NovelToon NovelToon

Terpaksa Menikahi Musuh

Prolog

"Tidak Mami!!! Tia gak mau pindah sekolah lagi!" tolak Tiara dengan suara penuh penekanan dan penolakan.

"Tapi sayang, mami sama papi tidak mungkin membiarkan kamu tinggal di sini sendirian" bujuk Sherina lembut.

"Mi, aku udah gede. Aku bisa kok jaga diri aku sendiri. Lagi pula di sini ada mbok Nyam juga yang temani aku" jelas Tia penuh keyakinan, ia tetap kekuh untuk tetap tinggal di sini.

Jeno yang sejak tadi diam, mendengarkan perdebatan antara istri dan anak nya itu, akhirnya buka suara.

"Papi sama mami tetap akan pindah, dan kamu tetap harus ikut!" tegas Jeno tak bisa terbantah kan.

"Tapi Pi, Aku gak mau pindah pindah sekolah terus. Aku sudah lelah!!!" protes Tia berpindah arah ke hadapan papi nya.

Jeno menghela nafas berat, lalu bangkit dari duduk nya.

"Tidak ada penolakan, tidak ada bantahan. Mulai lah bereskan barang barang kamu!" ucap Jeno. Lalu pergi begitu saja dari hadapan putrinya dan juga istri nya.

Sherina hanya bisa menghela nafas, lalu menyusul suami nya.

"Papi! Mami!!" panggil Tia dengan suara keras, ia mencak mencak kesal menatap kepergian keduanya.

...----------------...

Tiara Riani, gadis remaja yang berangsur beranjak dewasa.

Usia nya saat ini adalah 17 tahun, ia duduk di kelas 11 (2 SMA).

Tubuh ideal, rambut panjang dengan warna kulit kuning Langsat.

Tinggi badan Tiara 170 cm, di mata laki laki dia sangat sempurna.

Namun, semua itu hanya bisa mereka pendam.

Sikap Tiara yang dingin dan cuek, membuat para laki-laki tidak berani mendekatinya. Tidak berani mengungkapkan rasa kekaguman yang mereka rasakan pada Tiara.

Papa Tiara, Jeno Deirk, merupakan seorang pengusaha kaya, yang memiliki banyak anak cabang perusahaan.

Dalam mengatasi permasalahan perusahaan nya, Jeno sangat suka turun tangan sendiri dari pada mengandalkan orang lain.

Karena itulah dirinya sering membawa keluarga nya untuk berpindah pindah tempat.

Namun, kali ini Jeno kembali mengajak Anak dan istri nya pindah ke kota di mana perusahaan nya membuka cabang.

Sherina Deirk, seorang wanita karir yang sering berpergian kesana kemari.

Tak khayal, Tiara sering kesepian di rumah tanpa adanya perhatian dari mami dan papi nya.

Mereka terkadang hanya menelfon Tiara untuk menanyakan sudah makan atau belum, menanyakan kemana dan di mana Tiara berada.

Hanya sekedar seperti itu, kesibukan membuat kedua orang itu lupa, ada seorang anak yang membutuhkan perhatian nya.

...----------------...

Hari ini, Keluarga Deirk pindah rumah. Dari kota C ke kota B.

Terlihat wajah Tiara sangat masam sambil memeluk boneka bantal yang selalu menemani tidurnya.

"Kamu kenapa cemberut sih sayang?" tanya Sherina menoleh pada putrinya yang duduk di samping nya.

Bagaimana tidak cemberut, Tiara tidak mau pindah. Tapi keduanya malah memaksa dirinya pindah.

Tiara tidak menjawab pertanyaan mami nya, ia malah memilih untuk berpura pura tidur .

...----------------...

Tiba di rumah baru, Sherina membangunkan putrinya yang awal nya pura-pura tidur, hingga tertidur beneran.

"Sayang ayo bangun, kita sudah sampai" ucap Sherina sembari menggoyang goyangkan tubuh Tiara pelan.

"Eng..."

Tiara terbangun, ia menoleh keluar kaca mobil.

Sherina keluar lebih dulu, ia membantu suami nya dan juga mbok Nyam yang entah sejak kapan tiba di rumah itu Tiara tidak tahu.

Tiara keluar dari dalam mobil, melihat ke sekeliling rumah baru nya.

Sangat nyaman, sejuk , dan indah. Lingkungan kali ini sangat Tiara suka. Baru pertama kali datang, Tiara sudah merasa nyaman di sini.

"Sayang ayo masuk!" panggil Sherina.

Tiara menoleh, lalu berjalan masuk ke dalam rumah besar yang terlihat sangat mewah.

Tak jauh berbeda dengan rumah mereka yang lain nya. Tapi, Tiara merasa lebih nyaman di sini.

Di tengah kota yang sangat maju, di mana mana terlihat ada banyak gedung gedung besar yang menjulang tinggi.

Rumah Tiara terlihat lebih ke alam. Banyak tanaman dan pohon pohon di depan rumah nya.

Tiara berpikir jika di pagi hari, lingkungan rumah nya pasti akan terasa sangat segar.

Di dalam rumah, Jeno menunjukkan kamar untuk putrinya.

"Kamu akan menempati kamar ini syang" ucap Jeno menunjuk kamar yang terlihat sangat luas.

Rumah baru Tiara bertingkat 2, ada 2 kamar di lantai atas dan 2 kamar di lantai bawah. Satu kamar mbok Nyam, dan satu lagi kamar tamu.

Jeno dan Sherina sangat tidak suka di rumah nya ada terlalu banyak kamar.

Menurut mereka, buat apa banyak kamar jika penghuninya tidak ada. Buang buang ruangan saja.

...----------------...

Sore harinya, Tiara sudah selesai merapikan barang barang milik nya di kamar.

Kamar itu sudah terlihat seperti kamar milik nya yang ada di rumah sebelumnya.

"Humm.. Bosan nih, Gue keluar aja deh keliling komplek ini" gumam Tiara.

Gadis itu bergegas keluar dari kamar, menuruni anak tangga, lalu meluncur keluar dari rumah.

"Non, mau kemana?" teriak mbok Nyam dari dalam.

"Keluar Mbok" jawab Tiara tanpa menoleh, ia terus berjalan menelusuri jalan aspal komplek.

Komplek rumah Tiara sangat luas, bangunan rumah orang orang di sana besar besar.

Tentu saja, perumahan nya adalah perumahan elit.

Sambil berjalan, Tiara sambil melihat ke kiri dan kanan. Ia menyesali perbuatan nya yang berpura-pura tidur tadi. Sampai ia melewati pemandangan yang indah ini.

Waktu itu pukul 3 sore, panas matahari terasa tidak terlalu panas menyengat seperti pukul 12 siang hingga 2 siang.

Di tengah asik nya berjalan, Tanpa terasa Tiara tiba di sebuah taman yang terlihat sangat ramai.

Di sana ada banyak orang yang sedang duduk santai, atau sedang berolahraga.

Tiara senang, ternyata rumah barunya kali ini dekat dengan taman kota.

"Pindah kali ini ternyata tidak seburuk yang gue pikirkan" gumam Tiara dalam hati.

Tiara berjalan mendekati sebuah bangku taman yang terlihat kosong. Ia berniat ingin beristirahat di sana.

Namun tiba-tiba. . . . .

Bruk~

"Aws....." Tiara meringis, mengusap lutut dan juga telapak tangan nya.

"Astaga, kotor deh baju gue!!"

Tiara yang sedang membersihkan celana nya, tertarik memperhatikan orang yang tidak sengaja menubruk dirinya.

Dia seorang laki-laki yang Tiara tebak seusia dengan dirinya.

"Lo itu punya mata gak sih, lihat ni baju gue jadi kotor!" ucap laki laki itu memakai Tiara.

Tiara melirik ke arah baju laki laki itu yang kotor terkena tumpahan minuman milik nya sendiri.

"Heh, Lo tuli yah! atau Bisu!" maki laki laki itu lagi, ia geram pada Tiara yang hanya diam menatap kearah nya.

"Lo bego, atau gak ada otak?" balas Tiara pedas. Kata katanya lebih tajam dari laki-laki itu.

Sudah jelas laki laki itu yang menabrak dirinya, sehingga ia jatuh dan membuat lututnya terasa sakit.

Tapi, laki laki itu dengan seenaknya menyalahkan dirinya yang tidak bersalah. Kalau bukan begi, berarti tidak punya otak namanya. kata Tiara di dalam hati.

"Wah,songong banget Lo yah! udah salah. Tapi malah ngatain orang!" dengus laki laki itu kesal.

"Wah, mulut Lo berkata seolah diri Lo itu benar, tapi kenyataannya mulut Lo hanya besar doang!. Huh, siap banget ketemu sama cowo kaya Lo"

Tiara pergi begitu saja dari sana, meninggalkan laki laki teraneh yang pernah ia temui.

Tiara memutuskan untuk mengubah tujuan nya tadi, ia malah berbalik arah dan pulang ke rumah.

...Bersambung ...

...----------------...

Siswa Pindahan

Kring!!!!!!!!

Kring!!!!!!!

Dering alarm terus berdering, namun Tiara yang tidur masih belum bangun juga.

Suara alarm seakan terdengar seperti lantunan suara merdu yang membuat Tiara semakin tidur nyenyak.

Tuk!!!! Tuk!!!

Terdengar suara ketukan di pintu kamar Tiara.

"Non! bangun non. Ini sudah pagi, sebentar lagi non Harus berangkat sekolah Non!!!" teriak mbok Nyam keras dari luar kamar.

Tiara masih belum bangun, ia malah semakin menarik selimut nya hingga menutupi seluruh tubuhnya.

Mbok Nyam semakin tidak sabaran, ia bergegas menuju dapur dan mengambil kunci ganda kamar Tiara.

Semua kamar ada kunci ganda nya. Semua itu di pegang oleh mbok Nyam kecuali kamar Jeno dan Sherina.

Mbok Nyam bergegas kembali ke kamar Tiara dengan membawa kunci ganda, lalu membuka kamar Tiara.

Hal ini selalu terjadi di setiap pagi nya. Tiara sangat susah bangun di pagi hari.

Hal ini di akibatkan oleh Tiara yang selalu bergadang di malam hari hingga pukul 2 dini hari.

"Ya ampun.....Non Tiara, bangun non!!!" panggil mbok Nyam sembari membuka tirai gorden jendela kamar Tiara.

Seketika cahaya matahari masuk ke dalam kamar Tia, membuat tidur gadis itu menjadi terganggu.

"Eng....Mbok, tutup jendelanya" erang Tiara.

"Aduh Non, udah jam berapa ini. Non gak mau kan, terlambat di hari pertama masuk sekolah?"

Bleng.

Tiara langsung membuka mata lebar, tubuh nya secara otomatis langsung bangun dan berdiri menghadap kearah mbok Nyam.

"Bi, kok gak bilang!!!!" pekik Tiara frustasi. Lalu gadis itu langsung berlari ke arah kamar mandi nya.

"Dasar nona muda, kelakuan nya aneh aneh saja" gumam Mbok Nyam menggeleng melihat tingkah Tiara.

...----------------...

Tiara siap berangkat ke sekolah, ia turun ke bawah untuk sarapan bersama - - -

Mata Tiara menatap datar meja makan yang terlihat sepi.

Mbok Nyam melihat perubahan raut wajah Tiara, ia mencoba untuk menghibur nona muda nya.

"Ayo non, kita makan. Tadi mbok masakin non ikan bakar loh" ucap mbok Nyam menarik tangan Tiara, lalu menuntunnya duduk di salah satu kursi meja makan.

"Papi Mami, udah berangkat?" tanya Tiara datar.

"Sudah sejak semalam non" jawab mbok Nyam jujur.

Huff.....

Selalu seperti ini, Tiara merasa tidak memiliki orang tua jika begini terus. Bahkan mereka pergi tidak memberitahukan nya.

"Apa bedanya, rumah ini dan yang lama!" dengus Tiara Dalma hati.

Mereka pindah, tapi tetap saja seperti Tiara hidup sendiri.

Papi mami nya terlalu sibuk dan melupakan putri mereka yang harus di jaga.

"Ayo Non,di makan. Enak loh" ujar mbok Nyam mengalihkan perhatian Tiara.

"Aku kenyang mbok, aku mau langsung berangkat sekolah aja"

"Loh kok gitu sih Non,nanti perut non sakit loh, kalau gak di isi pagi" jelas mbok Nyam.

Tiara tersenyum, selama ini hanya mbok Nyam yang mengkhawatirkan tentang Dirinya.

"Gak papa kok Mbok, aku kan wanita kuat. Mana mungkin aku sakit"kata Tiara.

Gadis itu berpamitan dengan mbok Nyam.

"Aku berangkat mbok" pamit Tiara.

"Iya non, hati hati yah" balas mbok Nyam, ia mengantar Tiara hingga ke depan pintu utama.

Tiara pergi ke sekolah naik mobil sendiri, tapi karena ini hari pertamanya masuk sekolah, dan jalan juga belum terlalu hafal. Membuat Tiara meminta supir nya untuk mengantar jemput dirinya.

...----------------...

Setiba nya di sekolah, Tiara langsung keluar dari dalam mobil.

Ia melihat para siswa siswi berlarian cepat.

Kening nya mengerut, apa yang sedang terjadi? kenapa mereka berlari sekencang mungkin.

Semua itu menjadi pertanyaan di benak cerdas milik nya.

Tiara berjalan santai, mata nya masih menatap heran pada siswa siswi lain.

Mendadak semuanya sepi, siswa siswi yang berlari sudah masuk ke dalam kelas nya masing-masing.

"Berhenti!" Teriak seseorang.

Tiara kaget, ia segera berbalik melihat siapa yang berteriak keras tadi.

1 orang siswa dan 1 orang siswi menatap tajam ke arah nya.

"Hei, kau!" tunjuk siswa itu pada Tiara.

"Apa?" balas Tiara acuh.

"Lo gak lihat sekarang jam berapa? gak denger bel udah berbunyi?" hardik siswi itu sok berkuasa.

Tapi siswa itu malah berkerut melihat wajah Tiara, ia seperti tidak pernah melihat Tiara di sekolah nya ini sebelumnya.

"Eh bentar bentar, Gue gak pernah lihat Lo di sini. Lo baru yah di sini?" ucap nya ragu.

Tiara hanya menatap mereka datar, lalu berbalik meninggalkan mereka.

"He, gak sopan banget sih Lo!" teriak siswi itu kesal melihat sikap Tiara yang seenak nya saja.

"Awas saja nanti!" gumam nya lagi.

...----------------...

Tiara pergi ke ruangan kepala sekolah, ia tidak tahu di mana letak ruangan kepala sekolah. Tapi ada siswi baik yang mau membantu nya.

Nama siswi itu adalah Rasi, dia bertemu dengan Tiara di lorong kelas dan mencoba memberanikan diri untuk bertanya pada Tiara yang terlihat bingung.

"Kamu siswi pindahan yah?" tanya Rasi.

Tiara menoleh dan menatap Rasi dari atas hingga bawah.

Penampilan yang sangat membosankan dan tidak menarik sama sekali.

Jika di jabarkan, Rasi terlihat seperti gadis culun ,dan kutu buku.

"Gue baru masuk hari ini" jawab Tiara singkat.

"Oh pantes, aku baru melihat kamu di sini" balas Rasi tersenyum simpul.

"Ruang kepala sekolah di mana yah?" tanya Tiara tanpa berbasa-basi.

"Ruang kepsek ada di sebelah sana, kamu tinggal lurus dan belok aja" jelas Rasi.

Tiara terlihat bingung, penjelasan Rasi terlalu ambigu.

"Ikut Gue!" ucap Tiara tanpa memberi aba aba, Tiara langsung menarik tangan Rasi agar ikut bersama nya.

"Eh eh, mau kemana??" pekik Rasi kaget,namun ia tetap mengikuti Tiara.

"Belok mana lagi?" tanya Tiara. Ketika mereka berada di perempatan kelas dan deretan ruang praktek.

Rasi tak menjawab, kini dirinya yang menarik Tiara.

"Nah, ini ruangan kepala sekolah" ucap Rasi, mereka berdiri di depan pintu ruangan yang di atas pintu nya ada tulisan 'Ruangan Kepsek'.

"Makasih" balas Tiara datar.

Rasi hanya tersenyum, ia tahu Tiara orang nya cuek dan di gin. Tapi setidaknya ada poin khusus yang ia cap pada diri Tiara.

Sedingin apapun, Tiara masih mengucapkan kata terimakasih. Meskipun terdengar datar dan tidak ikhlas.

"Yaudah, kalau begitu aku ke kelas yah!"

Tiara tidak menggubris Rasi, ia malah mengetuk pintu ruangan kepsek, lalu masuk ke dalam setelah mendengar sahutan dari dalam ruangan itu, menyuruhnya untuk masuk.

"Selama pagi pak, saya Tiara Riani. " ucap Tiara memperkenalkan diri.

Pak kepala sekolah mengangguk mengerti, ia mempersilahkan Tiara duduk di kursi depan meja kerja nya.

Tiara pun menuruti, lalu mengeluarkan berkas berkas yang kemarin papi nya berikan padanya dari dalam tas.

"Ini surat surat kepindahan saya pak" ucap Tiara lagi.

Pak kepsek menerima nya, ia memeriksa satu persatu surat suara itu. Lalu menatap lagi kearah Tiara.

"Ada dua kelas yang bisa kamu masuki Tiara. Sesuai dengan nilai akademik kamu." jelas Pak kepsek.

"Kelas A dan B jurusan IPA, Kamu mau masuk yang mana?. Jika bapak rekomendasi kan, kamu bisa masuk ke kelas A."

Tiara berpikir sejenak, ia merasa kemampuan nya memang sangat bagus, tapi untuk masuk ke A, Tiara rasa ia tidak mau. Pasti di sana akan lebih membosankan.

"Saya mau di kelas B saja pak" jawab Tiara.

Raut wajah pak kepsek sedikit terkejut, biasanya siswa siswi akan sangat senang bisa masuk ke kelas A. Kelas special yang selalu di dambakan.

"Saya tidak mau di anggap terlalu cerdas dan nantinya mereka memusuhi saya karena merasa tersaingi" jelas Tiara, kalimat nya terdengar sombong, tapi pak kepsek percaya, soalnya nilai Tiara sangat sempurna.

Kepsek hanya iseng memberikan pilihan pada Tiara. Tidak di sangka jawab Tiara malah berbanding terbalik dengan apa yang ia pikirkan.

...BERSAMBUNG ...

...----------------...

Permasalahan Sepele Jadi Besar

Setelah bertemu dengan kepala sekolah, Tiara di arahkan menemui Bu Siti.

Selain guru matematika, Bu Siti adalah wali kelas untuk kelas 11 IPA A.

Tiara masuk ke dalam kelas bersama Bu Siti.

Kelas itu terlihat sangat sunyi, tidak ada kehebohan yang terjadi di sana. Biasanya setiap ada anak pindahan, murid murid lain akan heboh.

Berbeda di sekolah ini, murid muridnya terlihat acuh dan biasa saja.

Namun, Tiara malah senang. Ia tidak perlu ribet lagi menghadapi siswa siswi yang nantinya berdatangan padanya untuk menanyakan ini dan itu.

"Selamat pagi anak anak, hari ini kita kedatangan teman baru. Ibu harap kalian bisa membantunya untuk beradaptasi di sekolah kita ini"

Bu Siti menoleh kearah Tiara, lalu memberi instruksi agar Tiara memperkenalkan dirinya.

"Ayo, silahkan perkenalkan diri kamu"

Tiara mengangguk, ia maju satu langkah ke depan. Matanya menyapu seluruh isi kelas, menatap satu persatu teman nya.

"Hallo semua nya, nama gue Tiara Riani. Pindahan dari sekolah x, senang bertemu dengan kalian" Tiara sedikit menundukkan tubuhnya, kembali menatap satu persatu teman teman baru nya.

Salah satu dari mereka Tiara merasa tidak asing.

"Selamat bergabung Tiara" kata Rasi. Siswa yang tidak asing itu ternyata Rasi.

"Silahkan duduk di sebelah Rasi" titah Bu Siti.

Tiara mengangguk pelan, lalu menunduk hormat pada Bu Siti.

"Hai, kita satu meja" sapa Rasi senang. Hanya dialah satu satunya orang yang terlihat antusias dengan kehadiran Tiara.

Tiara terlihat cuek, ia malah mengacuhkan Rasi.

Kelas pun di mulai, Tiara terlihat bisa mengimbangi materi. Menurutnya, sekolah lama dan sekolah baru ini sama sama menganut metode pembelajaran baru.

Jadi, Tiara merasa seperti melanjutkan materi saja.

Kring!!!!!!!!!

Tanpa terasa, bel jam istirahat pertama pun berbunyi.

"Untuk hari ini, kita cukupkan sampai disini. Selamat beristirahat" ucap Bu Siti, lalu ia berlalu keluar dari ruangan kelas.

Tiara merapikan buku bukunya, wajah nya terlihat datar dan biasa saja.

Berbeda dengan Rasi yang sejak tadi menatapnya dengan senyuman.

"Kamu mau ke kantin gak?" tanya Rasi.

"Gak " tolak Tiara.

Rasi mengangguk pelan, lalu beranjak hendak keluar dari dalam kelas.

Brak.

"Heh Cupu! cepat belikan gue makanan!" hardik seorang siswi yang datang bersama teman nya, lalu menghadang Rasi.

Tiara kaget, tapi ia tidak melakukan apapun. Tiara hanya menatap mereka saja.

"Tapi, aku tidak punya uang!" jawab Rasi gemetar ketakutan.

"Gue gak mau tahu, Lo harus beliin kita makanan!" bentak siswi itu.

Rasi tidak berani menatap mereka, ia tidak mau lagi dan lagi di keroyok.

"Cih, zaman sekarang masih ada yah zaman bullying?"

Siswi yang menghardik Rasi tadi menoleh kearah Tiara. Ia tersenyum miring, lalu mendekati meja Tiara.

"Wah, anak pindahan mau coba coba jadi pahlawan yah?" cibirnya.

Tiara terlihat santai, ia menatap siswi itu datar.

"Mau pahlawan atau pun tidak, yang jelas dan pasti di sini adalah, Lo itu seorang pengecut!" ucap Tiara penuh penekanan di akhir kalimat nya.

Teman siswi itu tidak terima, ia berjalan mendekat kearah Tiara dan hendak memukul Tiara. Tapi, hal tidak terduga terjadi.

Strett....

Brug...

"Aws......" teman siswi itu teriak kesakitan. Membuat teman teman nya datang memeriksa keadaannya.

Tiara sangat handal, dalam satu tendangan. Kursi Rasi bergeser begitu cepat dan berhenti mengenai tulang kering siswi yang hendak menghardiknya.

"Kau gila yah, kau membuat kaki nya memar" hardik mereka.

Rasi kaget, ini masalah semakin besar. Tiara dalam bahaya jika dirinya terus menantang mereka.

"Hewan saja bersiap siaga jika ada musuh hendak mencelakai nya, apa Gue tidak boleh mencegah masalah menghampiri gue?" ujar Tiara.

Rasi datang, ia menengahi mereka.

"Sudah Angle, aku akan membelikan makanan yang kau minta" ucap Rasi.

Tiara menatap marah, ia sudah membela Rasi, tapi dia malah seperti ini.

"Tidak soal makanan, aku tidak akan pernah melepaskan kalian berdua!" tegas Angle.

"Cih, " Tiara berdecak.

Dari pintu, salah satu anak buah siswi itu melihat kedatangan seseorang, lalu ia memberikan kode pada Angle. Seperti nya dia adalah ketua nya.

"Andrew lewat, Andrew lewat!!!" teriak nya.

Gadis itu tersenyum miring pada Tiara, kemudian drama palsu pun di mulai

"Awh....Kenapa Lo memukul gue. Gue kan cuma mau berkenalan!" teriak Angle berdamai, ia menangis tersedu sedu.

"Mulai deh" batin Rasi.

Tiar mengangkat satu alisnya, berpikir apa yang sedang gadis ini lakukan.

"Ada apa ini?"

Suara bariton tegas terdengar dari arah pintu.

"Andrew, anak baru itu memukul gue. Padahal gue hanya ingin berteman dengan nya. Lihat lah, kaki Sindi juga memar di buatnya" adu Angle semakin menangis.

Tiara tidak tahu, dari mana datang nya air mata yang keluar dari pelupuk mata Angle.

Andrew menatap kearah siswi pindahan itu, mata nya sedikit melotot.

"E Lo!" ucap mereka bersamaan.

"Oh, jadi Lo siswi pembuat onar itu!" tuding Andrew.

Tiara mengerut, tidak tahu masalah nya. Tapi cowo ini malah seenaknya menuduh nya pembuat onar.

Tiara berdiri, menghadap Andrew yang menatap nya tajam.

"Lo, kalau gak tahu apa masalah nya. Lebih baik Lo diem deh. Dari pada Lo terlihat seperti banci!" ucap Tiara menunjuk dada Andrew.

"Jaga yah mulut Lo, seenaknya bilang pacar gue banci!" sela Angle marah.

"UPS.. Pacar? wahhh sungguh dunia ini adil yah. Cewe seperti Lo, dipersatukan dengan cowo seperti Lo!" ucap Tiara pada Andrew dan Angle.

Rasa kesal yang kemarin Tiara rasakan, kembali menghinggapi diri nya.

"Lo harus ikut sama gue!"

Tiara menepis tangan Andrew yang tiba-tiba mencengkram pergelangan tangan nya.

"Jangan sentuh aku!" hardik Tiara marah. Dia paling tidak suka jika di sentuh sembarangan oleh orang lain.

"Ada apa ini Dre?"

Seorang siswa lain nya datang, bahkan lebih banyak. Keributan yang Andrew dan Tiara lakukan malah mengundang kerumunan.

"Wahh,, anak pindahan."

"Sudah bikin masalah yah"

"Cih, cari perhatian dan teman"

Begitulah cibiran yang Tiara dengar dari siswa siswi yang menonton nya.

"Gue ketua OSIS di sini, Lo harus di interogasi soal permasalahan Angle dan teman nya" ucap Andrew tegas.

"Boleh aja, asal kepala sekolah ikut andil dalam permasalahan ini!" tegas Tiara memberi syarat.

"Lo gila, hal sepele seperti ini mau bawa bawa kepsek!" teriak teman Angle.

"Kenapa? Lo takut?" cibir Tiara santai. Kedua tangannya terlipat di depan dada.

"Udah lah Tiara, kamu ngalah aja" bisik Rasi.

Tiara tersenyum miring, mana mungkin ia mau mengalah. Masalah ini sudah terlanjur di besar besarkan.

"Udah lah beb, gak usah di perpanjang " rengek Angle pada Andrew.

Tiara tersenyum miring, ia tahu jika Angle takut.

"Jika Lo berhenti di sini, maka satu kata untuk Lo! Banci!"

Siswa siswi yang menyaksikan semua ini, malah berbalik mencibir Andrew.

"Baik, jika Lo mau kepsek ikut campur. Ok!" tegas Andrew.

"What, kenapa harus kepsek sih beb. Kan ini masalah kecil!" protes Angle.

"Lo gak usah takut, Lo gak salah kan?"

Angle terlihat gugup dan menunduk,, sudah jelas dirinya yang bersalah.

"Ya...Eng-gak lah beb"

"Yaudah, tenang aja!" kata Andrew.

"Ikut gue sekarang!" tegas Andrew

Tiara mengangkat bahu, lalu beranjak mengikuti Andrew dari belakang.

"Aduhh makin kacau!" lirih Rasi. Ia juga ikut bersama mereka, karena Rasi juga terlibat dalam permasalahan ini.

...Bersambung...

...----------------...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!