NovelToon NovelToon

Dendam Yang Salah

Ketakutan

"Jangan mendekat! atau peluru ini yang akan menembus kepala adikmu." Ancam Jupiter pada Gala, kakak dari adik yang ia sandra.

"Lep-lepaskan!"

Ucapnya sambil memberontak, dan berusaha untuk melepaskan diri dari sosok Jupiter yang tengah menahan dirinya dengan tenaganya yang cukup kuat itu.

Gala, sang kakak yang sudah babak belur oleh anak buahnya Jupiter. Dengan kedua sudut bibirnya yang memar akibat mendapat perlawanan dari kawanannya sendiri, Gala tak mampu berbuat apa-apa untuk menyelamatkan nyawa adiknya.

"Kamu boleh membunuhku, tapi tidak untuk adikku." Ucap Gala yang akhirnya menyerahkan diri pada lawannya.

Bukannya menjawab, justru Jupiter tertawa lepas saat mendengar Gala meminta bernegosiasi.

Saat itu juga, Jupiter mengarahkan sebuah pistolnya menempel pada pelipis milik adiknya Gala, yakni Rahelia. Sekali lepas sebuah pelatuk, melayang lah peluru dalam pistol milik Jupiter.

"Mulai detik ini, adikmu akan menjadi tawananku. Ingat! kau sudah menghilangkan nyawa adikku, dan sebagai gantinya, aku akan melakukan penyiksaan pada adik perempuanmu ini. Nyawa harus dibayar dengan nyawa, perempuan di balas perempuan. Jadi, kau dan aku akan impas." Ucap Jupiter dengan entengnya ketika melakukan barter dengan lawannya.

"Bed_ebah! kau Piter. Lihat saja, kau tidak akan bisa melawanku." Sahut Gala saat merasa harga dirinya diinjak-injak lewat adik perempuannya.

"Seret! dia, dan singkirkan jauh-jauh dari hadapanku. Bawa manusia yang tidak berguna ini ke hutan belantara, biarkan dimakan oleh binatang buas." Perintah Jupiter dengan tatapan penuh kebencian." Perintah Jupiter pada beberapa anak buahnya.

"Cuih! bede_bah kau Piter."

"Kau yang akan menyusul kematian selanjutnya, Gala." Ucap Jupiter sambil memegangi dagu milik Gala.

Dengan terpaksa, Gala hanya bisa menyerah dan tidak bisa melakukannya perlawanan apapun pada Jupiter yang mana memiliki anak buah yang cukup banyak.

"Kak Gala! jangan tinggalkan aku. Kak! tunggu, aku mau ikut dengan Kakak."

PLAK!

Sebuah tamparan keras mendarat lewat pipi kanannya yang mulus, dan meninggalkan bekas yang cukup sakit dan juga perih, serta panasnya tamparan dari lelaki yang sudah tega menyiksa dirinya.

"Bawa perempuan mur_ahan ini masuk ke dalam mobil, kita akan membawanya pulang." Perintah Jupiter pada beberapa anak buahnya untuk melakukan perintah darinya.

"Baik, Bos." Jawabnya.

Gala yang melihat perlakuan Jupiter kepada adiknya, hatinya begitu terpukul. Seakan tiada gunanya menjadi seorang kakak yang tidak bisa melindungi adiknya sendiri.

Dengan rasa sakit yang di terima akibat ulah dari Jupiter, Rahel hanya bisa menahan rasa sakitnya itu.

Saat itu juga, Jupiter membawa pergi Rahel. Sedangkan Gala dibawa pergi oleh beberapa anak buahnya Jupiter untuk di asingkan.

"Tambahkan kecepatannya, cepat!" perintah Jupiter dengan suara yang begitu jelas saat tengah memberi perintah kepada supirnya sendiri.

Tidak memakan waktu yang lama, Rahel dan Jupiter telah sampai di Villa dengan pengawal yang banyak, tempat yang cukup jauh dari keramaian.

"Cepat! kau seret perempuan ini sampai di dalam kamar mandi. Ingat, siapkan air panas untukku, karena aku harus memberinya pelajaran." Perintah Jupiter kepada beberapa anak sungai.

"Baik, akan segera kami laksanakan." Jawabnya dan langsung menyeret tubuh Rahel dengan paksa.

"Tolong, jangan siksa aku." Ucap Rahel penuh permohonan, agar dirinya tidak mendapatkan perlakuan yang lebih kasar lagi dari sosok Jupiter.

Jupiter tidak menanggapinya sama sekali, justru dirinya segera masuk ke dalam Villa.

Sedangkan anak buahnya segera membawanya sesuai perintah dari Bosnya.

Sampainya Rahel berada di dalam kamar milik Jupiter yang sudah di siapkan oleh orang suruhannya, lalu meminta para asisten rumahnya untuk meninggalkannya sendirian di dalam kamar.

Kedua tangan milik Rahel masih dalam keadaan terikat kencang, sampai-sampai tidak bisa untuk melepaskan diri.

Senyum menyeringai tengah ditunjukkan di depan Rahel, dan melepaskan satu persatu pakaian yang melekat di tubuhnya. Kemudian, Jupiter mengganti celana panjang ke celana pendek tanpa baju yang menutupi dada bidangnya.

Rahel tertunduk di atas karpet tanpa mendongak ke arah lelaki yang ada di hadapannya itu. Dengan aura penuh kebencian, Jupiter berjongkok di depan perempuan yang dijadikan tawanan olehnya.

Dengan senyumnya yang sinis, Jupiter mengangkat dagu milik Rahel hingga terangkat dan mendongak ke arahnya. Lalu di tekan dagu itu dengan sangat kuat, hingga jari-jarinya ikut menekan bagian kedua pipinya hingga kesakitan.

Dengan tatapan yang penuh kebencian, Rahel tak kalah menatapnya dengan tajam juga. Keduanya seperti tengah beradu pandang dan saling menunjukkan kebenciannya masing-masing.

"Malam ini, aku akan memberi hukuman terhadap dirimu. Tentu saja, aku akan menyiksa kamu dari ujung kaki sampai ke ujung kepala, seperti sakitnya adikku karena perbuatan kakak kamu terhadap adik perempuanku." Ucap Jupiter sambil menekan lebih kuat lagi pada bagian rahangnya.

Rahel yang tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa mendengus kesal saat menatap lelaki di hadapannya itu. Ingin memberontak, sedikitpun tak mampu untuk dilakukannya.

Jupiter yang sudah tidak sabar, ia segera menarik paksa tubuh Rahel yang tengah terikat tali pada bagian kedua tangannya.

"Lepaskan! aku bisa jalan sendiri." Ucap Rahel dengan nada yang tinggi.

Jupiter yang mendengarnya, pun langsung mencengkram lengannya sangat kuat. Kemudian, ia menarik kembali tubuh Rahel yang terseret di lantai sampai di dalam kamar mandi.

BRUG!

"Aw!" pekik Rahel saat terjatuh sambil menahan rasa sakit karena bagian punggungnya mendapatkan benturan yang cukup kuat.

Untungnya, bukan pada bagian kepalanya. Meski sudah terbentur sangat kuat dan juga sakit, masih ada kata beruntung karena tidak fatal, pikirnya.

Tanpa harus melepaskan pakaiannya, Jupiter menyemburkan air pada sekujur tubuh milik Rahel.

"Aw! tolong hentikan. Aku mohon, hentikan." Pekik Rahel dan berteriak meminta tolong.

Seketika, Jupiter menyudahinya.

"Kamu bilang apa barusan? ha! hentikan kamu bilang? tidak. Sakit dan panas yang kamu rasakan ini, belum seberapa dengan sakit yang dirasakan oleh adikku. Jadi, jangan berharap kamu akan mendapatkan ampun dariku." Ucap Jupiter dengan tatapannya yang penuh kebencian.

"Bed_ebah! kau, das_ar lelaki brengs_ek."

PLAK!

Sebuah tamparan keras kembali mendarat di bagian pipinya, dan menyisakan bekas merah yang kebiruan. Tentu saja, rasanya sangat panas dan juga sakit.

Tanpa berpikir panjang, Jupiter memberi sabun mandi kepada rahel untuk menggosokkan kesemua anggota tubuhnya. Berharap, tubuh Rahel merasa gatal-gatal dan bila perlu kulitnya memerah dan penuh garukan kuku.

Tidak berselang lama, Rahelia merasakan gatal-gatal yang hebat. Berkali-kali menggaruk hingga terluka, Rahelia benar-benar tak sanggup untuk merasakan gatal pada sekujur tubuhnya.

"Aku mohon, hentikan. Aku siap melakukan apapun perintah darimu, asal jangan siksa tubuhku ini yang tidak bersalah." Ucap Rahel sambil menunduk dan memohon kepada lelaki yang tengah menyiksa dirinya.

Jupiter menghentikannya, dan menyelidik Rahel dari ekspresi mimik mukanya. Saat itu juga, Jupiter menyunggingkan senyumnya yang sinis.

"Yakin dengan keputusan kamu itu?" tanya Jupiter sambil mengangkat dagu milik Rahel, dan keduanya saling menatap satu sama lain.

Menyetujui

Rahelia yang menatap wajah Jupiter yang penuh kebencian, ia mengangguk pelan padanya.

"Ya, aku siap melakukan perintah darimu." Jawab Rahelia sambil menatap wajah lelaki yang kini telah menjadikannya tawanannya.

Jupiter langsung tertawa puas saat perempuan yang ada dihadapannya itu telah menyerahkan diri untuk melakukan apapun yang dia mau.

"Jadilah istriku." Ucap Jupiter yang masih memegang dagunya.

Rahelia melotot dengan sempurna. Apa yang dia dengar, sungguh membuatnya terkejut.

"Me-ni-kah, katamu?" tanya Rahelia memastikan, apa benar yang diucapkan oleh lelaki yang ada di hadapannya itu telah memintanya untuk mengajak menikah.

"Ya, menikah denganku." Jawab Jupiter dengan santai.

Melihat mukanya saja merasa jijik, apalagi harus menjadi istrinya. Begitulah yang dipikirkan oleh Rahelia.

"Untuk apa kamu menikahi aku, bukankah kamu mau membunuhku." Kata Rahelia yang sulit untuk menebak maksud dari ucapan Jupiter.

"Tentu saja, aku ingin menyiksamu perlahan. Jika aku tidak menikahi kamu, bagaimana aku bisa menyakitimu, memegang tubuhmu." Ucap Jupiter dan menyeringai, Rahelia menatapnya penuh kebencian yang seperti mendarah daging.

"Bagaimana? kau akan menuruti apa yang aku minta, bukan? seperti yang kamu katakan barusan."

"Apa tidak ada permintaan lain selain menikah denganmu?" tanya Rahelia yang sebenarnya menolak untuk menikah dengan lelaki yang akan membunuh dirinya.

"Tidak ada, hanya dengan cara menikahi kamu, aku bebas melakukan apapun yang aku mau." Jawab Jupiter sambil menekan kuat pada bagian rahangnya.

Rahelia menahannya dengan penuh kebencian terhadap lelaki yang menurutnya sangat bia_dap itu.

'Bede_bah kau manusia brengs_ek!' batin Rahelia penuh kebencian.

"Baiklah, aku penuhi permintaan dari kamu. Tapi aku mohon, jangan sakiti Kakakku." Ucap Rahelia yang akhirnya pasrah menerima permintaan dari Jupiter.

"Aku tidak akan lagi menyiksa kakak kamu, karena aku sudah membuangnya. Jadi, kamu tak perlu memikirkannya lagi. Karena kakakmu, sudah dipastikan telah dimakan binatang buas di hutan belantara." Jawab Jupiter dengan seringainya.

"Apa! kau benar-benar membuang Kakakku. Benar-benar bia_dap kau! aku sumpahin, kau tidak akan menemukan kebahagiaanmu." Ucap Rahelia dengan lantang, dan juga dengan sorot kedua matanya yang tajam.

Jupiter kembali mengangkat dagunya milik Rahelia, dan menekan kuat pada bagian kedua rahangnya sekuat tenaganya, hingga membuatnya kesakitan.

Sudah sakit di bagian rahangnya, Rahelia harus menahan rasa gatal pada sekujur tubuhnya. Benar-benar penderitaan yang sudah mulai.

"Pelayan!" teriak Jupiter memanggil pelayan yang sudah mendapat perintah untuk mengurus Rahelia.

Dengan cepat dan gesit, sudah berada di dalam kamar mandi.

"Apa yang harus saya lakukan, Tuan." Ucap seorang pelayan sekaligus asisten rumah yang harus bertanggung jawab atas Rahelia.

"Mandikan perempuan ini dengan bersih, kemudian siapkan makan siang untuknya. Setelah itu, suruh dia tidur. Satu lagi, siapkan pernikahan nanti malam." Perintah Jupiter kepada asistennya.

"Baik, Tuan." Jawabnya sambil menunduk.

Setelah itu, Jupiter langsung keluar dari kamarnya.

Rahelia masih diam, menyimpan berjuta-juta kebencian terhadap Jupiter, lelaki yang sudah menyiksanya, dan juga kakaknya yang entah dimana keberadaannya, entah baik-baik saja atau yang dikatakan Jupiter memanglah benar. Bahwa sang kakak telah dimakan binatang buas, pasalnya di buang ke hutan belantara.

"Nona, mari saya bantu untuk membersihkan diri." Ucap seorang asisten berusaha untuk bersikap ramah pada Rahel.

"Aku tidak mau, biarkan aku mati kedinginan, daripada aku harus disiksa perlahan oleh majikan kamu." Jawab Rahelia menolak dengan kasar.

"Lalu, apa untungnya Nona mati dengan sia-sia dengan cara menyiksa diri? mari Nona, saya bantu untuk mandi."

"Aku bilang tidak! ya tidak! apa telinga kamu itu tuli? hah!"

"Saya mohon, Nona. Kalau Nona tidak mau, saya akan kehilangan pekerjaan. Percayalah dengan saya, Tuan Jupiter aslinya sangat baik." Ucapnya berusaha untuk meyakinkannya.

Rahelia langsung mendongak dan menatapnya.

"Kamu bilang apa tadi, Tuan Jupiter aslinya sangat baik, apa aku tidak salah dengar? apa penyiksaan kepadaku dan membuang kakakku itu perbuatan yang sangat baik? pikir."

"Siapa orangnya yang tidak hilang kendali, jika adiknya meninggalkan sang kakak untuk selama-lamanya." Kata asisten rumah memberi penjelasan.

"Kakakku itu tidak bersalah, dan tidak menyebabkan kematian adiknya Tuan Arogan yang kejam itu." Ucap Rahelia dengan penuh kebencian.

"Nona, mau mandi atau tidak?" tanyanya.

"Sudah aku bilang, aku tidak mau mandi, titik." Jawabnya yang tetap menolak.

"Baiklah, akan saya panggilkan Tuan Jupiter untuk membantu Nona mandi dan menggunakan sabun yang baru saja Nona gunakan."

Seketika, Rahelia kaget mendengarnya.

"Jangan, jangan, jangan, aku akan mandi sendiri. Mendingan kamu keluar saja dari kamar mandi, aku tidak butuh bantuan apapun." Ucap Rahelia yang malas ribet.

"Tapi, Nona. Saya ditugaskan untuk membantu membersihkan diri, karena malam ini Nona akan menikah."

"Terserah kamu, lakukan saja sesuai perintah majikanmu yang arogan dan kejam itu." Kata Rahelia yang akhirnya pasrah.

"Baik, Nona. Kalau boleh tahu, nama Nona, siapa? perkenalkan, nama saya Mariti, asisten rumah dan sekaligus penanggung jawab atas Nona. Bila berkenan, panggil saja Mbak Riti.

"Namaku, Rahelia. Terserah mau panggil aku siapa, yang penting masih dalam lingkup nama Rahelia. Mau Rahel, heli, elia, lia, ia, terserah kamu." Kata Rahelia sambil garuk-garuk tangannya yang masih terasa gatal.

"Baik, Nona Rahel. Nama yang sangat cantik, seperti pemiliknya." Jawab Mbak Riti.

Setelah setuju untuk dibantu, Mbak Riti memulai menggosokkan sabun dan memijatnya pada bagian punggungnya hingga selesai membersihkan diri.

Sedangkan Jupiter sendiri, tengah sibuk dengan pekerjaannya sebagai pengiriman barang ilegal. Bahkan, dirinya juga mempunyai bisnis gelapnya, perdagangan manusia untuk dijadikan pekerja rodi di berbagai tambang hasil bumi.

Saat pandangannya sibuk di layar komputernya, Jupiter dikagetkan dengan suara ketukan pintu ruang kerjanya. Segera ia menyudahinya, dan menekan tombol pintunya.

Dengan sekejap, pintu ruang kerjanya terbuka dengan sendirinya.

"Permisi, Tuan." Ucap seorang asisten rumah.

"Masuk." Sahutnya, asisten rumah tersebut segera mendekati majikannya.

"Maaf, Tuan. Di luar ada Tuan Bimo ingin bertemu dengan Tuan Jupiter, sekarang orangnya sedang menunggu di ruang tamu." Ucapnya menyampaikan pesan pada seseorang yang bertamu.

"Katakan padanya, aku akan segera menemuinya. Ah ya, antarkan orangnya ke ruang privasi." Jawabnya dan memberi perintah kepada asistennya.

"Baik, Tuan. Kalau begitu, saya permisi."

Karena tak ingin waktunya berkurang, Jupiter bergegas bangkit dari posisi duduknya dan segera menemui tamu yang baru saja datang.

Sambil menuruni anak tangga, Jupiter sambil memikirkan sesuatu.

"Sudah, Tuan." Ucap asisten rumah saat mendapati majikannya yang baru sampai di anak tangga yang terakhir.

"Kamu boleh pergi, dan kembali lanjutkan pekerjaan." Perintah Jupiter, dan segera menuju ke ruang privasinya.

"Akhirnya datang juga kamu, Bim. Kirain mau kabur, awas saja kamu." Ucap Jupiter saat masuk ke ruang privasinya.

Terjadi sesuatu

Bimo yang melihat Jupiter menyapa dirinya, langsung menjabat tangannya dan memeluk layaknya sahabat dekat.

"Kirain kamu gak di rumah, tumben." Kata Bimo yang tidak seperti biasanya mendapati Jupiter di rumah.

"Gimana dengan Gala, aku dengar dia sudah kamu asingkan."

"Ya, aku sudah mengasingkan dia di hutan yang tidak jauh dari markas."

"Apa kamu tidak sedikit kasihan dengannya? bukankah Gala mempunyai adik perempuan, gimana nasibnya jika tau kalau kakaknya telah kamu buang ke hutan."

"Adiknya sudah tahu, karena aku yang menunjukkan di depan matanya. Bahkan, sekarang dia sudah menjadi tawananku." Kata Jupiter.

"Menjadi tawanan kamu, maksudnya apaan. Apakah adiknya Gala kamu sandra? demi balas dendam atas meninggalnya adikmu, si Felly."

"Benar, adiknya Gala sudah aku sandra di rumah ini. Bahkan, nanti malam aku akan menikah dengannya." Jawab Jupiter mengatakannya dengan sangat jujur, jika dirinya akan menikahi adik dari teman yang kini dijadikan musuhnya.

"Kamu sedang tidak bercanda, 'kan? tujuan kamu menikahi adiknya Gala itu, apa?"

"Menyiksanya sampai aku merasa puas dan menjadikannya bak mainan. Kalau aku tidak menikahinya, aku kesulitan untuk menjadikan dia tawanan di rumahku. Makanya aku menikahinya, agar aku bebas membawanya kemana saja." Jawab Jupiter terang-terangan.

"Gil_a, kamu. Apa tidak ada cara lain selain menyiksa adiknya Gala. Hati-hati, nanti kamu benar-benar jatuh cinta dengannya." Kata Bimo.

"Cuih! jatuh cinta dengannya, tidak akan. Apa kamu mendadak lupa, aku punya Hanny yang jauh lebih baik darinya." Ucap Jupiter.

"Apa kamu juga lupa, kamu menikahinya. Ingat, selain sering bertemu, kamu sering berdialog dengannya, bisa saja kamu akan masuk dalam perangkapmu sendiri." Kata Bimo mengingatkan.

"Tidak akan terjadi, penyiksaan akan terus menjadi penyiksaan sampai aku puas." Ucap Jupiter yang tetap pada pendiriannya, tak peduli jika Bimo sudah memberi peringatan pada dirinya.

"Terserah kamu, aku cuma mengingatkan. Aku datang kesini hanya mau menyampaikan pesan, besok akan ada proyek baru yang mau dikerjakan, apakah kamu mau mendatangi tempatnya?"

"Aku libur dalam tiga hari ini, aku akan datang setelah urusanku selesai." Jawab Jupiter.

"Baik, aku tidak akan memaksakan kamu. Kalau begitu, aku langsung pulang saja. Selamat ya, nanti kamu menikah. Aku doakan, semoga kamu jatuh cinta dengan istrimu."

"Si_al! aku tidak butuh doa seperti itu. Sudah sana kalau mau pulang, jangan bikin keributan di rumahku." Kata Jupiter sambil mendorong tubuh Bimo keluar.

"Jangan lupa malam pertamanya, ok Brother." Ucap Bimo sambil meledek saat sudah keluar dari ruang privasi.

Kini tinggallah Jupiter sendirian di ruang privasinya. Dengan kasar, ia membuang napasnya. Kemudian, segera menemui perempuan yang dijadikan tawanannya.

"Mama, Papa, kalian sudah pulang? kok, gak beri kabar Piter."

"Namanya juga kejutan, memangnya kenapa? oh ya, satu bulan lagi, Hanny pulang loh. Jadi, kalian akan langsung menikah. Mama dan Papa sudah tidak sabar untuk menimang cucu, ingin secepatnya kamu menikah dengannya." Jawab sang ibu, Jupiter mendadak kaget dengan perkataan ibunya.

"Mama sedang tidak bercanda, 'kan?" tanya Jupiter seperti mimpi.

"Kamu bilang Mama ini bercanda, ya gak lah. Mama tuh berkata yang sebenarnya, tidak mengada-ngada. Seharusnya kamu tuh senang, bukan jadi lesu gitu. Bukankah kamu dan Hanny baik-baik saja? tidak ada masalah, 'kan?"

"Gak sih Ma," kata Jupiter sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

"Mama dan Papa sudah membicarakan pernikahan kamu dengan kedua orang tua Hanny. Jadi, kamu tak perlu pusing memikirkannya. Yang harus kamu persiapkan itu, hanya kemantapan dan jaga kesehatan kamu." Ucap sang ayah ikut menimpali.

"Tapi, Ma. Bukankah Mama bilang ada tiga bulan di Paris? kok jadi mendadak begini." Kata Jupiter yang penasaran dengan apa yang pernah dikatakan kedua orang tuanya sebelum berangkat.

"Papa kamu membatalkan perjanjian kerja sama Tuan Hertanto. Jadi, Papa kamu putuskan untuk bekerja sama dengan ayahnya Hanny untuk mengembangkan bisnis yang akan kamu kelola nantinya."

'Apa aku tidak salah dengar, Papa membatalkan kerja sama dengan Tuan Hertanto.' Batin Jupiter merasa ada yang janggal dengan ucapan ibunya.

"Tuan! Tuan! Nona Rahel, Tuan." Teriak Mbak Riti sekencang mungkin sambil menuruni anak tangga.

Semua kaget mendengar teriakan dari asisten rumah yang terlihat terburu-buru, termasuk Jupiter yang mendadak kaget dan panik. Lebihnya lagi, kedua orang tuanya tidak mengetahui akan keberadaan perempuan yang menjadi tawanan Jupiter.

Tanpa pikir panjang, Jupiter segera berlari untuk melihat kondisi kamarnya.

"Tuan, Nona Rahel bunuh diri."

"Apa!" teriak Jupiter yang langsung menuju kamarnya.

Kedua orang tua Jupiter sendiri segera melihatnya, apa yang terjadi sebenarnya.

"Dasar bodoh!" Kata Jupiter yang langsung mengikat pergelangan tangannya dan membawanya ke rumah sakit.

"Siapa gadis itu, Piter."

"Piter, tunggu."

Tidak peduli dengan panggilan orang tuanya, Jupiter cepat-cepat membawa Rahelia ke rumah sakit.

"Mbak Riti, siapa perempuan yang dibawa Piter? pacar barunya, atau ... siapa dia?" tanya ibunya Piter dengan penasaran.

"Ya, Mbak Riti, siapa perempuan tadi?" tanya ayahnya Jupiter ikut penasaran dengan perempuan yang berada di kamar putranya.

"Em ... namanya Nona Rahel, Nyonya, Tuan." Jawab Mbak Riti dengan gugup.

"Apakah dia pacar barunya Jupiter? jawab, Mbak."

Karena masih belum mendapatkan jawaban, akhirnya ibunya Jupiter kembali menanyakan siapa sosok perempuan yang bersama putranya.

"Nanti malam, Tuan Jupiter akan menikah dengan Nona Rahel."

Jawabnya sambil menunduk, dan juga dengan perasaan takut. Jika akan terjadi sesuatu pada keluarga majikannya, lebih lagi dengan Rahel, Mbak Riti benar-benar merasa kasihan padanya yang tidak tahu apa-apa.

Kedua orang tuanya Jupiter membulatkan kedua bola matanya dengan sempurna, karena terkejut dengan jawaban dari Mbak Riti mengenai putranya.

"Apa! Jupiter akan menikah malam ini? tidak! pasti dia sedang mengerjai kita kan, Pa?"

"Ayo, kita datangi mereka berdua di rumah sakit. Mama ingin mendengarnya langsung, apa yang diucapkannya itu adalah benar, atau hanya mengerjai kita." Kata ayahnya Jupiter yang masih menyimpan rasa penasaran terhadap putranya.

Karena sudah tidak sabar ingin mendengar pengakuan dari putranya, kedua orang tua Jupiter segera berangkat ke rumah sakit untuk mengetahui kebenarannya.

Sedangkan di rumah sakit, Jupiter tengah mondar-mandir menunggu Rahel yang sedang ditangani oleh dokter.

"Perempuan bo_doh! setakut itukah aku akan menyiksanya?" gumamnya sambil mondar-mandir karena gelisah memikirkan keadaan Rahel yang entah dapat diselamatkan atau tidaknya.

Tidak lama kemudian, kedua orang tuanya sudah datang dan segera menghampiri putranya yang tengah mondar-mandir karena gelisah.

"Jupiter," panggil sang ayah yang sudah berada di hadapannya.

Jupiter sendiri langsung mendongak dan menatap wajah ayahnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!