Purba mengalami kecelakaan bersama ibunya ketika hendak pergi ke pasar untuk berjualan. Sebuah mobil dengan kecepatan di atas rata-rata menabrak dirinya dan juga ibunya. Dari kecelakaan itu, nyawa keduanya tidak bisa tertolong.
Setelah kecelakaan itu, Purba tiba-tiba terbangun dan sudah berada di kamar yang lengkap dengan fasilitas nya. Wajahnya yang dahulu nya pas- pas an, kini berubah menjadi pemuda yang tampan, gagah dan memiliki body yang sempurna.
Purba masih dalam kondisi yang linglung dan kebingungan. Betapa tidak? Dirinya seperti menjadi orang lain disini. Kehidupan barunya mengantarkan dirinya seperti bak pangeran di dongeng- dongeng.
Seperti pagi itu, beberapa pelayanan yang cukup cantik menghantarkan sarapan dan segelas susu di meja kamarnya. Pelayan yang cukup cantik dan menggoda dengan pakaian yang bukan seperti seorang pelayan.
" Tuan muda! Ini sarapan nya!" kata pelayan yang cukup cantik dengan rambut panjang yang dibiarkan terurai.
Purba hanya tersenyum menatap pelayan itu.
"Hai siapa nama kamu?" tanya Purba sambil duduk di pinggir tempat tidur nya.
"Rona, tuan muda!" jawab pelayan itu.
"Baiklah, Rona! Terimakasih, kamu boleh pergi!" kata Purba akhirnya.
Pelayan itu segera bergegas pergi meninggalkan kamar itu. Tetapi sebelum beranjak pergi, Purba kembali menahannya dengan satu pertanyaannya.
"Tunggu Rona!" kata Purba dengan setengah berteriak.
"Iya tuan muda!" sahut Rona dengan kepala menunduk.
"Apakah kamu tahu? Siapa nama aku?" tanya Purba akhirnya.
Pelayan itu mengerutkan dahinya. Dalam benaknya berpikir, ada apa dengan tuan mudanya pagi ini. Sikapnya yang sebelumnya kasar tapi sekarang berubah menjadi lebih lembut. Dan kini mempertanyakan nama nya sendiri.
"Siapa nama aku?" tanya Purba lagi.
"Nama tuan? Tedy Adi Nugraha, biasa di panggil dengan Tedy." jawab pelayan itu akhirnya.
"Baiklah! Terima kasih! Kamu boleh keluar dari kamar aku." kata Purba akhirnya.
"Tedy? Nama yang cukup keren, seperti wajahnya yang ganteng dan cocok jika menjadi pemuda yang ganteng." kata Purba sambil melihat dirinya di pantulan kaca kamarnya.
"Tedy? Hahaha. Aku kaya! Aku ganteng! Pasti wanita- wanita banyak yang menyukai aku." kata Purba akhirnya sambil mengusap wajahnya sendiri.
"Kenapa aku bisa hidup kembali? Bukankah aku sudah meninggal ketika kecelakaan mobil itu? Ini sungguh di luar akal sehat ku." gumam Purba yang saat ini bernama Tedy.
Tiba-tiba ketukan pintu kembali terdengar di kamar Tedy.
"Iya, masuklah!" sahut Tedy dengan berteriak.
Seorang wanita yang masih terlihat cantik datang menghampiri Tedy. Usianya sebenarnya sudah terbilang bukan lah remaja lagi. Dia adalah ibu dari Tedy.
"Tedy sayang! Kamu cepat lah mandi sayang! Papa dan adik kamu sudah menunggu di bawah." kata Mama Tedy yang bernama Mama Maya.
Tedy masih diam. Dalam pikiran nya bisa menebak, wanita di dekat nya ini pasti Mama nya.
"Ada apa, ma?" tanya Tedy yang berusaha tenang.
"Hari ini ada rapat di perusahaan. Papa kamu akan memberikan kekuasaan sepenuhnya kepada kamu. Kepemimpinan akan diserahkan kepada kamu. Papa ingin istirahat sementara waktu." terang Mama Maya dengan mengkerut kan dahinya.
Tedy masih tidak bergeming. Hal itu menjadikan Mama Maya memegang dahi Tedy.
"Kamu tidak sedang demam. Tetapi kamu seperti orang linglung, Tedy. Ayo cepat lah mandi! Papa sudah menunggu kamu di bawah!" suruh Mama Maya.
"Baik Mama!" sahut Tedy sambil bergegas masuk ke kamar mandi di dalam kamarnya.
@@@@@@@
Tedy sudah duduk di meja makan bersama anggota keluarga nya, seperti mama, papa dan juga adiknya. Tedy masih banyak diam karena masih bingung dengan situasinya. Tentu saja, ia sendiri masih belum paham mengenai jati dirinya sebagai sosok Tedy.
Di dalam tubuh barunya itu, tubuh Tedy terbilang sangat sempurna. Dengan body atletik,wajah super keren, kulit putih halus tanpa bekas luka. Lalu dimana Tedy sekarang? Kenapa ruh Purba masuk kedalam tubuh Tedy.
"Sayang! Apakah kamu sudah minum obat pagi ini, sayang?" tanya Mama Maya dengan lembut.
"Kenapa mama? Aku sehat, tidak sakit." kata Tedy dengan mengerutkan dahinya.
"Kakak! Kamu harus rajin minum obat. Jika tidak? Kamu bisa jatuh sakit." timpal Rere adik dari Tedy yang ikut perhatian dengan kakaknya.
"Terima kasih mama, adik. Kalian sungguh sangat perhatian dengan aku." sahut Tedy dengan ramah.
Mama Maya, Rere dan juga Papa Mayong jadi saling pandang. Mereka melihat perubahan yang terjadi dalam diri Tedy. Tedy yang biasanya kasar, temperamental, ditambah mudah sakit- sakit an kini berubah menjadi lembut dan sopan. Ditambah wajah Tedy tidak se pucat biasanya.
"Rere! Hari ini kamu ikut kami ke perusahaan terlebih dahulu, sebelum kamu mengikuti mata kuliah mu." kata Papa Mayong.
Tedy yang mendengar kata-kata orang tua yang masih terlihat ganteng itu, jadi mengingat- ingat bahwa gadis cantik dan manis yang dibilang adiknya itu bernama Rere.
"Iya papa, kebetulan hari ini tidak ada jam kuliah kok. " sahut Rere dengan senyum manisnya.
"Kamu Tedy, putra papa yang paling tampan! Hari ini akan papa umumkan nanti dalam rapat di kantor. Bahwasanya kamu akan menggantikan kepemimpinan dari papa. Sementara waktu, papa akan istirahat sejenak. Besok lusa papa dan juga mama mau liburan sementara waktu. Menikmati suasana santai sejenak di luar kota." kata Papa Mayong.
"Papa, apakah saya mampu jika tanpa papa." kata Tedy merendah.
"Tentu saja, putra papa yang ganteng ini tidak akan mengecewakan papa dan mama bukan? Kamu yang lulusan terbaik di Universitas pasti akan mudah memegang kepemimpinan perusahaan papa ini. Kamu pasti bisa diandalkan." kata Papa Mayong dengan bangga.
"Papa!" keluh Tedy pelan.
"Jangan khawatir, nanti kamu dibantu asisten papa yang akan membantu dan mengarahkan kamu. Pak Sarif, dia sudah pengalaman dalam bisnis di perusahaan besar di keluarga kita. Dia akan menunjukkan bagaimana orang yang bisa dipercaya atau tidak. Dalam dunia bisnis, manusia bermuka dua sangat banyak dijumpai Tedy." kata Pak Mayong sedikit memberikan penjelasan.
"Baiklah, papa." sahut Tedy sambil meminum segelas susu yang belum di minumnya.
"Tedy, sayang! Mama yakin, kamu akan bisa menjalankan bisnis papa ini nantinya. Harapan mama juga, kamu bisa menemukan jodoh kamu. Mama dan papa sungguh tidak sabar untuk bisa mempunyai seorang cucu dari kamu." kata Mama Maya.
"Belum juga ketemu wanitanya, ma! Mama sudah bicara soal cucu." protes Rere sambil terkekeh.
"Papa yakin, dengan ketampanan putra papa ini. Sangat mudah untuk mendapatkan wanita yang sempurna." sahut Papa Mayong dengan bangga.
"Tetapi wanita yang baik tidak semata-mata memandang aku punya harta yang banyak, itu sangat jarang Papa." protes Tedy.
"Jangan khawatir kakak! Aku banyak teman-teman yang baik di kampus." sahut Rere sambil tersenyum.
Mama Maya dan Papa Mayong hanya melempar senyum dengan putra putri nya.
Di kantor itu, Tedy sudah secara resmi memimpin perusahaan besar milik keluarga nya. Papa Mayong setelah mengumumkan alih kepimpinan kepada putranya bernama Tedy syah Mayong, kembali pulang ke rumahnya. Kini Tedy mulai menyesuaikan dirinya memimpin perusahaan besar itu.
Rere masih duduk di ruangan CEO itu. Bersama kakaknya, satu ruangan yang ber AC itu. Tedy masih memainkan kursinya berputar kebelakang, ke depan seolah- olahraga memikirkan sesuatu.
"Kamu tidak pulang, Re?" tanya Tedy kepada adiknya.
Rere yang duduk di sofa itu jadi menengok ke arah kakaknya itu.
"Nanti saja, bareng sama kakak. Aku masih mengkhawatirkan kakak." kata Rere sambil tersenyum.
"Mengkhawatirkan aku? Mengkhawatirkan kenapa?" tanya Tedy sambil mengkerut dahinya.
"Tentunya kesehatan, kakak. Kak Tedy tidak minum obat hari ini. Jika terjadi sesuatu, gimana. Apalagi kak Tedy untuk perdana memulai memimpin perusahaan ini." alasan Rere.
"Kamu jangan khawatir, Rere. Aku akan baik- baik saja." sahut Tedy sambil tersenyum.
"Tentu aku tidak bisa untuk tidak mengkhawatirkan, kakakku dong!" ujar Rere sambil tersenyum.
"Oh iya, kak. Kakak masih ingat dengan Sicilia?" tanya Rere sambil melihat kakaknya yang masih berusaha mengingat nama Sicilia itu.
"Mungkin ingatan kakak mu ini sudah banyak hilang. Memori di dalam otak ini banyak terhapus." kilah Tedy yang akhirnya menemukan alasan yang tepat jika dirinya dalam situasi yang baru di kehidupan nya.
"Benar juga! Mungkin karena penyakit kakak selama ini yang menjadikan Kak Tedy menjadi sosok yang baru." sahut Rere sambil berusaha menelaah dari perubahan yang dialami oleh kakaknya.
"Mungkin saja!" kata Tedy sambil tersenyum.
"Tapi jangan khawatir, kak! Aku akan membantu supaya kakak bisa mengingat kembali kenangan-kenangan yang sudah kakak lalui." ujar Rere.
"Tidak perlu, Rere. Mungkin saja kenangan itu terselip kesedihan dan kekecewaan sehingga terhapus begitu saja supaya aku bisa menjadi jiwa yang baru." sahut Tedy sambil meminum air mineral di depannya.
"Benar juga sih!" kata Rere akhirnya.
"Tapi aku ingin tahu siapa Sicilia itu, sehingga memori di kepala kakakmu ini bisa hilang begitu saja mengenai nama itu." tanya Tedy penasaran.
"Sicilia? Dia adalah wanita yang sangat kakak cintai dan puja- puja. Namun dia meninggalkan kak Tedy demi karir nya sebagai artis di ibu kota." cerita Rere.
"Benarkah? Berarti Sicilia yang tadi pagi nongol di layar kaca dan ada pemberitaan mengenai dirinya bahwasanya dia mau menikah dengan kekasihnya itu?" sahut Tedy sambil berpikir.
"Iya, makanya tadi aku buru- buru mematikan Chanel televisi itu. Aku takut kakak akan semakin sedih dan kecewa dengan pemberitaan itu." kata Rere menjelaskan.
"Hem mungkin karena rasa kecewa, sedih, marah itulah yang pada akhirnya terhapus memori itu di sini. Tapi aku sangat bersyukur bukan, dengan situasi ini. Kakak mu ini, akan melangkah dengan ringan tanpa terbebani dengan kekecewaan dimasa lalu." kata Tedy.
"Iya, syukur lah kakak! Kakak akan bangkit dengan jiwa baru yang lebih smart dan energik. Dan aku akan membantu kakak supaya bangkit kembali. Kak Tedy menjadi kakakku yang sehat, kuat, tahan banting dan bisa di andalkan." kata Rere sok bijak.
"Serius sekali. Ayo kita makan?" ajak Tedy kepada Rere.
"Aku ingin Parfait strawberry." sahut Rere.
"Aku ingin seblak atau cilok!" ujar Tedy dengan mata berbinar.
"Apa? Makanan apa itu?" tanya Rere sambil melongo.
"Ayolah! Sekali kamu makan, makanan itu, pasti ingin tambah lagi." kata Tedy sambil menarik adiknya keluar ruangan yang ber AC itu.
"Hah? Aku gak suka makanan yang aneh- aneh." protes Rere akhirnya.
@@@@@@@
Di tempat jajanan pinggir jalan tepatnya di trotoar, Tedy dan Rere memesan makanan yang di inginkan Tedy. Setelah dua porsi makanan itu berada di atas meja mereka, Tedy menyantapnya dengan lahap seolah sudah sekian abad tidak memakan makanan jenis itu. Rere yang melihat kakaknya memakan makanan itu dengan nikmat nya, menjadi penasaran akan rasanya. Akhirnya Rere mulai mengambil sedikit kuah dari makanan itu. Mata Rere pun membulat merasakan cita rasa dari makanan itu.
"Tidak buruk!" ucap Rere pelan lalu kembali mengambil makanan itu dengan sendok nya.
"Kamu pasti akan ketagihan, Re! Enak bukan?" ucap Tedy masih berusaha menghabiskan makanan itu yang bagi lidahnya sangat cocok dan tidak bisa digantikan.
"Setelah ini kita mau kemana kak?" tanya Rere kepada Tedy.
"Kamu ingin kemana? Biar aku temani." ucap Tedy dengan senyumnya yang cool.
"Aku mau ke tempat Lidya." sahut Rere masih berusaha menghabiskan Seblak itu.
"Siapa Lidya?" tanya Tedy.
"Lidya, kawan kampus aku kak. Aku ingin ke rumahnya karena dia kawanku yang ekonomi nya terbilang kurang mampu. Ditambah ibunya sakit keras. Dia hidup berdua dengan ibunya setelah kematian ayahnya." cerita Rere.
"Ayahnya meninggal karena apa?" tanya Tedy.
"Ayahnya Lidya meninggal karena lupa bagaimana caranya bernafas itu. Sehingga kematian datang menjemput nya, kak." jawab Rere serius lalu Tedy yang mendengar semua itu men jewer kuping Rere. Rere meringis sambil terkekeh.
"Jadi saran aku, yah Kak! Kakak jangan pernah lupa bagaimana caranya bernafas. Kalau kakak masih ingin hidup berlama-lama di dunia ini." ucap Rere sambil terkekeh.
Tedy tersenyum melihat tingkah adiknya yang sungguh menghibur dirinya. Rere bisa diajak menjadi kawan dan sahabat untuk berbicara. Rere tipe wanita yang menarik dan gaul.
"Ayo cepatlah! Katanya mau ke kawan kamu Lidya itu. " ajak Tedy sambil berdiri dan hendak membayar makanan yang dimakan oleh dirinya dan adik nya.
Rere mulai mengikuti Tedy yang sudah masuk di dalam mobilnya. Rere masih senyum- senyum tidak jelas.
"Kamu kenapa, Re? Tersenyum saja. Tidak takut kering bibir kamu." kata Tedy sambil menjalankan mobilnya.
"Tidak! Kalau kering tinggal siram aja kan?" sahut Rere masih dengan senyuman nya.
"Kak Tedy! Kita mampir ke supermarket yah! Aku mau membelikan beberapa makanan dan minuman ringan untuk Lidya juga ibunya." kata Rere dengan mata berbinar.
"Bagus! Berbagi itu indah. Baiklah,di depan lagi ada supermarket.Biar ku parkir kan dulu ke tepi." kata Tedy yang masih menjalankan mobilnya sampai ke supermarket yang di maksud.
"Asal jangan sekali- kali berbagi suami atau istri, yah kak." sahut Rere sambil memandang Tedy.
"Kamu ini, masih kecil ngomong soal istri dan suami. Punya pacar atau kekasih saja belum kok." ucap Tedy sambil masuk ke parkiran supermarket yang dimaksud.
"Turunlah! Dan jangan lama- lama!" perintah Tedy.
"Enggak! Paling lama satu minggu doang sekalian menjadi penjaga toko itu." sahut Rere sewot.
"Kakak, mau dibelikan apa?" tanya Rere.
"Terserah, minuman yang dingin saja." jawab Tedy sambil menghidupkan musik di mobil itu.
"Baiklah! Akan aku belikan es batu saja yah." sahut Rere.
"Suka- suka kamu yang penting kamu bahagia, dek!" kata Tedy sambil tersenyum.
"Ha-ha-ha nah begitu dong! Kalau kesal kan, aku enak gangguin kakak terus." ucap Rere sambil melangkah masuk ke supermarket itu.
Sampai lah mereka di rumah Lidya. Rere dan Tedy sudah duduk di kursi kayu yang sudah usang. Rumah yang bagaikan gudang di rumah mereka. Mungkin kalau dibandingkan dengan gudang di istana Rere, Tedy lebih bagus gudang milik mereka yang masih luas dan bersih. Rumah ini begitu kecil dan perabotan nya sudah tidak layak pakai.
Tedy menarik nafasnya pelan menyaksikan kehidupan Lidya bersama ibunya yang terbaring sakit di tikar yang koyak. Terlihat Rere duduk mendekati ibu Lidya yang terbaring itu. Di samping nya Lidya sedang menyuapi puding yang tadi dibawa oleh Rere hasil belanja di supermarket.
Senyum ibu Lidya terlihat mengembang dengan kedatangan Rere dan juga Tedy. Baginya Lidya yang dari keluarga miskin itu masih memiliki teman yang tulus dan mau singgah di rumah sempit nya.
Setelah memberikan puding itu, kini Lidya memberikan obat kepada ibunya. Rere masih memperhatikan nya dengan penuh iba dan kasih. Tidak ada rasa jijik atau merendahkan dari tatapan Rere kepada ibu Lidya. Tedy pun cukup dibuat terpana atas ketulusan adiknya terhadap perhatian ibu Lidya.
Tidak berapa lama, ibu Lidya kembali dengan tidurnya. Mungkin saja pengaruh obat yang diberikan Lidya menyebabkan rasa kantuk itu. Kini Lidya duduk dekat Tedy diikuti oleh Rere.
" Kini giliran kamu yang harus makan, Lidya! Kamu harus selalu sehat demi ibu kamu." kata Rere penuh perhatian sambil memberikan makanan yang tadi dia bawakan juga.
Kembali Tedy tersenyum dan pandangan nya meneliti wajah Lidya. Wajah Lidya yang polos tanpa polesan. Jika dia berdandan dan bahkan memakai pakaian yang lebih nge trend, pasti Lidya akan berubah menjadi gadis yang cukup cantik dan menggoda.
" Terimakasih atas waktunya. Dan kamu selalu membantu aku, Rere." ucap Lidya dan tanpa malu mulai membuka makanan yang dibawakan oleh Rere itu lalu memakannya dengan lahapnya tanpa memperdulikan Tedy yang menatap nya tanpa berkedip.
Rere memperhatikan kakaknya yang selalu melihat Lidya penuh rasa penasaran. Rere akhirnya hanya bisa tersenyum dengan Tedy.
" Setelah ini apakah kamu akan masuk kerja, Lidya?" tanya Rere kepada Lidya.
" Tentu saja, Re! Dari mana aku bisa mendapatkan uang untuk makan kami dan biaya kuliah aku jika aku tidak bekerja?" sahut Lidya sambil menghabiskan makanannya.
Tedy mulai tersentuh dengan kehidupan Lidya yang keras itu. Baginya ini kesempatan nya untuk membantu wanita itu.
" Kak, adakah kerjaan yang bagus untuk Lidya? Supaya Lidya tidak terganggu kuliahnya." kata Rere kepada Tedy.
" Ada!" jawab Tedy singkat.
Lidya sejenak berhenti menguyah makanannya, menatap Tedy dengan tanya.
" Kak? Bantu Lidya, kak! Lidya kalau tidak mendapatkan bea siswa karena prestasinya pasti tidak bisa meneruskan kuliahnya. Hutang- hutang dari ayahnya yang membuat harta benda dan aset yang dimiliki oleh keluarga Lidya menjadi disita pihak bank. Lidya dulu adalah anak pengusaha sukses juga, kak." cerita Rere sambil melihat ke arah Lidya yang cuek masih menghabiskan makanan nya.
" Baik! Datang saja nanti malam kepadaku." kata Tedy sambil melihat ke arah Lidya. Dan kembali Lidya berhenti menguyah makanan nya dan akhirnya menyudahi makanan nya.
" Tapi, kakak akan memberikan pekerjaan yang mudah dan tidak memberatkan Lidya bukan?" tanya Rere sedikit mengkhawatirkan Lidya.
" Tentu saja! Ini pekerjaan yang saling menguntungkan." sahut Tedy dengan senyum nakalnya.
" Kak Tedy?" panggil Rere yang melihat Tedy keluar dari rumah kecil itu.
Kini Rere hanya menatap ke arah Lidya. Apakah Lidya mau menerima pekerjaan yang akan diberikan oleh Tedy yang belum jelas apa itu.
" Jangan khawatir Rere! Aku akan menerimanya. Ini pasti juga akan menguntungkan bagi aku. Kamu adalah sahabat aku yang baik. Dan aku tidak akan mengecewakan kamu." kata Lidya.
" Tapi, apa yang akan kak Tedy lakukan terhadap kamu? Aku takut, kakakku nanti menyakiti kamu.. dan... " ucap Rere tanpa bisa melanjutkan nya.
" Kamu jangan khawatir, Rere!" sahut Lidya sambil tersenyum.
@@@@@@@
Malam itu tiba, Lidya sudah bersiap dengan janji nya mendatangi Tedy, kakak dari Rere. Mobil mewah sudah berhenti di depan rumahnya. Lidya sudah dijemput sopir pribadi Tedy.Lidya dengan mengenakan long drees kekinian itupun terlihat seperti gadis belia yang anggun. Rambut lurusnya dibiarkan terurai sebahu. Lidya dengan langkah yang pasti dan mantap mulai memasuki mobil mewah itu setelah sopir pribadi suruhan Tedy membukakan pintu mobilnya. Lidya hanya terdiam sambil memikirkan apa yang akan dialaminya nanti. Segalanya sudah ia persiapkan baik segala kemungkinan terburuk pun Lidya sudah ikhlas menerimanya asal dirinya bisa memberikan pengobatan yang terbaik untuk ibunya.
" Kenapa berhenti disini, pak?" tanya Lidya tatkala mobil yang dinaikinya masuk ke sebuah gedung tinggi dan bertingkat yang banyak kamar- kamarnya.
" Tuan muda Tedy menunggu nona di tempat ini. Lebih tepatnya di kamar 777,nona." kata sopir pribadi suruhan Tedy yang juga merangkap menjadi asisten pribadi Tedy itu.
Setelah memarkirkan mobilnya asisten pribadi Tedy itu menggiring Lidya menuju kamar yang dimaksud. Kamar dimana Tedy sudah menunggu kedatangan Lidya.
" Masuklah!" suruh asisten pribadi Tedy itu setelah membukakan kamar yang ditempati oleh Tedy.
Lidya mengikuti asisten pribadi Tedy dibelakang punggung nya. Lidya mulai demam seketika. Pikirannya sudah buruk, pekerjaan apa yang akan dia lakukan jika harus berada di tempat ini. Namun Lidya sudah terlanjur menerimanya. Mau mundur pun sudah kepalang tanggung.
" Tuan muda!" panggil asisten pribadi Tedy kepada Tedy yang sedang berendam di kamar mandi hotel itu.
" Apa kamu berhasil membawa gadis itu?" tanya Tedy kepada asisten pribadi nya.
" Benar tuan muda! Apa lagi yang harus saya lakukan sekarang, tuan muda?" tanya asisten pribadi itu.
" Tidak ada! Keluarlah dari kamar ini. Selanjutnya ini adalah urusanku." jawab Tedy akhirnya.
" Kalau begitu saya permisi, tuan!" kata asisten pribadi itu.
" Tunggu sebentar Pak Sarif!" kata Tedy akhirnya.
" Iya tuan muda!" sahut asisten pribadi Tedy itu yang bernama Pak Sarif.
"Tolong pesankan makanan dan minuman untuk gadis itu. Mungkin saja dia belum makan." kata Tedy sambil tersenyum.
" Baik tuan muda!" sahut Pak Sarif lalu pergi meninggalkan bathroom itu.
*******
" Apakah kamu tahu, pekerjaan apa yang akan kamu lakukan sekarang ini?" tanya Tedy yang duduk di sandaran tempat tidurnya sedangkan Lidya duduk di sofa kamar itu.
" Tidak kak! Saya benar-benar tidak mengetahuinya." jawab Lidya.
" Benarkah?" tanya Tedy sambil menatap tajam mata Lidya.
" Benar kakak! Apa yang harus aku lakukan?" tanya Lidya.
" Baiklah, akan aku beritahu tugas dan kerjaan kamu setiap malam. Kamu harus memijit aku sampai aku tertidur." terang Tedy sambil tersenyum.
Lidya akhirnya menarik nafas lega. Dalam pikiran nya padahal sudah membayangkan sesuatu yang mengerikan akan dialaminya.
" Kamu sudah siap belum? Aku menyukai minyak jasmine. Itu sudah aku persiapkan di meja. Dan satu lagi, aku tidak suka dipijit terlalu keras. Pelan- pelan saja supaya aku bisa bobok dengan nyenyak. Oke lakukan sekarang!" ucap Tedy sambil membuka handuknya lalu dia mulai berbaring tanpa selimutnya.
Lidya sangat terkejut dengan Tedy yang seenaknya memperlihatkan dada bidangnya yang seperti roti sobek dan mengenakan celana pendeknya. Pelan- pelan Lidya mulai mengambil minyak yang sudah dipersiapkan oleh Tedy. Tedy sendiri sudah siap dengan pelayanan jasa dari Lidya itu.
Tedy mulai memejamkan matanya.Sejenak mengistirahatkan pikiran dan badannya menikmati pijatan lembut dari Lidya. Sampai akhirnya Tedy tertidur pulas.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!