NovelToon NovelToon

Ipar Laknat

CH 1 •IPAR LAKNUT - Nikmatnya Sebuah Kesalahan•

Rinjani memejamkan matanya yang semula sayu dan menggantung. Benda kenyal tak bertulang menelusup ke dalam rongga mulutnya. Melibas habis seisi ruang hampa disana. Aroma mint yang menguar bersama rasa manis yang begitu ia rindui. Namun, hingga beberapa bulan terakhir tak pernah ia rasakan.

Rinjani mengangkat kedua tangannya, memeluk leher pria blasteran didepannya yang terus memberikan sentuhan yang semakin membuatnya haus dan candu. Belaian lembut pria itu semakin memabukkannya. Tubuh Rinjani serasa begitu panas di dalam. Memaksanya untuk pasrah saat pria berambut pirang kecoklatan itu menarik lepas pakaiannya. Zeo begitu lihai memainkan perannya, ia mengurut punggung Rinjani yang terbuka dan melepas pengait branya. Zeo mengangangkat tubuh mungil Rinjani hingga kepangkuannya, menghirup ceruk leher Rinjani dengan dalam.

Tubuh Rinjani serasa tersngat aliran gairah yang menyenangkan, seluruh pori-porinya serasa meremang. Tapi ia begitu senang dengannya. Apalagi saat Zeo dengan luwesnya bermain dengan kedua benda kenyal milik Rinjani. Wanita itu mendesis kuat saat Zeo mulai menyesap pucuk kemerahan yang begitu menggoda imun.

Zeo menarik lepas bra yang telah longgar melempar begitu saja, sementara tangan dan lidahnya tak berhenti memainkan pucuk gunung milik Rinjani. Zeo yang mulai ikut terbakar oleh permainannya, melepas guluman pada permen abadi Rinjani. Ia melepas kausnya, hingga terekspose tubunya yang sikpack dan berotot sempurna.

Zeo menciumi setiap inci tubuh Rinjani, membuat tubuh wanita yang mengang itu makin menggelinjang tak karuan diatas pangkuannya. Zeo mengangkat tubuh Rinjani, membaringkannya diatas ranjang, menarik lepas semua yang masih melekat ditubuh wanita itu. Zeo menindihnya dengan tangan yang mengurut paha wanita yang tanpa henti ia ciumi. Mendengar suara ******* Rinjani, melambungkan semangat Zeo untuk menggempur wanita cantik yang kini begitu menikmati permainannya.

"Hit me baby."

Zeo berbisik ditelinga Rinjani yang kini mungkin telah melayang. Rinjani terus berkedut, begitu lemas, ketika Zeo berulang kali membuatnya memuntahkan cairan hangat dari jalan rahimnya. Menyatu dengan kecebong kecil yang Zeo lepaskan.

"Yeah baby, don't hold it. Let it flow, all of your desire."

Zeo melanjutkan permainan nya, bergoyang dengan perlahan. Menggoncang ranjang panas yang terus berdecit pelan.

_______

Rinjani mengerjap, tatkala sinar halus nan hangat menyentuh kulit wajahnya yang lelah, setelah semalaman ia merasakan lagi nikmatnya dunia setelah sekian lama dalam kealpaan. Rinjani memicingkan matanya menangkap sosok seorang pria blasteran yang duduk diatas sofa single menghadapnya dengan tatapan yang begitu tajam.

Zeo tersenyum dengan wajah yang begitu sombong dan puas. Senyum nakalnya, terungkai dengan mata yang menatap Rinjani dengan pandangan penuh minat. Pria yang hanya mengenakan bathrobe dengan rambut yang basah, tampak begitu sempurna dan seksi itu membuka mulutnya,

"Good morning."

Mata Rinjani membelalak, ia terkejut dan duduk terbangun hingga menyentuh kepala.ranjang. Selimut yang semula menutupi tubuhnya tersibak. Hingga menampakkan dadanya yang padat dan kencang. Tanda-tanda kemerahan beterbaran di sekujur tubuhnya. Membuat Rinjani bergidik membayangkan apa yang telah ia lalui semalam. Rinjani tersentak, segera menarik selimut lagi hingga menutupi area pribadinya bagian atas.

"What's going on?" (Apa yang terjadi?)

"You forgot? We got greaattt sek last night." (Kau lupa? Kita punya permainan besar semalam.)

"What?"

"ITS hurt so hard you forgot all thats." Zeo berucap dengan wajah yang dibuat sedih meski sesungguhnya ia tak merasa demikian.

Rinjani menatap bosnya itu dengan sangat terkejut dan tak percaya. Kenapa bonya itu begitu menyebalkan mengatakan hal yang demikian. Apalagi pria itu harusnya tau jika Rinjani sudah memiliki suami. Bagaimana dia bisa melakukan hal semacam itu dengan bosnya.

"You got to be kidding me." (Kau pasti bercanda.) Dengan senyum terpaksa dan kikuk.

"Look at how you look now, Is that e joke?"(lihatlah penampilanmu sekarang, apakah itu candaan?)

Rinjani memejamkan matanya, siapa yang berusaha dia tipu. Sudah jelas ia telah melakukan hal lac-nut semalam dengan seorang pria asing bernama Zeo Ferdinand. Yang tak lain bosnya sendiri.

"I'm Hungry, let's get break fast." (Aku lapar, ayo sarapan.)

Zeo beranjak dari duduknya, ia berjalan memunggungi Rinjani yang masih gamang dan mencoba mengumpulkan kesadarannya. Kesadaran akan hal gila yang telah dia lakukan dengan sang bos. Zeo melepas bathrobe nya, dan mengambil baju ganti dari kopernya lalu memakainya. Mata Rinjani hanya bisa melebar melihat pria blasteran itu menunjukkan tubuhnya yang atletis itu. Rinjani menelan ludahnya.

"Clean up Yourself, i'm waiting outside."(bersihkan dirimu, aku tunggu diluar.)

Zeo berjalan dan menghilang dibalik pintu kamar. Rinjani masih mematung, meruntuki dirinya sendiri. Melakukan hal bodoh dan membuat kesalahan yang sangatlah fatal. Bagaimana dia akan bisa mengahadapi orang yang dia cintai jika sudah seperti ini? Ia merasa kotor, merasa bersalah, merasa kacau merasa tak pantas, pendosa, penghianat bagi pria yang kini mungkin berfikir jika dia sedang melakukan tugas kerja.

Rinjani menghela nafasnya, setelah bergelut dengan batinnya, terus meruntuk dan menyesal pun sudah tak ada guna karena sudah terjadi. Ia mengusap wajahnya dan menenggelamkan wajahnya diantara kedua kakinya yang tertutup selimut.

"Apa yang sudah kulakukan?"Rintihnya meruntuki perbuatannya semalam.

Rinjani bersungut memasuki kamar mandi membersihkan dirinya. Rinjani memandang tubuhnya di cermin. Bibir yang merekah, tubuh yang penuh dengan bekas kemerahan dan wajah yang sendu berbalut sesal. Rinjani tersedu lalu menangis. Ia merasa begitu kotor, najis dan jahat, seorang penghianat yang sudah menodai sebuah ikatan suci pernikahan.

"Apa yang sudah kulakukan?" Tangis Rinjani dengan bahu berguncang,"Maafkan aku mas Damar."

###

Bersambung..

CH 2 •IPAR LACNUT - Setelahnya•

Satu Minggu telah berlalu sejak kejadian itu. Rasa bersalah dan menghianati masih Rinjani rasakan, walau ia sendiri tak yakin dengan apa yang sudah terjadi, tapi jelas-jelas ia sudah melakukan Affair dengan bos-nya sendiri.

Pagi itu Rinjani memasak di dapur membantu mbak Ida menyiapkan sarapan. Ia memotong cabai dengan tatapan kosong. Bayang penyesalan masih sangat mengganggu dan menghantuinya. Ia pun masih mencari-cari kenapa ia bisa berakhir diranjang bosnya.

"Apa yang sudah terjadi? Aku benar-benar tak ingat." Batin Rinjani dengan hati yang gundah.

"Ini sudah berlalu, tapi perasaan bersalah pada mas Damar masih kurasakan. Aku takut jika dia tau. Aku takut jika dia berbalik membenciku. Ya Tuhan kenapa hal seperti ini bisa terjadi padaku?"

Rinjani masih terus meruntuki dirinya, mengutuk kebodohan dan kekilafannya.

"Rin."

"Rin."

Rinjani masih melamun,

"Non Rinjani." Tangan mba Ida menyentuh pundaknya, membuat ia tersentak kaget.

"Eh, iya mba Ida?"

"Dipanggil nyonya non."

Mbak Ida menunjuk Bu Ratna yang berdiri diambang pintu dapur.

"Pagi-pagi kok ngelamun sih Rin?" Tanya Bu Ratna sedikit heran, wanita paruh baya itu mendekat pada Rinjani.

"I-iya Ma.." Rinjani hanya tersenyum kikuk sambil melanjutkan lagi memotong cabai.

"Kamu mikirin apa?" Mama Ratna menarik kursi didepan meja Rinjani duduk dan memetong cabai. Lalu ibu mertuanya itu mendudukkan bokongnya di sana.

"Mba Ida, buatin aku teh ya. Sama kopi buat bapak."

"Iya nyah." Sahut mbak Ida patuh.

"Kamu mikirin apa sih Rin? Pagi-pagi udah ngelamun?" Mama Ratna berganti memandang Rinjani penuh selidik.

"Nggak ada ma, kangen aja sama mas Damar. Udah hampir sepuluh hari keluar kota."

"Oohh, entar kan dia juga balik."

"Iya ma,tapi sepuluh hari tanpa komunikasi tuh, rasanya..."

"Ngertiin Damarlah Rin, namanya juga mau fokus kerja." Potong mama Ratna tampak tak suka.

Rinjani tersenyum dengan terpaksa, "iya ma."

"Hari ini kan Damar pulang?"

"Iya, ntar sore."

"Ya udah, buruan masak. Terus sarapan, kamu kerja kan hari ini?" Mama Ratna menerima teh yang mbak Ida bikinkan, dan sedikit melukis senyum diwajah cantiknya

"Iya ma. Aku nggak ambil cuti. Ntar balik lebih awal aja mah."

"Ya udah, Rin, mama kedepan ya." Mama Ratna beranjak dari duduknya. Dan berjalan keluar dapur."Nemenin papa diluar."

"Iya ma."

Rinjani bernafas lega, sebenarnya ia dan sang mama mertua Ratna tidaklah begitu dekat. Hanya bertegur seperlunya. Karena memang Mama Ratna tidak pernah menyetujui Damar menikah dengan Rinjani, kalau bukan karena sang suami, pak Budi yang begitu ngotot ingin menikahkan Damar dengan Rinjani.

Rinjani adalah seorang yatim-piatu anak dari sahabat pak Budi, dulu pernah berjanji akan menjaga Rinjani sebelum kedua orang tua Rinjani meninggal dalam kecelakaan yang melibatkan anak dan istrinya. Siapa lagi kalau bukan Mama Ratna dan Damar. Demi menebus rasa bersalah dan janjinya pada sahabatnya, pak Budi memaksa Damar bertanggung jawab untuk menikahi Rinjani yang saat itu masih kuliah. Karena kesalahan Damar, Rinjani menjadi seorang anak yatim. Rinjani pun tak dapat menolak karena ayahnya juga meminta Rinjani untuk menikah dengan anak sahabatnya Budi. Juga karena pak Budi sudah sangat berjasa membantu keluarga Rinjani dimasa sulit.

Hampir lima tahun lamanya, Rinjani dan Damar menikah. Selama itu pula, mereka masih belum di karuniai anak. Rinjani bukannya tak berusaha, ia telah melakukan pengecekan, semua normal, dia juga dinyatakan sangat subur. Begitupun dengan Damar. Mesti suaminya itu periksa sendiri tanpa dirinya, namun dia juga dinyatakan sehat dan normal.

Kendati demikian, Rinjani masih terus berusaha, meminum jamu herbal dan konsultasi dengan dokter kandungan untuk program hamil. Namun hingga kini, Rinjani masih belum dipercayai seorang buah hati. Beruntung seluruh keluarga tidak terlalu mempermasalahkan nya. Apa lagi Damar. Suaminya itu terlihat santai dan tanpa beban, ia happy-happy aja tanpa anak.

Hanya, beberapa bulan terakhir ini, Damar sedikit berudah, sudah tidak mau lagi melakukan hubungan badan dengan Rinjani. Alasannya? Capek. Iya, Damar memang sangat sibuk, sering keluar kota karena sedang membuka cabang untuk kantornya. Seperti kali ini,sudah hampir sepuluh hari Damar di luar kota. Tanpa bisa Rinjani hubungi, karena sang suami tak ingin di ganggu dan ingin fokus pada pekerjaan. Tentu Rinjani tak merasa curiga atau was-was. Pasalnya, Damar selama ini begitu sayang dan perhatian pada Rinjani, tidak pernah kasar atau apapun yang menyakiti istrinya.

###

Rinjani berjalan di lorong kantor perusahaan tempatnya bekerja. Ia cukup lega dan sedikit melupakan percintaan semalamnya dengan bos Zeo. Ia berniat dan bertekat untuk melupakan semuanya dan membuka lembaran baru. Sore ini setelah suaminya pulang, Rinjani berniat untuk bermanja-manja dengan suaminya. Sudah sepuluh hari tak bertemu, tak mungkin suaminya itu tak rindu. Ditambah hampir enam bulan lamanya mereka sudah tak berhubungan badan. Harusnya malam nanti adalah malam bagi mereka memadu kasih.

Rinjani tersenyum-senyum mengandai-andai untuk nanti malam.

"Wooii...."

Rinjani menoleh pada suara cempreng yang memeluk pundak dan lehernya dari belakang. Siapa lagi kalau bukan rekan kerjanya, Maya.

"Tersengek-sengek." Oceh Maya dengan memainkan alisnya."Ngapain hayo? Mikirin ntar malam pastinya, suaminya pulang."

Rinjani tertawa, "tau aja."

"Tau lah, traktir makan dong, lagi bokek nih."

"Hmmmm.... Ini bocah, masih perawan aja udah bokek."

"Yah, kan tau sendiri Rin, kirim duwit ke kampung."

"Mulai deh jualan nasib."

"Hehe, traktir ya." Maya memainkan alisnya naik turun dengan senyum yang menambah manis wajah tembem nya.

"Iya deh, ayok anak gadis. Makan siang."

"Yeeeyyy... Makan gratis."

Mereka berjalan menuju parkiran, kebetulan di perusahaan anak cabang ZEOZ CORP tidak menyediakan kantin, hanya diganti dengan uang makan yang masuk setiap bulannya bersama gaji. Alasannya, karena memang banyak karyawan yang lebih memilih makan di luar perusahaan.

Rinjani menghentikan langkahnya, tubuhnya terasa kaku, tak mampu lagi menapak walau sejengkal. Tubuhnya serasa tegang secara tiba-tiba. Raut wajahnya pun berubah, lidahnya pun terasa Kelu, keringat meluncur begitu saja dari punggung, dan pelipisnya. Pupil matanya melebar menatap kedepan, Seiring dengan langkah kaki yang semakin mendekat.

"Rin,kamu kenapa?"

Bersambung...

Readers kuh, dukung Othor dong biar semangat terus up date nya.

like

komen ya

terima kasih

salam hangat

☺️

CH 3 •IPAR LAKNUT - Istri Pertama Rasa Selingkuhan•

Pagi itu, Damar membuka matanya, Indra menciumnya membaui aroma kopi yang menguar memenuhi rongga hidungnya. Damar tersenyum, bangkit dari pembaringan. Menyibak selimut yang menutupi tubuhnya yang bertelanjang dada. Ia tersenyum melihat seorang wanita cantik yang perlahan duduk di bibir ranjang dengan secangkir kopi hitam ditangannya.

"Kopi nya Mas."

"Makasih sayang."

Damar menerima kopi yang wanita itu sodorkan, lalu menyeruputnya hingga menimbulkan bunyi.

"Hemm... Ini enak banget Nat, kamu emang yang terbaik."

Nadia tersenyum malu, ia menatap wajah Damar dengan mata ragu ingin berucap.

"Mas,"

"Hmmm.."

"Apa mas harus pulang malam ini?"

"Iya Nad, udah sepuluh hari mas Disni nemenin kamu dan Nathan. mas harus balik, nanti papa dan Rinjani curiga."

"Aku.... Berat mas....." Nadia mulai berkaca-kaca, bahunya sedikit berguncang.

"Nad."

Damar meletakkan cangkir kopinya diatas nakas. Ia tau pastilah berat bagi Nadia untuk membiarkan dia kembali pada istri sah Damar.

"Sayang, mas hanya cinta sama kamu Nad, itu nggak akan pernah berubah." Bujuk Damar menyentuh lengan Nadia yang masih terus berguncang dan terisak kecil.

"Aku nggak rela mas."

"Mas tau Nad, mas udah nggak hubungan badan lagi dengan Rinjani."

"Tapi mas tidur satu ranjang dengannya kan? Siapa tau mas nanti khilaf dan...."

"Nadia!" Suara Damar bergetar membentak Nadia. Ia melunak, menatap penuh kasih wanita yang dicintainya lebih dari sepuluh tahun itu.

Damar dan Nadia sudah berpacaran sejak Damar masih sekolah, namun, karena pak Budi tidak setuju, akhirnya mereka menikah diam-diam secara siri tujuh tahun yang lalu. Dua tahun sebelum Damar dan Rinjani menikah. Dari pernikahan itu, Damar dan Nadia dikaruniai seorang putra bernama Nathan, kini usianya menginjak enam tahun dalam beberapa Minggu lagi.

Damar memeluk tubuh rapuh istri pertamanya. Mengusap punggung wanita yang sangat dicintainya itu.

"Maafin Mas Nad,"

Tangis Nadia makin pecah, tentu saja ia tak rela. Pria yang dicintainya berbagi peluh dengan wanita lain. Selama beberapa tahun yang lalu, Damar memang melakukan hubungan suami istri dengan Rinjani, meski tak cinta dan jarang, namun dia harus lakukan demi agar tak curiga jika selama menikah tidak melakukan hubungan intim. Ditambah papanya yang terus menanyakan seorang cucu.

Damar begitu mencintai Nadia, adalah sebuah dilema, ketika dia harus memilih, antara istrinya yang baru saja melahirkan anaknya pada saat itu, dan menikah dengan Rinjani karena ia dan ibunya sempat bertengkar didalam mobil hingga oleng dan menabrak orang tua Rinjani sekaligus sahabat pak Budi, hingga tewas. Untuk menebus kesalahannya, Damar terpaksa menikahi Rinjani yang sudah menjadi yatim piatu. Tentu saja, awalnya Damar menolak, namun papanya mengancam akan memenjarakan Damar jika tidak mau menikahi Rinjani. Dan Rinjani yang bersedia menikah karena amanat terakhir dari ayahnya sebelum meninggal. Begitulah semua itu bermula.

Damar pun berjanji pada Nadia yang sangat bersedih dan terus menangis karena belum sempat kering jahitan di jalan rahimnya, ia sudah mendapat luka batin dari suami sirinya yang ijin menikah lagi. Demi agar dia tidak dipenjarakan oleh papanya sendiri, dan bentuk tanggung jawabnya pada Rinjani yang telah ditinggal mati oleh orang tuanya.

Damar berjanji tidak akan memiliki anak dengan Rinjani meski melakukan hubungan intim, hanya Nathan lah satu-satunya anak bagi Damar. Sebelum Damar menikahi Rinjani, ia memutuskan untuk operasi vasektomi. Tentu saja hanya dia dan Nadia yang tau. Tak satupun keluarga nya termasuk Rinjani tau bahwa dia melakukan Vasektomi. Sebagai pembuktian cintanya pada Nathan sebagai anak satu-satunya.

Akan tetapi, kini itu tak cukup, Nadia tak ingin suaminya juga melakukan hubungan intim dengan istri sahnya, Rinjani. Damar pun memenuhi permintaan Nadia, selama hampir enam bulan ini Damar tak menyentuh Rinjani.

"Nad, mas sayang sama kalian." Damar mengeratkan pelukannya, mengusap sayang kepala Nadia. "Kamu juga tau gimana situasi mas kan? Sekarang ini, mas bahkan tak bisa menceraikan Rinjani, kamu tau akibatnya jika mas sampai menyakitinya. Papa bakal mencabut hak waris Mas."

Nadia mendongak menatap wajah suaminya dengan tatapan penuh tanya sekaligus heran.

"Bukankah mas anak satu-satunya?"

Damar mengulas senyum pahit di wajahnya.

"Kamu nggak tau, keluarga mas sebenarnya..."

Damar tampak ragu mengungkapkannya. Ia memandang wajah cantik wanita yang begitu ia cintai, mata indah yang mengharapkannya, wajah yang masih menunggu nya untuk menyelesaikan ucapannya.

"Sebenarnya, Mas, masih punya saudara."

Mata Nadia melebar tak percaya. Ia sudah cukup lama mengenal Damar, namun tak pernah sekalipun ia melihat ataupun mendengar bahwa Damar masih punya saudara, kakak ataupun adik.

"Dulu, kami hidup bahagia, sangat bahagia. Tapi, suatu hari, papa membawa seorang wanita asing datang kerumah dengan seorang anak lelaki setelah perjalanan bisnisnya di luar negri. Keluarga kami jadi hancur, papa dan mama bertengkar setiap harinya, hingga wanita asing itu pergi membawa adikku. Tentu saja papa sangat marah saat itu. Menyalahkan mama atas kepergian mereka."

Nadia menutup mulutnya dengan wajah terkejut dan tak percaya. Ia menatap wajah suaminya dengan iba. Damar tersenyum pahit, pandangannya menerawang mengingat kejadian yang menyakitkan itu.

"Iya, adikku, karena kami satu ayah. Hanya beda ibu. Dan aku tak mau mengakuinya sebagai adik. Tidak akan pernah."

"Mas..."

Damar tersenyum menatap binar mata Nadia yang berembun. "Aku mencintaimu Nad, sangat. Aku tak pernah ingin jadi seperti papa. Tapi, entah kenapa, keadaan ini begitu sulit. Aku tak bisa memperjuangkan mu, dan aku malah menempatkanmu seperti mama. Aku ingin menceraikan Rinjani, tapi, aku tak punya alasan yang cukup untuk itu."

"Kamu tau Nad, hak waris itu akan jatuh otomatis ke tangan adikku jika aku menceraikannya tanpa kesalahan dari Rinjani." Damar menatap intens istrinya. Berharap Nadia akan mengerti keadaan dirinya yang masih bertahan pada pernikahan yang dipaksakan itu.

"Rinjani, terlalu sempurna Dimata papa, dia begitu penurut dan tidak pernah macam-macam. Dia juga tidak pernah dekat dengan laki-laki manapun, hingga aku tak memiliki celah sedikitpun untuk menyingkirkannya." Sesal Damar dalam wajahnya yang terlihat begitu gamang.

"Mas.... Kenapa kita tidak buat saja?" Usul Nadia menatap wajah suaminya dengan sungguh-sungguh.

"Jika dia tidak memiliki celah keburukan, kenapa kita tidak buat saja seolah dia wanita jalangg yang berselingkuh? Dengan begitu, mas bisa menceraikannya tanpa harus kehilangan hak waris. Dan kita bisa menikah, bukankah kamu bilang mereka sangat mengharapkan seorang cucu? Kita sudah punya Nathan. Papa pasti merestui."

Damar tercengang, mendengar usul Nadia yang terasa begitu kejam. Membuat skenario bahwa Rinjani adalah wanita jalangg sungguh diluar penalarannya. Bagaimana bisa Nadia memiliki pemikiran seperti itu?

_____

Bersambung ..

My Readers, kasih Othor semangat dong dengan:

Like

Komen

Terima kasih

Salam hangat

☺️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!