🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Braaak...
Rainerly Rahardian Wijaya menutup pintu mobil mewahnya dengan cukup keras saat sudah memarkirkan nya di area parkiran VVIP sekolah.
Ya, ia adalah siswa berprestasi kelas 12 yang merangkap sebagai ketua OSIS. Otak pintar, kaya raya dengan ketampan diatas rata-rata membuat Rain menjadi pujaan semua siswi sejak ia masuk Sekolah Dasar. Tapi anehnya tak ada satupun yang menarik hatinya karna Rain selalu sibuk dengan puluhan kucing peliharaannya dirumah utama.
Jika melihat kakaknya berpacaran, ia akan merengek ingin, tapi jika sudah berhadapan dengan seorang gadis nyalinya akan menciut dan rasa ingin berpacaran pun langsung menguap begitu saja. Jadi tak salah, jika sikap anehnya itu membuat kedua orangtuanya bingung dan pusing sendiri.
"Pagi, Rain?" sapa Kalina, teman satu kelas Rain yang kebetulan juga sekertaris OSIS.
"Gak usah di kasih tahu, aku juga belum lupa kalau ini masih pagi" jawabnya asal seperti biasa, sikap cuek Rain kadang membuat para gadis yang ingin dekat dengannya merasa kesal namun juga penasaran.
Kalina bergelayut manja di lengan pria pujaan sejuta umat tersebut, tak ada yang berani protes padanya karna memang Kalina di kenal dekat dengan Rain sejak mereka masih menimba ilmu di bangku Sekolah Menengah pertama, itulah sebabnya Kalina menjadi besar kepala dan yakin bisa menarik hati seorang pewaris utama Rahardian Group.
Bel berbunyi, Rain dan Kalina langsung menuju bangku mereka masing-masing. Seperti biasa, Rain akan duduk di bagian paling belakang dengan tiga teman dekatnya.
Rio, Raka dan Revan adalah siswa berotak cerdas namun sedikit nakal, mereka selalu silih berganti masuk ruang BK karna berbagai hal mulai dari telat masuk hingga bolos di jam pelajaran.
Tapi tidak dengan Rain, ia tak pernah terpengaruh sama sekali karna ia tahu pasukan keluarganya tak terhitung di luaran sana untuk menjaga dan memantau dirinya.
"Gue ngantuk, kantin yuk" ajak Rio, si hidung mancung keturunan negara onta itu memang paling malas jika sudah pelajaran hitung menghitung.
"Ke kantin itu bukannya buat makan ya?" sahut Revan berbisik.
"Kita pura pura pipis" timpal Raka cekikan seolah ingin mengiyakan ajakan Rio.
"Gak ah" tolak Rain.
"Kenapa?" tanya Rio, Raka dan Revan.
"Gue pengen pipis beneran!" sahut Rain yang akhirnya bangun dari duduk. Ia melangkah ke meja guru untuk meminta izin ke toilet.
Sedang tiga temannya langsung berdecak kesal melihat Rain yang malah lebih dulu keluar kelas meski alasannya benar ingin ke toilet.
Rain berjalan pelan menuju bilik tempat buang air, tapi baru saja ia ingin masuk, langkahnya terhenti saat melihat sesuatu yang mengusik hatinya dari jendela kaca besar. Mata pria itu fokus ke halaman belakang sekolahnya.
Rain yang tak jadi masuk toilet akhirnya memutar arah menuju tangga, dengan sedikit berlari akhirnya ia sampai disana.
Miong...
Suara hewan berbulu itu menjadi pusat perhatian Rain saat ini, ia mendekat kearah anak kucing berbulu hitam putih yang duduk diatas tanah yang terdapat banyak dedaunan yang gugur.
"Hey, miong. Kenapa sendiri?" tanya Rain yang berjongkok di depan hewan tersebut sambil mengusap bulu halusnya.
Miong.. miong.
Hewan berkaki empat itu sungguh sangat menggemaskan sampai Rain lekas mengambil si kucing dan meletakkannya di atas telapak tangan. Rain yang memang senang terhadap kucing tentu langsung jatuh cinta dan ingin membawa pulang agar bisa di urus bersama dengan peliharaannya yang lain.
"Kita pulang yuk, main sama temen-temen mu di rumahku" ucap Rain sambil bangun dari jongkoknya. Tapi baru saja ia membalikkan badan Rain harus di kejutkan dengan kehadiran sosok gadis cantik yang menatapnya tak senang.
.
.
.
Hey... mau di bawa kemana Madu ku??
🍂🍂🍂🍂🍂
"Hey, mau di bawa kemana Madu ku?" tanya gadis itu sedikit ketus.
"Madu?" Rain balik bertanya dengan kening mengkerut.
"Iya, ini Madu ku"
Kucing dalam genggaman Rain di ambil paksa begitu saja, tak ada perlawanan karna pria itu memang tak suka berdebat dengan seorang wanita kecuali kakaknya, Embun.
"Oh, kucing ini punya mu?"
"Iya, namanya Madu. Aku tadi pergi untuk mengambil makan untuknya"
"Maaf, aku gak tahu jika ini peliharaanmu" ucap Rain tak enak hati.
Gadis itu hanya mengangguk, tanpa senyum ia tetap fokus mengusap kucing kecil berbulu hitam putih tersebut.
Rain yang baru ingat tujuan awalnya langsung pamit kembali ke area sekolahnya. Kali ini ia bergegas masuk kedalam kelas tak lagi ingat dengan rasa ingin buang air kecilnya.
.
.
.
Bel istirahat berbunyi, semua siswa dan siswi sekolah Bertaraf Internasional itu bisa bernapas lega dan berhambur menuju kantin, tempat yang layaknya surga karna bisa memanjakan perut lapar mereka atau sekedar sedikit menyegarkan kerongkongan setelah berjam-jam berkutat dengan berbagai pelajaran.
"Pesan apa, Rain?" tanya Raka.
"Apa aja, terserah" jawab Rain.
"Kasih goreng sendal, Ka" timpal Rio sambil tertawa meledek. Di antara ketiga teman Rain memang hanya keturunan Onta itulah yang paling menyebalkan.
Raka beranjak kearea makanan, memesan beberapa menu untuk ia dan tiga temannya nikmati saat ini.
"Ada pelayan baru, cantik banget" seru Raka dengan antusias, bahkan ia beberapa kali menoleh kearah belakang untuk meyakinkan ucapannya itu.
"Serius lo?" tanya Revan, ia yang paling diam tapi akan menyahut dengan cepat jika sudah berusan dengan yang cantik-cantik.
Rio, Raka dan Revan mulai salah tingkah saat seorang gadis manis dengan rambut kuncir kudanya berjalan mendekat ke meja mereka tapi tidak dengan Rain yang masih sibuk dengan ponselnya bahkan Rain tak menanggapi celoteh Raka barusan.
"Baru ya disini?" tanya Rio basa basi namun dengan niat terselubungnya.
"Iya, apa ada pesanan lain?"
"Enggak ini juga udah cukup kok" jawab Raka.
"Kalau mau nambah kasih nomer ponsel mu boleh loh, dengan senang hati' timpal Rio.
" Jangan, ponselnya ibarat asrama putri" ledek Revan dengan senyum seringai nya.
Gadis itu tampak tak perduli, ia pergi begitu saja setelah berpamitan dengan sopan tapi sebelum beranjak, ia sekilas melirik kearah satu pria yang sedari tadi asik sendiri tanpa ikut serta menggodanya.
"Rain, cantik banget kan?"
"Siapa?" tanya Rain bingung.
"Ish, cewek yang tadi anter makanan" jawab Rio yang gemas dengan satu temannya itu, sikap Rain tak pernah berubah sama sekali selalu saja acuh dengan berbagai bentuk wanita di sekeliling mereka.
"Gada yang lebih cantik dari Moli, Ucha, Popo, Aul---"
"STOP!!!" seru Rio, Raka dan Revan berbarengan, mereka jengah dengan nama nama kucing kesayangan Rain yang begitu banyak, bisa habis tak terasa waktu istirahat mereka jika di gunakan untuk mendengar semua silsilah hewan berbulu itu.
"Apa sih? kalian kan tanya" protes Rain saat ucapannya tadi dipotong begitu saja.
"Makan deh makan, bosen gue debat mulu gegara si Meong" cetus Revan.
"Tapi kalian harus tau, ada yang cantik satu lagi. Gue baru nemu barusan" jelas Rain yang memaksa meminta perhatian dari tiga temannya itu.
"Siapa? lo mungut dimana lagi Rain?"
.
.
.
Nemu di belakang, namanya Madu...
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
"Diam disini ya, aku mau ke kantin dulu. Nanti ku bawakan lauk sisa untukmu"
Gadis cantik itu bangun dari jongkoknya setelah ia puas bermain beberapa menit dengan si Madu, kucing peliharanya yang ia temukan di terminal bus kota dua hari lalu.
Deg.
"Jangan di kasih lauk, ini ku bawakan makanan, vitamin dan susu untuk si Madu" ucap Rain yang membuat gadis di hadapannya itu kaget.
"Ambil, kenapa ngelamun?" tanya Rain dengan tangan masih menggantung memegang plastik berisikan yang ia sebutkan tadi.
"Tak perlu, Madu bisa makan lauk sisa kok" tolak nya yang langsung menuduk.
"Kan sudah ku bilang, jangan di kasih Ikan karna nanti bau amis. Ayo ambil"
Ia mendongak, tak langsung menerima malah menatap Rain dengan tatapan banyak arti. Mulai dari bingung, takut dan tak enak hati.
"Lama! aku harus ke kelas" Rain yang gemas akhirnya menarik tangan gadis tersebut untuk menerima apa yang ingin ia berikan.
"Terimakasih"
"Hanya itu?" tanya Rain.
"Lalu kamu mau apa?" ia balik bertanya, kini ekspresi ketakutan jelas terlihat di wajahnya yang menurut Rain cantiknya begitu alami.
"Siapa namamu? kamu pelayan kantin yang di goda teman-teman ku kemarin, Kan?"
"Namaku---"
"Siapa? Lama ih!" protes Rain tak sabaran.
"Rindu, panggil saja aku Rindu" jawabnya yang lalu kembali menunduk.
"Oh, kangen?eh belom, nanti aja kangennya" kekeh Rain yang berlalu begitu saja meninggalkan halaman belakang sekolah nya.
.
.
.
Dua pelajaran selesai, semua murid berhamburan keluar kelas menuju kantin atau lapangan sekolah saat bel istirahat berbunyi begitu pun dengan Rio, Raka dan Revan tapi tidak dengan Rain. Ia masih senang memutar video yang subuh tadi ia ambil saat salah satu kucingnya melahirkan. Dan kini kesayangan Rain bertambah tiga ekor lagi, jangan tanyakan rasa bahagianya hari ini ya...
"Rain, gak ke kantin?" tanya Kalina yang langsung duduk di sisi pria paling tampan tersebut.
"Nanti" jawab Rain dengan mata tetap fokus pada layar ponsel mahalnya.
"Kenapa? sekarang aja yuk, aku laper" ajak Kalina lagi.
"Duluan deh, nanti aku nyusul ya"
"Enggak, maunya sama kamu" rengek Kalina, semakin ia terlihat lebih dekat tentu banyak keuntungan yang ia dapat. Bukan sekedar popularitas tapi juga semua siswi akan segan padanya.
Kalina menarik tangan Rain dengan sedikit memaksa membuat Rain yang tadinya malas bangun akhirnya mau tak mau menuruti Kalina.
Keduanya jalan bersama dengan Kalina bergelayut manja di lengan sang ketua OSIS. Semua perhatian siswa dan siswi tertuju pada mereka dan mulai terdengar desas desus tentang hubungan apa yang terjadi antara Kalina dan Rain.
Rio yang melihat Rain datang langsung melambaikan tangan, ia meminta Rain untuk bergabung dengan mereka seperti biasa.
"Jangan kesana, makan denganku" pinta Kalina.
"Aku biasa makan dengan mereka, kamu mau ikuy syukur kalo enggak ya cari kursi sendiri" jawab Rain pelan tapi menusuk langsung ke hati Kalina yang menaruh harapan banyak pada Rain.
"Kok gitu, kan aku yang ajak kamu ke kantin" protes Kalina.
"Kan ngajaknya maksa"
Kalina yang kesal dengan jawaban Rain langsung melepas tangannya, ia pergi dari kantin setelah menghentakkan kaki di lantai.
Rain yang tak ambil pusing tentu langsung menghampiri teman-temannya yang duduk di sudut kantin, suasana sedikit lengang karna jam istirahat tinggal hitungan menit.
"Rain, gue mau kasih info buat lo" ucap Raka.
"Info apa?"
"Pelayan kantin yang cantik itu namanya Rindu, tadi kita udah kenalan barusan" timpal Rio dengan bangganya.
"Udah tahu" Jawan Rain santai.
"Lah, kapan taunya?" tanya Revan.
"Tadi pagi"
Jawaban Rain tentu membuat ketiga temannya itu saling pandang, ini adalah kejadian langka yang dilakukan oleh sang pewaris Rahardian Group.
"Tumben udah kenalan, lo lagi waras kan?" ucap Rio sambil memegang kening sahabatnya itu.
"Ish apaan sih, mau kata kalian dia itu namanya Rindu tetap aja bagi gue dia---"
"Dia apa?" tanya ketiga teman Rain berbarengan.
.
.
.
Emaknya Madu...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!