"Kapan kau akan menikah, Zeline?"
"Kau sudah pacaran dengan Armand selama bertahun-tahun, lalu kapan kalian akan menikah?"
"Kapan Kak Zeline akan menyusul menikah?"
"Kau tidak malu pada adikmu yang sudah terlebih dahulu menika? Lalu kenapa kau tak kunjung menikah?"
"Kapan kau akan menikah? Mau jadi perawan tua memangnya?"
Zeline menarik nafas panjang berulang kali sembari memijit pangkal hidungnya yang mendadak terasa nyeri sekaligus pening. Bukan pening karena ini tanggal tua dan gaji belum turun, melainkan pening karena memikirkan sejuta pertanyaan yang terus saja berputar-putar di kepalanya. Pertanyaan tentang kapan Zeline akan menikah!
Memangnya usia dua puluh sembilan tahun itu sudah tua? Zeline merasa kalau dirinya masih muda!
Masih sangat sangat muda malahan!
Perihal Sakya, adik Zeline yang terpaut usia tiga tahun lebih muda darinya dan kebetulan sudah menikah beberapa bulan lalu karena sebuah 'kecelakaan' sekaligus kepolosan Sakya sendiri, ya itu juga bukan kemauan Zeline!
Salahkan saja Sakya kenapa lancang sekali menikah mendahului Zeline yang notabene adalah kakaknya.
Dasar adik tidak pengertian!
"Selamat pagi, Nona Zeline!" Sapa sekretaris Zeline yang wajahnya selalu sumringah setiap pagi dan bentuk badannya yang kadang membuat Zeline ingin menenggelamkan diri ke dasar samudra.
Kenapa juga Zeline punya sekretaris se-perfect itu yang kadang orang-orang kira sekretaris Zeline adalah Zeline dan Zeline adalah sekretaris Zeline.
Baiklah!
Ini membingungkan!
Satu hal yang pasti bentuk tubuh Zeline saat ini bukanlah bentuk idaman kaum hawa masa kini. Zeline bahkan sudah lupa kapan terakhir ia menimbang berat badannya, karena saat melihat angka di timbangan, efeknya begitu luar biasa bagi Zeline.
Dari pusing, mual, muntah, kejang, dan terakhir adalah menangis semalaman. Baiklah, Zeline memang gadis gendut tapi tidak buruk rupa, setidaknya itulah yang dikatakan Mami dan Papi. Lagipula, Zeline juga tidak bulat-bulat sekali karena ia punya tinggi badan yang lumayan untuk ukuran seorang wanita.
Seratus delapan puluh centimeter! Bukankah itu luar biasa?
Meskipun harus Zeline akui kalau berat badannya masih jauh dari kata ideal!
"Nona Zeline!" Tegur sekretaris Zeline lagi.
"Ya! Kau bicara apa tadi?" Jawab Zeline cepat seraya meraih pena di atas meja, lalu memainkannya, seolah ia adalah seorang nona direktur.
Hey! Zeline memang Nona direktur di perusahaan milik Opa Hansel Abraham ini yang kemudian diserahkan pada Papi Zeline, yaitu Zayn Abraham dan sebentar lagi Zeline yang akan mengambil alih.
Tak perlu mengharapkan Sakya yang lebih memilih profesi sebagai dokter orthopedi itu!
Zeline yang akan memimpin perusahaan yang menaungi beberapa hotel berbintang ini ke depannya. Bukankah itu juga luar biasa?
"Saya belum mengatakan apa-apa, Nona!" Jawab sekretaris Zeline seraya menahan tawa.
"Oh, benarkah? Silahkan bicara kalau begitu!" Titah Zeline yang kadang tingkahnya membuat para karyawan di perusahaan mengul*m senyum. Nona direktur ini memang kadang bertingkah konyol dan lupa dengan dirinya yang merupakan seorang nona direktur. Namun untuk masalah pekerjaan, tentu saja Zeline selalu serius!
"Saya akan membacakan jadwal anda hari ini, Nona!" Ujar sekretaris Zeline lagi sudah dengan raut wajah serius.
"Ya! Aku mendengarkan!" Gumam Zeline yang kini sudah ganti memutar-mutar kursinya ke kiri dan ke kanan.
Menyenangkan juga ternyata!
Sekretaris Zeline mulai membacakan jadwal Zeline, dan sesekali Zeline akan manggut-manggut masih sambil memutar-mutar kursinya.
"Sudah, Nona!"lapor sekretaris Zeline yang sudah selesai membacakan jadwal.
"Jadi, aku luang pukul berapa?" Tanya Zeline sedikit kurang fokus.
"Pukul sepuluh sampai makan siang, Nona! Setelah makan siang anda akan menemani Pak Zay meeting di luar," jelas sekretaris Zeline.
"Ah, iya! Dua jam!"
"Lebih dari cukup untuk membuat sebuah kejutan, ya?" Zeline bergumam seraya senyum-senyum sendiri.
"Saya sudah boleh keluar, Nona?" Tanya sekretaris Zeline lagi.
"Ya! Memangnya siapa yang menyuruhmu bertapa disini?" jawab Zeline sedikit berkelakar, dan sekretaris Zeline langsung undur diri seraya menahan tawa.
"Eh, Nona!" Panggil Zeline sedikit ambigu. Tapi sekretaris Zeline namanya memang Nona. Seperti tak ada nama lain saja!
"Iya, Nona Zeline?" Jawab sekretaris Zeline yang malah membuat Zeline tergelak.
"Nona memanggil Nona! Astaga!" Zeline masih saja tertawa.
"Ada lagi yang bisa saya lakukan, Nona Zeline?" Tanya Sekretaris Zeline seraya menahan tawa.
"Tolong-" Zeline masih tertawa hingga nona direktur itu tak mampu melanjutkan kalimatnya.
"Tolong kau pesankan Nona!"
"Eh, maksudku tolong kau pesankan kue, ya!" Zeline akhirnya bisa mengendalikan tawanya.
"Kue? Kue ulang tahun?" Tanya sekretaris Zeline memastikan.
"Tepat! Untuk Armando!" Ujar Zeline menyebut nama sang kekasih yang sudah ia pacari selama lima tahun. Rekor yang luar biasa!
"Baik, Nona! Akan saya pesankan," jawab Sekretaris Zeline sebelum kembali berpamitan dan keluar dari ruangan Zeline.
Zeline membuka galeri di ponselnya lalu melihat satu per satu foto Armando di sana.
"Kau tahunya aku masih di luar kota hari ini. Kau pasti akan terkejut saat tiba-tiba aku datang ke apartemenmu," gumam Zeline seraya membayangkan ekspresi wajah Armando saat menerima kejutan darinya nanti.
****
Zeline berjalan santai keluar dari lift yang mengantarnya ke unit apartemen Armando tangan kiri Zeline memegang bento cake yang akan Zeline berikan pada Armando sebagai kejutan, sedangkan tangan kanan Zeline memegang sebuah croffle yang sesekali ia lahap sembari berjalan menuju ke unit apartemen Armando.
Jam sepuluh memang sudah waktunya untuk Zeline makan kudapan! Jadi tam perlu mengaitkannya dengan berat badan Zeline! Toh pekerjaan Zeline juga lumayan menguras pikiran serta membuat mudah lapar. Dan Zeline tak mau mengalami malnutrisi dengan menunda-nunda makan. Kesehatan yang paling utama! Berat badan jadikan nomor sekian saja!
"Sudah sampai," gumam Zeline yang sudah bersiap menekan bel di apartemen Armando. Kekasih Zeline tersebut memang pekerjaannya adalah konten creator yang suka membuat video unboxing mainan aneka rupa. Jadi sepanjang hari pria itu bisa saja hanya berada di dalam apartemen, membuat video, lalu mengeditnya. Dan Zeline sama sekali tak keberatan dengan apapun pekerjaan Armando tersebut.
Zeline mencintai pria itu!
Ting tong!
Zeline menekan bel, kemudian menyalakan lilin yang sudah tertancap di atas bento cake. Zeline sudah bersiap di depan pintu, dan menunggu hingga pintu tersebut dibuka dari dalam....
"Surprize, Sayang!" Seru Zeline begitu pintu dibuka. Namun senyuman di bibir Zeline seketika sirna saat gadis itu tak mendapati Armando yang membuka pintu, melainkan sahabat Zeline sendiri....
"Herlina!"
.
.
.
Halo!
Karya ke-37 kita ketemu sama Zeline Abraham, putri sulung dari Zayn Arsenio Abraham dan Thalita Halley.
Konflik santai dan tak seruwet bulan kemarin pokoknya. Kita ketawa-ketawa aja disini karena aku juga udah capek nangis melulu 🙈🙈
Terima kasih untuk para reader setia yang masih tetap mengikuti kelanjutan karya sambung menyambung tanpa ujung ini 😅
Jangan lupa like, ya!
Terima kasih 💜💜💜
"Yang, kamu mau melamar aku, ya?"
"Hah? Melamar? Aku kan masih kuliah," jawab Armand seraya menyesap minumannya.
"Iya kali aja kamu ngasih kejutan gitu ke aku," Zeline melongok-longok ke dalam gelasnya seperti mencari sesuatu. Lalu gadis itu beralih le piringnya dan membolak-balik benda tersebut.
"Kami nyariin apa, Yang?" Tanya Armand mengernyit heran.
"Cincin yang mungkin aja kamu umpetin di sini." Zeline menunjuk ke gelasnya.
"Atau disini?" Zeline ganti menunjuk ke piring kuenya.
"Cincin apaan? Aku nggak ngumpetin cincin, Yang!" Ujar Armand dengan raut wajah yang bergitu serius.
"Kamu nggak ngelamar aku berarti hari ini?" Tanya Zeline lagi masih berharap.
"Enggak! Lagian, aku itu masih pusing mikirin skripsi," Armand mengacak rambutnya sendiri dan terlihat frustasi.
"Jadi mgapain aku ngelamar kamu sekarang? Tunggulah sampai aku wisuda, trus dapat kerjaan mapan atau jadi direktur dulu kayak kamu," Cerocos Armand lagi yang sontak membuat Zeline tergelak. Usia Armand memang empat tahun lebih muda ketimbang Zeline. Pria ini dulunya adalah adik tingkat jauh sekali dari Zeline saat kuliah.
Zeline sudah masuk semester akhir dan Armand baru masuk kuliah. Lalu tak sengaja bertemu saat Armand kehabisan bensin motor, dan setelah Zeline membelikan mereka jadi akrab hingga akhirnya berpacaran sampai detik ini. Kadang saat Armand kesulitan membayar biaya kuliahnya, Zeline juga yang akan membantu pria ini.
Jangan tanya kenapa!
Namanya juga bucin!
"Lagian, kenapa kamu buru-buru minta aku lamar, sih? Kayak udah kebelet nikah aja," tanya Armand lagi masih heran.
"Iya, Papi udah tanya-tanya terus akh kapan nikah. Umur aku kan hampir kepala tiga, Yang!" Tukas Zeline beralasan.
"Halah! Umur itu cuma angka!"
"Kamu masih kelihatan muda, Zeline! Masih seperti ABG," lanjut Armand lagi seraya merapikan rambut Zeline yang jatuh menutupi wajahnya, lalu menyelipkan ke belakang telinga. Hal sederhana tersebut sukses membuat Zeline tersipu.
"Zeline!" Sapa Herlina, sahabat Zeline sejak kuliah yang tiba-tiba mengganggu momen kemesraan Zeline dan Armand.
"Herlin! Disini juga?" Tanya Zeline berbasa-basi seraya mempersilahkan Herlina untuk duduk.
"Iya! Kebetulan lagi cuci mata aja sekalian ngonten," jawab Herlina seraya menunjukkan kamera di tangannya.
"Oh, ini sahabat kamu yang konten creator itu juga, ya, Yang?" Tanya Armand kepo.
"Iya! Namanya Herlina!"
"Hai, aku Herlina! Kamu berondongnya Zeline, ya?" Herlina langsung memperkenalkan dirinya sendiri pada Armand tanpa sungkan sedikitpun.
"Armando!" Ujar Armand yang balas menyebutkan namanya seraya menatap kagum pada Herlina. Tapi Zeline tak terlalu mempermasalahkan karena Zeline percaya pada kekasihnya tersebut. Tiga orang itu akhirnya melanjutkan obrolan seraya menikmati makanan yang mereka pesan.
****
"Yang, aku masih banyak kerjaan sekarang. Aku mau fokus sama pekerjaan baru aku ini! Kamu nggak marah dan nggak bakal desak-desak aku buat buru-buru melamar kamu, kan?" Tanya Armand panjang lebar seraya menggenggam tangan Zeline. Baru beberapa hari yang lalu Zeline merayakan ulang tahunnya yang ke dua puluh sembilan tahun,dan jangan tanya pertanyaan apa yang dilontarkan orang-orang saat mengucapkan selamat ulang tahun.
Kapan nikah?
Kapan dilamar?
Kapan undangannya?
Kapan, kapan, dan kapan?
Rasanya Zeline ingin balik bertanya, "Kapan kalian semua dipanggil Yang Maha Kuasa?"
Oh, tapi Zeline tak melakukannya karena Zeline tidak mau dicap sebagai gadis yang sedang frustasi karena hubungannya digantung bertahun-tahun oleh Armand tanpa tahu kapan pria itu akan melamar Zeline maupun mengajak Zeline ke jenjang yang lebih serius.
Armand masih tergila-gila dengan pekerjaan barunya sebagai konten creator. Baiklah! Zeline akan mencoba memaklumi sekali lagi!
"Yaudah, nggak apa-apa, Yang! Aku maklum, kok!" Jawab Zeline seraya tersenyum manis pada Armand.
"Kamu memang pacar aku yang paling pengertian!" Ucap Armand seraya mencubit gemas pipi chubby Zeline.
****
"Zeline," ucapan Herlina langsung membuyarkan lamunan Zeline yang masih berdiri di depan pintu apartemen Armand seraya membawa bento cake.
"Kau mau memberikan kejutan untuk Armand, ya?" Tebak Herlina sok tahu.
"Ya! Kau sedang apa disini?" Tanya Zeline yang tetap mencoba untuk berprasangka baik. Mustahil Herlina dan Armand menjalin hubungan di belakang Zeline, kan?
"Kebetulan aku lagi bikin video kolaborasi sama Armand," Jelas Herlina.
Sejak awal, sahabat Zeline ini memanglah yang memperkenalkan dunia konten creator pada Armand. Jadi kedekatan Herlina dan Armand sebenarnya tak terlalu Zeline ambil pusing.
Tapi Zeline benar-benar baru tahu kalau Herlina sampai datang-datang ke apartemen Armando begini untuk membuat video. Tadinya Zeline pikir saat mereka kolaborasi itu mereka ketemuannya di luar.
"Siapa yang datang, Yang?" Terdengar seruan Armand dari dalam apartemen.
Tunggu dulu!
Kenapa Armand memanggil Yang? Pria itu kan tidak tahu kalau Zeline datang dan memberi kejutan?
Atau jangan-jangan Yang yang dimaksud Armand disini adalah....
Zeline langsung menatap tajam pada Herlina yang hanya meringis.
"Sayang! Siapa yang datang?" Tanya Armando sekali lagi, kali ini sembari menunjukkan wajahnya. Dan pria itu langsung terlonjak kaget seolah baru saja melihat setan.
Memangnya Zeline setan?
"Zeline! Kau sudah pulang, Sayang?" Armando yang tadi kaget sekarang sudah bisa basa-basi yang pastinya sangatlah basi bagi Zeline.
"Ya! Aku sudah pulang dan aku membawakanmu kue." Zeline merangsek masuk ke apartemen Armando dan sengaja menyenggol Herlina yang tubuhnya putih tinggi langsing layaknya bihun beras, hingga sahabatnya itu sedikit terhuyung.
Dasar lemah!
Zeline menghampiri Armando yang terlihat salah tingkah.
"Aku benar-benar tidak tahu, Sayang!" Armando masih bisa memasang senyum manis yang basi pada Zeline.
"Tidak apa-apa! Aku maklum, kok!" Zeline balas tersenyum sekaligus merasa geregetan.
Benar-benar geregetan hingga akhirnya Zeline menumplekkan bento cake di tangannya ke wajah Armand dengan kecepatan jet.
"Zeline!" Pekik Armand yang sepertinya amat sangat kaget. Sementara Herlina yang juga kaget hanya menutup mulutnya dengan telapak tangan.
"Selamat ulang tahun, Armando!" Ucap Zeline geregetan dan kesal.
"Dan selamat menjadi mantan pacar! Kita putus!" Ujar Zeline lagi yang sudah benar-benar kesal pada Armand.
Lima tahun Zeline dibodohi sekaligus dimanfaatkan oleh pacar berondongnya ini sepertinya sudah lebih dari cukup.
"Putus?"
"Iya, putus! Apa masih kurang jelas?" Jawab Zeline berapi-api.
"Kini aku tahu kenapa kau selalu beralasan sedang jogging saat aku menelepon!" Zeline menatap sinis ke arah Armand yang kini wajahnya belepotan kue. Wanita itu lalu menurunkan tatapannya ke arah pangkal paha Armand dimana milik pria itu terkatung-katung tanpa terbungkus underwear.
Mungkin tadi saat Zeline menekan bel, Herlina sedang karaoke dengan milik Armand.
Ck!
Dasar sama-sama jal*ng dan murahan!
"Baiklah kalau memang kau ingin putus! Siapa juga yang sudi menikah dengan wanita gendut tak menarik sepertimu!" Ujar Armand merundung bentuk badan Zeline, seraya pria itu menyeka krim kue yang belepotan di wajahnya.
"Ouh, jadi kau sudah jujur sekarang?" Zeline ganti berucap sinis pada Armand yang menyinggung perihal body shamming.
"Jadi selama ini, ucapanmu yang selallu mengatakan aku cantik apa adanya itu hanya bualan?"
"Bukan bualan! Tapi kau saja yang bodoh!" Valas Armand yang terdengar begitu menyakitkan.
"Ya, aku memang bodoh karena sudah memacari seorang pria brengsek sepertimu selama lima tahun!"
"Buang-buang waktu saja!" Zeline semakin kesal sekarang. Sementara Armand malah merangkul Herlina tanpa dosa seolah sedang pamer kalau ia kini sudah punya pacar yang perfect.
Cih!
Perfect katanya!
"Pergi sana!" Usir Armando pada Zeline selanjutnya.
"Baiklah, aku akan pergi setelah aku..." Zeline menuding pada Armand, lalu merangsek masuk ke kamar pria itu dan mencari-cari dompet Armand.
"Zeline, kau mau apa?"
"Mengambil semua baran-barangku yang kau pinjam tentu saja!"
"Kartu debet, kartu kredit, kartu member di semua hotel milik Abraham group!" Zeline mengambil semua kartu yang ia sebutkan dari dompet Armand.
"Apa?"
"Tapi kau sudah memberikannya untukku!" Armand berisaha merebut kembali kartu tadi dari tangan Zeline yang kini tertawa terbahak-bahak.
"Tidak baik menyimpan barang-barang milik mantan, Armando!"
"Kau mau membuat pacar barumu cemburu?" Ucap Zeline dengan nada sinis seraya menatap pada Herlina yang kini raut wajahnya sudah berubah. Sepertinya sahabat Zeline itu sedang ketakutan.
"Dan, Herlina sayang!"
"Jangan lupa untuk mengembalikan tas seharga lima ratus jutaku yang tempo hari kau pinjam untuk membuat video, oke!"
"Jumlahnya ada tiga, warna hijau, pink, dan hitam!" Ucap Zeline mengingatkan Herlina yang terlihat mengkeret.
Ck! Dasar bihun beras lemah!
"Dan kembalikan juga kartu membermu di semua hotel dan restorant milik Abraham Group!" Zeline menengadahkan tangannya ke arah Herlina yang langsung dengan cepat mengeluarkan semua kartu yang dimaksud Zeline dari tasnya.
"Lain kali, jika ingin me-review hotel mewah atau restorant mewah, pakai modal!" Desis Zeline tajam.
"Jangan hanya modal follower dan pamer gaya hidup sultan saja tapi aslinya apa-apa minta gratisan!" Sambung Zeline lagi merasa geregetan.
"Zeline, kau tak mau dengerin penjelasan aku?"Herlina memelas.
"Tidak ada yang perlu dijelaskan! Lanjutkan saja karaokenya bersama Armand sana!"
"Bye!" Ucap Zeline tegas seraya berlalu dari hadapan Armand dan Herlina. Tak lupa Zeline juga membanting pintu apartemen Armand sekuat tenaga.
Zeline sedang butuh pelampiasan!
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
Zeline kembali ke kantor seraya membawa banyak kantung makanan di tangannya.
"Selamat siang, Nona Zeline!" Sapa Nona yang buru-buru bangkit berdiri untuk membantu Zeline yang terlihat kerepotan membawa banyak kantong di tangannya.
"Letakkan di dalam, lalu kau ambil sisanya yang diantar oleh pengantar makanan di bawah!" Perintah Zeline pada Sekretaris Nona.
"Masih ada lagi, Nona?" Tanya Sekretaris Nona merasa tak percaya. Ini saja sudah banyak sekali makanannya, kenapa masih memesan lagi? Apa Nona Zeline mau open house?
"Ya! Kita akan makan-makan setelah ini agar kau tidak malnutrisi!" Jawab Zeline dengan nada sedikit ketus seraya menuding pada Sekretaris Nona.
"Cepat ambil!" Perintah Zeline sekali lagi pada Sekretaris Nona yang malah bengong bak sapi ompong.
"Baik, Nona!" Jawab Sekretaris Nona akhirnya seraya keluar dari ruangan Zeline, lalu langsung turun ke lantai bawah untuk mengambil makanan Zeline.
Zeline sendiri langsung mengeluarkan semua makanan yang tadi ia beli dari dalam kantung, lalu menyusunnya di atas meja. Zeline sedang patah hati atau mungkin frustasi, jadi dia akan makan banyak hari ini demi meluapkan semua emosi yang menggunung di dadanya.
Tepat saat Zeline sedang menyumpalkan macaroni schotel ke dalam mulutnya, ponsel nona direktur itu tiba-tiba berdering.
Sakya menelepon!
"Halo!" Sambut Zeline dengan mulut penuh makanan.
"Kak, Sakya punya teka-teki!"
"Teka-teki apa? Pasti Greget ngidam aneh-aneh lagi!" Tebak Zeline sok tahu.
"Gretha, Kak! Bukan Greget! Nama adik ipar sendiri masa nggak ingat-ingat?"
"Ribet namanya! Bikin lidah keseleo!" Zeline beralasan dan langsung terdengar decakan Sakya dari ujung telepon.
"Gretha ngidam coklat ratu perak jerawatan! Maksudnya apa, coba?"
Zeline tertawa terbahak-bahak mendengar curhatan Sakya tentang ngidamnya Gretha yang memang suka aneh-aneh karena tak langsung mengatakannya melainkan hanya memberikan clue pada Sakya. Auto pusing tujuh keliling adik Zeline itu!
"Ratu perak bahasa inggrisnya apa, Sak?"
"Sak sak! Memangnya Sakya sak semen?" Terdengar protes dari Sakya saat Zeline memanggil namanya setengah saja.
"Iya, Kya! Ratu perak bahasa inggrisnya apa?" Zeline mengulangi pertanyaannya.
"Silverqueen-"
"Aaarrrggh! Beg* banget sih! Kok bisa nggak tahu!"
"Makasih, Kak!"
"Hei! Hei! Sakya Arsenio Abraham!" Zeline berteriak keras saat Sakya hendak menutup telepon.
"Apalagi, Kak? Nanti Sakya kirimin makanan sebagai ucapan terima kasih! Mau apa? Pizza? Dessert box? Bento cake? Nasi padang? Donat? Minuman kekinian? Ayam bakar?"
"Sudah ada semua di kantor!" Jawab Zeline enteng.
"Serius? Kakak habis borong? Kapan kurusnya,coba?"
"Nanti kalau Abang Armand kab-"
"Emang udah kabur si Armand kere!" Sahut Zeline cepat memotong kalimat Sakya.
"Hah? Kok bisa? Maksudnya apa? Kak Zeline dan Abang Armand putus?"
"Ya! Dan sekarang aku baru merayakannya bersama Nona!" Jawab Zeline berseru bersamaan dengan Sekretaris Nona yang sudah kembali ke ruangannya seraya membawa banyak kantung makanan lagi.
"Sakya baru tahu, ada orang putuss cinta tapi malah merayakan dan makan-makan. Nggak nangis sambil lap ingus, Kak?"
"Ck! Aku nggak sejorok itu, Sak!" Teriak Zeline lagi merasa kesal pada sang adik yang langsung terkekeh.
"Jadi Kak Zeline mau hadiah apa sebagai ucapan terima kasih?"
"Aku butuh healing!" Jawab Zeline to the point.
"Baiklah! Mau kemana?"
"Terserah kau!" Jawab Zeline sengaja.
"Ada jawaban selain terserah?"
"Coba sekali lagi!" Jawab Zeline lagi semakin usil.
"Ya ampun! Kenapa kaum wanita begitu merepotkan?"
"Salahmu jadi laki-laki!" Zeline terkekeh lalu menutup telepon secara sepihak tanpa pamit pada Sakya. Zeline mau lanjut makan!
"Sudah semua, Nona Zeline! Saya boleh keluar?" Tanya Sekretaris Nona yang sudah selesai menyusun semua makanan Zeline di atas meja.
"Duduk dan ikutlah makan! Kau tak boleh keluar sampai makanan ini habis!" Jawab Zeline yang langsung membuat sekretaris Nona membelalakkan matanya.
"Semua harus habis, Nona? Kenapa tak dibagikan saja ke karyawan yang lain?" Sekretaris Nona memberikan ide dan saran.
"Benar juga, ya?" Gumam Zeline yang sydah ganti menyuapkan kue sus ke dalam mulutnya.
"Kau ambil dulu yang kau sukai kalau begitu! Nanti sisanya kita bagikan ke karyawan lain," ujar Zeline akhirnya mengambil keputusan.
Dan disaat itulah, pintu ruangan Zeline dibuka oleh seseorang dari luar.
"Siapa yang lancang dan tak mengetuk pintu?"
"Zeline-"
"Oh, astaga!" Papi Zayn yang baru saja mendorong pintu ruangan Zeline langsung geleng-geleng kepala.
"Apa ini, Zel?" Tanya Papi Zayn seraya menunjuk ke hamparan makanan di hadapan Zeline.
"Zeline sedang merayakan putusnya Zeline dari Armando, Pi!" Jawab Zeline blak-blakan.
"Putus?" Papi Zayn langsung membelalakkan kedua matanya.
"Iya, putus! Zeline jomblo sekarang!" Jawab Zeline pamer. Papi Zayn langsung bergegas duduk di samping putri gendutnya tersebut.
"Jomblo di usia dua puluh sembilan tahun!"
"Apa Papi perlu mencarikanmu calon suami?" Tanya Papi Zayn mulai khawatir.
Tentu saja!
Orang tua mana yang tak khawatir melihat putrinya yang tak kunjung menikah di usia yang yang sudah sangat matang.
"Apa Zeline perlu melapor pada Mami?" Zeline balik mengancam Papi Zayn. Sejak awal Mami Thalita yang paling mengerti Zeline memang sudah mewanti-wanti Papi Zayn agar tak memaksa-maksa Zeline agar cepat menikah. Mami Thalita juga melarang keras Papi Zayn mencarikan jodoh untuk Zeline.
"Papi hanya bertanya! Mungkin saja kau butuh bantuan," ujar Papi Zayn beralasan.
"Ck! Zeline akan healing dulu sebelum memikirkan tentang pacar, calon suami, dan menikah!" Jawab Zeline yang membali menyumpalkan potongan pizza ke dalam mulutnya.
"Jangan banyak-banyak makan junkfood ini, Zel!" Papi Zayn cepat-cepat mencegah Zeline, lalu mengambil tisu untuk menyeka saus pizza yang belepotan di bibir Zeline.
"Ini, makan saja salad buah atau-" Papi Zayn memeriksa satu persatu makanan di atas meja Zeline dan semuanya adalah makanan tak sehat.
"Atau apa, Pi?"
"Dessert ini?" Zeline menunjukkan thinwall berisi banofee pada Papi Zayn.
"Kau bisa diabetes kalau makan banyak makanan manis dan junkfood begini, Zel!"
"Sudah Papi bilang untuk makan buah saja!" Cerocos papi Zayn panjang lebar yang hanya membuat Zeline memutar bola mata.
"Papi tadi kesini mau apa?" Tanya Zeline akhirnya mengalihkan pembicaraan.
"Menjemputmu untuk menemani Papi meeting di luar," jawab Papi Zayn to the point.
"Oh, iya! Zeline ingat," tukas Zeline seraya beranjak untuk mencuci tangan. Tak lupa Zeline juga memoleskan sedikit make up ke wajahnya agar terlihat segar.
"Ayo pergi, Papi!" Ajak Zeline seraya menggamit lengan Papi Zayn.
"Ngomong-ngomong, kamu tadi mau healing kemana?" Tanya Papi Zayn saat ayah dan putrinya itu masuk ke dalam lift.
Zeline mengeluarkan ponselnya yang berbunyi sebelum menjawab pertanyaan dari Papi Zayn.
Ada pesan dari Sakya berisi tiket untuk Zeline liburan. Senyuman lebar langsung tersungging di bibir Zeline.
"Kemana, Zeline?" Papi Zayn mengulangi pertanyaannya.
"Ini, Pi!" Zeline menunjukkan tiket yang tadi dikirimkan Sakya ke ponselnya pada Papi Zayn.
Papi Zayn tak bertanya lagi dan hanya mengangguk samar. Ayah dan anak tersebut lalu meninggalkan kantor dan menuju ke tempat pertemuan.
.
.
.
Terima kasih yang sudah mampir.
Jangan lupa like biar othornya bahagia.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!