Emak baru saja ku suapi dengan bubur kacang hijau sebagai makanan pendamping. Emak Titin,ibu mertuaku yang tak lain ibu dari suamiku A Alby.
"Neng,si Aa kok belum pulang ya?",tanya emak.
"Mungkin sebentar lagi Mak,ini kan hari Sabtu mak.Pasti Aa lagi antre gajian."
Ibu mertua ku menatap sendu ke halaman rumah.
"Maafin emak ya neng.Kamu jadi repot rawat emak yang bawel begini.Gara-gara emak juga, kalian jadi menunda ngasih cucu buat emak!"
"Astaghfirullah emak,kan Bia udah sering bilang Mak.Anak itu rejeki dari Allah,kalau memang Allah sudah mempercayakan anak buat kami,pasti Allah ngasih kok Mak",ku genggam tangan keriput ibu mertuaku itu.
Mak pun terdiam,masih menatap halaman. Beruntung nya aku,memiliki ibu mertua sangat baik dan menerima ku apa adanya serta menganggap ku seperti anaknya sendiri.
A Alby anak satu-satunya,emak pernah menikah sebelum menikah dengan almarhum bapaknya A alby.Intinya,Mak Titin memang bukan ibu kandung A Alby tapi beliau yang sudah merawat A Alby penuh kasih sayang semenjak kedua orang tuanya tiada.
Kami tinggal di salah satu dusun di pelosok kabupaten daerah Jawa Barat.Kehidupan kami terbilang sangat sederhana.A Alby hanyalah kuli bangunan sejak setahun yang lalu setelah ia di berhentikan dari pabrik sejak pandemi tahun lalu.Sedangkan aku sendiri, dulunya bekerja di salah satu minimarket yang banyak tersebar di seluruh Indonesia.
Aku yang asli orang Jawa, bertemu dan akhirnya memutuskan menikah dengan A Alby sejak dua tahun yang lalu.Beberapa bulan sebelum pandemi di umumkan.Yah... karena hal itu, kami akhirnya pulang ke rumah emak.Dan di saat yang bersamaan,ternyata emak menderita sakit yang cukup menguras banyak biaya.
Di sela lamunan kami berdua,ku lihat A Alby masuk ke pekarangan rumah kami dengan sepeda motor nya.Setelah beberapa saat, ia pun menghampiri kami yang sedang bersantai di teras rumah.
"Assalamualaikum!",sapa Alby.
"Walaikumsalam!",jawab aku dan Mak bersama-sama.
A Alby menyalami tangan Mak, setelah itu barulah aku menyalami tangan suamiku.
"Masuk Mak, udah mau magrib!",kata Alby. Emak pun menuruti permintaan anak nya.Aku membuntuti keduanya, lalu tak lupa aku menutup pintu ruang tamu kami.
Tak lama kemudian azan magrib berkumandang.
"Neng,kamu sama emak solat aja dulu ya. Aa mau mandi dulu!",titah Alby.
"Ayo Mak, kita wudu dulu!",ajakku pelan.Emak masih bisa berjalan,hanya saja harus pelan-pelan.
Setelah kami berwudhu,aku mengajak emak ke musholla kecil rumah kami.Lebih tepatnya sudut kecil di rumah ini yang kami jadikan tempat untuk solat.
Benar saja,kami selesai solat A Alby baru selesai mandi.Setelah itu ia menyusul kami di tempat solat.Sambil menunggui A Alby solat, aku dan emak menyempatkan diri untuk tadarus.
Tidak ada obrolan apa pun di antara kami hingga azan isya berkumandang.Dan kami pun solat isya berjamaah.
"Mak, A...Bia mau nyiapin makan dulu ya!", ujarku sambil melipat mukena ku.
"Iya Neng!",kata Emak.A Alby pun hanya mengangguk pelan.
Tak lama bagi ku menyiapkan makan malam sederhana kami karena pada dasarnya aku hanya menyediakan sayur asem,tempe dan ikan asin serta sambel terasi.
Ku lihat ibu dan anak itu sedang mengobrol saat aku kembali ke tempat solat tadi.
"Ayo Mak, A! kita makan dulu!",ajakku.Emak dan A Alby pun bangkit dari duduknya.Lalu A Alby pun menuntun emak ke meja makan. Aku menuangkan nasi ke piring suamiku, setelah itu barulah piring emak.
Makan malam kami yang sederhana ini kamu lalui dengan tenang.
Usai makan, kami duduk di ruang tengah yang ada televisinya.Aku memilih duduk di kasur lantai, sedangkan Mak duduk di sofa single.A Alby pun turut duduk di bawah sepertiku.
"Neng, ini gajian Aa.Tolong di terima ya!",Alby menyerahkan uang itu padaku. Lima lembar seratus ribu serta selembar lima puluh ribu.
"Alhamdulillah, makasih mas.Semoga berkah buat kita semuanya, terutama buat kesembuhan Emak!", kataku.A Alby mengusap kepala ku yang sudah tak mengenakan jilbab.Mak pun tersenyum padaku.
"Mak mau di masakin apa besok Mak, atau ini...Mak ingin beli sesuatu yang Mak mau?", aku menyerahkan selembar uang berwarna merah untuk Mak.
Tapi Mak menolak nya dan menggeleng pelan.
"Kamu saja yang simpan neng,kan Mak berobat juga sama kamu.Buat apa Mak pegang uang."
"Bukan gitu Mak, maksud Bia... barangkali Mak pengen beli sesuatu Mak."
Mak mengusap kepalaku dengan penuh kasih sayang.
"Mak ngga pengen apa-apa Neng.Mak punya neng,adalah kebahagiaan yang luar biasa buat Mak!"
Aku tak dapat menahan rasa haruku, langsung ku peluk kaki Mak yang berada di depan sofa.
"Makasih ya Mak,Mak udah anggap Bia anak Mak sendiri."
Iya,Mak memang mertua ku tapi kasih sayang nya melebihi kasih sayang ibu kandung ku sendiri yang sekarang justru sudah bahagia dengan kehidupan barunya.
A Alby pun mengusap bahuku pelan.
"Mak mau istirahat saja di kamar, kalian kalo mau nonton televisi silahkan.Jangan lupa, kunci pintu ruang tamu nya ya!", kata Mak.
"Alby antar ke kamar Mak!",Alby pun menuntun emak menuju kamar beliau yang ada di belakang dekat dengan kamar mandi.
Menunggu A Alby mengantar Mak, aku mengunci pintu ruang tamu kami.Tak lupa ku periksa gorden di tiap jendela.
Tiba-tiba saja A Alby mengalungkan tangannya ke leherku.
"Astaghfirullah,Aa!Bikin kaget aja deh!", kataku.
"Kenapa harus kaget,kan cuma aa yang bisa peluk kamu neng!",kata Alby lalu mencuri ciuman di pipiku.
"Aa! Mak belum tidur ah?Malu atuh!",kataku.
"Malu kenapa?Ya biar atuh,Mak ge paham."
Aku pun menuruti saja apa maunya.
"Ke kamar yuk neng,Aa kangen?",bisiknya di dekat telinga ku.
"Iya A!",kataku sambil mencubit pipi nya.
A Alby menggandeng tangan ku menuju kamar kami yang dekat dengan ruang televisi. Tak lupa ia mematikan lampu ruang tamu dan ruang tengah.
"Oh iya neng,ada yang Aa mau omongin!", kata Alby membawa ku ke kasur yang berada di lantai karena kami memang tidak menggunakan ranjang setelah mengunci pintu kamar kami tentunya.
"Ya udah,ngomong aja!", kataku sambil menyandarkan punggungku ke dinding.A Alby pun melakukan hal yang sama. Tak lupa ia menggenggam tanganku.
"Neng,temen Aa ada yang nawarin Aa jadi supir pribadi di kota.Menurut neng gimana?", tanya Alby menatap ku lekat.
"Ke kota ?",tanyaku membeo.
Alby mengangguk.
"Kang Asep yang ngasih info,katanya teman bos nya sedang butuh sopir. Kalo neng ngijinin,Aa pergi.Tapi kalo neng ga ngijinin,Aa tetep di rumah kerja seperti biasanya."
Aku terdiam.
"Neng?",Alby menakupkan kedua tangannya di pipiku.
"Mak udah tahu?",tanyaku.Alby mengangguk.
"Udah, tadi abis solat isya kami sempat ngobrol sebentar."
Aku tak langsung menyahut.
"Neng,Mak bilang terserah kamu.Mak ikut saja keputusan kamu."
Jujur,sejak menikah aku tak pernah jauh dari suamiku selain karena bekerja.Tapi ini???A Alby akan bekerja diluar kota, apa aku bisa jauh dari nya???
"Apa yang neng cemaskan heum?",Alby menatap mataku.Karena tak tahan, aku pun memeluk tubuh suamiku itu.Alby pun membalas pelukan ku.
"Apa aku bisa jauh dari Aa?",aku mendongak menatap wajah tampan nya yang terlihat lelah.
Alby tersenyum sekilas lalu mengecup bibir ku sesaat.
"Demi masa depan kita dan demi kesembuhan Mak!", jawab Alby.Jika boleh aku egois,aku ingin selalu bersama mu A! Batinku bermonolog.
Aku semakin mengeratkan pelukan ku.
"Aa janji,akan selalu mengabari mu.Dan kalo bisa,Aa akan usahakan untuk bisa sering pulang menemui kamu neng!",Alby menatap wajah ku.
"Kalo itu udah keputusan Aa,aku ikut aja A!", kataku.
"Terimakasih neng!",kata Alby.Tak lupa ia menghujani ku dengan ciuman mesra hingga akhirnya penyatuan kami terjadi.
*******
Sore hari,kang Asep mengunjungi rumah kami.
"Neng Bia,insyaallah sampe kota kang Alby langsung kerja kok.Jadi,ngga usah cemas nanti dia di sana gimana-gimana",ujar kang Asep padaku.
"Iya kang!",kataku.
A Alby membawa tas ranselnya di bahu. Suamiku yang tampan ini akan merantau lagi ke kota setelah hampir dua tahun ini di kampung halaman ku.
"Neng,nitip emak ya!Aa ke kota juga buat neng buat kesembuhan Emak juga!",Alby mengusap pipiku.Kang Asep dan emak berada di teras.
"Jangan lupa solat ya A, sesibuk apa pun kamu di sana.Jangan lupa selalu hubungi aku kalo lagi senggang.Jangan....!"
"Psssst....!",Alby meletakkan jari nya di depan bibir ku.
"Aa pasti bakal merindukan kamu neng."
Cup...
Alby mencium bibirku sesaat,setelah itu ia pun mengecup kening ku.
"Aa akan sering pulang kan?,tanyaku.Alby mengusap bekas salivanya di bibir ku.
"Insyaallah neng.Aa usahakan tiap ada kesempatan pulang,Aa pasti pulang."
Aku memeluk pria tampanku ini.Rasanya segan jika berjauhan dengannya.
"Tapi aa janji ya,jangan macem-macem di sana?!", kataku sambil mengeratkan pelukan ku.
"Macem-macem apa sih sayang?Kamu doakan Aa,semoga aa sehat terus biar bisa bekerja dengan baik.Aa janji, cuma neng seorang dalam hidup aa.Punya satu istri cantik begini aja ngga habis-habis kok. Apalagi istri Aa saliha, baik dan... sepenuhnya merawat emak, padahal cuma emak mertua."
"Jangan bilang gitu atuh A.Emak mu kan emak ku juga!", kataku.
Alby mengecup puncak kepalaku lagi.
"Kamu juga di rumah hati-hati ya sayang."
Aku mengangguk dalam pelukannya.
"Jadi,kapan Aa boleh berangkat kalo masih nemplok begini?", tanya Alby.
Perlahan aku melepaskannya dari dekapan ku.
"Jangan sedih,insyaallah Aa akan selalu menghubungi neng setiap ada kesempatan!", ujar Alby.
"Iya A!".
Aku dan Alby berjalan beriringan menuju teras rumah.
Disana emak dan kang Asep sedang mengobrol.
"Udah pamit nya?",ledek kang Asep.Aku dan A Alby sama-sama tersenyum.
"Mak, Alby berangkat ya mak. Mak yang rajin minum obat, insyaallah kalo Alby udah kerja dan dapet penghasilan tetap, emak bisa secepatnya berobat!",kata Alby berjongkok di depan emak.
"Iya By. Emak cuma pesan sama Alby, di mana pun kamu berada jangan lupa solat ya Nak.Ingat ada istri mu di rumah yang rela jagain emak.Jangan macam-macam di luaran sana!",nasehat emak.
"Kok nasehat emak gitu sih?Bia juga ngomong begitu tadi!"
"Jang,emak cuma nasehatin aja.Kamu kan laki-laki dewasa, sudah beristri pula.Jaga pandangan mu dari selain mahram.Paham kan maksud emak?"
"Insyaallah Mak."
Setelah itu,Alby mencium tangan emak. Barulah beralih padaku.Aku mencium tangan A Alby,sedangkan dia mengecup kening ku lagi.
"Alby berangkat ya Neng,Mak! Assalamualaikum!",Alby memberikan salam nya.
"Walaikumsalam."
Aku dan emak menyahutnya kompak.
Sepeda motor kang Asep pun berlalu dari pekarangan rumah kami.Iya,rumah kami karena kelak kami juga yang akan menghuni rumah ini.
"Neng,Mak mau di kamar ya.Nanti kalo mau makan panggil Mak aja.Mak mau tadarusan."
"Iya Mak,Bia juga mau masak buat kita makan malam."
.
.
.
Alby dan Asep menggunakan bus untuk ke kota. Hanya butuh sekitar enam jam untuk sampai ke kota.
"By,maneh mah enak.Tugas maneh cuma anterin anak majikan ke kampus,udah gitu balik lagi ke rumah.Anak calon majikan maneh mah anak rumahan,jarang keluar", ujar Asep.
"Memang supir yang sebelumnya kenapa kang?", tanya Alby.
"Sudah sepuh,pensiun!",jawab Asep.
"Mudah-mudahan aku betah ya mang. Sebenarnya mah ngga tega sama si neng, apalagi Mak sakit-sakitan begitu.Tapi kalo di kampung terus pendapatan nguli segitu wae, ga ada kemajuan."
"Ya...namanya ge hirup Jang!", Asep menepuk bahu Alby.
"Dari sini,kita langsung ke rumah calon majikan ku?",tanya Alby.
"Nya heeuh atuh! Urang tos wa!",sahut Asep.
Alby hanya mengangguk. Tak terasa perjalanan menuju kota di lalui dengan tenang. Tak ada drama macet.
Turun dari pull bus,Asep mengajak Alby naik bajaj. Sekitar lima belas menit, bajaj pun berhenti di depan sebuah pintu gerbang sebuah perumahan.Asep mengajak Alby turun.
"Ayok Jang!", ajak Asep.Alby pun mengikuti Asep.
"Malam pak Anto!",sapa Asep pada satpam komplek.
"Malam kang asep, siapa itu?", tanya pak Anto yang dia tujukan padaku.
"Oh...ini, Alby.Keponakan saya dari kampung. Mau kerja di rumah pak Hartama", Asep menjelaskan.
"Calon supir baru nya non Silvy?",tanya pak Anto.
"Iya pak!",sahut Asep. Alby sendiri hanya mengangguk pelan seraya tersenyum.
"Ganteng-ganteng kok jadi supir mas,kenapa ngga melamar jadi mantunya pak Hartama aja hahahah!",pak Anton tertawa lepas.
"Alhamdulillah saya sudah punya istri pak Anto!",sahut Alby yang merasa dirinya jadi bahan candaan.
"Istri kan di kampung mas Alby, di sini mah jomblo hahahah!",sahut pak Anto lagi.Kini Alby hanya menggeleng mendengar celoteh satpam komplek.
"Pak Anto bikin keponakan saya keki aja deh!", ujar Asep.Pak Anto masih saja tertawa.
Alby...Alby...gue yakin, habis liat Lo pasti tuan Hartama bakal bikin Lo jadi mantunya!Batin pak anto.
"Hehehe maaf ya mas Alby, saya suka bercanda!",ujar pak Anto yang berpostur tinggi besar itu menepuk bahu Alby.
Alby yang merasa canggung hanya tersenyum.
"Kalo gitu,kami permisi ya pak Anto!",pamit Asep.
"Iya kang Asep, silahkan!"
Alby dan Asep pun menjauh dari gerbang perumahan elit ini.
"Kang, jauh mereun imah na teh?",tanya Alby yang berjalan di samping Asep.Karena sudah beberapa rumah ia lalui.
"Nanti kalo udah biasa mah deket By!",ujar Asep.
Alby melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam.Ingin sekali mengabari sang istri, ltapi dia belum sampai di rumah calon majikannya.
Asep mengajak Alby masuk ke salah satu rumah lewat pintu kecil.
"Singgah di sini dulu ya,besok pagi baru ke rumah pak Hartama."
Alby mengikuti Asep masuk ke rumah mewah itu lewat pintu samping.Seperti nya memang di khususkan untuk para pekerja rumah ini.
Usai membuka pintu kamar nya,Alby mengekor Asep masuk ke dalamnya.
"Kang Asep supir juga?", tanya Alby usai masuk ke dalam kamar Asep.
"Iya, nah rumah depan itu...rumah pak Hartama, calon majikan maneh.Kita ke sana besok pagi saja ya!",ujar Asep sambil menunjuk ke rumah yang tak kalah mewah dari rumah majikan Asep.
"Owh....!", Alby hanya berOh saja.
"Kalo mau ke kamar mandi, itu kamar mandi yang ujung.Yang ada WC nya,kalo satunya cuma kamar mandi doang!",kata Asep.Alby mengiyakan. Tanpa mengganti baju, Asep langsung memejamkan matanya.
Alby langsung menghubungi istrinya. Mungkin Bisa sudah tidur,gumam Alby. Akhirnya ia hanya mengirimkan pesan pada sang istri.
[Neng,Aa tos dugi kota]
(Neng,Aa sudah sampai kota)
Hanya ada centang dua abu-abu, itu tanda nya sang istri pasti sudah terlelap.Akhirnya Alby membersihkan diri ke kamar mandi yang Asep maksud. Tadi Alby tak sempat solat magrib dan isya di jalan.Maka dari itu, ia bermaksud untuk mengqodo dan menjamak solatnya.
Aku bangun di sepertiga malam.Kulirik ponsel yang ada di atas meja.Ada pesan dari A Alby.Mengabarkan jika dia sudah sampai.
Ingin rasanya aku menghubungi suamiku,tapi aku takut dia sedang tidur di tengah malam seperti ini.Lebih baik aku menunggu usai subuh nanti.
Aku mendirikan dua rakaat ku di sepertiga malam terakhir ini.Ku panjatkan doa untuk kebaikan keluarga ku.
Setelah bermanja-manja pada sang khalik, aku pun melanjutkan solat subuh.Lampu kamar emak pun sudah menyala,artinya beliau juga sudah bangun.
Aku melanjutkan aktivitas ku di dapur, memasak air panas dan juga menanak nasi. Sepi!Itu yang kurasakan setelah semalam tidur sendiri.Ponsel sengaja ku kantongi di kantong daster ku.Berharap a Alby segera menghubungi ku.
Aku mulai meracik bahan masakan yang ada di kulkas.Hanya ada kangkung yang ku petik di atas kolam kami.Dan sisanya ada tahu tempe yang memang sudah ku ungkep kemarin.
Emak belum keluar dari kamar nya,akhirnya aku pun menghampirinya.
Tok...tok...
"Mak,emak udah bangun?"
"Tos Neng!",sahut Mak lirih.
"Teh nya mau Bia bawa ke kamar ngga Mak?"
"Ngga usah neng,nanti Mak keluar kok!", sahutnya lagi dari dalam.
Aku tak bisa memaksa Mak,jadi aku kembali ke dapur.Aku duduk sambil menikmati teh panas ku.Baru saja duduk,ponsel ku berdering.Ada nama suamiku tertera di ponselku.Senyumku pun merekah.
[Assalamualaikum A!]
Entah rasanya aku bahagia sekali seperti orang yang sedang kasmaran.
[Walaikumsalam neng?]
[Aa, aku kangen]
Pasti suara ku terdengar manja di telinga A Alby.
[Hehehe sama, Aa juga kangen neng.Padahal baru semalem ngga tidur sebelah neng]
Aku tersipu malu meski hanya kalimat sederhana yang keluar dari bibir suamiku.Iya, kami memang melakukan video call untuk sekedar mengurangi kerinduan kami.
[Mak belum bangun neng?]
[Udah A,tapi katanya nanti aja keluar nya]
[Eum...titip Mak ya neng!]
[Iya A.Dari kemarin ngomong gitu terus.Eh... ngomong-ngomong Aa teh udah ketemu sama calon majikan Aa belum?]
Aku masih belum fasih berbahasa Sunda meski sudah lama tinggal di kampung.
[Nanti neng,di anterin sama kang Asep. Sekarang kang asep masih tidur.Lagian majikan Aa rumahnya di depan majikan kang Asep persis]
[Alhamdulillah,deket atuh sama kang Asep ya]
[Muhun neng]
Selang berapa menit kemudian Asep bangun dan menyapaku.
[Aa Alby tos dugi dengan selamat ya neng]
Kang Asep muncul di ponselku sambil tersenyum.
[Muhun kang.Nitip ya kang,kalo macem-macem bilang sama Bia]
A Alby dan kang Asep terkekeh.
[Ya udah neng,Aa mau mandi dulu ya]
[Iya A,nanti kabarin Bia lagi ya?!]
[Nya heeuh atuh neng.Assalamu'alaikum]
[Walaikumsalam]
Panggilan video pun berakhir, bersamaan pula Mak yang keluar dari kamarnya.
"Mak,Aa tadi telpon."
"Terus kumaha?Tos gawe?", tanya emak duduk di bangku depan ku.
"Belum Mak, baru mau di anterin sama kang Asep.Rumah majikannya depan-depanan sama majikan kang Asep"
"Oh...syukur atuh kalo Deket mah",ujar Mak sambil meminum teh hangat nya.
"Oh iya Mak, hari ini Bia mau ke kantor pos ya Mak.Mau bayar listrik dulu,Mak mau nitip apa?",tanyaku.
"Ngga ada neng.Emak mah makan masakan kamu udah cukup."
"Barangkali Mak mau beli buah apa gitu? Sekalian lewat pasar kan Mak?"
"Buah naon ya neng?",tanya Mak padaku.
"Mak pengen nya apa?"
"Terserah neng aja,Mak mah nurut!"
"Mak mah gitu, Bia kan bingung Mak.Takut nya Mak ngga suka sama yang bia beli."
"Di bilang apa pun yang neng kasih,Mak mah mau asal bukan racun hehehehe..."
"Mak ih.....!",sahutku.
"Udah...mending masak gih.Mau masak apa emang nya neng?"
"Kemarin metik kangkung, tahu tempe udah bia ungkep tinggal goreng."
"Lauk asin euweh?"
"Aya atuh Mak.Lauk asin juga?"
Mak mengangguk.
"Siap Mak!",kataku sambil bersiap untuk mengolah masakan ku.
.
.
"Mak,Bia berangkat dulu ya!",pamitku.
"Ya udah hati-hati."
"Emak juga,ngga usah ngapa-ngapain lho. Diem aja nonton tipi!",pesanku.
"Heuh! Mak mau nonton sinetron Ind*siar. Tuh...yang suka berebut harta sama rebutan laki!Suka geregetan Mak tuh!",kata Mak.
"Hehehe Mak....kalo geregetan mah jangan di tonton atuh!"
"Habisnya mau nonton apa?Gosip?Mak ga suka."
"Ya udah atuh terserah Mak aja! Bia jalan ya, assalamualaikum!", pamitku lagi.
"Walaikumsalam."
Aku pun menyalakan sepeda motor ku.Tak lupa ku kenakan helem.Meski hanya berkeliling di daerah kampung,tetap dong pake helem demi keselamatan bukan karena takut polisi.
Di perempatan kampung, ada tetangga yang sepertinya juga akan ke arah yang sama dengan ku.
"Teh, arek ka mana?",tanyaku pada seorang perempuan yang berjalan dengan menggunakan pakaian rapi.
"Eh neng Bia?Arek ka kantor pos neng,bayar listrik!", sahut teh Iin.
"Oh...sama atuh,ayo bareng aja!",ajakku.
"ya udah atuh teteh nebeng!",teh Iin langsung naik ke motorku.
Perjalanan ke kantor pos memakan waktu sekitar dua puluh lima menit menggunakan motor.
"Kalo tadi ngga sama saya, teteh ke kantor pos mau jalan kaki?",tanyaku.
"Iya atuh, pan teteh ngga bisa naik motor heheh!"
"Eum...lain kalo bareng aja sama Bia, teh!", tawarku.
"Heuh!", sahut teh Iin singkat.
Tak terasa kami sudah sampai di kantor pos. Kami pun mengantri untuk membayar tagihan listrik kami.
"Bia, teteh mau ke saudara teteh. Ngga pulang bareng ya?", kata teh Iin.
"Ya udah teh ngga apa. Bia juga mau mampir pasar, mau stok lauk asin hehehe."
"Hehehe sekalian jalan ya neng!",canda Iin.
"Muhun teh!",kataku sambil tersenyum.
Aku pun duduk di sepeda motor ku. Dan ponsel ku berdering.Ada nama suamiku memanggil.
[Assalamu'alaikum,di mana neng?]
[Walaikumsalam,beres bayar listrik A.]
[Oh...ini,Aa baru mau ketemu sama calon majikan Aa.Doain ya biar lancar]
[Iya,Bia doain semoga semua lancar terus Aa juga betah di sana]
[Tapi aa kangen tahu!]
[Mulai...???]
[Heheheh...biar Aa ga grogi neng.Kasih semangat atuh]
[Semangat suamiku!Aku mendukung mu!]
Suaraku memancing perhatian orang di sekitar ku.Membuat ku malu dan cengengesan sendiri meskipun mereka pasti memaklumi pejuang LDR seperti kami.
[Hehehe makasih Bia ku sayang]
Alby tak kalah semangat.
[Ya udah A,jangan lupa bismillah.Ingat, ada istri dan Emak yang menunggumu di rumah]
[Tentu aa ingat selalu neng.Ya udah ya, Aa mau ke rumah depan dulu.Assalamualaikum]
[Walaikumsalam]
Panggilan kami pun berakhir.Aku pun bersiap memakai helm lagi.Tapi lagi-lagi ponsel ku berdering, kali ini dari ibuku yang ada di Jawa sana.Sebenarnya aku malas mengangkat panggilannya tapi sepertinya tak sopan sekali.Sampai akhirnya dering ponsel ku berhenti. Tapi setelah nya ada chat masuk, dari ibuku.
[Neng, bapak sudah balikin sertifikat tanah dan sawah kamu ya.Jadi bapak udah ngga punya hutang lagi.Sertifikat nya ibu titip ke Le Sarman]
Aku hanya membaca sekilas tanpa membalasnya.
Huft!Sebenarnya aku sudah tak mau ambil pusing.Sawah dan tanah peninggalan ayah ku cukup lumayan dan terakhir di pinjam bapak tiriku untuk mencalonkan diri jadi lurah di kampung ku.Meski saat tak meminta persetujuan ku.Dari situ,hubungan ku dengan ibuku menjauh.Bukan karena harta itu,tapi sikap ibuku yang semaunya tanpa meminta ijin padaku.Meski sekarang mereka mengembalikan nya lagi padaku.Masih cukup jelas di ingatan ku,tiga bulan usai ayahku tiada ibu ku langsung menikah dengan bapak tiriku.Meski sudah bertahun-tahun,aku masih saja mengingat jika hal itu sangat menyakitkan hatiku.
Masih dengan keruwetan soal ibuku, Le Sarman juga mengirimkannya pesan padaku. Berita yang sama,sertifikat tanah dan sawah sudah di tangan nya.Adik kandung bapakku satu-satunya yang sangat menyayangi ku bahkan dia yang menjadi wali nikah ku saat itu. Pernikahan sederhana,tanpa pesta!
Aku hanya membalas pesan dari le Sarman. Aku memintanya untuk menyimpan sertifikat itu.
Kembali ke rutinitas ku lagi, usai dari kantor pos aku menuju ke pasar untuk membeli stok ikan asin dan beberapa sayuran yang tidak ada di rumah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!