Matahari pagi tersenyum, memberi tahu setiap orang bahwa hari ini sangat cerah. Seperti biasa, dengan langkah yakin dan senyum yang merekah, Gadis kecil dengan seragam biru putihnya menenteng dua keranjang penuh berisi kue basah dan lumpia yang baru matang. Ibunya selalu membuat kue dan jajanan pasar sebelum berangkat bekerja di pagi buta. Tidak malu gadis itu menitipkan kue buatan Ibunya ke setiap kantin sekolah yang di lewatinya.
Namanya Vio, gadis manis yang sangat ramah kepada setiap orang yang di lewatinya. Sering kali Ia berteriak untuk menjajakan isi keranjangnya.
"Lumpia enak, kue manis.... lumpia enak... kue manis.... lumpia enak....... kue manissss....".
......
....
" lumpia enak buatan Ibu, lumpia enak...., mari Bu!!!!. Kue enakkk.....".
....
....
"Dek!!!". Seorang mahasiswi berteriak dan melambaikan tangan.
" baik, Kak!!!". Vio menghampiri Mahasiswi tersebut.
"Mau lumpia atau kue basah, Kak???".
"Lumpia 10.000 sama kue basahnya 5.000 ya, Dek!!!". Kakak mahasiswi memberikan selembar uang 20.000.
" Yang pas saja, Kak!!!".
"Yah, nggak ada, Dek. Kakak cuma punya 10.000, kue basahnya nggak jadi saja kalau begitu".
"Iya, Kak. Tidak apa apa. Terimakasih ya, Kak!!!". Vio mengambil uang 10.000 itu dan mengembalikan kue basah yang tidak jadi di beli.
________________
Beberapa menit berlalu, Vio sampai di Sekolah Menengah Pertama yang terkenal elit. Rupanya, Sekolah ini masih sangat sepi. Vio masuk sambil menyapa seorang satpam yang berjaga.
" Selamat pagi, Pak!!". Vio menundukan kepalanya.
"Selamat pagi juga, Vi!!!. Minta lumpianya 10.000 ya, Vi!!!". Pak satpam menghentikan langkah Vio.
" Iya, Pak. Sebentar!!!". Vio mengambilkan beberapa biji lumpia dari keranjangnya.
"Wahh enak ini buat teman minum teh, ini uangnya ya. Cepat, Bu Ismi sudah nungguin lumpia kamu dari tadi!!!". Pak Satpam memberikan uang pecahan 10.000 pada Vio.
" Iya, Pak. Terimakasih!!!". Vio melangkah masuk menuju Kantin Sekolah itu.
Sesampainya di Kantin.
"Vioooo... Akhirnya, datang juga!!!". Bu Ismi menyambut keranjang Vio dengan bahagia.
" Maaf, Bu. Tadi Vio sedikit kesiangan".
"Yaudah, nggak papa. Ini buat Ibu semua ya, soalnya nanti ada rapat dewan di Sekolah ini. Lumpia dan Kue basah ini bisa buat tambah tambah snack".
" Tapi, Bu???".
"Kamu tenang saja, ini langsung Ibu bayar. Karena ini permintaan dari sekolah". Bu Ismi menghitung kue dan lumpia itu, lalu memberikan uang 200.000 kepada Vio.
"Terimakasih, Bu!!. Vio pamit dulu!!". Vio mencium tangan Bu Ismi.
" Iya, Vi!!. Hati hati di jalan!!!".
Setelah berpamitan, Vio sambil menenteng dua keranjang kue yang sudah kosong keluar dari Sekolah itu dan bergegas berangkat ke Sekolahnya. Namun, tiba tiba......
bruuuukkkk...
Vio tidak sengaja menabrak seseorang.
"Maaf, Kak!!!". Vio menabrak salah satu siswa di Sekolah itu.
" Iya, nggak papa. Lagian salahku, jalan tidak lihat depan. Kamu bukan siswa Sekolah sini, ya???". Siswa tadi mengamati Vio dari ujung atas sampai ujung bawah dan mendapati bahwa seragam yang di kenakan Vio berbeda dengan miliknya.
"Bukan, Kak". Vio ketakutan.
" Kamu ngapain disini???". Siswa tadi mengitrupsi.
"Saya mengantarkan lumpia dan kue basah di Kantin Sekolah ini, Kak!!. Maaf, saya harus pergi, Kak. Permisi!!!. Vio berlalu terburu buru, karena memang jarak Sekolahnya lumayan jauh dari tempat itu dan Ia harus berjalan kaki.
______________
Lima belas menit berlalu, Vio sudah memasuki gerbang Sekolahnya. Ia Berlari menuju ruang kelasnya. Untung saja Ia belum terlambat.
"Tumben siang, Vi???". Rani, teman Vio menegur.
" Iya, tadi sedikit kesiangan terus mampir ke SMP Intra". Jawab Vio sambil duduk di kursinya.
"Terus ngapain keranjang itu kamu bawa ke kelas????". Rani menunjuk dua buah keranjang kosong di tangan Vio.
" Ini kosong, Ran. Tadi sudah di borong oleh Bu Ismi". Vio menunjukan isi keranjangnya.
"Wah, pantesan sampai kesiangan sampai sini".
" iya".
Beberapa menit berlalu, Bel tanda aktivitas belajar mengajar telah berbunyi.
_____________
Di lain tempat. Ibu Vio melakukan pekerjaannya sebagai Asisten rumah tangga di sebuah kompleks perumahan elit. Beliau harus datang pagi pagi, menyiapkan sarapan dan mengurus anak majikannya yang akan berangkat ke sekolah serta membersihkan rumah dan pulang setelah jam makan malam.
"Bi Ana, ambilin kaus kaki ku yang pendek!!!". Teriak nona rumah itu.
" Iya, non!!". Ana bergegas mengambil kaus kaki dari lemari.
"Sama bando warna merah, Bi!!!". Teriaknya lagi.
"Iya, Non!!!".
"Iiihhhh... cepetan!!!".
"Ini kaos kaki dan ini bandonya!!!". Ana menyerahkan dua benda yang di pegangnya.
"Rapiin rambut aku, Bi!!!".
"Iya!!!". Ana langsung merapikan rambut nona itu.
Setelah nona itu cantik dengan rambut tertata rapi, Kemudian menuju ke meja makan, dilihatnya Ayahnya sudah siap menyantap sarapan yang terlihat lezat itu.
" Pagi, Ayah!!!!". Nona itu mencium Ayahnya sekilas.
"Selamat pagi juga putri Ayah!!!". Tuan besar mencium pipi putrinya itu dengan kasih sayang.
" Bi Ana, ambilin sarapan dong!!!".
"Seharusnya, kamu bisa ambil sendiri sarapanmu, Sha!!!". Tuan besar menegur putrinya itu.
" Tapi kan Shasha inginnya Bi Ana yang ambilin, Yah!!!".
"Iya, Non. Bibi ambilin!!!". Ana mengambil piring lalu mengisinya dengan nasi dan lauk serta sayur.
"Suapin ya, Bi!!!". Shasha membuka mulutnya.
"Shasha!!!". Tuan besar membentak putrinya.
"Apa sih, Yah????. Biasanya juga Bi Ana selalu suapin aku kalau sarapan. Ayo Bi!!". Shasha kemudian kembali membuka mulutnya.
Ana sudah sepuluh tahun menjadi asisten rumah tangga di rumah elit itu. Jadi, Shasha sangat manja padanya. Dikarenakan juga, Shasha tidak memiliki Ibu.
" Ayah tunggu di depan ya, Sha!!". Tuan besar sudah selesai dengan sarapannya.
" Iya, Yah!!".
" Cepat, sudah jam setengah tujuh ini!!!". Tuan besar menengok jam di pergelangan tangannya.
"Iya, Ayah!! Ini sudah selesai!!!!. Bi Ana, Aku berangkat!!". Teriak Shasha.
" Iya, Non!!!". Sahut Ana.
______________
Istirahat hari ini, Vio dan Rani hanya duduk di taman belakang Sekolah. Basa basi dan bergurau, sesekali mereka tertawa bersama.
"Eh, Ran. Tadi aku waktu di SMP Intra, aku nggak sengaja menabrak seseorang!!!".
"Cewek apa Cowok, Vi???".
"Cowok!!!". Vio histeris.
"Ganteng nggak???".
" Nggak sempet liat wajahnya, soalnya aku buru buru". Vio jujur.
" Yahhh....". Rani mendesah kecewa.
" Aku juga nyesel tauk, nggak sempat lihat wajahnya. Dia itu tinggi, Putih, Suaranya lembut, Parfumnya Wangi Citrus. Uhhhh nyeselnya Aku nggak sempat lihat wajahnya". Vio tambah histeris.
"Besok kalau kesana lagi, jangan lupa lihat wajahnya!!!". Rani memberi semangat.
" Pasti, pasti aku akan ingat Wangi Citrus yang pernah menabrakku pagi tadi!!!". Vio sangat bersemangat menunggu saat itu. Kemudian mereka tertawa.
_____________
.Di Sekolah Intra.
Di waktu yang sama, Shasha bersama dua temannya, bernama Cindy dan Luna sedang mengantri makanan di Kantin Sekolah.
"Bu Ismi, Lumpianya sudah habis????". Tanya Siswa itu.
" Lumpianya untuk sajian rapat nanti siang, Mas!!!. Besok pagi pagi pasti ada, Mas!!". Bu Ismi menjelaskan.
"Bu, Soto 3 es jeruk manis 3!!". Shasha berteriak.
" Iya, Neng!!!". Bu Ismi mengambilkan pesanan Shasha.
"Andi!!!". Shasha mendekati seorang siswa.
" Kenapa, Sha???". Andi menoleh ke arah sumber suara.
" Tumben kamu jajan di kantin????". Shasha curiga.
"Aku ingin beli Lumpia. Tapi ternyata kosong!!!".
"Lumpia???? Tumben!!!".
" Aku penasaran, soalnya kata temen temen, Lumpia di Kantin itu enak!!".
"Ohhhh.. By the way. Kamu besok lanjut sekolah dimana????".
" SMA Internasional mungkin!!". Andi menjawab singkat.
"Wahhh.. bisa satu sekolah dong kita???". Shasha memeluk tangan Andi.
" Iya!!". Jawab Andi singkat.
"Neng, ini pesanannya!!!". Bu Ismi menyodorkan nampan berisi pesanan Shasha.
" Itu makanannya, Sha. Aku pergi dulu!!!". Andi melepaskan tangan Shasha dari tangannya, kemudian pergi.
______________
Hidup penuh kesederhanaan yang di lalui Vio, secara tidak langsung mendidiknya menjadi gadis yang mandiri, serta memiliki kepribadian yang baik. Menghargai Orangtua, Waktu dan Uang.
Di hati kecil Vio, ingin rasanya menikmati kasih sayang orangtua yang utuh. Merindukan sosok seorang Ayah yang bahkan belum pernah Ia lihat untuk sekedar dia ingat wajahnya. Ingin rasanya Ia mengetahui siapa Ayahnya namun rasa sakit yang di rasakan Ibunya yang membuatnya tidak tega untuk bertanya. Viola gadis kecil, tiga bulan lagi Ia genap berusia 15 tahun, tepat di bulan Agustus. Gadis kecil yang sebentar lagi duduk di bangku SMP kelas 9.
Kasih sayang seorang Ibu yang di rasakannya pun hanya sedikit. Bagaimana tidak???. Ana harus sampai di rumah majikannya jam 5 pagi, sedangkan meninggalkan rumah majikannya jam 7 malam, setelah pekerjaannya selesai. Sedangkan jarak tempuhnya membutuhkan waktu setengah jam perjalanan.
Malam ini, Ana pulang sedikit terlambat. Dikarenakan Sopir yang mengantarkan pulang sedikit berhalangan.
"Vio, belum tidur, Nak???". Ibu membuka pintu depan dan mendapati Vio sedang memotong sayuran untuk isian lumpianya di Ruang tamu.
" Ibu!!". Vio mencium tangan Ibunya.
"Kok kamu belum tidur???".
" Ini Bu, Aku mencicil membuat isian lumpia. Tugas Sekolah sudah selesai Siang tadi, Kulit lumpia juga sudah siap. Aku juga belum mengantuk. Jadi, Aku potong potong sayurannya dulu. biar bsok pagi sedikit santai!!!". Vio menjelaskan.
"Sini Ibu bantu!!". Ana ikut memotong sayuran.
" Ibu istirahat saja sana!!!".
"Ibu belum mau tidur, Nak. Hmmm.. Hari Senin kamu Ujian Kenaikan Kelas kan ya???".
" Iya, Bu!!!".
" Besok pagi, kamu bilang sama Bu Ismi dan Bu Siti, Selama Ujian Kenaikan Kelas, libur dulu nggak nitip kue sama lumpia".
"Tapi, Bu. Kalau kita nggak jualan, terus pendapatan kita kosong, Bu!!!".
" Tidak, Nak!!!. Kan upah Ibu masih cukup buat makan sehari hari!!!".
"Tapi, Bu???".
" Sudah, nggak ada tapi tapi!!!".
"Baik, Bu!!".
Ana bekerja sebagai asisten rumah tangga di keluarga kaya hanya mendapatkan upah pas pasan. Hanya cukup untuk makan dan bayar pajak listrik serta transport berangkat bekerja. Karena bila pulang, Beliau akan di antar oleh sopir majikannya. Untuk biaya lain lain, tabungan dan Sekolah Vio, hasil dari penjualan Lumpia dan Kue basah yang di titipkan di dua kantin sekolah. Yaitu SMP Intra dan SMP Negri XX.
Malam semakin larut, Isian lumpia sudah jadi. Bahan Lumpia sudah siap, besok pagi pagi tinggal melipat kemudian di goreng. Ibu juga sudah membuat adonan kue basahnya, tinggal di tutup kemudian esok sudah mengembang dan siap untuk di kukus.
"Ibu, Vio mau tidur dulu!!!". Vio mencium tangan Ibunya.
" Iya, Nak. Ibu juga mau tidur!!!". Ibu mencium kening putrinya.
___________________
Waktu bergulir begitu cepat. Alarm pada jam weker sudah berbunyi. Menandakan jam menunjukan pukul 4 pagi. Vio bergegas menuju dapur dan mulai memanaskan wajan yang sangat besar berisi minyak goreng dan dandang besar yang di gunakan untuk mengukus adonan kue basah. Sambil menunggu Minyak mendidih, Vio melipat lumpia dan menuang adonan kue yang sudah mengembang ke dalam cetakan. Dengan alat yang besar itu, tidak membutuhkan waktu lama dalam memasaknya. Setelah semua siap, barulah Ia bersiap menuju ke sekolah. Dengan 2 keranjang penuh yang masing masing berisi 50 buah telah siap untuk di bawa. Sesekali Ia berteriak menjajakan jualannya. Seperti itulah rutinitasnya setiap hari.
_______________
Seperti biasanya, SMP Intra menjadi tujuan pertamanya pagi ini. Memasuki gerbang Sekolah dengan wajah yang ceria sambil menenteng keranjangnya. Waktu menunjukan pukul 06.20, Para Siswa SMP Intra banyak yang berlalu lalang dan ada pula yang memperhatikan langkahnya.
"Kamu bukan murid Sekolah ini kan???". Tanya seorang siswi menghentikan langkah Vio.
" Bukan, Kak!!. Saya mengantarkan kue pesanan Bu Ismi di Kantin Sekolah!!!". Vio menjawab dengan jujur.
"Ohhhh... kamu penjual kue???". Siswi itu menatap penampilan Vio dengan sedikit merendahkan.
" Iya, Kak. Maaf, permisi!!". Vio bergegas pergi.
"Anak miskin yang sombong!!!". Celoteh Siswi tadi kepada kedua temannya.
" Iya, Sha. Penjual kue aja belagu!!!". Jawab salah satu temannya.
"Udahlah... mending kita ke kelas Andi!!!". Shasha berlalu menuju kelas Andi.
__________________
Tiga puluh menit berlalu, Vio sudah memasuki gerbang Sekolahnya. Masih dengan keranjang dagangannya, Vio menuju Kantin Sekolah miliknya.
" Bu Siti, Bu!!!!". Vio berteriak memanggil sang penjaga kantin.
"Vio!!!".
" Bu, Ini lumpia sama kue basahnya. Masing masing 25 buah". Vio meletakkan keranjangnya di meja kantin.
"Iya, Vi. Nanti biar Ibu yang tata. Kamu kemarin kok nggak nitip kue sama lumpia di Kantin ini???".
" Maaf, Bu Siti. Kemarin di borong sama Kantin SMP Intra".
"Oalah.. ya sudah nggak papa!!!".
" Oh iya, Bu. Maaf besok Senin sampai selesai Ujian Kenaikan Kelas, Saya nggak nitip ya. Soalnya Saya harus belajar". Vio menyampaikan pesan Ibunya.
"Iya, Vi. Nggak papa. Semangat terus ya belajarnya!!!".
" Iya, Bu!!!. Terimakasih!!!". Vio lalu bergegas menuju ruang kelasnya.
______________
"Viola..... gimana gimana???". Rani tidak sabar.
" Apanyaaa????? Vio yang baru duduk malah bingung dengan pertanyaan Rani.
"Cowok tinggi yang nabrak kamu kemarin itu, lohh!!!". Rani tambah antusias.
" Ohh... Aku malah lupa, Ran. Heheheheh...". Vio nyengir.
"Yahhhhhh....". Rani memasang wajah kecewa.
" Hehehehehehe". Vio malah tertawa melihat raut wajah temannya itu.
"Nanti Aku ikut kamu ambil uang ke Kantin SMP Intra ya, Vi!!!". Rani sangat penasaran dengan sosok yang di ceritakan Vio kemarin.
" Iya!!!". Vio hanya tersenyum melihat tingkah Rani.
Tidak berlangsung lama, Bel masuk sekolah sudah berbunyi. Tandanya, waktunya mereka belajar di mulai. Ruang kelas telah di penuhi oleh penghuninya. Mereka saling melemparkan candaan sambil menunggu Guru yang mengajar datang.
_______________
Di waktu yang sama, di tempat yang berbeda. Shasha yang memang sudah tidak mengikuti pelajaran di Sekolah itu, menghampiri Andi yang sedang duduk sendirian di Perpustakaan.
"An...!!!". Shasha memeluk Andi dari belakang.
" Apa apaan sih kamu, Sha!!!". Andi berusaha melepaskan pelukan Shasha.
" An, Kamu mau nggak jadi pacar Aku???". Shasha masih memeluk Andi dari belakang.
"Nggak!!!". Jawab Andi cuek.
" Kok kamu gitu sih???". Shasha malah semakin kurang ajar yang membuat Andi semakin risih.
"Lepas!!!!". Andi menghempaskan Shasha dengan kasar, kemudian pergi.
" Andiiiii!!!". Shasha berlari mengejar Andi yang berjalan dengan langkah lebar.
Shasha kehilangan jejak Andi, menggerutulah Ia di sepanjang koridor sekolah.
_________________
Di rumah mewah, Ana mengurus rumah itu. Di bantu dengan satu orang lagi yang berumur sangat jauh darinya. Bi Minah namanya.
"Neng, Putrimu sudah besar ya sekarang???".
" Iya, Mbok. Vio sudah mau naik ke kelas 9".
"Masih tanya siapa bapaknya nggak, Neng????".
" Dulu selalu tanya, Mbok. Tapi, setelah Aku jelaskan sampai sekarang sudah nggak pernah bertanya lagi!!". Jawab Ana.
"Nggak mau kamu, Neng. Punya suami lagi???".
" Mau sih, Mbok. Tapi, Apakah Vio mau punya bapak tiri???".
"Kamu masih muda, Neng!!!. Kasih pengertian lah sama Vio, biar Dia juga bisa merasakan kasih sayang seorang Bapak!!!".
" Jaman sekarang aku takut, Mbok. Di berita televisi selalu menayangkan berita 'Bapak tiri menyiksa anak tiri' dan lebih parahnya lagi 'Bapak tiri memperkosa Anak tirinya'. Itu lah Mbok, yang aku takutkan!!!". Ana meluapkan isi hatinya.
"Nggak semua Bapak tiri seperti itu, Neng".
" Tetap saja aku takut, Mbok!!!".
Tanpa mereka sadari, Ada orang lain yang mendengar percakapan mereka.
_______________
Sesungguhnya ada seseorang yang jatuh hati dengan paras serta sifat Ana, Sudah bertahun tahun Ia pendam. Bahkan Putri semata wayangnya juga meminta Ayahnya untuk menjadikan Ana sebagai Ibunya, Namun selalu Ia tolak.
Namun sepertinya hari ini, Ia mendengar fakta bahwa Ana takut untuk menikah karena takut hal hal yang tidak di inginkan terjadi. Entah mengapa itu justru membuatnya ingin melamar Ana.
Waktu sudah menunjukan pukul 7 malam dan pekerjaan rumah sudah selesai Ana kerjakan, itu artinya Ana sudah bisa kembali ke rumahnya.
"Mohon maaf, Tuan!. Pekerjaan saya sudah selesai. Ijinkan saya pulang!!". Ana berpamitan kepada Majikannya.
" Baik, Ana. Terimakasih. Saya sendiri yang akan mengantarkan kamu pulang!!". Majikannya beranjak dari tempat duduknya.
"Tapi, Tuan. Saya biasa bersama sopir!!!". Ana menjadi sungkan.
" Saya ada perlu, sekalian saya antarkan kamu pulang. Kamu tinggal tunjukan jalannya!!".
"Baik, Tuan!!!". Ana hanya mengikuti dan tidak berani membantah.
______________
Setelah tiga puluh menit perjalanan, Sampailah mereka ke kediaman Ana yang sangat sederhana.
" Terimakasih, Tuan. Anda bersedia mengantarkan saya pulang!!".
"Iya, Ana!!". Majikan Ana mengikuti Ana turun dari mobilnya.
" Bolehkah saya mampir ke rumahmu??".
"Silahkan, Tuan. Mohon maaf, Rumah saya tidak sebagus rumah Tuan!!". Ana mempersilahkan Majikannya untuk masuk.
Ana membuka pintu dan mendapati Vio sedang belajar dengan beberapa buku tebal di sampingnya.
" Vi, Cepat buatkan minum. Majikan Ibu mampir kesini!!".
"Ibu!!!. Baik, Bu!!!". Vio melirik seseorang yang berada si belakang Ibunya.
" Mari, Silahkan masuk, Tuan. Dan silahkan duduk!!!".
"Terimakasih, Ana!!!".
" Silahkan di minum, Tuan!!!". Vio meletakkan secangkir kopi di hadapan Majikan Ibunya.
"Perkenalkan, Tuan. Ini putri kandung saya, Viola. Vio, Ini Majikan Ibu!!!". Ibu mengenalkan.
" Mohon maaf, Tuan. Saya permisi ke dalam sebentar!!".
"Iya, Ana!!". Ibu kemudian masuk ke dalam.
" Saya Vio, Tuan!!". Vio mencium tangan Majikan Ibunya itu
"Saya Awan!!". Awan memperkenalkan diri.
" Silahkan di minum, Tuan!!!".
"Terimakasih, Vio!!".
" Sama sama, Tuan!!". Vio hendak kembali ke dalam.
"Viola!!!". Awan memanggil Vio saat Ia tau Vio hendak kembali ke dalam.
" I iya, Tuan!!!". Vio kembali dan mendudukan diri di lantai.
"Vio, Duduklah di atas sembari menunggu Ibumu kemari!!".
" Ti tidak perlu, Tuan. Saya di sini saja!!".
"Duduklah di kursi dan mari bercerita!!".
" Ba baik, Tuan!!". Vio akhirnya duduk di kursi di seberang Awan.
"Kamu kelas berapa, Nak??".
" Saya kelas 8 SMP sebentar lagi saya kelas 9, Tuan!!".
"Wah, hampir seumuran dengan putri saya, kamu!!!. Sekolah dimana kamu, Nak???".
" Di SMP Negri XX , Tuan!!". Vio menjawab setiap pertanyaan Awan sambil menundukan kepala.
Ana kembali ke ruang tamu dengan pakaian lebih bersih.
"Ekhem... Ana. Silahkan kamu duduk!!!". Awan menatap Ana yang baru datang.
" Baik, Tuan!!!". Ana duduk di samping putrinya.
"Baik, sebenarnya... Saya mampir kesini karena ada keperluan". Awan mulai dengan perkataannya.
" Mohon maaf, Tuan. Ada keperluan apa kiranya Tuan dengan saya???".
"Ekkhemm... Jadi seperti ini, maksud kedatangan saya adalah...... Saya ingin menjadikan Viola sebagai anak saya dan Kamu Ana, saya ingin kamu menjadi istri saya!!". Awan mengutarakan maksud kedatangannya.
Ana dan Viola kaget mendengar maksud dari Awan.
" Ma maa maksud, Tuan???". Ana terbata bata.
" Saya melamar kamu, menjadi Istri saya dan Viola menjadi anak kedua saya!!!". Awan merogoh saku celananya dan mengeluarkan kotak beludru warna merah, berisi sebuah cincin.
"Berikan waktu buat saya berfikir, Tuan!!!". Ana menjawab tanpa menghiraukan cincin itu.
" Saya tahu apa yang kamu pikirkan, Ana!!. Kamu takut saya akan berbuat buruk pada Viola bila saya menjadi Ayah tirinya???". Awan seakan membaca pikiran Ana.
"Ti tidak, Tuan!!!". Ana menjawab dengan terbata bata.
" Saya berjanji pada kalian, Viola akan saya anggap sebagai anak kandung saya sendiri. Adik dari putri saya, Shasha. Saya akan menyayangi mereka dan berlaku adil. Tidak akan membedakan kalian!!". Ungkap Awan dengan tulus.
"Tuan....". Ana ragu.
" Iya, Ana!".
"Keputusan ada di tangan putri saya, Tuan!!!".
Vio kaget mendengar perkataan Ibunya.
" Ibu???". Vio menatap Ana bingung.
"Kebahagiaan saya adalah Viola, Tuan!!. Harap hormati keputusan Vio!!!". Ibu menatap Vio penuh cinta.
" Baiklah Ana!!".
Awan menatap Vio penuh harapan.
"Nak, Saya Hermawan Perwira. Mencintai Ibumu sudah sejak lama. Dan hari ini, Saya meminta ijin sama kamu, Ijinkan saya menikahi Ibumu dan mengakui kamu sebagai putri saya!!!. Saya berjanji, Saya akan memberikan kalian cinta dan kasih sayang. Saya juga berjanji akan menghidupi kalian. Jadi, Bolehkah saya menikah dengan Ibumu dan Maukah kamu menjadi putri saya???". Awan menggenggam jemari Vio penuh harap.
" Tuan????". Vio mulai ragu.
" Iya, Nak???".
" Bagaimana dengan anak Tuan???". Vio bertanya dengan ragu.
"Kamu tenang saja, sudah sejak lama sebenarnya Shasha sangat menginginkan Ana menjadi Ibunya. Dan saya yakin Dia akan senang mempunyai saudara perempuan sepertimu!!!". Jawab Awan tanpa ragu sedikit pun.
" Ibu, Apakah Ibu mau menikah dengan Tuan Awan???". Kini malah Vio bertanya pada Ibunya.
"Sayang, Kebahagiaan mu adalah yang utama!!!. Jadi, keputusan apapun ada di tanganmu!!". Ana menangkup kedua pipi Vio
" Tuan, Apakah Tuan bersungguh sungguh dengan ucapan Tuan????". Kini Vio berani menatap kedua mata Awan.
"Nak, Tuhan melihat semuanya. Saya tidak berani berbohong sedikit pun!!!".
Vio menarik napas dalam dalam...
Kemudian,
" Sebenarnya, Vio ingin sekali merasakan bagaimana rasanya di peluk seorang Ayah. Jadi, Vio ijinkan Ibu Vio menikah dengan Tuan Awan!!!". Vio mengatakan dengan jelas.
"Terimakasih, Nak!!. Panggil saya Ayah!!!!". Awan memeluk Vio dengan hangat dan penuh kasih sayang.
" A ayah???". Vio menatap Awan sambil berkaca kaca. Sedangkan Ana hanya tersenyum haru mendengar jawaban putrinya.
"Iya, Nak!!!!". Awan menangkup kedua pipi Vio.
" Ibu, Maafkan Vio. Kalau Vio egois!!!". Vio mendekati Ana.
"Tidak Nak, Ibu bahagia melihat putri kesayangan Ibu bahagia!!". Ana memeluk putri kesayangannya itu.
" Jadi, Ana????. Tidak ada alasan lagi kamu menolak lamaran saya!!!". Awan menyematkan cincin yang Ia keluarkan tadi.
"Iya, Tuan!!". Ana menangis haru.
" Panggil saya, Awan!!".
"Terimakasih, Awan!!!".
" Mulai besok pagi, Kamu saya pecat kamu sebagai pembantu di rumah saya!!!". Awan memberikan perintah dengan tegas.
"Ta ta tapi???". Ana Terkejut mendengar perintah Awan.
" Karena kamu akan menikah dengan saya!!!". Awan menegaskan satu hal.
"Bagaimana saya dan anak saya bisa hidup bila saya tidak bekerja???".
"Tiga bulan lagi kita akan menikah, Ana!!!. Dan biaya hidupmu saya yang akan menanggung semuanya!!". Awan mengeluarkan amplop tebal berwarna coklat.
" Apa ini, Awan???". Ana malah kebingungan.
"Anggap saja ini adalah mahar lamaran saya, dan persiapkan dirimu dua bulan yang akan datang kita lakukan pemberkatan!!!". Awan menjelaskan maksud dari Ia memberikan amplop itu.
" Baik, Awan. Terimakasih!!!". Ana tersenyum bahagia.
"Sudah larut malam, Saya mohon pamit. Sampai jumpa putri Ayah!!!". Awan memeluk Vio singkat lalu keluar dari rumah Ana.
" Iya, Ayah!!. Mari kami antar sampai depan!!!". Vio mengikuti Awan di belakang.
_______________
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!