Jennie Clarissa, wanita cantik yang berumur dua puluh tahun namun sudah memiliki karir yang cemerlang. Berkat wajahnya yang cantik, wanita itu berhasil menjadi model di usia yang terbilang muda.
Terlahir dalam keluarga yang kaya dan terpandang membuat kehidupannya semakin terlihat sempurna. Tapi kesempurnaan itu hancur saat kesuciannya direnggut paksa oleh sang Kakak.
*Sebelum malam kejadian*
"Hari ini Ayah sama Bunda ingin keluar kota, kalian yang akur ya !" Ujar Bunda Maryam memberikan pesan
"Kai, jaga adikmu dengan baik !" Sambung Ayah Aditya.
"Tenang aja Bunda ! Kami tidak akan bertengkar kok." Jawab Jennie dengan yakin.
Meskipun wanita itu terkadang mendapatkan perlakuan kasar oleh sang kakak, Jennie tidak pernah mengadu dengan orang tua mereka. Jennie sudah sangat terbiasa dengan perlakuan dan kebencian sang kakak sejak kecil.
Sedangkan Kai tidak menjawab, pria yang selisih lima tahun dengan adiknya itu memilih fokus ke makanannya.
Kedua Orang tuanya hanya geleng-geleng kepala. Entah kenapa Kai yang dulunya anak baik berubah jadi anak yang dingin dan tidak peduli dengan sekitarnya.
"Kai berangkat." Pria itu berdiri dan pamit dengan kedua Orang tuanya.
"Hati-hati !" Pesan Bunda Maryam
"Jennie berangkat juga ya Bunda, Ayah."
Wanita itu berdiri dan berpamitan kemudian berlari mengejar sang kakak.
"Kakak, tungguin Jennie !" Teriak Jennie memanggil sang kakak.
"Huh...huh... Tunggu Kak !" Nafas wanita itu tersengal-sengal.
Jennie mengatur nafasnya lalu ikut masuk ke dalam mobil Kai. Pria yang melihat Jennie duduk disampingnya seketika merasa emosi.
"Keluar!" Perintah Kai dengan nada dingin.
"Ais, kenapa Kakak selalu melarang Jennie ikut mobil Kakak ?"
"Ku bilang KELUAR !!!" Kai yang merasa jengah dengan sikap Jennie akhirnya membentak adiknya.
Namun bukan Jennie namanya jika tidak keras kepala dan suka membangkang. Kai yang melihat sang adik belum juga bergerak akhirnya keluar mobil dan menarik paksa sang adik.
Jennie yang ditarik meringis kesakitan karna sang kakak mencengkeram pergelangan tangannya dengan kuat.
"Aauu... sakit dong Kak tangan Jennie." Pekik Jennie mengelus lembut tangannya yang memerah.
Kai tidak memperdulikannya, pria itu berjalan dan masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan Jennie.
"Kenapa sih Kakak dari dulu nggak suka sama Jennie ? Padahal, Jennie nggak pernah buat salah."
Wanita itu merasa sedih setiap kali tidak mendapatkan kasih sayang dari sang kakak. Jennie tidak habis pikir dengan kakaknya yang selalu bersikap kasar dengannya.
Akhirnya wanita itu berangkat dengan mengendarai mobilnya sendiri menuju kampusnya.
Jennie menghampiri sahabatnya Meli yang sedang duduk di kantin milik kampus.
"Wih... Masih pagi udah manyun aja tu bibir, berantem lagi sama Kakak kamu ?" Ledekan Meli mendapat pukulan kecil dari Jennie.
"Lah... Malah mukul, sakit bege !" Meli mengelus pundaknya yang terasa perih.
"Nggak tau kenapa ya, Kak Kai tidak pernah sayang sama aku. Padahal, aku nggak pernah bikin masalah dengan dia." Kesedihan jelas terpancar di wajah Jennie.
"Ya mana aku tempe."
"Ck... Berhentilah mengejekku !" Jennie mengatupkan bibirnya karna merasa kesal.
"Hehehe... Aku cuma berusaha menghiburmu sahabatku." Meli terkekeh lalu memeluk tubuh Jennie.
"Tapi nggak lucu!" Jawab Jennie memutar bola matanya.
🌹🌹🌹
Kai memasuki lobby perusahaannya dengan wajah dingin. Meski begitu, para karyawan tetap menyapa Atasannya dengan ramah.
"Kenapa wajah Direktur kita bisa setampan itu ?"
"Iya, ganteng banget."
"Padahal nggak senyum sama sekali tapi, wajahnya tetap terlihat manis."
Seperti itulah pujian yang keluar dari karyawan wanita setiap kali berjumpa dengan Kai.
"Apa agenda hari ini ?" Tanya Kai dengan asistennya.
"Siang ini Tuan memiliki janji bertemu dengan Tuan Aryan untuk membahas kerja sama pembangunan Mall di kota Bandung." Jawab asisten Jhon.
"Ada lagi ?"
"Sudah tidak ada Tuan."
"Silahkan keluar kalau begitu !"
Asisten Jhon segera keluar dan menutup rapat pintu. Sementara Kai sudah fokus membaca beberapa dokumen dan proposal yang menumpuk di meja kerjanya.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan jam istirahat. Kai dan asisten Jhon segera berangkat untuk menemui Tuan Aryan.
"Selamat siang Tuan Aryan." Sapa Kai menjulurkan tangannya.
"Selamat siang Tuan Kaindra. Silahkan duduk !" Tuan Aryan membalas sapaan Kai dan bersalaman.
"Sebaiknya kita makan dulu !" Tawar Tuan Aryan memberikan buku menu.
Sementara Kai memilih menu makanan, asisten Jhon meninta ijin ke toilet sebentar. Saat asisten Jhon melangkahkan kakinya menuju toilet tanpa sengaja Ia melihat Jennie bersama sahabatnya.
Tapi pria itu tidak berniat sama sekali menegur adik dari atasannya itu. Asisten Jhon kemudian melangkah kembali menuju toilet.
Sementara wanita yang sempat dipandang asisten Jhon sedang sibuk tertawa bersama sahabatnya.
"Gila aja tuh si Shina, bisa-bisanya nuduh aku ngerebut pacarnya ?" Ucap Meli.
"Ya udah, sekalian aja rebut beneran !" Jawab Jennie dengan enteng.
"Nggak... Aku masih punya harga diri kali." Tolak Meli.
🌹🌹🌹
Kai kembali disibukkan dengan beberapa tumpukan kertas yang belum sempat Ia selesaikan. Tiba-tiba saja handphone miliknya bergetar sehingga mengalihkan fokus pria itu.
"Malam ini aku ngadain party birthday di club xxx, Kamu jangan lupa datang ya !"
Kai membaca pesan dari temannya Riko lalu melanjutkan pekerjaannya.
Saat jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, pria itu segera beranjak dari kursi kebesarannya dan masuk ke kamar pribadi yang terdapat di ruang kerjanya.
Kai membersihkan tubuhnya lalu mengganti pakaiannya. Pria itu memang sengaja menyimpan beberapa pakaian dikantornya untuk jaga-jaga jika saja dirinya menginap atau ketika mendapatkan acara mendadak seperti saat ini.
"Akhirnya kamu datang juga." Sambut Riko saat melihat Kai.
Kai mendudukkan bokongnya di sofa tempat Riko duduk.
"Mau minum ?" Tawar temannya yang satu lagi bernama Joshua
Kai tidak menjawab namun, tangannya segera menerima gelas yang berisi minuman alkohol itu. Ini bukan hal pertama bagi Kai karena, pria itu sering mengunjungi tempat seperti ini. Hanya saja, Ia tidak pernah pulang ke rumah utama jika sedang dalam keadaan mabuk.
"Berani minum tiga botol ?" Tantang Riko.
Tentu saja Kai dan Joshua menerima tantangan itu. Mereka bertiga benar-benar minum hingga mereka dalam keadaan mabuk berat.
"Kau tau Kai ?," Joshua mulai merancau tidak jelas.
"Tidak tau!" Potong Kai dengan cepat sambil menggeleng-gelengkan kepalanya terus menerus.
*Plak... "Ck... Kau ini... Akuuu be-lum selesai bi-ca-ra !" Joshua memukul kepala Kai.
"Aisss... Berrraninya kau memukulku. Kau- carrri matiiii ?" Tanya Kai marah sambil menunjuk wajah Joshua.
"Dengarkan aku !", pinta Joshua, "Adikmu saaaaangaaattt cantik." Lanjutnya lagi mengungkapkan pujiannya untuk adik Kai.
*Pletak... "Berhentilah memuji Adik sialan itu !" Emosi Kai menyentil kening Joshua.
Mereka berdua terus merancau tidak jelas. Sementara Riko sudah tidak sadarkan diri.
Asisten Jhon yang telah dihubungi oleh pemilik Club segera menancap gas menjemput Atasannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hiii selama bergabung di karya keduaku🤗 Jangan lupa jadikan novel ini novel favorit kalian ! Berikan dukungan dengan cara like dan komen ! Kirim-kirim juga hadiah untuk novel ini supaya Author tambah semangat 💪❤️❤️❤️
🔞 Yang masih bocah mohon diskip Ya 🙏🙏🙏
Asisten Jhon segera mengangkat tubuh Kai yang terus merancau tidak jelas.
"Aku tidak mau punya Adik!"
"Aku benci wanita itu!"
"Seharusnya dia tidak lahir di dunia ini!"
Asisten Jhon menghembuskan nafasnya dengan kasar. Selalu seperti ini jika Kai sedang mabuk.
Asisten Jhon melajukan mobil menuju apartemen milik Kai karena, biasanya atasannya tidak akan kembali ke rumah utama jika sedang mabuk.
"Mengapa kamu membawaku kemari ?," tanya Kai, "bawa aku ke rumah utama !" Lanjutnya memerintah.
"Tapi Tuan-" Asisten Jhon belum selesai bicara, kalimatnya sudah dipotong oleh Kai.
"Tenang saja ! Ayah dan Bunda sedang keluar kota." Potong Kai.
Akhirnya asisten Jhon membawa Kai kembali ke rumah utama.
✨✨✨
*Brak... Kai membuka paksa pintu kamar milik adiknya, pria itu berjalan sempoyongan menuju ranjang Jennie.
Jennie yang terbangun karena kaget mendengar suara pintu kamarnya didobrak segera berteriak.
"Siapa kamu ?" Tanya Jennie yang ketakutan.
Memang keadaan kamarnya gelap dan hanya ada cahaya dari lampu tidur. Jadi, Jennie tidak bisa melihat siapa yang masuk dalam kamarnya.
"Tenanglah adik bod*h ! Jangan terlalu berisik !"
*Deg... Jennie terkejut saat mendengar suara kakaknya.
"Ke-kenapa Kakak bi-bisa masuk di- mmmppphhh..." Jennie belum menyelesaikan kalimatnya Kai sudah ******* bibirnya.
Dalam keadaan sadar Jennie memukul dada sang kakak agar menghentikan tindakan konyolnya ini. Tapi, kekuatan wanita itu tidak mampu membuat Kai berhenti. Pria itu malah memegang kedua tangan Jennie agar tidak memukulinya lagi.
Kai terus mem*ink*n lidahnya di dalam mulut Jennie sehingga, membuat wanita itu terbuai dan membalasnya. Kai yang merasakan jika Jennie membalas l*mat*nnya semakin menjadi-jadi.
Kini satu tangan pria itu berusaha membuka kancing piyama yang dipakai Jennie. Kai melepaskan ci*m*nnya dan segera menangg*lkan pakaian Jennie dengan nafas yang memburu.
Jennie yang sadar telah melakukan tindakan yang konyol segera menampar wajah Kakaknya.
"Kak sadarlah ! Kakak telah melakukan sebuah kesalahan !"
Mendapatkan tamparan dan penolakan dari sang adik, Kai segera meng-cekik leher Jennie.
"Beraninya kau menamparku." Teriak Kai yang terus mencekik leher Jennie.
"To-loong le-pas-kan!!!" Jennie berusaha melepaskan cekikikan sang kakak.
Kai yang melihat wajah Jennie memerah segera melepaskan cekikikan tangannya. Pria itu kemudian mencumbui leher Jennie hingga wanita itu tidak sadar mengeluarkan des***nnya.
"Ck... Pura-pura menolak padahal mau." Cibir Kai yang kemudian mengambil dasinya dan mengikat kedua tangan Jennie.
Jennie yang sempat memberontak kini sudah pasrah, terlebih lagi saat Kai menghujaninya dengan cumb**n yang memabukkan.
Meskipun hati dan pikirannya menolak keras namun, tubuhnya malah sebaliknya. Akhirnya Jennie memilih untuk diam tanpa menolak lagi. Toh menolak pun tidak berguna.
Kai yang sudah berkabut g*ir*h segera menanggalkan pakaiannya. Pria itu lalu melancarkan aksinya.
Kai yang melihat Jennie menangis tersenyum miring. Akhirnya, apa yang Ia inginkan sudah tercapai yaitu, menghancurkan adik yang paling Ia benci.
Kai terus memom-pa tubuhnya dengan ritme yang cepat sehingga, Jennie merasa kesakitan. Tak ada kenik-matan yang wanita itu rasakan yang ada miliknya terasa perih.
"Aku... Membencimu adik sialan." Ungkap Kai disela permainannya.
Wanita itu kemudian menangis sejadi-jadinya. Jennie merasa sangat hancur, apa yang Ia jaga selama ini justru direnggut secara paksa oleh sang kakak. Tubuh wanita itu bergetar ketakutan, Ia terus memanggil nama Bunda dan Ayahnya.
Sementara Kai tertidur di atas sofa ruang tengah dengan hanya memakai box*r. Tak seperti Jennie yang tidak bisa tidur, Kai justru tertidur dengan nyenyak.
Pagi harinya Kai terbangun dan merasakan kepalanya begitu berat. Ia belum sepenuhnya sadar dengan tubuhnya yang polos. Kai terus mengingat apa yang terjadi malam tadi sehingga kepalanya seperti mau pecah.
"Akh... Sial, tenyata semalam aku mabuk," ucap Kai mengumpat, "lalu kenapa bisa aku balik ke rumah utama ? Biasanya Jhon selalu membantu ke apartemen."
Kai merasa bingung namun tak lama kebingungannya berganti keterkejutan saat menyadari dirinya hanya memakai boxer kecil.
'Apa yang sudah terjadi ?' guman Kai dalam hati.
Kai berusaha mengingat apa yang telah Ia lakukan tapi, pria itu tidak bisa mengingat apa-apa. Yang ada kepalanya semakin sakit.
Sedangkan Jennie yang terbangun dengan mata sembab kembali menangis saat mengingat kejadian yang menimpanya semalam.
"Hiks...hiks... Bunda...hiks... Ayah...hiks... Ka-kak... Kakak jahat... Hiks...hiks... Jennie benci dengan Kakak... Hiks...hiks..."
Wanita itu menangis sambil memukul-mukul dadanya yang terasa sesak. Ia tidak menyangka jika sang kakak tega menidurinya. Ia begitu kecewa dan hati dengan sang kakak, Jennie merasa sangat membenci kakaknya yang biadab itu.
Setelah mulai tenang Jennie akhirnya memutuskan untuk membersihkan badannya yang sangat menjijikan ini. Namun, Jennie merasa sakit dan perih saat menggerakkan kakinya.
Jennie memaksakan diri agar bisa berjalan dan sampai dalam kamar mandi. Sesekali wanita itu meringis dan menjatuhkan air matanya karena merasa sakit sekaligus hancur.
Jennie memasukkan tubuhnya kedalam bathtub yang sudah Ia isi air hangat. Wanita itu menggosok tubuhnya dengan keras sehingga, menimbulkan warna merah pada kulitnya.
"Aku kotor... Hiks...hiks... Aku kotor..." Teriaknya sambil menggosok tubuhnya hingga lecet.
🌹🌹🌹
Kai yang baru saja selesai membersihkan tubuhnya tiba-tiba ingat beberapa potong kejadian semalam. Pria membulatkan matanya saat Ia sudah ingat jika, dirinya telah meniduri sang adik.
"Apa yang telah aku lakukan ?" Tanya pria itu pada dirinya sendiri.
"Bagaimana ini ? Ya Tuhan kenapa aku bisa melakukan hal konyol seperti itu ?"
Kai saat ini merasa ketakutan, Ia telah berbuat dosa yang paling berat. Bagaimana bisa seorang kakak meniduri adiknya sendiri. Kai mengacak rambutnya frustasi.
"Bagaimana jika Ayah dan Bunda tau ? Pasti mereka akan membunuhku. Aku harus menemui wanita itu !"
Kai segera memakai pakaiannya lalu turun ke kamar milik Jennie. Kai melihat kamar itu berantakan serta bercak darah di sprei membuat Kai mengumpat dirinya sendiri.
"Gila... Ini gila..." Kai terus menerus mengumpat.
"Dimana dia ?"
Kai yang mencari keberadaan Jennie berjalan ke kamar mandi berharap sang adik ada disana. Pria itu membuka pintu kamar mandi pelan-pelan ternyata pintu itu tidak dikunci. Kai mencoba mengintip dan melihat tubuh Jennie berendam di bathtub tanpa adanya pergerakan. Kai yang merasa penasaran dengan wanita itu akhirnya menerobos masuk dan betapa kesalnya Kai mendapati Jennie tertidur dengan nyenyak di bathtub.
"Bangun ! Kita harus bicara !" Kai mencoba membangunkan Jennie tapi, wanita itu tidak merespon.
Seketika juga Kai dilanda rasa cemas saat sang adik tidak merespon.
"Hei... Bangunlah ! Jangan bercanda seperti ini !"
Tapi tetap saja tak ada jawaban dari Jennie. Akhirnya, Kai mencoba menyentuh adiknya dan menggoyangkan tubuh sang adik namun, tetap saja Jennie tak bangun.
"Apa dia pingsan ?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hiii selama bergabung di karya keduaku🤗 Jangan lupa jadikan novel ini novel favorit kalian ! Berikan dukungan dengan cara like dan komen ! Kirim-kirim juga hadiah untuk novel ini supaya Author tambah semangat 💪❤️❤️❤️
Kai menghubungi asisten Jhon agar segera membawa Dokter untuk memeriksa keadaan Jennie. Kai menatap adiknya yang terbaring di atas ranjang dengan memakai bathrobe , wajahnya terlihat pucat.
Tak berselang lama asisten Jhon datang bersama seorang Dokter.
"Selamat pagi Tuan." sapa asisten Jhon yang tidak mendapat balasan dari orang yang Ia sapa.
Kai menatap Dokter itu, "Cepat periksa dia !" ucapnya memerintah sang Dokter.
Dokter itu menatap Kai lalu memukul pundaknya, "Kau apakan lagi adikmu ?" tanya sang Dokter sekaligus teman Kai.
"Jangan banyak bicara ! Cepat periksa dia !" perintah Kai lalu melangkah ke sofa.
Asisten Jhon dan Dokter Ricard hanya mampu geleng-geleng kepala. Mereka tidak habis pikir dengan Kai yang begitu membenci adiknya.
Dokter Ricard mendekati Jennie yang masih belum sadarkan diri namun, sebelum memeriksanya Dokter Ricard menatap Kai.
"Apa kamu menganiaya adikmu ?" Dokter Ricard menyipitkan matanya.
Kai mengerutkan keningnya, "Yang benar saja kau menuduhku ?" jawabnya tidak terima.
"Lalu kenapa bisa leher adikmu memerah seperti itu ?" Dokter Ricard menunjuk leher Jennie yang memerah dan lecet.
"Aku tidak tau," jawab Kai dengan santai "tadi pagi aku mendapatkan dia pingsan di dalam bathtub." lanjutnya lagi.
Pernyataan yang keluar dari mulut Kai membuat Dokter Ricard dan asisten Jhon terkejut. Bagaimana bisa Kai mendapati adiknya pingsan dalam kamar mandi ? Apa Kai mendapati adiknya dalam keadaan telanjang ? Apa Kai yang menggendong sang adik keluar dan memakaikannya bathrobe ? Dan begitu banyak lagi pertanyaan yang muncul dalam benak kedua pria itu.
"Apa kau-" Dokter Ricard baru saja ingin bertanya namun, kalimatnya terhenti saat mendengar suara Jennie.
"Jangan! Jangan! Jangan! Hiks...hiks..." Jennie merancau dalam keadaan tidak sadar, "Jangan! Berhenti! Sakit!" dahinya tampak dipenuhi buliran keringat.
"Jennie... Jen..." Dokter Ricard mencoba menyadarkan Jennie dengan menepuk-nepuk halus wajah wanita itu.
Jennie akhirnya tersadar dan mendapati Dokter duduk disampingnya. Wanita itu segera terbangun dan menarik selimut memeganginya begitu erat karena ketakutan. Tubuhnya bergetar hebat kala Dokter Ricard mencoba menyentuh lengannya.
"Jangan!" Jennie terus menggelengkan kepalanya, "jangan ! Aku mohon jangan sentuh aku! Hiks...hiks..." Wanita itu menggelengkan kepalanya sebagai tanda Ia menolak disentuh, Ia terisak dan terus berteriak membuat Dokter Ricard dan asisten Jhon cemas dan bingung dengan keadaan Jennie.
"Hiks...hiks... Jennie kotor... Bunda...hiks...hiks... Jennie kotor... Akhg..." Jennie terus menggosok tubuhnya seolah sedang membersihkan kotoran yang menempel ditubuhnya.
"Dokter bawa obat bius ?" tanya asisten Jhon.
"Tidak," jawab Dokter Ricard menggeleng, "Kai sebenarnya apa yang terjadi dengan Jennie ? Kena bisa adikmu histeris seperti ini ?" Dokter Ricard mencoba mencari jawaban mengenai keadaan Jennie.
"Aku tidak tau" jawab Kai dengan singkat kemudian berdiri dan menuju pintu keluar.
"Ck... Bisa-bisanya kamu sesantai ini melihat keadaan adikmu, Kau sebenarnya punya hati atau tidak sih ?" Dokter Ricard begitu emosi melihat Kai yang begitu tenang sementara sang adik sedang tidak baik-baik saja.
Kai tidak memperdulikan ucapan Dokter Ricard, Ia tetap melangkah pergi meninggalkan kamar Jennie.
"Kenapa ? Kenapa Kakak tega melakukan itu ? Hiks...hiks...hiks... Jennie membenci Kakak...hiks... hiks..."
Dokter Ricard yang melihat Jennie sangat kacau merasa kasihan, Ia sangat yakin jika wanita cantik itu mentalnya tidak baik-baik saja. Akhirnya Dokter Ricard segera menghubungi temanya yang berprofesi sebagai dokter ahli psikiatri.
Setelah menelpon Dokter Ricard berusaha membuat Jennie tenang. "Jennie, tenanglah ! Tak ada yang ingin menyakiti kamu, kami hanya ingin memeriksa keadaanmu."
Namun, Jennie masih tetap histeris, wanita itu bahkan sudah melempar beberapa barang sebagai bentuk perlindungan jika melihat Dokter Ricard mendekat.
Asisten Jhon menatap Jennie dengan tatapan iba, Ia biasanya melihat wanita cantik itu ceria tapi sekarang wanita itu tampak menyedihkan. Tiba-tiba saja Ia berpikir jika semalam terjadi sesuatu yang tidak beres dengan Jennie dan Kai. Namun, dengan cepat asisten Jhon menggelengkan kepalanya.
'Berpikir apa aku ini ?' batin asisten Jhon yang berusaha menghilangkan pikiran negatifnya. Lagian mana mungkin Kai tega menggauli adiknya sendiri.
Setelah menunggu dua puluh menit lamanya akhirnya dokter yang ditunggu sudah datang. Dokter Ricard segera menyuruh temannya untuk memeriksa keadaan Jennie yang masih terisak meskipun, tidak berteriak-teriak lagi.
"Dokter Siska anda sudah datang ?" Dokter Ricard tampak bernafas lega saat melihat kedatangan Dokter Siska.
"Maaf agak telat Dokter Ricard."
"Tak masalah, sebaiknya Dokter segera memeriksa keadaan adik teman saya !"
Dokter Siska mengangguk dan mencoba mendekati Jennie yang tampak melipat lututnya. Melihat kekacauan yang terjadi serta getaran tubuh Jennie membuat Dokter Siska bisa menebak jika wanita di depannya telah mengalami hal yang mengerikan.
Jennie yang merasakan jika ada seseorang di dekatnya dibuat semakin ketakutan, Ia kembali histeris membuat Dokter Siska tau jika Ia telah mengalami pelecehan seksual.
"Jangan mendekatiku ! Aku mohon ! Jangan menyentuhku ! Kamu membuatku sakit..." meski tak ada lagi isakan yang keluar dari wanita itu namun, emosinya masih meledak-ledak jika ada yang mendekatinya.
Dokter Siska mencoba mengajak Jennie berbicara dengan lembut. "Tenanglah Dek! Kakak tidak akan menyakiti kamu." Dokternya Siska berharap wanita di depannya bisa tenang agar bisa diajak bicara baik-baik.
Namun, Jennie semakin histeris saat mendengarkan kata *kakak yang keluar dari mulut Dokter Siska. Jennie berdiri dan mengambil pecahan kaca dari bingka foto yang sempat Ia lempar tadi.
"Menjauh lah ! Jika kalian mendekat maka, aku akan menyakiti kalian !" Jennie mengancam mereka dengan mengacungkan beling yang Ia pegang.
"Kakak jahat... Kakak jahat... Hiks....hiks... Kakak jahat..." Jennie kembali menangis dan berteriak.
Dokter Siska mencoba mundur lalu mencari cara agar bisa mengelabuhi Jennie dan memberikan bius. Saat melihat Jennie kembali terduduk menundukkan kepalanya dengan kaki terlipat Dokter Siska mengajak Dokter Ricard membantunya memegangi Jennie.
Dokter Ricard segera mendekat dan memegangi Jennie yang mengamuk dengan cepat Dokter Siska menyuntikkan obat bius di lengan Jennie. Beberapa detik kemudian tubuh Jennie tumbang.
"Sekarang kita bawa ke rumah sakit saja !"
Dokter Ricard segera membopong tubuh Jennie dan membawanya ke mobil.
"Apa saya perlu ikut Dokter ?" Tanya asisten Jhon.
"Tidak perlu, sekarang kamu cari atasanmu yang bodoh itu !"
Dokter Ricard segera melajukan mobilnya menuju rumah sakit. Di perjalanan Dokter Siska menjelaskan jika dugaannya Jennie menjadi korban pelecehan seksual.
"Tapi kenapa bisa ?" tanya Dokter Ricard bingung dan tidak percaya.
"Nanti kita periksa lebih jauh lagi !"
"Tapi, apa Anda tidak curiga dengan kakaknya ? Ee... Maksud saya begini, bisa saja kakaknya tega melakukan itu. Karna tak sedikit kasus pelecehan yang dilakukan oleh orang yang masih sedarah dengan korban. Banyak kasus pelecehan yang dilakukan oleh seorang bapak kepada putrinya, seorang kakak beradik, bahkan seorang anak tega melakukan pemerkosaan terhadap ibunya sendiri. Jadi tidak menutup kemungkinan teman Anda melakukan itu dengan adiknya, terlebih lagi wanita ini terus-menerus menyebut kakaknya."
Dokter Ricard sedikit membenarkan apalagi, saat melihat kelakuan Kai yang sama sekali tidak peduli bahkan, meninggalkan adiknya disaat seperti ini.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hiii selamat bergabung di karya keduaku🤗 Jangan lupa jadikan novel ini novel favorit kalian ! Berikan dukungan dengan cara like dan komen ! Kirim-kirim juga hadiah untuk novel ini supaya Author tambah semangat 💪❤️❤️❤️
~Salam dari Merauke - Bugis❤️~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!