Gadis cantik dengan balutan dress selutut dengan warna putih yang terdapat bercak darah di beberapa bagian itu tampak tengah di bopong oleh beberapa orang yang melihat kejadian tabrakan beruntun tadi, dimana gadis itu merupakan salah satu korban yang selamat dari kejadian mengenaskan tersebut.
Penampilannya yang tadinya sangat rapi kini sudah tak tertata lagi. Tapi mana ia peduli karena rasa sakit serta nyeri di beberapa bagian tubuhnya lebih mendominasi daripada rasa malu akan penampilannya saat ini. Suara ribut dari orang-orang disekitarnya yang tengah memarahi sopir truk yang menjadi tersangka utama dari kejadian tadi ia abaikan begitu saja. Hingga tak terasa kini tubuhnya yang tadi di bopong oleh beberapa orang telah masuk kedalam salah satu mobil yang ia yakini akan membawanya kerumah sakit. Dan benar saja saat mobil itu melaju, tak berselang lama akhirnya mobil itu berhenti disalah satu rumah sakit yang kebetulan jaraknya tak jauh dari lokasi kejadian.
Dan saat pintu mobil terbuka, dirinya langsung disambut oleh beberapa suster yang akan membantu dirinya berbaring di atas brankar yang mereka bawa. Dan saat ia telah berbaring di atas brankar tersebut, dirinya langsung dibawa oleh beberapa suster tadi menuju ke ruang UGD untuk mendapat pertolongan pertama.
Hal pertama saat dirinya memasuki ruangan serba bercat putih itu, hidungnya langsung mencium bau obat-obatan yang sangat ia benci. Namun mau bagaimana lagi, ia terpaksa harus memasuki ruangan tersebut jika luka yang ada di tubuhnya bisa segera diobati.
Dan tak berselang lama setelah dirinya masuk kedalam ruangan tersebut, pintu ruangan itu terbuka dan menampilkan sosok dokter yang membuat Yola langsung melebarkan matanya sempurna. Walaupun dokter itu mengenakan masker yang menutupi separuh wajahnya. Tapi kadar dan aura ketampanan dari dokter tersebut tetap saja terpancar keluar yang membuat Yola tanpa sadar terus memandangi wajah dokter tersebut tanpa berkedip sedikitpun.
Hingga akhirnya lamunannya itu tersadar saat salah satu suster memasukkan jarum infus ketangannya yang membuat dirinya memekik tertahan bahkan ia sempat ingin mengumpati suster tersebut. Tapi berhubung ia masih sadar kalau ada dokter tampan di ruangan yang sama dengan dirinya, semua umpatan itu hanya bisa ia gumamkan di dalam hati. Dan untuk mengalihkan rasa sakitnya ia memilih untuk menatap kembali dokter tersebut yang sudah mulai membersihkan luka di kepalanya.
Saat dirinya mulai ditangani oleh dokter tadi, lagi-lagi matanya tak lepas dari dokter itu bahkan rasanya tubuhnya yang tadi terasa begitu menyakitkan kini sakit itu sudah tak ia rasakan lagi. Dan sepertinya itu semua berkat dokter tampan di hadapannya saat ini, pikir Yola. Hingga tatapan matanya yang sedari tadi mengarah ke wajah dokter tersebut turun ke arah name tag yang tertempel di jas putih khas milik seorang dokter.
Adam Geovano A, nama itu tercetak jelas di name tag tersebut yang membuat Yola kini tersenyum senang karena tanpa harus basa-basi untuk bertanya siapa nama dokter tersebut ia sudah tau namanya yang mungkin akan selalu ia ingat mulai saat ini.
Dan kini beberapa menit telah berlalu, semua luka di tubuh Yola sudah ditangani oleh dokter tampan tersebut dan beberapa suster yang membantu pekerjaan dokter tadi. Bahkan Yola tak sadar jika saat ini pakaiannya telah berganti menjadi pakaian rumah sakit. Dan yang pasti baju itu diganti oleh salah satu suster disana saat dokter yang sudah membuatnya terpana tadi keluar untuk sementara.
"Apa ada keluhan yang lain, Nona?" pertanyaan dari dokter Adam itu membuat Yola mengerjabkan matanya berkali-kali sebelum dirinya menggelengkan kepalanya karena ia memang tak merasakan sakit sedikitpun di tubuhnya sekarang.
"Syukurlah. Kalau begitu nanti beberapa suster akan memindahkan anda ke ruang inap. Dan saya pamit undur diri terlebih dahulu," ucap dokter Adam dan tanpa melihat persetujuan dari pasiennya itu, ia bergegas menuju pintu keluar karena tepat hari ini juga ada seorang pasien yang juga tengah membutuhkan jasanya.
"Tunggu sebentar dok!" teriak Yola yang membuat beberapa suster yang masih berada di sekitarnya terkejut bukan main. Sedangkan dokter Adam, ia menghentikan langkah kakinya sembari menoleh kearah pasiennya tadi.
"Dokter tidak mau kenalan dulu sama saya gitu?" Dokter Adam mengernyitkan keningnya saat mendengar pertanyaan yang menurutnya tak masuk akal dari mulut pasiennya itu.
"Kenalan? Untuk apa?" beo dokter Adam.
"Untuk mengenal satu sama lain lah Dok. Kan kata orang, tak kenal maka tak sayang. Siapa tau setelah kita kenalan secara resmi, Dokter bisa langsung sayang sama saya seperti yang sedang saya alami saat ini. Baru tau nama dokter melalui name tag aja udah sayang apalagi berkenalan secara resmi pasti rasa sayang saya sudah berganti menjadi rasa cinta," ucap Yola yang membuat semua suster menatapnya tak percaya.
Mereka baru saja selesai menangani pasien yang habis kecelakaan bahkan nyawanya hampir melayang dan kini orangnya malah mencoba untuk merayu dokter yang merupakan anak dari pemilik rumah sakit ini. Dan dokter yang tengah ia rayu saat ini adalah dokter yang terkenal tak mau berdekatan dengan seorang perempuan. Berdekatan dalam arti lain yang menjerumuskan akan rasa suka ataupun cinta bukan karena dia menyimpang. Bahkan perempuan yang satu profesi juga dari kalangan selebriti tak jarang yang mencoba mendekati dokter tampan itu tapi sayang seribu sayang sampai saat ini tak ada yang berhasil meluluhkan hati dari dokter Adam itu. Dan saat ini seorang pasien yang mungkin masih berstatus sebagai seorang pelajar tengah terang-terangan menggombal kepada dokter Adam. Sangat berani sekali dia melakukan hal seperti itu, batin beberapa suster yang ada di sana.
Sedangkan dokter Adam yang mendengar ucapan yang ia anggap nyeleneh itu hanya bisa menggelengkan kepalanya sebelum ia kembali melangkahkan kakinya. Toh tanpa perkenalkan pun dia nantinya juga akan tau nama pasien-pasiennya itu yang akan ia dapatkan dari suster yang bertugas mencatat data diri dari para pasiennya yang otomatis nanti juga akan di serahkan kepada dirinya. Jadi untuk apa ia melakukan perkenalan segala jika ia bisa mendapatkan identitas pasiennya tanpa harus membuang-buang waktu berharganya? pikir dokter Adam.
"Lho lho lho kok dokter malah pergi sih. Kita kan belum kenalan secara resmi lho Dok!" teriak Yola saat melihat dokter Adam sudah akan memutar kenop pintu ruangan tersebut.
"Nama saya, Fayyola Mafaza Orlin. Dokter panggil saja Yola tapi kalau mau lebih gampang panggil sayang saja juga boleh!" teriak Yola kembali saat melihat tubuh dokter Adam sudah menghilang dari balik pintu ruangan tersebut tanpa memperdulikan teriakan demi teriakan yang keluar dari bibirnya. Sedangkan para suster, mereka sudah menutup kedua telinga mereka karena takut telinga mereka nanti akan rusak berkat suara cetar membahana dari pasien yang menurut mereka gila itu.
Sedangkan Yola yang melihat kepergian dari dokter tampan yang membuat dirinya terpana dalam pandangan pertama itu hanya bisa mendengus kesal. Gagal sudah dirinya bisa berkenalan secara resmi dan merasakan genggaman tangan dokter tampan tersebut.
Tapi walaupun begitu ia tetap saja merasa senang bukan main setelah bertemu dengan dokter tampan yang memikat hati itu. Dan mungkin untuk pertama kalinya ia akan bersyukur atas musibah yang dirinya alami saat ini. Karena jika bukan karena kejadian mengerikan itu mana mungkin dirinya akan berada dirumah sakit ini dan bertemu dokter dambaan hatinya. Hingga tanpa ia sadari sebuah senyum manis kini terbit di bibirnya. Dan semua perubahan raut wajah darinya tak lepas dari penglihatan semua suster yang kini tengah bergidik ngeri melihatnya. Mungkin mereka pikir dirinya tengah kesurupan. Tapi mereka mana tau jika dirinya saat ini tengah berbunga-bunga dan sangat bahagia seakan-akan ia baru mendapat uang milyaran rupiah bahkan mungkin kebahagiaannya saat ini jauh lebih dari itu.
...****************...
Yuhuuuu akhirnya cerita babang Adam hadir juga. Semoga kalian suka ya dengan cerita gaje ini. Tenang-tenang cerita ini tak serumit cerita The Triplets STORY kok🤭 hanya cerita biasa saja. Jadi aku mau mengingatkan kepada kalian untuk LIKE, VOTE, KASIH HADIAH dan KOMEN yang banyak ya. Eps selanjutnya akan aku Up nanti siang jadi tunggu saja oke🤗
Ahhhh satu lagi, sekarang jangan panggil aku dengan sebutan author. Panggil aja Yeni atau seenak kalian lah karena aku itu masih anak kecik tau wkwkwkwk. Dan biar aku sama kalian makin akrab aja gitu kan jadi lebih enak hehehe. Udah dulu ya See you next eps bye🤗 love you sekebon untuk kalian semua 💜
Seorang gadis cantik yang sebelumnya mengalami kecelakaan kini dia sudah dipindahkan ke ruang inap VIP di rumah sakit tersebut. Kedua orangtuanya dan juga kedua sahabatnya bahkan sudah berada di dalam ruangannya saat ini. Ya, gadis cantik itu adalah Fayyola alias Yola.
"Bisa-bisanya ya kamu gak mati setelah truk segede gaban itu nubruk tubuh kamu ini," cerocos Amel, salah satu teman Yola yang masih saja tak percaya jika Yola selamat dari kecelakaan maut itu.
"Iya ih. Aku kira saat aku dengar kabar kalau kamu kecelakaan, nyawa kamu udah dialam lain. Karena di berita televisi yang aku lihat tadi ada satu korban dalam kecelakaan itu, eh taunya yang jadi korban malah polisi yang ngatur lalu lintas di jalan itu," timpal Keni.
Yola yang mendengar ucapan dari kedua sahabatnya itu ia memutar bola matanya malas.
"Kalian tuh harusnya bersyukur aku gak ninggalin kalian dari muka bumi ini," ucap Yola.
"Ya bersyukur sih bersyukur. Tapi masih heran aja aku sama keajaiban ini," ujar Keni yang diangguki oleh Amel.
"Mana Mama sama Papa tadi udah nangis bombay lagi. Eh taunya si tuyul satu ini gak mati. Kalau kamu mati mungkin Mama sama Papa akan party." Ucapan dari Mama Erika berhasil membuat Yola langsung memelototkan matanya kearah wanita paruh baya yang sangat menyebalkan itu. Untung saja dia sayang sama wanita yang sudah melahirkannya itu kalau tidak mungkin ia sudah menendangnya sampai ke Kutub Utara.
"Iya. Mana air mata Papa mahal lagi, bisa-bisanya tadi netes banyak banget. Kamu besok harus ganti rugi pokoknya, Papa gak mau tau." Nah kan bukan hanya Mamanya saja yang menyebalkan melainkan Papanya pun juga sama.
"Iya-iya nanti Yola ganti ruginya kasih menantu Mama sama Papa aja gimana?" Kedua orangtua Yola mengerutkan keningnya dengan menatap anak bungsunya itu dari kejauhan karena mereka tengah duduk di sofa dalam ruangan tersebut.
"Menantu? Memangnya ada yang mau sama orang modelan kamu ini? Mama rasa gak ada deh. Palingan kamu sekarang lagi halu seperti biasa. Ngehaluin Oppa-oppa Korea kamu itu. Padahal mereka tau kamu hidup aja enggak, eh kamunya malah ngelunjak mau nikah sama mereka. Mereka baru lihat separuh wajah kamu aja, Mama yakin kamu bakal langsung di tendang dari hadapan mereka," ucap Mama Erika yang justru membuat hati Yola terasa sakit sekali padahal apa yang dikatakan oleh wanita kesayangannya itu memang benar.
"Jangan gitu lah Ma. Sakit tau hati Yola. Sakitnya tuh sakit banget kaya dicabik-cabik sama ribuan belati tau gak," ujar Yola begitu dramatis yang dibalas cebikkan oleh Mama Erika.
"Tapi apa yang dikatakan sama Tante Erika tadi ada benarnya tau, La. Mereka gak tau kalau kamu ada di dunia ini." Hati Yola semakin sakit saja saat kedua temannya itu malah berada di kubu sang Mama.
"Tapi kali ini aku gak lagi halu karena orang yang aku maksud bukan Oppa-Oppa Korea melainkan---" belum sempat Yola menyelesaikan ucapannya, pintu kamar inapnya di ketuk oleh seseorang untuk sesaat sebelum pintu itu akhirnya terbuka lebar dan langsung menampilkan sosok dokter yang begitu tampan dengan satu suster dibelakangnya. Semua orang yang berada di dalam ruangan tersebut dengan kompak langsung menatap kearah pintu ruangan tersebut.
Yola yang melihat dokter tersebut tak bisa mengontrol ekspresi wajahnya yang sekarang sudah melongo dengan mata melebar sempurna dan jangan lupakan mulut yang terbuka lebar, jika saja ada lalat yang lewat mungkin lalat itu akan masuk kedalam mulutnya. Tak hanya Yola saja yang terpesona akan keindahan ciptaan Tuhan itu, melainkan Amel dan Keni pun juga sama. Bahkan ekspresi wajah keduanya tak jauh berbeda dari ekspresi wajah Yola. Dan yang lebih menggelikan lagi Keni sekarang sudah mengeluarkan air liurnya yang membuat dia tersadar akan keterbengongannya itu dan memilih untuk memutar tubuhnya dan segera membersihkan air liur yang sudah membasahi dagunya itu dengan sesekali merutuki dirinya yang tampak memalukan di depan cogan. Hancur sudah image Keni saat ini.
Sedangkan kedua orangtua Yola, mereka hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah ketiga perempuan yang memiliki sifat tak jauh berbeda satu sama lain.
Namun sesaat setelahnya karena Mama Erika melihat dokter yang sebelumnya memberikan sapaan kepada dirinya dan sang suami melalui tundukkan kepala tengah berdiri dengan tatapan yang mengarah ke tiga perempuan tadi, mungkin dokter tampan itu merasa terganggu dengan keberadaan kedua sahabat Yola hingga membuat dirinya tak meneruskan langkahnya itu dan memilih diam berdiri didepan pintu, pikir Mama Erika.
Maka dari itu, Mama Erika bergegas menghampiri dua sahabat anaknya itu dan menarik kerah keduanya untuk menjauh dari brankar Yola. Kedua perempuan itu tampak terkejut bukan main saat mendapat tarikkan dari Mama Erika bahkan mereka tadi sempat ingin protes, tapi protesannya itu berubah menjadi gumaman saja karena Mama Erika lebih dulu membungkam kedua bibir cerewet milik Amel dan Keni sebelum mereka mengeluarkan protesannya tadi.
"Diam kalian jangan buat dokter tampan itu ketakutan karena lihat ekspresi bodoh kalian ini. Kalau terpesona itu mbok ya terpesona aja jangan sampai ileran begitu juga kali. Ish malu-maluin Tante aja kalian ini," omel Mama Erika sembari mengalihkan pandangannya kearah dokter yang kini juga tengah menatap kearahnya. Dan hal tersebut membuat dirinya melemparkan sebuah senyuman kepada dokter tadi yang dibalas anggukan oleh laki-laki tersebut
Mama Erika yang melihat dokter tampan itu mulai melangkahkan kakinya kembali kearah brankar sang anak pun akhirnya ia melepaskan tangannya dari dua bibir gadis tadi.
"Iyuhhhh bau jigong," ucap Mama Erika sesaat setelah ia mencium telapak tangannya sendiri. Dan setelah mengucapkan hal tersebut wanita paruh baya yang sialnya masih sangat cantik itu berlari kearah kamar mandi untuk membersihkan bau laknat di tangannya itu. Sedangkan Amel dan Keni, mereka mencebikkan bibirnya dan memilih untuk duduk di sofa yang masih kosong dengan mata yang tak pernah lepas dari dokter tampan di depan sana.
Disisi lain, masih didalam ruangan yang sama, tatapan Yola masih saja tak lepas dari wajah dokter yang kini tengah berdiri disampingnya.
"Tutup mulut anda, Nona. Sebelum ada lalat yang masuk kedalam nanti," ujar dokter tersebut yang membuat kesadaran Yola kembali dan dengan cepat gadis itu mengatupkan mulutnya diakhir dengan cengiran tak berdosa dari bibirnya. Walaupun begitu ia tak bisa memungkiri jika hatinya kini tambah berbunga-bunga karena ucapan dari dokter itu ia anggap sebagai perhatian kecil untuknya.
"Maaf Dok, hehehe," ucap Yola hanya mendapat gelengan kepala dari dokter tampan itu.
Namun walaupun begitu mata Yola masih saja aktif menatap wajah dokter tersebut yang tengah memeriksanya lalu tatapan matanya itu jatuh kearah name tag yang membuat matanya kembali melebar sempurna saat membaca nama di name tag yang memiliki tulisan yang sama saat ia membaca di name tag milik dokter bermasker di UGD tadi.
"Ya ampun!" teriakan menggelegar dari Yola tadi membuat semua orang tak terkecuali sang dokter itu terperanjat kaget.
"Yola, kamu kenapa?" tanya Mama Erika yang baru keluar dari kamar mandi karena mendengar teriakkan dari anaknya itu. Bahkan terlihat raut wajah wanita itu yang tampak khawatir.
Yola kini mengalihkan pandangannya kearah sang Mama dengan binar bahagia yang tampak jelas di matanya.
"Ma, dokter ini calon menantu Mama!" teriak Yola dengan hebohnya. Dan berkat pangkuannya tadi membuat kedua orangtuanya serta kedua sahabatnya melongo menatap dirinya dan dokter tampan itu secara bergantian. Sedangkan dokter Adam, ia sudah mendengus kesal dengan ucapan asal dari bibir pasiennya itu.
Mama Erika mengerjabkan matanya berkali-kali lalu setelah ia sadar dari keterbengongannya tadi ia bergegas mendekati brankar tempat anaknya terbaring.
"Maafkan ucapan anak saya tadi, Dok. Dan harap dimaklumi saja dia habis keluar dari RSJ soalnya, jadi ya begitulah tingkahnya," ucap Mama Erika tak enak hati kepada dokter yang tengah berdiri dihadapannya itu kini tengah memberikan ekspresi sama seperti sebelumnya, sangat datar dan auranya begitu dingin tak tersentuh. Dan ucapan darinya tadi mendapat anggukan dari dokter Adam. Ya, dokter yang membuat Yola jatuh cinta pada pandangan pertama saat diruang UGD sebelumnya.
Sedangkan Yola, ia sudah memberikan delikkan mata kearah wanita paruh baya yang sayangnya ibu kandungnya sendiri. Tapi delikkan matanya tadi hanya di hiraukan begitu saja oleh sang Mama.
"Sepertinya Nona Yola tidak mengalami keluhan lain dan keadaannya jauh lebih baik dari sebelumnya. Namun untuk memastikan keadaannya benar-benar membaik sepenuhnya, Nona masih harus dirawat inap disini untuk beberapa hari kedepan," jelas Adam dengan menatap kearah Mama Erika tanpa menghiraukan tatapan binar penuh puja dari Yola.
"Baiklah kalau begitu Dok. Tapi saya harap dokter banyak-banyak bersabar ya saat memeriksa anak ini. Karena tingkah dia memang agak-agak dan jangan di masukkan ke hati semua ucapan yang keluar dari mulut laknatnya itu," ujar Mama Erika sembari melirik kearah Yola yang sekarang tengah mencubit lengannya.
Yola sebenarnya ingin sekali protes dengan segala ucapan tak berdosa dari bibir mamanya itu, tapi ia harus menjaga sikapnya didepan dokter pujaannya supaya reputasinya tak hancur begitu saja. Ya, walaupun memang sudah hampir ancur gara-gara ulah Mama Erika tapi sebisa mungkin ia tak akan menambah kesan jelek di mata dokter pujaannya.
Sedangkan Adam, ia menganggukkan kepalanya sebagai balasan atas perkataan wanita di hadapannya itu.
"Baiklah kalau begitu, saya pamit undur diri," ucap Adam dengan sedikit membungkukkan tubuhnya.
"Baik Dok, terimakasih." Adam kembali menganggukkan kepalanya sebelum dirinya mulai beranjak untuk keluar dari kamar inap Yola dan setiap langkah kakinya hingga tubuhnya sudah menghilang dari balik pintu kamar tersebut, tak lepas dari pandangan tiga pasang mata para kaum hawa yang masih berstatus lajang itu. Siapa lagi kalau bukan Yola, Amel dan Keni.
"Ya Allah, ya Tuhanku. Sungguh indah sekali ciptaamu yang satu itu, " ucap Keni tanpa menghilangkan binar bahagia di matanya.
"Definisi, nikmat mana yang kau dustakan," sambungnya yang diangguki setuju oleh Amel yang tengah duduk di sampingnya.
"Maksud saya yang seperti itu Tuhan. Berikan hamba pasangan yang seperti dia. Entah itu sifatnya atau paras tampannya. Tapi biar lebih gampang lagi, biar dia saja Tuhan yang menjadi pasangan sehidup semati hamba. Hamba ikhlas lillahi Ta'ala," ucap Amel dengan menengadahkan kedua tangannya serta wajahnya keatas dan setelah mengucapkan perkataannya tadi ia mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya, mengaminkan ucapannya sendiri.
Namun baru saja telapak tangannya ia jauhkan dari wajahnya, sebuah bantal mendarat tepat di wajah imutnya itu.
Bukk!
"AWS!" desis Amel sembari memegangi hidung mancungnya.
"Enak aja ya kamu mau rebut mas crush dari aku. Sebelum kamu bertindak menjadi pelakor, udah aku habisi dulu kamu dan menghilangkan kamu dari muka bumi ini," ucap Yola dengan garangnya. Enak saja incerannya mau diembat juga sama sahabatnya. Dia tak bisa membiarkan hal itu terjadi. Mau itu sahabatnya sendiri kek, dia tak akan pernah tinggal diam untuk membasmi bibit-bibit pelakor yang meresahkan dunia ini.
Amel yang mendengar penuturan dari sang sahabat itu pun ia mengerucutkan bibirnya. Gagal sudah ia mendapatkan laki-laki tampan yang baru saja ia lihat. Karena ia sadar diri tidak akan pernah bisa bersaing dengan sahabatnya sendiri yang sudah lebih dulu menaruh hati kepada laki-laki yang juga sangat ia minati.
"Mas crush, mas crush. Jangan kebanyakan menghayal kalian itu. Dan kamu, Yola hati-hati siapa tau yang jadi pelakor itu kamu bukan Amel." Yola yang sedari tadi menatap tajam ke arah Amel kini tatapannya berpindah ke arah sang Mama yang tengah duduk di pinggir brankar sembari memakan buah apel yang seharusnya buah itu miliknya.
"Kok gitu? kan Amel yang mau merebut Mas crush alias dokter tampan alias dokter Adam dari Yola, Ma. Bukan Yola yang mau merebut dokter Adam dari Amel," ujar Yola dengan nada suara yang tak terima saat Mamanya tadi mengatakan dia seorang pelakor. Padahal di sini sudah terlihat jelas bibit-bibit pelakor itu ada di diri Amel, walaupun ia yakin sahabatnya yang memiliki wajah imut itu tak pernah melakukan hal menjijikan itu. Tapi setelah mendengar perkataannya tadi, apa salahnya jika Yola waspada dengan sahabatnya sendiri sebelum hal yang tak diinginkan terjadi? Yola rasa tidak ada salahnya sama sekali.
Mama Erika menelan satu gigit buah apel yang sebelumnya sudah ia kunyah sebelum dirinya menjawab ucapan dari anak bungsunya.
"Ya kan siapa tahu dokter Adam sudah memiliki pacar atau malah sudah memiliki seorang istri. Lagian jika dipikir-pikir nih ya, dokter setampan dia masak tidak memiliki pendamping hidup minimal ya pacar gitu, kan gak mungkin. dan setelah Mama lihat reaksi dia saat kamu mengucapkan jika dia tadi calon menantu Mama sama Papa yang berarti calon suami kamu, wajah dokter Adam kelihatan gak suka gitu. Datar, dingin dan gak ada senyum sama sekali. Maka dari itu Mama bisa menyimpulkan kalau dia tadi tersinggung akan ucapan kamu, mungkin juga ia sangat menghargai perasaan istri atau pacarnya," ujar Mama Erika yang membuat Yola terdiam.
"Sepertinya apa yang dikatakan tante ada benarnya juga," timpal Keni yang tadi juga sempat menangkap raut wajah tak suka dari dokter tampan yang ternyata incaran sahabatnya itu.
"Gini ya, dipikir saja secara logika. Biasanya seorang dokter saat bertemu dengan pasiennya dia pasti akan tersenyum entah itu senyum yang dipaksa saja atau hanya senyum tipis. Tapi aku perhatiin dokter tampan itu saat muncul ke dalam ruangan ini sampai dia keluar, mukanya datar kayak triplek, untung saja dia tampan kalau tidak mungkin sepatu aku sudah melayang ke mukanya. Dan tidak ada senyum sama sekali yang terukir dari bibir yang sialnya seksi itu. Apa jangan-jangan sebelum ini kamu pernah melakukan kesalahan yang buat dokter tampan itu berekspresi seperti tadi?" tanya Keni yang sudah memiliki firasat jika sahabatnya telah melakukan suatu kesalahan besar dan menyinggung hati dokter tersebut.
Yola tampak masih terdiam namun kali ini keterdiamannya itu memikirkan kesalahan apa yang telah ia buat kepada laki-laki incarannya.
"Sepertinya aku tidak melakukan kesalahan apapun. Aku tidak berontak saat di ruang UGD. Aku juga tidak kasih cakaran maut yang sebelum-sebelumnya aku sering lakuin saat ketemu dokter yang mau memeriksa tubuhku. Hanya saja sebelum dia keluar dari ruang UGD tadi, aku ajak dia kenalan tapi dia nggak mau, terkesan acuh gitu. Tapi aku tetap memperkenalkan diriku dan bilang kalau dia mau manggil aku dengan sebutan sayang, aku terima dengan lapang dada. Udah gitu doang. itupun aku gak dapat balasan ya atau tidak dari dia," jelas Yola yang membuat semua orang yang berada di satu ruangan yang sama dengannya kini menepuk kening mereka dengan serempak.
"Lain kali jaga sikap ya, nak. Malu-maluin banget kamu ini. Tapi Mama penasaran saat kamu ngomong seperti tadi di sana ada orang lain selain kamu dan dokter tampan itu tidak?" Yola tanpa berpikir kembali sebelum dirinya menganggukkan kepalanya.
"Ada. Di ruangan UGD tadi ada beberapa suster di sana salah satunya suster yang selalu ngintil di belakang dokter Adam, dia selalu natap aku dengan tatapan nggak suka," ujar Yola yang ingin sekali meninju wajah suster itu.
Sedangkan perkataan dari Yola tadi membuat keempat orang yang ada di dalam kamar inapnya itu saling melempar pandang satu sama lain sebelum tatapan mereka dengan kompak menatap ke arah Yola yang tengah memincingkan alisnya.
"Fiks, Suster itu pasti pacarnya!" teriak keempat orang itu yang membuat Yola langsung menutup kedua telinganya sebelum gendang telinganya rusak akibat teriakan membahana dari mereka berempat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!