NovelToon NovelToon

Don'T Kiss Me

Adira & Chris

Namanya Adira Kayra. Tahun ini usianya menginjak angka 24 tahun. Ia memilih jalan hidupnya sendiri tinggal terpisah dari ibunya. Kesehariannya bekerja di salah satu perusahaan produksi yang cukup besar. Waktunya sebagian dihabiskan di kantor. Terkadang sampai lembur larut malam jika sudah memasukki akhir bulan. Tentu saja karena banyak laporan yang harus diserahkan secepatnya. Dan terkadang bosnya yang terkenal lumayan killer menuntutnya untuk menyelesaikan laporan malam itu juga. Dan mau tidak mau, suka tidak suka, Adira hanya mampu mengangguk patuh. Jika membantah maka pekerjaannya yang jadi taruhannya.

Tapi untungnya di kantor, Adira memiliki rekan kerja yang baik dan solid. Mereka semua peka jika Adira dalam masalah. Langsung menawarkan bantuan tanpa diminta. Di kantor, Adira di kenal pribadi yang ceria tidak banyak tingkah yang akan membuat orang ilfil padanya. Adira juga dijuluki jomblo abadi oleh teman-temannya karena selama tiga tahun kerja bersama, mereka tidak sekalipun melihat Adira menggandeng seorang pria. Bahkan Adira sering sekali menjadi nyamuk jika teman-temannya sedang melakukan kencan. Adira juga di kenal sosok yang sangat perhitungan dengan uang. Ia tidak akan keluar rumah untuk sesuatu yang tidak penting. Di kantor hanya Adira yang membawa bekal sendiri. Namun begitu ia tetap berkumpul dengan rekan-rekannya makan bersama di kantin.

...---------------...

Adira memainkan ujung jarinya di bibir. Tanpa sadar ia mengigitkan kuat bibir bawahnya menyaksikan drama korea yang sedang tayang dalam laptopnya. Pria berwajah tampan menawan itu terlihat sangat mahir ******* bibir lawan jenisnya. Sepasang mata terpejam rapat meresapi sentuhan demi sentuhan bibir yang berpaut. Kepala sepasang insan itu berputar berpindah arah menghayati cumbuan yang semakin panas.

Adegan intim dalam drama korea yang sedang disaksikannya membuat Adira menelan saliva berulang kali. Di usianya kini, ia ingin sekali berciuman seperti itu. Tentu saja dengan pria yang benar-benar ia suka. Ia ingin tahu bagaimana rasanya berciuman. Ciuman bibir tentunya.

"Adira, bekal kamu hari ini apa?" tanya Maya salah satu rekan kerja Adira.

"Tadi aku bangunnya kesiangan jadi gak sempat ke pasar. Ya seperti biasa deh, lauknya mie sama telur" ucap Adira tersenyum seraya mengankat pundaknya.

"Eh kayaknya enak tu. Aku minta ya mie nya" Lisa rekan kerja Adira yang kedua langsung menyerobot walaupun Adira belum memberi izin.

Adira hanya bisa pasrah menghadapi kelakukan teman-temannya. Sudah biasa seperti ini. Teman-temanya selalu antusias dengan bekal yang ia bawah. Padahal jika dibandingkan dengan makanan kantin, tentu saja lebih menarik dan enak dari makanannya.

"Kalian itu ya. Lauk kaliankan lebih enak. Kamu lauknya ayam bakar. Kamu rendang. Kamu udang. Kenapa sih masih nyomot makanan aku yang cuman mie sama telur ceplok doang?" Adira mengurucutkan bibirnya tak habis pikir dengan selera makan teman-temannya.

"Ra, kamukan sudah tahu jawabannya. Kamu itu mau masak apa aja enak. Udah deh gak usah protes mulu. Ini aku kasih udang buat kamu" Farah memindahkan satu udangnya ke dalam kotak bekal Adira. Tak lama diikuti Maya dan Lisa yang masing-masing memberikan potongan lauk mereka kepada Adira.

Adira menggelengkan kepalanya sambil memandang tersenyum pada teman-temannya itu. Ia merasa beruntung sekali memiliki teman seperti mereka.

"Eh kalian nonton jugakan drakor Kiss me episode 10 semalam?" tanya Lisa di sela santap siangnya.

"Udah"

"Gila ya, Joong Woo kiss si Eun Bi mantap banget dah. Kepala aku sampai ikutan miring-miring lihat mereka ciuman"

"Lisa pelanin suara kamu. Itu yang lain lagi lihat kita" potong Adira.

Benar saja, suara nyaring Lisa menarik perhatian karyawan yang lain.

"Opss sorry keceplosan. Abisnya aku masih terniang-niang sama kiss scene semalam. Gila, aku sampai meleleh lihat bibir Joong Woo. Eh btw kalian sudah belum sih ciuman?" tanya Lisa mengecilkan suaranya tepat di kata ciuman.

Sontak pertanyaan frontal Lisa membuat Adira tersedak.

"Minum dulu, Ra" Maya dengan sigap memberikan segelas air putih pada Adira. "Kamu sih. Adira itu belum pernah ciuman. Makanya dia tersedak dengar pertanyaan gila kamu itu. Jadinya Adira batuk ginikan"

Ucapan Maya semakin memperparah batuk Adira. Bisa-bisanya Maya ember membeberkan rahasianya pada temannya yang lain.

"Maya. Kamukan sudah janji gak akan kasih tahu yang lain" mata Adira melototi Maya yang sedang menepuk pelan punggungnnya.

"Maaf, Ra. Aku kecoplosan" sesal Maya menutupi mulutnya.

"Hah, jadi benar Ra. Kamu belum pernah ciuman?" sambar Farah.

Adira menundukkan wajahnya sembari melepas nafas pendek.

"Kalian bisa gak sih pelanin suaranya. Aku malu ni. Coba lihat. Sekarang kita lagi di lihatin. Ah kalian itu ya bikin mood rusak saja" Adira masih enggan mengankat kepalanya.

"Sorry, Ra. Aku gak sengaja. Jangan marah ya"

"Ya...ya gak papa. Aku gak marah cuman malu doang. Mana mungkin aku bisa marah sama teman-teman baik seperti kalian. Ayo makan lagi"

4 sekawan itu kembali melanjutkan makannya setelah tertawa kecil. Bagi Adira tidak alasan baginya untuk marah pada teman-temannya itu. Ya walaupun terkadang mulut temannya itu embernya luar biasa. Namun tetap saja sulit baginya untuk marah. Mereka terlalu baik untuk dicuekin.

"Memangnya kamu gak penasaran Ra rasanya ciuman?" tanya Lisa berusaha mengorek rahasia Adira lebih dalam.

"Memangnya rasanya gimana?" tanya Adira ragu.

"Enak. Apalagi kalau ciumannya sambil gigit-gigit gitu. Wah makin nikmat" Lisa memejamkan matanya hanyut dalam ucapannya sendiri.

"Udah ah. Aku merinding dengar kamu ngomong gitu" sahut Adira memperhatikan bulu kuduknya berdiri.

"Hmm kamu belum tahu saja rasanya, Ra. Nanti cobain deh kalau kamu sudah punya pacar" timpal Farah.

Seorang pria yang telah selesai makan siang tampak tersenyum tipis mendengar percakapan Adira bersama teman-temannya. Ia adalah Chris Evrano, manager Adira. Tidak hanya sebagai manager tapi ia juga berperan sebagai kaki tangan CEO utama di kantor tempat Adira bekerja. Chris memiliki tinggi 187 cm. Ia selalu menonjol diantara teman-temannya yang lain jika sedang jalan bersama. Kulitnya tidak terlalu putih namun bersih terawat. Wajahnya yang tampan dengan body atletis tentu saja menjadi daya pikatnya sendiri. Namun Chris sudah memiliki pacar. Pacarnya anak dari orang terpenting di perusahaan. Namanya Emilly Sanjaya anak dari David Jo Sanjaya.

Chris dikenal pribadi yang cukup dingin. Ia tidak banyak bicara dengan bawahannya. Jikapun harus bicara maka itu sekedar untuk urusan pekerjaan saja. Bahkan Adira saja tidak tahu kapan terakhir kali ia bicara dengan Chris. Namun walaupun begitu, Chris tetap berbaur dengan rekan kerjanya yang lain yang benar-benar akrab dengannya.

Tok tok tok

"Masuk"

"Permisi pak. Saya mau kasih berkas ini" ucap Adira sedikit membungkukkan tubuhnya. "Saya butuh tanda tangan bapak"

"Pak Chris bukan bapak. Saya belum bapak-bapak" ucap Chris ketus.

"Maaf pak Chris, saya lupa"

"Jika maaf bisa menyelesaikan masalah, untuk apa ada hukum"

"Maaf pak Chris. Maksudnya?"

"Kamu ambil berkas laporan bulan Desember tahun 2018 di gudang. Itu hukuman kamu" titah Chris.

"Sekarang pak?" tanya Adira dengan mimik berat.

"Minggu nanti" balas Chris datar.

Adira senyum terpaksa. Kenapa juga ia bertanya seperti itu yang jawabannya sudah jelas. Tentu saja harus dilakukan hari ini dan sekarang juga.

Boleh Saya Menciummu?

Adira berdecak kesal. Wajahnya cemberut dan kakinya beberapa kali menghentak keras lantai yang dipijakinya.

"Dasar orang gila. Masa cuman salah ngomong dikit doang, hukumannya berat banget. Cari dimana coba laporannya. Mana ni gudang bedebu banget lagi"

Wajah Adira tampak sangat tidak bersahabat. Ia menggelengkan kepala sembari mencari berkas laporan itu. Mulut dan tangannya bergerak bersama. Adira terus meracau mengumpat Chris tanpa henti.

"Yuk pulang. Eh tunggu dulu. Adira mana ya? Kok habis makan siang gak kelihatan lagi?" ucap Maya sambil melirik meja kerja Adira yang bersebelahan dengan meja kerjanya.

"Mungkin ke toilet kali" sahut Lisa.

"Tapi tadi dia nganterin berkas ke ruangan pak Chris. Setelah itu dia gak balik lagi" sambar Farah.

"Aduh gimana ni? Aku harus pulang sekarang. Soalnya sudah janji mau jalan sama Doni" kata Maya yang tidak bisa ikutan mencari Adira.

"Aku juga mau jalan sama Derral. Kan ini malam minggu. Waktunya ketemu ayang" sambung Lisa manja seraya mengedipkan matanya cepat.

"Kalian itu ya gak setia kawan banget. Kita tunggu Adira dululah. Aku juga punya janji makan malam kali" ucap Farah mendelik.

"Sudah gak papa. Kitakan juga sering begini. Ntar chat saja di grup kalau kita pulang duluan. Adira itu anaknya gak suka marah-marah. Dia pasti ngerti kok. Yuk ah kita pulang. Udah mepet ni mau jam 5" Lisa menunjukkan waktu yang tertera di layar komputer Adira yang masih menyala.

Di gudang, Adira masih sibuk mencari. Keadaan gudang sudah pasti makin berantakan. Baju Adira pun terlihat diselimuti debu. Begitu juga dengan wajah mulusnya tampak cemong.

"Hah capek banget. Dimana sih laporannya? Apa mungkin sudah di bakar ya? Dari tadi dicari kok gak ada" Adira terlihat sudah menyerah. Namun tubuhnya bergerak spontan begitu teringat nasib na'as temannya Suci yang dipecat hanya karena tidak bisa menjalankan tugas yang diberikan Chris.

Chris memang bukan pemilik perusahaan namun kedekataannya dengan putri CEO perusahaan membuatnya punya kekuasaan untuk memecat karyawan yang kinerjanya kurang dan tidak sesuai ekspektasi.

Jam 17.30

Kantor semakin sepi. Satu persatu karyawan pulang. Chris pun juga sudah siap meninggalkan ruangannya. Malam ini ia sudah punya janji mau nonton bersama pacarnya. Namun saat melewati meja kerja karyawan umum, matanya tertuju pada satu meja dimana komputer masih menyala.

"Ini meja Adira. Apa dia belum pulang?" Chris mengedarkan matanya melihat setiap sudut. "Apa mungkin dia masih di gudang?"

Chris melepaskan tas ranselnya lalu berjalan ke arah gudang. Dan benar saja, Adira masih disana.

"Kamu ngapain masih disini?"

Bahu Adira refleks terangkat. Ia terkejut dengan kehadiran mendadak Chris.

"Kok ngapain? Kan pak Chris yang suruh aku cari laporan tahun 2018" jelas Adira mengingatkan.

Chris membuka mulutnya sedikit. Ia tidak menyangka, Adira segigih itu patuh dengan perintahnya.

"Sudah ketemu?"

"Belum. Susah banget pak carinya. Ini gudangnya berantakan banget" keluh Adira dengan wajah lusuhnya.

"Memangnya kamu tahu laporan apa yang saya maksud?"

Seketika Adira melongoh. Kenapa ia bisa begitu bodoh? Benar juga. Laporan apa dulu? Chris hanya minta laporan bulan Desember tahun 2018 tanpa menjelaskan apakah itu laporan produksi atau laporan distribusi. Adira menepuk keningnya, greget dengan dirinya sendiri.

"Oh iya. Memangnya laporan apa pak?" tanya Adira tertunduk malu.

"Laporan Distribusi dan berkas tahun 2018 sudah dibakar. Salinannya ada dalam bentuk digital. Hal sepenting ini saja kamu tidak tahu Gimana kamu mau naik jabatan?" Chris tersenyum sinis.

Adira membelalak. Menatap tidak suka. Merasa dipermainkan. Jadi yang dilakukannya sejak siang tadi sia-sia saja.

"Jadi pak Chris ngerjain saya? Pak Chris tahu, perkerjaan saya yang lain jadi tertunda karena hal ini. Saya...."

"Kamu marah sama saya?" potong Chris.

Dada Adira naik turun. Ucapannya beberapa detik yang lalu terdengar sangat menggebu. Kilatan di matanya juga menggambarkan kemarahan. Adira menarik nafas lalu membuangnya perlahan.

"Tidak. Mana mungkin saya marah sama bapak" dengan sigap Adira menutup mulutnya. "Maaf, maksud saya pak Chris"

Chris menggertakkan giginya. Memainkan gigi atas dan bawahnya. Dia tetap berdiri tegap di tempatnya semula.

"Kalau begitu saya permisi pak" Adira pamit melewati Chris. Ia menekan gagang pintu namun pintu tidak terbuka.

Adira kembali menekan gagang pintu lebih kuat. Namun pintu tetap tidak terbuka. Ia mulai panik.

"Pak pintunya gak bisa kebuka" adu Adira pada Chris yang terlihat masih tenang.

"Sudah hampir jam 6. Jam segini biasa penjaga sudah mau pulang. Pasti penjaga yang mengunci pintunya" jelas Chris melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Hah. Ya terus kita gimana pak? Hallo...ada orang gak diluar. Tolong bukain pintunya. Oiiii yang dliuar bukain pintunya" teriak Adira nyaring sembari memukul daun pintu.

Chris melangkah pelan mendekati Adira yang terus berteriak meminta bantuan. Namun hasilnya masih nihil. Tidak ada tanda-tanda langkah terdengar dari luar.

"Suara kamu bisa habis kalau teriak begitu"

"Ya kalau gak teriak gimana lagi? Saya gak bawah HP, gak bisa hubungi yang lain. Ini Maya, Lisa, Farah, mana ya? Kok mereka gak cari aku sih"

"Mereka semua sudah pulang" sambar Chris melangkah semakin dekat.

Adira melebarkan pupilnya melihat pergerakan Chris yang semakin dekat padanya. Ia berprasangka curiga. Bergeser ke sisi kanan karena dua langkah lagi Chris sampai padanya. Tiba-tiba Chris menempelkan kedua tanganya di dinding seakan ingin mengunci pergerakan Adira.

"Pak...pak Chris mau ngapain?" tanya Adira terbata-bata. Ia gugup sekaligus takut.

"Wajah kamu berdebu" ucap Chris menghapus bagian pipi Adira yang terkena debu.

Rasa takut itu berubah menjadi deg degan. Saat ini Adira tidak punya keberanian menatap Chris dengan lantang. Pelan dan menuntun, jemari panjang Chris singgah di bibir yang masih suci itu.

"Jadi kamu tidak tahu rasanya berciuman?" tanya Chris memastikan dengan jari yang masih bermain di bibir Adira. Matanya intens memandang daging kenyal itu.

Adira melotot. Darimana Chris tahu? Apa mungkin dia menguping percakapannya di kantin siang tadi? Namun pertanyaan-pertanyaan itu hanya sampai di benaknya saja. Mulut Adira masih tertutup rapat. Hatinya berdebar melihat wajah tampan Chris dari jarak sedekat ini. Sejak pertama bertemu tepatnya di hari pertama ia masuk kerja, Adira sudah menaruh hati pada Chris. Namun sikap tak bersahabat Chris juga status Chris yang sudah mempunyai pacar membuat nyali Adira menciut. Ia tidak punya keberanian mengungkapkan benih rasa yang tumbuh di hatinya.

"Bibir kamu sangat lembut. Boleh saya mencium kamu?" tanya Chris meminta izin.

Adira diam membisu. Ia tidak mengiyakan ataupun menolak. Chris menganggap diam Adira itu sebagai tanda setuju. Dengan gerak pasti, Chris mulai mendekatkan wajahnya. Hanya tinggal satu gerakan lagi. Adira memalingka wajahnya ke kiri. Kemudian ke kanan saat Chris berusaha mengecup bibirnya.

"Pak" Adira mendorong sedikit dada bidang Chris. "Bukankah pak Chris sudah punya pacar?" lanjutnya ragu.

"Lalu?" sahut Chris menarik ujung dagu Adira.

Adira kembali terdiam. Suasana menjadi hening senyap. Tiba-tiba saja lampu gudang mati.

"Pak, kok lampunya mati?"

"Kalau malam memang lampunya dimatikan"

"Berarti ada orang diluar" Adira baru akan membuka mulutnya namun dengan cepat Chris membungkam mulut Adira dengan telapak tangannya yang lebar.

"Kamu belum jawab" Chris diam sejenak sebelum melanjutkan ucapannya. "Boleh saya mencium kamu?"

Hot Kiss

Di bawah lampu tanpa cahaya, Adira berpikir bimbang. Sebenarnya ada satu rahasia besar yang telah ia simpan rapat dan belum pernah menceritakan itu pada siapapun.

"Saya takut?"

Chris mengambil Hp dari saku celananya lalu menghidupkan fitur senter yang tersedia dalam Hp nya. Kemudian mengarahkan cahaya itu ke bagian wajah dirinya dan Adira.

"Sekarang masih takut?" tanya Chris berbisik menghela nafas tepat di depan telinga Adira.

"Saya tidak takut gelap" Adira berhenti sejenak. "Tapi saya tidak boleh berciuman" jawab Adira ambigu meninggalkan pertanyaan besar di benak Chris.

"Maksudnya?"

"Sebenarnya dulu, saya sudah lupa kapan. Saya tanpa sengaja tabrakan bibir dengan teman sekolah. Dan setelah itu tubuhku jadi panas, aku sakit setelah kejadian itu"

"Kamu pikir saya akan percaya dengan cerita seperti itu. Saya bukan anak kecil yang bisa dikibulin" ujar Chris tersenyum miring.

"Saya serius pak" ekspresi wajah Adira selaras dengan ucapannya. Tidak ada candaan disana.

"Kalau begitu saya mau membuktikannya" tangan Chris menyelinap ke dalam lingkaran tengkuk Adira. Namun lagi-lagi Adira menghindar.

"Pacar pak Chris ?"

Chris membuka mulutnya segera melahap habis sepasang bibir Adira. Ia merapatkan tubuh ramping itu padanya sembari memainkan liar kecupan hangat di bibir ranum yang diincarnya. Hp yang masih menyala itupun jatuh ke lantai seiring dengan tangan Chris yang tidak bisa diam. Suara decapan yang khas terdengar jelas dari dua bibir yang sedang saling menyambut sentuhan.

Di sela cumbuan panas itu, sekilas bayangan melintas di kepala Adira. Bayangan itu semakin menjadi berlarian. Kepala Adira berdenging. Sontak ia mendorong keras tubuh Chris darinya. Tubuhnya merosot ke lantai. Tak lama keningnya telah dihiasi keringat. Chris masih mematung melihat reaksi tubuh Adira. Jadi benar. Wanita di depannya akan sakit jika berciuman.

"Adira, kamu kenapa?"

"Gak tahu pak. Tapi aku pusing banget" Adira menyilangkan tangannya di dada layaknya orang yang sedang kedinginan.

"Badan kamu dingin" Chris bingung. Suhu tubuh Adira dingin tapi mengeluarkan berkeringat berlebih. Ia pun mendekap erat tubuh Adira. "Apa yang harus saya lakukan agar kamu segera sembuh?" Chris teringat dengan ponselnya. Kemudian mendial nama Jhon salah satu rekan kerjanya untuk meminta bantuan.

"Pak" suara Adira terdengar sangat lemah.

"Iya saya disini. Kamu perlu apa?"

"Pak, saya..."

Chris memperhatikan bibir Adira. Ia tidak sabar apa yang akan dikatakan gadis itu berikutnya. Mungkin saja ia bisa melakukan sesuatu sembari menunggu bantuan datang.

"Maafkan saya pak"

Baru saja Chris berusaha mencerna ucapan Adira, namun bibir gadis itu sudah menempel di bibirnya. Chris tidak berkutik. Bola matanya berputar cepat, berpikir alasan Adira menciumnya balik.

"Kepalaku masih pusing" gumam Adira melepaskan kecupannya.

Ciuman balik?

Adira berpikir, mungkin itu salah satu cara agar ia cepat pulih dan suhu tubuhnya kembali normal. Ternyata sama saja, penawarnya tidak ada walaupun jalan pintas sudah ia lakukan.

"Apa mungkin?" Adira memutarkan kepalanya 30 derajat memandang Chris yang sedang memeluknya dari belakang. "Pak saya minta maaf lagi"

Lagi-lagi Adira mengatakan kalimat yang penuh tanda tanya. Apa maksudnya minta maaf?

Adira menarik leher keras Chris dan langsung mencium kembali bibir yang beberapa saat lalu menciumnya lebih dulu. Kali ini bukan sekedar menempel saja namun dengan sentuhan sedikit liar. Adira tidak lagi malu-malu. Ia bergerak agresif hingga tubuh keduanya berbaring di lantai. Chris sempat tersentak dengan sikap Adira namun ia tidak bisa hanya diam saja. Bibir Adira terlalu menggoda untuk diabaikan. Apalagi sudah cukup lama ia memperhatikan bibir ranum itu. Dan saat ini benda itu menjadi miliknya.

Jadi benar. Harus dibalas dengan ciuman panas. Aduh apa ini? Kenapa lembut sekali? Dan rasanya, ah aku tidak bisa menjelaskannya. Tapi ini sangat menenangkan. _Adira_

Chris menekuk kaki kanannya sebagai palang agar Adira tidak bergeser dari atas tubuhnya. Sesekali ia menepis rambut panjang yang menutupi wajah Adira. Cumbuan itu semakin panas bahkan keduanya tidak mengambil jeda istirahat untuk mengambil udara segar.

Matanya Adira mengintip perlahan memperhatikan keadaan gudang yang ternyata sudah terang benderang. Entah sejak kapan lampunya menyala?

"Lampunya sudah nyala"

"Hmmm" sahut Chris memperhatikan intens wajah Adira yang masih berbaring di atasnya.

Adira mendelik. Ia mengecek dirinya yang menempel lekat layaknya lem di atas tubuh Chris. Ia tercengang seakan tidak percaya apa yang sudah di lakukannya beberapa menit yang lalu.

"Kamu sudah tahu rasanya?" tanya Chris sembari meletakkan tangan kanannya di bawah kepalanya yang tentu saja menimbulkan sedikit pergerakan untuk wanita yang masih betah berbaring di atasnya.

Krekkkk

Pintu gudang terbuka dan seorang pria menyelusup masuk. Adira melotot terkejut segera bangun kemudian langsung melenggang pergi.

"Kamu ngapain sama Adira malam-malam di gudang? Terus kenapa posisi kalian tadi begitu? Kamu habis enak-enak sama dia?"

"Gak usah ngarang. Gak usah mikir yang aneh-aneh. Tidak terjadi apa-apa" balas Chris mematahkan kecurigaan temannya.

"Gak terjadi apa-apa gimana. Jelas-jelas kalian berdua tindihan tadi"

"Jhon, kita sudah lamakan temanan. Percaya sama aku, beneran gak terjadi apa-apa. Aku minta kamu jangan cerita tentang ini sama siapapun. Ok"

Jhon mengangguk ragu. Sejujurnya ia masih tidak percaya dan sangat yakin telah terjadi sesuatu antara Chris dan Adira.

"Cari apa?" tanya Jhon mengagetkan Chris yang sedang melihat area luar sekitar gedung.

"Cari Adira?" lanjutnya.

"Gak"

"Terus ngapain kamu lihatnya ngintip-ngintip gitu?"

"Apaan sih? Pingin tahu banget urusan orang. Kenapa kamu masih disini?" tanya Chris ketus.

"Aku mau nebeng"

Chris langsung melengos malas.

"Motor kamu mana? Terus kamu kesini naik apa?"

"Naik taksi. Motorku dipinjam Riko. Katanya dia mau malming dengan pacarnya" jawab Jhon dengan raut lesuh.

Chris mendengus pelan. Ia tidak habis pikir dengan kemurahan hati temannya ini. Jhon memang sebaik dan sepeduli itu pada orang lain. Ia orang yang tidak bisa tegaan pada orang lain. Selalu siap membantu dalam situasi apapun.

"Mana?" Jhon membuka telapak tangannya lalu menyodorkan kepada Chris.

"Apa?"

"Ganti uang taksiku tadi, 50 ribu"

"Wah aku ternyata salah menilai kamu. Perhitungan banget sama teman sendiri"

"Ini bukan masalah perhitungan. Tapi masalahnya ini baru tanggal 15, gajian masih lama dan tabunganku sudah tipis. Bisa-bisa aku gak bisa kirim uang ke ibu bulan depan. Kamu sih enak, jabatan tinggi. Gaji kamu juga gede. Lah aku karyawan biasa. Kamu itu...

"Iya iya nanti aku ganti. Buruan masuk mobil. Ini sudah malam. Aku ada janji sama Emilly"

...-----------------...

Di bawah cahaya lampu yang tidak terlalu terang. Dan diiringi alunan musik melow yang mendayu, Chris dan Emilly berdiri berhadapan dengan tatapan penuh cinta. Keduanya bergerak seirama menyelaraskan dengan alunan musik.

"Kamu semakin lihai dansanya" ucap Emilly tersenyum manis.

"Siapa dulu gurunya...

"Aku. Makasi ya makan malamnya. Aku suka banget" sambar Emilly.

Jarum pendek baru saja berada tepat di angka 22.00 saat mobil Chris berhenti di depan rumah Emilly yang megah.

"Kamu gak mau masuk dulu" tawar Emilly seperti biasanya.

"Lain kali sajalah. Ini juga sudah malam"

"Biasanya juga kamu mampir walaupun sudah malam. Malam ini kamu beda deh. Pas makan tadi juga kamu aneh. Banyak diamnya" ucap Emilly merengut.

"Gak ada yang beda kok. Aku hanya capek saja. Malam ini aku harus begadang buat ngecek data produksi bulan lalu. Lain kali pasti aku mampir" jelas Chris dengan sabar menghadapi sikap manja pacarnya.

"Ya udah kalau gitu. Kamu hati-hati ya" Emilly mengecup singkat bibir Chris sebelum pergi.

Matanya memandang penuh tanya wajah kekasih di hadapannya. Emilly merasa malam ini Chris memang berbeda seperti dugaannya. Tidak biasanya Chris hanya diam saat mereka berciuman. Biasanya Chris yang selalu bersemangat melakukan adegan yang cukup intim itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!