Reza dan kawan-kawannya menyewa sebuah rumah di salah satu kota kecil untuk melakukan KKN di kota tersebut.
Baru dua Minggu berada di rumah kontrakan itu, rupanya nama Reza sudah cukup terkenal di kalangan remaja karang taruna.
Tapi satu hal yang membuat Reza sangat penasaran pada seorang gadis yang sangat cantik yang terlihat pendiam, cuek dan sangat jutek.
Reza mulai mencari tahu semua tentang gadis itu yang ternyata bernama Andien. Reza mendekati salah satu remaja perempuan yang cukup dekat dengan Andien yaitu Reni.
Saat itu keduanya sedang beristirahat bermain badminton.
"Reni, mengapa kamu tidak pernah mengajak temanmu itu bermain badminton bersama kita?" Tanya Reza sambil membuka botol minumannya.
"Maksud Bang Reza, Andien?" Reni memastikan lagi pertanyaan Reza agar tidak gagal paham.
"Ya siapa lagi teman akrab yang suka jalan bareng sama kamu setiap pulang sekolah." Imbuh Reza dengan menatap wajah Reni.
"Bang Reza naksir ya sama Andien?" Goda Reni sambil tertawa kecil.
"Yah begitulah!" Kenalin dong Reni sama teman kamu itu." Bujuk Reza yang terlihat penasaran dengan sosok Andien.
"Abang, kalau bisa jangan berurusan dengan gadis kutu buku itu. Dia tidak akan mau mengenal lelaki manapun karena ia sudah punya prinsip ingin mendapatkan sarjana S2, baru mau menikah. Menikah lho bang, bukan pacaran." Ucap Reni lalu meneguk minumannya.
"Aku hanya ingin berkenalan saja dengannya, bukan mau pacaran dengannya, emang nggak boleh?" Ucap Reza.
"Tapi kalau dia menolak untuk berkenalan dengan Abang, jangan marah ya!" Karena gadis itu sulit sekali dibujuk." Ucap Reni.
"Tidak apa Reni, setidaknya kita coba dulu." Pinta Reza lembut.
Keduanya berpamitan kembali ke tempat mereka masing-masing. Reni adalah putri pemilik rumah yang dikontrak oleh Reza dan teman-teman KKN-nya.
Reni juga merupakan ketua karang taruna yang ada di kelurahan tempat Reza mengabdi. Pria tampan yang mengambil jurusan manajemen bisnis ini lebih banyak membantu warga yang rata-rata pengusaha kecil.
Dengan ilmunya, Reza mampu membina pengusaha kecil untuk bisa lebih optimal dalam menjalankan usaha mereka dengan mengusai strategi pasar dengan tidak menumpuk barang-barang yang tidak terlalu di butuhkan oleh masyarakat setiap saat.
Reza adalah anak dari seorang pengusaha hebat yang mengusai pasar bisnis. Reza adalah putra pertama dari tiga bersaudara yang ketiganya merupakan saudara kembarnya.
Terlahir sebagai keluarga kembar dengan dua saudara perempuannya membuat Reza menjadi pewaris tahta bisnis milik ayahnya. Untuk itu lelaki tampan yang berusia 22 tahun ini lebih mempersiapkan dirinya sebagai pewaris tahta bisnis milik keluarganya.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Di sisi lain seorang gadis yang sangat cantik dengan kulit kuning langsat, berhidung mancung dengan bibir sensual yang bernama Andien merupakan gadis yang lahir dari keluarga sederhana yang memiliki ayah seorang pegawai pemerintahan. dengan gaji yang cukup lumayan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, ayah Andien begitu tegas pada anak-anaknya.
Sedangkan ibunya adalah seorang kepala sekolah yang merupakan seorang wanita yang memiliki dedikasi tinggi dalam menerapkan kedisiplinan pada para peserta didiknya maupun pada keluarganya. Andien juga memiliki saudara kembar tiga yang kedua saudaranya itu berjenis kelamin laki-laki.
Siang itu Andien tidak langsung pulang ke rumahnya selepas sekolahnya bubar. Dengan menggunakan sepeda motornya, ia menempuh jarak yang cukup jauh dari rumahnya menuju toko Buku, untuk mencari beberapa buku karena sebentar lagi ia menghadapi ujian nasional.
Di saat yang sama, Reza juga mencari beberapa keperluan seperti buku tulis, alat tulis dan lainnya untuk diberikan kepada beberapa anak-anak yang kurang mampu yang tinggal di sekitar rumah kontrakannya.
Reza yang lebih sigap terlebih dahulu melihat sosok wanita yang sangat ia sukai saat itu yaitu Andien yang berjalan mengelilingi rak buku.
"Wah, pucuk dicinta, gadis pun datang. Akhirnya aku bisa berkenalan dengan gadis yang so jual mahal ini." Gumamnya lirih sambil melihat ke kanan dan ke kiri agar tidak ada orang yang melihat ia bisa mendekati Andien yang sedang serius membuka buku untuk dibacanya.
Andien mendapatkan beberapa buku yang dicarinya lalu ia meninggalkan toko buku itu untuk segera pulang ke rumahnya sebelum ibunya pulang mengajar.
"Sial!" Aku belum sempat berkenalan, kenapa gadis itu malah cepat kabur dari sini." Gerutu Reza yang buru-buru membayar belanjaannya di kasir dan berlari mencari jejak Andien yang begitu cepat menghilang dari pandangannya.
Di tempat parkir, Andien menghidupkan stater motornya yang tidak mau menyala juga.
"Cih, apa lagi masalahnya ini motor?" Sungut Andien kesal lalu melihat tempat bensin yang ternyata bensin kendaraan miliknya habis.
"Ya Tuhan, tenyata bensinnya habis." Andien mengusap wajahnya dengan kesal karena terlalu ceroboh membawa kendaraannya tanpa memeriksa terlebih dahulu bensinnya.
"Ada apa nona Andien?" Tanya Reza yang sudah berada dibalik punggung gadis itu.
Andien menoleh dan melihat wajah tampan Reza yang tidak begitu ia sukai. Awalnya Andien memasang wajah jutek, namun ia pun tidak menampik kehadiran Reza yang mungkin bisa membantunya.
"Bensinku habis," Ucapnya lalu membuka tasnya hendak mengambil ponsel untuk memesan ojek online.
"Astaga, kenapa sial sekali nasibku hari ini?" Baterei ponselnya juga habis." Andien mengerucutkan bibirnya dengan wajah bersemu merah karena sangat malu di depan Reza yang sedang memperhatikan dirinya yang terlihat gelisah.
"Apakah kamu mau aku antar pulang?" Kebetulan aku juga sudah selesai belanjanya." Ucap Reza menawarkan tumpangan pada mobilnya untuk Andien.
Andien melihat jam tangannya yang sudah pukul tiga sore. Karena takut mendapat omelan ibunya, ia pun mengangguk cepat.
Reza bersorak kegirangan di dalam hatinya. Ia merasa sudah bisa menaklukkan hati wanita yang saat ini menjadi idaman semua lelaki dewasa seperti dirinya.
"Apakah kamu ingin buru-buru pulang?" Tanya Reza yang sedang menjalankan mobilnya.
"Tentu saja!" Jika ibuku tahu aku masih keluyuran di luar rumah, hukuman ku akan ditambah tiga kali lipat seperti biasanya." Ucap Andien yang tidak sadar membuka aibnya sendiri.
Srekkkkk...
Derit rem mobil seketika berhenti saat Reza tahu gadis ini mengalami kekerasan dalam rumahnya.
"Apakah ibumu mengekang kebebasanmu karena ambisinya yang ingin melihatmu menjadi orang sukses?" Tanya Reza dengan mengernyitkan dahinya menatap tajam wajah sang gadis.
"Oh, maaf!" Anda salah paham dengan ibuku dan aku harap anda tidak perlu menelusuri kehidupan orang lain lebih dalam karena ini bukan ranah anda." Ucap Andien ketus.
"Aku bisa menjadi teman curhat yang setia dan pendengar yang baik untukmu. Jadi jangan sungkan untuk berbagi Andien." Ucap Reza kembali melanjutkan perjalanan mereka.
Dalam beberapa menit, mobil milik Reza sudah memasuki perkampungan di mana mereka tinggal.
"Tolong hentikan mobilnya!" Aku ingin turun di sini." Pinta Andien setengah memaksa Reza.
"Biarkan saja aku mengantar kamu sampai di rumah Andien, supaya aku bisa ceritakan bagaimana kronologi motor dan ponsel milikmu yang mati bersamaan." Ucap Reza yang tidak ingin melihat Andien berjalan kaki.
Lakukan yang aku pinta karena ini bukan urusanmu." Ucap Andien dengan wajah jutek.
"Baiklah Andien, ini kartu namaku, jika kamu berkenan untuk membuka hatimu menerima aku, tolong jadikan aku untuk hal apapun yang kamu inginkan karena aku sangat menyukaimu." Ucap Reza terus terang.
"Cih, kamu terlalu jujur atau terlalu nekat menyatakan perasaanmu." Gumam Andien membatin.
Andien turun dari mobil Reza dengan wajah lesu.
"Terimakasih bang Reza!" Ucapnya dengan senyum yang dipaksakan.
"Sama-sama cantik, jangan lupa hubungi aku." Pinta Reza tersenyum manis pada Andien yang menatap wajah tampan itu begitu datar.
Andien menutup pintu mobil Reza lalu berjalan dengan cepat menuju rumahnya.
Setibanya di rumah, apa yang dikuatirkan Andien, akhirnya terjadi juga. Ibunya tidak pernah menanyakan alasan setiap kali Andien telat pulang sesuai jam yang sudah ditentukan oleh ibunya. Ibunya selalu serta merta mengeluarkan kata-kata sumpah serapah setiap kali putrinya ini membuat kesalahan.
"Begini ya kelakuan kamu kalau mama belum tiba di rumah?" Mau jadi apa kamu, kalau setiap kali kamu punya kesempatan untuk bersenang-senang dengan teman-temanmu hingga lupa waktu." Sindir ibunya dengan kata-kata kasar.
"Maaf mama!" Tadi aku...?" Ucapan Andien terhenti karena ibunya langsung menimpali perkataannya.
"Jangan banyak alasan, masuk ke kamar dan tunaikan sholat ashar." Titah nyonya Yuni pada putrinya.
Andien menuruti perintah ibunya tanpa ingin memberitahukan kelanjutan alasannya. Gadis ini menghubungi saudara kembarnya untuk membawa pulang motor miliknya yang masih ada ditempat parkiran pusat perbelanjaan yang ada di kotanya.
"Reyhan!" Tolong ambil motor kakak di tempat parkiran motor di Mall Lestari." Tulis Andien dengan berbagai alasan tentang motor itu.
Tidak lama kemudian, Andien mendapatkan pesan dari nomor yang tidak ia kenal.
"Siapa ini..?" Andien mengernyitkan dahinya dan membaca pesan itu.
"Andien, apakah kamu selamat pulang sampai di rumah?" Aku sangat mencemaskan keadaan kamu. Pasti ibumu mengamuk lagi kepadamu." Tulis Reza dalam pesannya.
"Dia ibuku, apapun yang dia katakan kepadaku, itu semua demi kebaikanku. Aku harap anda jangan terlalu ikut campur karena aku dan kamu tidak memiliki hubungan apapun." Andien mematikan ponselnya karena sedang mengisi baterai saat ini.
Ia pun mengambil wudhu dan menunaikan sholat ashar lalu melanjutkan kegiatannya yang lain, yaitu membaca buku yang baru saja ia beli untuk persiapan UN yang sebentar lagi akan berlangsung.
Sementara itu, Reza begitu gemas dengan Andien yang selalu jutek kepadanya setiap kali ia mencoba memberikan perhatian pada gadis desa yang sangat membuatnya penasaran.
"Kurangajar!" Selama ini, aku tidak pernah mendapatkan penolakan dari gadis manapun yang ingin aku kencani. Tapi, mengapa kota sekecil ini dengan satu gadis cantik saja sudah membuatku naik darah bila berhadapan dengannya.
Gadis itu terlalu jual mahal, padahal barusan aku sudah menyelamatkan dia dari amukan ibunya." Reza mengingat kebaikannya pada Andien yang tidak dibalas dengan baik oleh gadis cuek itu.
Reza kembali membaur dengan teman-temannya untuk menyusun acara perpisahan mereka dengan pak kades dan juga para remaja karang taruna. Disela-sela kesibukan mereka, temannya yang bernama Wildan, menanyakan urusan asmara Reza yang belum tercapai sampai saat ini.
"Reza, apakah kamu sudah mendapatkan hati gadis incaranmu itu?"
"Gadis itu terlalu angkuh dan sangat mahal untuk di rengkuh. Mungkin memang ia tidak menyukai aku, hingga ia tidak ingin melibatkan perasaan padaku demi memenuhi ambisi ibunya." Ucap Reza sambil mengetik laporan tugas KKN untuk di kumpulkan diakhir kegiatan mereka itu.
"Aku yakin gadis itu menyukaimu Reza, hanya saja dia tidak berani memperlihatkan perasaannya padamu karena begitu takut pada ibunya.
Setelah kita meninggalkan kota ini, dia akan merasakan kehilangan kamu dan disitulah hatinya diuji, apakah dia mencintai kamu atau tidak. Untuk membuktikan itu semua, kamu harus mengirimkan sesuatu yang sangat ia sukai dan selipkan sepucuk surat untuknya agar hatinya tergugah dengan perasaannya padamu. Itulah cara bagaimana kamu mengetahui perasaan gadis itu." Ucap Wildan memberikan solusi terbaiknya pada Reza.
"Wah, keren bro idenya!" Ternyata kamu mahir juga dengan urusan asmara." Ucap Reza yang tidak menyangka Wildan sangat jeli melihat permasalahan yang saat ini sedang dipikirkan Reza dalam memikat seorang wanita.
"Tapi, ingat Reza!" Aku tidak ingin kamu mempermainkan hati gadis itu. Hatinya memang keras bukan karena angkuh, tapi karena keadaan yang membuatnya enggan jatuh cinta padamu." Ucap Wildan.
Reza lupa kalau Wildan adalah calon sarjana psikologi.
"Maaf bro!" Aku lupa kamu mengetahui seluk beluk jiwa manusia. Terimakasih man untuk nasehatnya." Ucap Reza kemudian.
"Sama-sama bro!" Wildan menepuk pelan pundak Reza lalu ia pun keluar rumah untuk mencari makan malam.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Seminggu berlalu, Reza tidak ingin menyerah pada cintanya, terus menerus mengirim pesan untuk Andien melalui ponselnya. Namun gadis itu sedikitpun tidak bergeming dengan curahan hati pria tampan itu.
Reza mengingat pesan Wildan tentang barang yang sangat disukai Andien. Ia pun buru-buru ke pusat perbelanjaan untuk membelikan Andien sebuah jam tangan cantik.
Setelah mengantongi Jam tangan itu dengan bungkusan kado cantik dan tidak lupa Reza sudah menyelipkan surat di dalam bungkusan kado tersebut lalu ia berikan kepada sahabat Andien yaitu Rani.
"Rani!" Apakah Abang bisa minta tolong kepadamu?" Tanya Reza sambil memegang paper bag.
"Apakah itu untuk Andien?" Tebak Rani.
"He..he..!" Kamu tahu aja." Ucap Reza malu-malu.
"Untuk Rani ada nggak?" Canda Rani tersipu malu.
"Kalau Abang Reza berhasil mendapatkan Andien, nanti Abang akan mengirimkan kamu ponsel terbaru." Ucap Reza membuat Rani terhenyak.
"Benarkah..?" Tanya Rani dengan wajah yang berbinar.
"Tentu saja, karena kamu adalah adik terbaikku," Ucap Reza.
"Ok, bang Reza, tapi Rani harus menelpon Andien dulu, karena gadis itu selalu saja ketiduran kalau sudah baca buku kelamaan." Ucap Rani lalu mengambil ponselnya.
Rani mengantar kado itu ke rumah Andien setelah membuat janji dengan gadis pendiam itu.
"Nih, dari pengagum kamu!" Rani menyerahkan paper bag itu kepada Andien.
"Dari siapa..?" Tanya Andien bingung.
"Buka dulu kadonya, nanti kamu baru tahu dari siapa. Makanya kalau memiliki wajah cantik, kudu pakai jilbab supaya nggak ada yang berani menggodamu." Ucap Rani menasehati sahabatnya ini.
"Nanti saja kalau hatiku sudah siap, lagian kamu sendiri kenapa nggak pakai jilbab?" Seloroh Andien.
"Tidak ada yang naksir kepadaku karena wajahku yang pas-pasan, Andien." Ucap Rani terkekeh sendiri.
"Setidaknya kamu terlahir normal dan hidupmu juga sangat nyaman bukan?" Timpal Andien.
"Iya sih, ya sudah aku pulang dulu ya." Rani sengaja pulang lebih cepat untuk memberikan waktu untuk sahabatnya membuka kado dari Reza, sebelum ibunya Andien pulang.
Andien mengunci pintu kamarnya lalu membuka kado dari seseorang yang tidak diketahuinya. Ketika melihat nama pengirimnya, ternyata itu dari Reza yang membuat hati Andien berdebar kencang.
Andien menemukan sepucuk surat yang direkatkan di kotak kado itu, ia lalu membaca surat dari Reza.
"Dear Andien, cantik!"
Mungkin ini terakhir kalinya aku mengirim surat untukmu karena sebelumnya kamu tidak pernah membalas pesan dariku. Aku harap kamu mau menerima barang yang menjadi kenangan terakhirku untuk gadis pujaan yang selama ini menghiasi bunga tidurku. Gadis yang membuat aku semangat menjalani tugas kuliahku selama KKN di sini.
Aku tahu, aku bukan lelaki baik untukmu, tapi aku berharap aku adalah lelaki yang mampu melindungimu dan menghibur dikala rasa sepimu.
Dua hari lagi kali akan meninggalkan kota ini, jika kamu memiliki perasaan cintamu kepadaku, aku menunggumu di toko buku jam tujuh malam. Aku. sangat mengharapkan kedatanganmu." Tulis Reza.
Andien membuka kado itu dengan perasaan sedih. Ia mengambil jam tangan dan melihatnya sesaat dan di jam tangan itu tertulis nama dirinya dan Reza dengan inisial AR.
Andien mencoba memakai jam tangan yang diberikan Reza untuknya. Tapi, ia kembali melepaskannya karena jam tangan itu terlihat sangat mahal dengan brand yang sangat terkenal.
"Ibu akan membanting jam tangan ini, jika mengetahui aku mendapatkan dari seorang lelaki. Ia akan berpikir kalau aku sudah menjual diriku pada lelaki untuk mendapatkan barang mewah. Tidak!" Sebaiknya aku mengembalikan saja jam tangan ini pada Reza karena ini terlampau mahal untukku." Ucap Andien lirih.
Andien memasukkan lagi jam tangan itu ke kotaknya. Ia juga bingung mencari cara untuk bisa bertemu dengan Reza.
"Ya Tuhan, bagaimana ini?" Ucapnya bingung dan juga rindu.
Tidak lama kemudian terdengar ponselnya berbunyi, ia lalu mengambilnya dan ternyata ada panggilan masuk dari Reza. Lagi-lagi Andien begitu takut untuk menjawabnya. Ia mengabaikan panggilan itu lalu mematikan ponselnya.
Di kost milik Reza, lelaki tampan ini makin kesal dengan sikap Andien yang tidak pernah menghargai dirinya. Tapi makin ia dicuekin oleh Andien, makin rasa penasarannya begitu besar pada gadis itu.
"Andien!" Aku tahu kamu menyukai aku juga, hanya saja kamu begitu pengecut untuk menerima aku karena ibumu. Ternyata kamu adalah seorang anak yang baik juga. Tapi, kamu memiliki hidupmu sendiri, kenapa kamu tidak berusaha berontak jika kebebasan kamu terlalu dikekang." Reza bermonolog.
Dua hari kemudian, semua teman-teman Reza mulai berkemas untuk meninggalkan kost mereka menuju Jakarta. Begitu pula dengan Reza yang sudah merapikan barang-barang bawaannya dan masukkan semua ke bagasi mobilnya.
Reza mengemudikan mobilnya menuju toko buku untuk bertemu dengan Andien walaupun ia tahu, gadis itu tidak memiliki akses untuk bisa bertemu dengannya. Namun hati Reza tetap berharap gadis itu bisa nekat untuk menemuinya malam ini.
Untuk berjaga-jaga, jika kemalaman, Reza sudah membooking hotel terlebih dahulu, kalau ia malas untuk pulang ke Jakarta dengan mobilnya.
Setibanya di toko buku, Reza berdiri di depan konter buku itu sambil melihat pengunjung yang masuk.
Sudah puluhan orang yang dilihatnya, keluar masuk toko buku itu, namun sosok Andien belum datang juga.
Ia melirik jam tangannya sudah pukul sembilan malam, itu berarti Andien tidak berani datang menemuinya. Reza bergegas kembali ke mobilnya menuju hotel yang sudah ia booking sebelumnya.
Ketika Reza menuju tempat parkir, Andien yang baru tiba di toko buku tersebut mencari sosok Reza di setiap sudut rak buku yang berbaris rapi di dalam toko tersebut.
"Apakah dia sudah pulang ke Jakarta?" Gumam Andien sambil menahan air matanya yang sudah memenuhi ruang kelopak matanya yang indah.
Gadis itu melangkah dengan gontai menuju lobi pasar raya, untuk memesan taksi. Beruntunglah, Rani membantunya untuk menjemput Andien di rumahnya dengan alasan ada tugas kelompok.
Andien berdiri cukup lama di lobi, tapi setiap taksi sudah ada penumpangnya. Ia pun memutuskan untuk menemui tukang ojek yang mangkal di luar pasar raya tersebut.
Tidak lama kemudian, gerimis mulai turun membasahi bumi, Andien mempercepat langkahnya dan melewati portal, di mana mobil keluar dari pasar raya tersebut.
"Andien!" Ujar Reza begitu melihat Andien yang sedang melewati mobilnya ketika portal terbuka.
Reza menyembunyikan klason mobilnya agar langkah Andien terhenti. Andien yang tidak mengerti terus saja berjalan menuju pangkalan ojek yang biasa mangkal.
Reza menepikan mobilnya dan nekat keluar mengejar Andien yang sedang berlari menghindari hujan yang tiba-tiba deras.
"Andien!" Panggil Reza langsung menangkap pergelangan tangan Andien.
Andien tersentak seraya melihat wajah orang yang memegang tangannya.
"Mas Reza!" Panggil Andien lalu spontan memeluk tubuh Reza begitu erat.
"Maafkan aku mas!" Aku tidak bisa datang tepat waktu untuk menemuimu." Ucap Andien sambil menangis.
"Sayang!" Aku mengerti keadaanmu, makanya aku memutuskan untuk pulang karena kamu tidak akan datang. Tapi ternyata kamu datang juga, itu membuatku sangat bahagia." Ucap Reza lalu mengajak Andien masuk ke mobil karena hujan sudah membasahi baju mereka berdua.
Reza mematikan AC mobilnya saat melihat Andien menggigil kedinginan.
"Andien, apakah kamu mau mampir ke hotel sebentar, sambil menunggu hujan berhenti. Kebetulan aku sudah booking kamar hotel, untuk berjaga-jaga kalau aku kemalaman menunggumu di sini." Pinta Reza.
"Tapi mas Reza... Aku takut kalau ibuku mencariku." Ucap Andien merasa keberatan untuk mampir ke hotel.
"Aku akan meminta Rani, untuk menolong kita. Biarkan Rani meminta ibumu agar kamu menginap di rumahnya karena hujan sangat deras saat ini. Bukankah ini malam Minggu?" Ucap Reza meremehkan perasaan Andien.
"Tapi, aku tetap pulangkan?" Tanya Andien gugup.
"Kamu kira aku akan membawa kamu kabur ke Jakarta?" Atau kita kabur saja dan langsung menikah?" Canda Reza membuat Andien tersipu malu.
Tidak terasa mobil Reza sudah tiba di hotel. Keduanya berjalan menuju kamar milik Reza setelah keluar dari lift.
Reza mempersilahkan Andien masuk ke kamarnya, namun gadis ini tetap berdiri ditempatnya.
"Maaf mas Reza!" Aku belum pernah berduaan dengan lelaki sendirian di manapun itu kecuali dengan muhrimku." Ucap Andien mempertahankan harga dirinya.
"Hei!" Siapa yang mau mengajak kamu tidur?" Tanya Reza lalu menarik tangan Andien agar masuk ke kamarnya.
Andien makin gemetar ketakutan lalu duduk dekat pintu kamar agar mudah kabur dari Reza.
"Astaga!" Ternyata gadis ini begitu lugu. Ternyata apa yang diceritakan Rani benar adanya. Ia tidak pernah dekat dengan lelaki manapun, berarti akulah lelaki pertama yang mampu menyentuh hatinya." Ucap Reza dengan bangga.
"Andien, apakah kamu mau ganti baju sayang?" Tanya Reza seraya mengajak Andien duduk di sofa.
Bersamaan dengan itu, gemuruh Guntur menggelegar begitu kencang hingga membuat Andien spontan memeluk tubuh Reza karena kilat yang masuk ke kamar hotel itu karena gorden kamar itu masih terbuka.
Reza sangat senang melihat Andien yang saat ini sedang berlindung didadanya yang bidang.
Wajah keduanya nampak berdekatan dengan nafas memburu menahan hasrat. Reza meraih dagu wanitanya dengan lembut dan mengecup bibir Andien sekejap.
Andien memejamkan matanya dan meresapi kecupan lembut bibir hangat pria tampan yang sudah membuatnya jatuh cinta.
Karena tidak ada perlawanan dari Andien, Reza nekat memagut bibir Andien lebih dalam dan Andien mencoba membalas ciuman Reza.
Andien mulai tersadar dari buaian ciuman itu ketika kedua tangan Reza merambah ke belahan dadanya.
"Tidak mas Reza!" Jangan lakukan itu!" Andien bergegas bangkit dan mencoba keluar dari dari kamar hotel itu.
"Andien, aku adalah pria dewasa yang siap bertanggungjawab atas dirimu. Aku memiliki segalanya dan bisa menikahimu karena aku memiliki perusahaan." Ucap Reza dengan merayu Andien agar gadis ini mau menyerahkan kehormatannya.
"Kalau begitu, kenapa tidak menunggu hari itu tiba, aku tidak mau melakukan hal yang memalukan ini, tanpa ada pernikahan." Ucap Andien menolak ajakan Reza untuk meniduri dirinya malam ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!