NovelToon NovelToon

My Geeky Doctor

MGD Bab 1 - Identitas Tersembunyi

"DOKTER!!" pekik seorang pria begitu menggelegar memenuhi ruang IGD Rumah Sakit Medistra. Seketika itu para perawat datang menghampiri dan melihat pria itu mengangkat seorang pemuda yang telah berlumur darah.

Seorang perawat bergerak cepat mendorong brankar  dan pria itu pun membaringkan sang Tuan disana.

"Segera beri penanganan!! CEPAT!!" pekiknya seolah waktu tak bisa menunggu.

Sementara para perawat disana dibuat tercengang dengan keadaan pria yang telah berbaring di atas ranjang. Kondisinya benar-benar dalam keadaan yang kritis. Bahkan dari hidungnya mengalir darah segar.

Pria itu jelas telah mengalami kecelakaan yang begitu hebat.

"CEPAT!!" pekik pria itu lagi dengan lebih keras.

2 dokter jaga di sana baru tiba dan segera memeriksa. Namun keduanya sama-sama merasa tak sanggup menangani kasus ini. Kondisi pasien telah diambang batas. Hanya keajaiban yang mampu membuatnya bertahan.

"Tuan, kami tidak bisa menanganinya, kami akan bantu anda untuk menuju rumah sakit rujukan_"

"Bodoh! Dokter macam apa kalian! bukannya mengusahakan kesembuhan pasien malah mengajukan rumah sakit rujukan!! Aku tidak mau tahu! Lakukan segala cara untuk menyelamatkan tuan ku!!' teriaknya dengan suara yang lebih keras. Bagaimana tidak marah? sang tuan berada di ambang kematian namun para dokter itu tidak ada yang bergerak cepat untuk memberikan penanganan.

Keributan itu jelas menjadi pusat perhatian semua orang.

Pihak keamanan rumah sakit bahkan mulai mendekat untuk mengamankan lokasi.

Anna pemimpin rumah sakit Medistra yang tak sengaja melewati ruang IGD pun sampai tersentak mendengar suara keras pria itu. Lantas tanpa mengulur waktu dia segera menuju kesana dan melihat kekacauan itu.

Tanpa banyak bertanya Anna langsung berdiri tepat di samping pria yang diyakininya adalah korban kecelakaan. Kondisinya benar-benar kritis.

"Jangan hanya diam saja! cepat lakukan penanganan!!" pekik pria itu, pria bernama Samuel, seorang asisten dari pria yang kini telah tak sadarkan diri berbaring di brankar, Rayden Carter.

Kecelakaan tunggal yang dialami oleh sang tuan tak bisa dia kendalikan. Sam hanya bisa memohon agar sang tuan segera ditangani.

Namun Anna tak bisa berbuat banyak, usianya sudah terlalu tua untuk menjalani operasi ini sendiri. Namun jika tidak cepat, pria muda ini bisa mati.

"Bawa ke ruang operasi," ucap Anna, satu perintahnya langsung dilaksanakan oleh para perawat dan dokter disana, itu karena Anna adalah direktur utama di Rumah sakit ini, Anna Walker, namun setelah menikah dengan keluarga Dude, kini dia menyandang nama Dude di belakang namanya, Anna Dude.

"Siapkan Tim 5, mereka yang akan mendampingi aku di ruang operasi."

Mendengar itu tentu saja semua perawat dan dokter tercengang, pasalnya tim 5 adalah Tim yang diisi oleh orang-orang tidak berkompeten. Mana bisa tim 5 menangani ini. Harusnya Anna mengambil tim 1 atau tim 2, untuk menangani kasus berat seperti ini. Itulah yang ada dipikiran semua orang.

Namun waktu yang mereka punya tak banyak, saat itu juga seorang perawat mengumpulkan tim 5 untuk segera masuk ke ruang operasi.

Setiap tim terdiri dari dokter bedah, dokter anestesi, perawat bedah, dan perawat anestesi.

Anna akan berperan sebagai dokter bedah, Disha yang jadi perawat bedah, Helmi dokter Anestesi dan Dara perawat anestesi.

Namun ketika berada berada di ruang operasi, semuanya berubah.

Bukan Anna yang berperan sebagai dokter bedah, melainkan Disha. Seorang wanita cupu yang selama ini orang-orang tahu dia hanyalah perawat bedah, hanyalah asisten Anna ketika berada di ruang operasi.

Tanpa diketahui oleh semua orang, Disha sebenarnya adalah anak kandung Anna, seorang dokter bedah Ahli yang tengah menyembunyikan identitasnya.

Karena perselisihan bisnis di masa lalu yang belum selesai dalam keluarga Walker membuat kedua orang tua Disha terpaksa mengasingkan dia. Semua orang hanya tahu jika Disha adalah anak dari desa. Gadis cupu dengan kacamata tebal yang dia gunakan.

Padahal sesungguhnya dia adalah putri tunggal di keluarga Dude, Aresha Dude. Yang diketahui oleh semua orang adalah Aresha telah tiada.

Kecelakaan yang menewaskan seluruh keluarga sang ibu ternyata adalah sabotase dari musuh. Dan tersangkanya masih belum bisa ditemukan hingga kini. Namun ketika Aresha berusia 4 tahun, ada seorang pria yang berniat untuk membunuhnya. Percobaan pembunuhan yang selalu dilakukan berulang kali. Hingga membuat Anna dan sang suami memutuskan untuk mengasingkan sang anak. Bertahun-tahun hal berlanjut, hingga kini Disha berusia 20 tahun.

Aresha harus hidup menjadi orang lain, bukan bagian dari keluarga Dude.

Tapi meski begitu, Dia adalah gadis yang memiliki kemampuan jenius seperti kedua orang tuanya. Semua orang hanya tahu jika dia adalah perawat bedah, namun sesungguhnya dialah dokter bedah itu.

"Astaga, dokter Anna benar-benar sudah keterlaluan! kenapa dia pilih tim 5, harusnya dokter Anna memilih tim kita! tim 1," kesal Rafaela, dia adalah perawat bedah. Selalu ingin terbaik untuk tim nya, bahkan selalu menjadikan Disha si gadis cupu itu sebagai saingan.

"Tenanglah Raf, aku yakin  operasi itu akan gagal," balas Dena, rekan 1 tim nya, asisten anestesi.

"Kamu benar, aku yakin gadis cupu itu akan menghancurkan semuanya."

Kedua wanita ini tersenyum menyeringai, menatap angkuh pada ruang operasi yang masih tertutup, lengkap dengan lampu merah yang masih menyala.

Menandakan jika operasi itu telah berlangsung.

Di dalam sana Disha memimpikan operasi, tangannya begitu lihat menggerakkan semua alat-alat. Tim 5 mengira jika dia adalah Anna. Padahal sebelum operasi itu dilaksanakan. Anna dan Disha saling menukar tanda pengenal untuk bertukar posisi.

Kasus yang mereka tangani kali ini adalah kasus paling berat yang pernah mereka hadapi.

Tapi tetap saja, ini bukanlah masalah bagi seorang Disha.

MGD Bab 2 - Hanya Sebuah Keberuntungan

Operasi itu akhirnya berhasil setelah beberapa jam berlangsung. Namun pria malang ini masih belum lepas dari masa kritis. Dia belum sadarkan diri dan membutuhkan beberapa alat untuk membuatnya tetap bertahan hidup.

Tim 5 bahkan merasa sangat kelelahan saat menangani operasi ini, kecuali Disha. Meski ini adalah kasus paling berat yang pernah Aresha tangani. Namun Disha mampu menyelesaikannya dengan sangat baik.

Dan setelah operasi selesai, Anna, Disha dan 2 rekannya yang lain keluar dari ruang operasi. Saat itu Anna dan Disha berjalan di paling belakang, saling menukarkan kartu nama mereka untuk kembali seperti semula.

Tidak lagi berganti peran.

"Mama sangat bangga padamu sayang," bisik Anna pada sang  anak, tak ingin ucapannya didengar oleh orang lain. Mengingat identitas anaknya yang harus disembunyikan rapat-rapat. Namun Anna tak bisa menutupi rasa bangganya pada sang anak semata wayang.

Disha pun menganggukkan kepalanya kecil, tak bicara apa-apa. Hubungan diantara mereka terpaksa jadi begini mengingat keselamatan Disha yang terancam.

Anna pun sangat merasa bersalah karena menempatkan sang anak jadi seperti ini, harus hidup bagai bukan bagian dari keluarga Dude ataupun keluarga Walker.

Tapi daripada menyandang nama besar keluarga mereka, Anna lebih mengutamakan keselamatan sang anak.

Keluar dari ruang operasi, mereka langsung dihadang oleh Samuel dengan tatapan penuh harap.

"Bagaimana dok? bagaimana operasinya? bagaimana keadaan tuan saya?" cerca Sam tidak sabar.

Anna pun segera melepas masker yang dia pakai dan mulai menjawab.

"Operasinya berjalan dengan baik, saat ini pasien akan segera dipindah ke ruang perawatan," jelas Anna, meski sudah tak muda lagi namun wibawanya tak bisa dikhianati. Tatapan Anna selalu mampu membuat orang lain tunduk.

Mendengar penjelasan sang dokter, Sam pun bernafas lega. Nyawa Rayden Carter sama saja dengan nyawanya sendiri. Maka dia akan melakukan apapun demi keselamatan sang tuan.

Kabar berhasilnya operasi itu pun langsung tersebar keseluruh penjuru rumah sakit. Tak terkecuali terdengar pula oleh tim operasi yang lain. Rafaela dan Dena yang mendengar kabar itu pun langsung berdecak kesal.

Tentu saja operasi akan berjalan dengan baik karena yang memegangnya adalah dokter Anna. Andai itu bukan dokter Anna, Rafaela yakin jika Tim 5 tidak akan berhasil.

Itu semua hanyalah sebuah keberuntungan.

Kabar mengejutkan lainnya pun mulai kembali tersebar, ternyata pria yang tengah Kritis itu  bukanlah orang sembarangan. Dia adalah Rayden Carter, CEO dari Carter Kingdom. Perusahaan properti paling berpengaruh di kota ini.

Kabar itu semakin membuat gempar seisi rumah sakit, tak menyangka jika orang paling penting itu akan dirawat di rumah sakit ini dalam keadaan kritis.

Desas desus tim 5 yang akan mendapatkan hadiah besar karena telah berhasil menjalankan operasi pun mulai menyeruak ke permukaan, sebuah kabar yang membuat Rafaela merasa sangat kesal. Dia iri dan ingin waktu kembali diputar, lalu tim nya yang akan melaksanakan operasi itu.

Namun sadar tak bisa memutar waktu, akhirnya Rafaela hanya biss meluapkan semua kekesalannya pada gadis cupu itu.

Disaat Disha tengah beristirahat di dalam ruangannya. Tiba-tiba pintunya dibuka dengan kasar, tak lama kemudian masuk Rafaela dan Dena.

Brak!! Rafaela menggebrak meja kerja Aresha dengan cukup kuat, sekuat rasa kesal yang ada di hatinya saat ini.

Disha hanya diam, menatap kedua wanita ini dengan tatapan datar.

"Jangan besar kepala karena Tim mu berhasil menjalankan operasi itu! kalau bukan karena dokter Anna, Tim mu pasti akan gagal!" ucap Rafaela, lengkap dengan tatapannya yang sengit.

"Apa kamu tahu siapa pasien VVIP itu? dia adalah Rayden Carter. Seorang anak kampung sepertimu tidak akan pantas untuk jadi penanggung jawabnya" geram Rafaela lagi.

"Jadi sekarang temui dokter Anna dan katakan jika kamu menolak untuk merawat pasien itu lagi! Mengerti!!" Ancamnya dengan jari telunjuk yang mengarah tegas ke wajah Disha.

Saat Tim 5 mundur, Tim-nya yang akan maju untuk mengambil alih.

"Dasar Cupu!" timpal Dena pula.

Kedua wanita ini kemudian tersenyum menyeringai, lengkap dengan tawa kecil. Tawa penuh dengan hinaan.

MGD Bab 3 - Sebuah Kancing

"Huh," Disha membuang nafasnya kasar setelah Rafaela dan Dena keluar dari ruangannya dan kembali menutup pintu itu dengan keras.

Bukannya tidak bisa melawan, namun Disha terlalu lelah untuk meladeni 2 manusia labil itu. Tiap kali Rafaela dan Dena bicara, Aresha hanya akan menganggapnya sebagai angin lalu.

Bab 3 revisi.

"Huh," Disha membuang nafasnya kasar setelah Rafaela dan Dena keluar dari ruangannya dan kembali menutup pintu itu dengan keras.

Bukannya tidak bisa melawan, namun Disha terlalu lelah untuk meladeni 2 manusia labil itu. Tiap kali Rafaela dan Dena bicara, Aresha hanya akan menganggapnya sebagai angin lalu.

Namun karena tidak ingin memperpanjang urusan, akhirnya dia turuti keinginan Rafale dan Dena.

Sat itu Disha mengurungkan niatnya untuk beristirahat dan menemui dokter Anna. Dengan langkah pelan dia keluar dari ruangannya, seketika itu dia bersitatap dengan Rafaela dan Dena di ujung sana yang menatap penuh intimidasi, sebuah tatapan yang seolah memerintahkannya untuk segera pergi menemui sang direktur utama.

Dan saat Disha pergi kesana, Rafaela dan Dena pun mengikuti di jarak aman. Bahkan kedua waktu itu melihat saat Disha masuk ke ruangan dokter Anna. Buru-buru mereka mendekap pintu itu, berusaha menguping pembicaraan di dalam sana.

"Maaf Dokter Anna, ada sesuatu yang ingin saya sampaikan pada Anda," ucap Disha, lengkap dengan sebuah isyarat pada sang ibu bahwa diluar sana ada seseorang yang menguping pembicaraan mereka.

"Katakan," balas Anna, dia memahami kode dari sang anak .

"Saya merasa tidak mampu untuk menangani kasus ini, saya ingin mundur. Sebagai gantinya lebih baik Dokter Anna pilih tim 1." jelas Disha, sebenarnya dia pun tak masalah diganti. Tentang menyembuhkan seseorang dia bisa melakukannya pada semua orang. Tidak ada yang spesial, semuanya adalah pasien bagi Disha.

"Belajarlah untuk bertanggung jawab, jika tidak mampu maka belajar, jangan menyerahkannya pada orang lain," jawab Dokter Anna dengan begitu bijak.

Sebuah jawaban yang membuat Rafaela dan Dena diluar sana mengepalkan kedua tangannya erat. Jika sudah seperti ini mereka tidak akan bisa menggeser posisi Tim 5.

Selesai pembicaraan mereka, Disha pun keluar. Di sana dia tidak lagi melihat keberadaan Rafaela dan Dena.

Gadis berkacamata itu pun membuang nafasnya lega, lalu segara kembali ke ruangannya untuk beristirahat.

Waktu bergulir.

Jam 9 malam tepat Disha terbangun dari tidurnya, tidur hanya dengan menyandarkan kepalanya di meja kerja. Setelah melakukan operasi, mereka memang memiliki waktu untuk beristirahat.

Dia segera meraba meja dan mencari kacamatanya. Belum sempat bangkit, ponsel Disha bergetar, tanda jika ada pesan masuk.

Ternyata itu adalah pesan dari sang ibu. Yang kini pasti tengah berada di ruang direktur utama rumah sakit ini.

Sayang, mama akan pulang, Papa sudah menjemput. Malam ini gerimis turun, pakailah jaket hangat mu sayang. Tulis Anna dalam pesan singkat itu. 

Sementara Disha hanya mampu menatap nanar pada layar ponselnya. Sudah 15 tahun waktu berlalu dan dia tetap harus hidup dalam persembunyian. Selama musuh keluarganya belum tertangkap nyawanya akan selalu dalam bahaya. 

Sebenarnya Disha ingin tahu orang itu, sangat ingin mengungkap jati dirinya dan memancing orang itu keluar. Tapi kekhawatiran seluruh keluarga dan kedua orangtuanya membuat Disha terpaksa bungkam. Terpaksa menerima semua keadaan ini. 

Hidup dan dipandang hina oleh orang lain.

Disha lagi-lagi membuang nafasnya dengan kasar, dia membenahi posisi kacamatanya agar tidak jatuh. Lalu segera bangkit dari duduknya dan mendatangi ruang VVIP.

Ruang dimana pasien yang sore tadi dia operasi berada. Pasien itu telah dipindahkan ke ruang perawatan, Disha ingin melihat dan memastikan semuanya baik-baik saja. 

Tidak sembarang orang bisa masuk ke dalam ruangan ini, hanya Tim 5 yang bertanggung jawab dan pihak keluarga. 

Sampai di ruangan itu Disha baru bisa menatap lekat pria yang tengah berbaring tak sadarkan diri ini. Tubuhnya banyak dipasang selang untuk membantunya tetap bertahan hidup. Beberapa peralatan kesehatan pun aktif memantau setiap organ. 

Di data identitas, Disha pun membacanya. Nama Rayden Carter, usia 26 tahun. 

Di sana juga ada seorang pria yang menunggu dengan setia. Yang Disha tahu dia adalah asisten pribadi pasien ini, Samuel.

"Selamat malam Tuan, izinkan saya untuk memeriksa beliau," ucap Disha sopan, bahkan saat mengatakan itu dia menundukkan kepalanya sebagai tanda permintaan izin.

Namun tampilannya yang sangat cupu membuat Sam merasa ragu. Apa benar orang seperti ini bisa memeriksa keadaan tuannya dengan baik? Sam malah cemas, perawat cupu ini membuat kesalahan dan memperparah keadaan sang Tuan.

"Tidak adakah perawat atau dokter lain yang bisa memeriksa Tuan ku?" tanya Sam pula, dia tidak ingin ambil resiko. 

Dan sudah hal biasa bagi Disha ketika dia diremehkan seperti ini.

"Maaf Tuan, saya tidak akan mengambil tindakan apapun, hanya melakukan pemeriksaan sedikit saja." terang Disha.

"Jangan lama, setelah itu keluar lah."

"Baik Tuan."

Setelah mendapatkan izin Disha pun mulai menjalankan tugasnya, namun setiap pergerakan yang diambil tak pernah lepas dari tatapan tajam Sam. 

Pria itu tetap menatapnya lekat, mengawasi.

Tapi hal itu tidak mengurangi ketangkasan Disha sedikitpun, dia terus mencatat beberapa hal penting di buku catatan kecilnya. Lalu kembali menyimpannya di saku jas. 

Setelah semua tugasnya selesai, Disha berniat untuk meninggalkan ruangan ini. Dia hendak pamit pada sam namun seketika urung ketika dia melihat sesuatu yang janggal. 

Di ujung kursi tempat duduk Sam, ada sebuah jas yang tergeletak dengan rapi. Disha bisa melihat dengan jelas kancing jas berwarna emas itu di sana, kancing dengan aksen elang hitam di tengah-tengah. 

Deg! seketika jantung Disha tersengat. 

Kancing itu adalah kancing yang sama seperti milik musuh bebuyutan keluarganya. Saat Disha kecil, seorang pria nyaris membunuhnya. Saat itu Anna dengan cepat melawan dan sempat menarik kancing bajunya. 

Kancing baju yang begitu mirip dengan kancing milik pria itu.

Pria yang telah membuatnya hidup terasingkan.

Sam masih menggunakan jas nya, jelas Jas itu adalah milik Rayden Carter.

Sialan! apa pria ini memiliki hubungan dengan pria itu? batin Disha.

Namun seketika lamunannya buyar ketika suara tegas Sam tiba-tiba terdengar ...

"Apa yang kamu Lihat? kalau tugas mu sudah selesai pergilah!"

Disha tersentak, buru-buru melepaskan tatapannya pada jas di ujung sofa, lalu menundukkan kepalanya pada Sam.

"Baik Tuan," jawab Disha, setelahnya dia pun keluar dari ruangan ini. 

Namun Disha pastikan bahwa dia akan kembali lagi, dia akan pastikan semua kebenarannya.

Jika pria bernama Rayden Carter itu memiliki hubungan dengan musuh keluarga mereka, maka Disha tak akan segan untuk membuat perhitungan.

Meskipun sudah keluar dari ruangan itu, namun kedua tangan Disha masih terkepal kuat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!