jangan Al! kamu di rumah aja lagian kan udah ada Ayah kamu yang cek semuanya kok, jadi kamu tinggal dateng pas nanti malam aja," ucap Bunda Dea.

"Tapi, Aleta cuma mau lihat kok, gimana persiapannya aja kok Bunda," ucap Aleta.

"Udah jangan, kamu dirumah aja ya, percayain semuanya sama Ayah kamu," ucap Bunda Dea.

"Yaudah deh kalo gitu Aleta ke kamar aja," ucap Aleta.

"Iya iya kamu ke kamar aja nanti malam kita ke hotelnya bareng," ucap Bunda Dea.

"Kenapa perasaan aku gak enak ya gara-gara sikap Bunda, tapi mungkin aja Bunda udah berubah karena aku mau nikah sama Geo," gumam Aleta saat berada di dalam kamar.

Aleta merasa handphonenya bergetar dan ia pun segera mengangkat telepon tersebut, "Halo Mi! kenapa?" tanya Aleta.

"Al, sorry banget kayaknya gue nanti malam gak bisa deh dateng ke tunangan lo sama Geo," ucap Tami.

"Loh kenapa kan kamu udah janji mau dateng nanti malam?" tanya Aleta.

"Iya, tapi ini perusahaan tiba-tiba nyuruh gue ke kota C buat ngerjain proyek disana, gue lupa kemarin direktur udah bilang ke gue terus gue iyain dan sekarang mau gak mau gue mau berangkat," ucap Tami.

"Huh, yaudah deh kalo gitu aku juga gak bisa nyuruh kamu buat batalin proyeknya," ucap Aleta.

"Maaf ya," ucap Tami.

"Iya gapapa kok," ucap Aleta lalu memutuskan sambungan telepon tersebut.

"Gak sabar banget sih buat nanti malem," gumam Aleta.

.

.

.

Tbc.

Menangis

Aleta hanya melihat sekelilingnya, dimana saat ini banyak yang melihat ke arahnya dengan tatapan benci dan berbisik yang tentunya masih dapat di dengar Aleta, "Jadi itu putri pertama keluarga Alianggra, pantes aja sih kalau Tuan Geo gak mau, orang dia nya aja kayak gini, malu-maluin," bisik mereka.

"Aleta, kamu harus sabar Bunda tau ini berat, tapi kamu gak bisa ngelakuin ini ke keluarga Alianggra," ucap Bunda Dea.

"Kenapa Bun hiks hiks Aleta buat salah apa sama kalian? kenapa Aleta harus nerima semua ini?" tanya Aleta dengan menangis sekencang-kencangnya.

Beberapa saat sebelumnya

Hari ini adalah hari pertunangan kakak pertamanya Vanya dengan seorang lelaki yang bernama Geo yang merupakan kekasihnya sejak dua tahun lalu, Seharusnya saat ini Aleta yang berada di atas panggung, tapi justru Adiknya yang menggantikannya bahkan Adiknya menggunakan gaun yang sudah Aleta pesan untuk pertunangannya begitupun dengan perhiasan dan semua fasilitas yang ada. Aleta merasa sakit hati dengan semua ini ia sudah menyiapkan semuanya, namun ia tidak dapat merasakannya.

"Kak, Kakak gak bisa ngelakuin semua ini," ucap Vanya dengan lembut.

"Kenapa gak bisa semua ini aku yang nyiapin dan dengan seenaknya kalian ngadain pertunangan yang harusnya itu adalah pertunanganku," ucap Aleta dengan emosi sambil melepaskan hiasan yang ada di dinding tempat tersebut.

Padahal sedari tadi Aleta yang sudah dirias diruang makeup, tapi apa yang terjadi sekarang ini ia harus menahan kecewa, sedih dan marahnya karena ia sudah menunggu lama di ruang makeup, ia menunggu lebih dari satu jam dan tidak ada siapapun yang menyuruhnya keluar padahal ia sudah cantik sejak tadi meskipun ia sedikit bingung karena tidak menggunakan gaun yang sudah ia pesan, tapi akhirnya Aleta pun memutuskan untuk keluar dari ruang tersebut mungkin acaranya terlambat pikir Aleta, namun betapa terkejutnya saat ia keluar ia sudah melihat sang kekasih yaitu Geo sedang berfoto dengan Vanya sambil memamerkan cincin yang berada ditangan mereka dan itulah alasan mengapa Aleta melakukan hal ini ia terus merusak dekorasi dan beberapa meja disana.

"Kak, aku tau Kakak marah, tapi Kakak gak bisa ngelakuin ini. Kakak bisa menghancurkan nama baik keluarga kita dan keluarga Trimono Kak," ucap Vanya.

Aleta pun berhenti dan melihat ke arah Geo yang saat ini juga melihatnya, Aleta berjalan menghampiri Geo "Kamu pilih aku atau Vanya?" tanya Aleta.

"Kak, maksud Kakak apa? Kak Geo itu tunangan aku, Kakak jangan jadi pelakor ya," ucap Vanya yang mulai emosi.

"Pelakor! harusnya lo ngaca siapa yang jadi pelakor di sini gue atau lo," ucap Aleta yang mulai emosi.

Plak

Sebuah tamparan cukup kencang mendarat tepat di pipi mulus Aleta "Jaga bicaramu, Vanya itu tunanganku dan kamu bukan siapa-siapa bagiku, kamu itu gak lebih dari calon kakak ipar ku seharusnya kamu sadar akan hal itu," ucap Geo dengan dingin.

Aleta tidak percaya Geo menamparnya dan ini adalah pertama kalinya Aleta mendapat perlakuan kasar dari Geo sejak mereka kenal, "Geo, kamu lebih milih dia daripada aku, ingat Geo kita ini udah lama pacaran hiks hiks hiks," ucap Aleta.

"Dasar menyedihkan, aku berharap kamu dapat lelaki yang lebih baik dariku Al, buang rasa suka kamu buat aku karena aku sudah punya pasangan sekarang," ucap Geo dan menunjukkan cincin yang berada ditangannya.

"Gak Ge, kamu pernah bilang kalo kamu bakal nikah sama aku," ucap Aleta, sedangkan semua orang yang berada disana mulai berkomentar buruk tentang Aleta.

Plak

Lagi-lagi Aleta mendapat tamparan di pipi mulusnya, bukan dari Geo melainkan dari Bunda Dea, "Kamu udah keterlaluan Al, gak seharusnya kamu ngomong kayak gitu," ucap Bunda Dea

Setelah mendapat tamparan keras dari Bunda Dea, Aleta mulai kehilangan keseimbangan dan ia pun tak sadarkan diri, "Aleta," panggil seorang laki-laki, namun Aleta tidak tau siapa dia karena Aleta sepenuhnya tidak sadarkan diri.

Cukup lama pingsan akhirnya Aleta pun terbangun dan melihat jika ada Paman Fariz yang saat ini duduk di sofa kamar tersebut, "Paman Fariz," panggil Aleta.

"Akhirnya kamu sudah sadar Al, gimana ada yang sakit gak?" tanya Paman Fariz yang merupakan teman sekaligus kolega Ayah Abram bahkan Paman Fariz sudah dianggap keluarga di Alianggra.

"Gak kok Paman, terima kasih sudah mau bantu Aleta," ucap Aleta dan diangguki Paman Fariz.

"Beneran kamu gapapa?" tanya Paman Fariz yang semakin mendekat ke arah ranjang yang saat ini digunakan Aleta.

"Iya Paman, Aleta gapapa kok, Paman boleh pergi sekarang," ucap Aleta.

"Masa Paman harus pergi sih katanya kamu mau ngucapin terima kasih ke Paman ya kamu ucapin sekarang dong," ucap paman Fariz.

"Maksud Paman apa?" tanya Aleta yang mulai waspada.

"Huh tadi kan kamu terima kasih ke Paman nah ini paman tagih terima kasih kamu," ucap Paman Fariz yang semakin mendekat bahkan dengan cepat langsung memegang tangan Aleta.

"Paman lepasin, Paman jangan bersikap kurang ajar ya," ucap Aleta yang memberontak.

"Paman gak kurang ajar kok lagian bentar lagi kamu juga bakal nikah dengan Paman kan," ucap paman Fariz.

Aleta melotot mendengar perkataan Paman Fariz, ia baru saja ditinggal sang kekasih dan ia harus menikah dengan Paman Fariz yang umurnya sangat jauh dengannya. Aleta berusaha untuk kabur dari Paman Fariz dan saat Pamannya lengah ia segera menarik tangan Paman Fariz dan mengigitnya lalu ia keluar dari kamar tersebut dan berlari sambil melihat ke belakang takut jika Paman Fariz mengejarnya.

Karena Aleta terus melihat ke belakang ia pun menabrak seseorang hingga terjatuh, belum sempat Aleta melihat siapa orang yang ia tabrak tiba-tiba suara perempuan membuatnya menatap ke arah orang yang ia tabrak, orang itu adalah Vanya dan Geo, "Kakak gapapa? kenapa Kakak lari?" tanya Vanya dengan lembut.

"Heh tidak usah pura-pura baik, aku tidak butuh itu," ucap Aleta.

"Kak, kita ingin lihat kondisi Kakak soalnya kan tadi Kak Aleta pingsan," ucap Vanya.

"Aku gak peduli itu," ucap Aleta.

"Kak, kita hanya mengkhawatirkan Kakak karena Kakak pasti tertekan dengan semua omongan orang lain tentang Kakak waktu pertunanganku dengan Kak Geo tadi," ucapp Vanya sambil menggandeng lengan Geo dan memamerkan cincin mereka.

Seketika Aleta mulai sedih karena cincin yang digunakan Vanya merupakan cincin yang seharusnya ia gunakan dalam pertunangannya dengan Geo.

Aleta melihat ke arah Geo, namun sekali lagi Geo hanya menatapnya datar seolah tidak terjadi apa-apa, Aleta pun melangkah pergi dari hadapan mereka berdua, "Kakak mau kemana?" tanya Vanya.

"Aku mau pergi yang jelas tidak melihat kalian berdua," ucap Aleta lalu masuk kedalam sebuah kamar dan menangis cukup kencang.

"Hiks hiks kenapa semua ini terjadi sih? aku pikir, aku bakal bahagia setelah hari ini, tapi kenapa malah semakin sakit, kalo memang mereka tidak ingin aku menikah dengan Geo kenapa harus mereka melakukan ini, mereka seperti mempermainkanku?" tanya Aleta sambil memukul-mukul dadanya dan terus menangis.

"Berisik," ucap seorang pria dengan suara seraknya.

Aleta yang awalnya menunduk pun ikut melihat ke arah pria yang saat ini berdiri di depannya, Aleta sempat terpesona meskipun tidak terlalu jelas wajah pria tersebut, tapi menurut Aleta pria tersebut sangat mempesona dimana pria tersebut menggunakan kemeja putih dan lengannya di naikkan lalu dua kancing atasnya dibiarkan terbuka sehingga pria tersebut terlihat sangat mempesona.

"Siapa kamu? kenapa kamu bisa ada disini?" tanya Aleta.

"Saya yang harusnya tanya ke kau bukan kau tanya ke saya, ngapain kau ada dikamar saya?" tanya pria tersebut.

Aleta semakin bingung ia berani masuk kedalam kamar ini karena kamar ini tidak terkunci, setau Aleta di hotel ini kamar yang tidak terkunci menandakan jika kamar itu kosong atau akan di bersihkan sebab itu Aleta masuk kedalam kamar ini.

"Saya tanya ke kau jawab!" ucap pria tersebut yang mulai meninggikan suaranya.

"Maaf, aku kira kamar ini kosong, kamu tidak perlu khawatir aku hanya disini sebentar sampai situasi di luar aman," ucap Aleta dan bukannya menjawab pria tersebut justru semakin menatap lekat Aleta.

.

.

.

Tbc.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!