Seorang gadis cantik berjalan santai menelusuri jalan raya, dia adalah Arandita gadis yang sering di panggil Aran gadis tak punya rasa takut kecuali di tinggalkan orang yang dia sayangi.
Dari kejauhan Aran melihat sekelompok preman sedang menghadang seorang wanita paruh baya, dengan langkah pasti Aran mendekati mereka namun Aran tidak langsung menghampirinya Aran melihat mereka dengan jarak beberapa meter saja.
"Ayo cepat serahkan semua nya pada kami" Ucap salah satu preman itu.
"Tidak akan saya berikan pada kalian" Wanita paruh baya itu terus mempertahankan tas yang ada di pelukan nya.
kan terjadilah tarik menarik sampai salah satu di antara mereka terjatuh karena satu tendangan dari Arandita.
"Kalian itu sudah tua badan besar masih saja meminta pada wanita yang jauh lebih lemah, apa kalian tidak punya rasa malu" Arandita berbicara dengan santai sambil memakan lollipop nya.
"Hey bocah tengik, lebih baik kau diam saja jangan ikut campur urusan kami" Salah satu dari preman itu langsung mendekati aran dan akan memukulnya.
"O ow meleset," Ucap Arandita dengan senyum mengejeknya.
"Dasar gadis tengik lihat saja, akan ku jadikan kau sup cincang untuk makanan buaya ku"
"Wow aku jadi takut, bukankah paman lebih pantas untuk dijadikan makanan buaya. Buaya makan buaya cocok bukan haha.."
Arandita terus mengejek tiga preman berbadan besar itu, membuat semua preman merasa sangat kesal dan emosi dengan ucapan arandita yang terus mengejek dan merendahkan mereka.
Mereka langsung menyerang Arandita dengan penuh emosi. Namun Arandita mampu menangkisnya dengan mudah dan mengalahkan tiga preman itu dengan keahlian beladiri nya.
Tiga preman itu terkapar tak berdaya di aspal dengan cedera yang berbeda-beda.
"Siapa salah satu dari kalian yang akan menjadi makanan buaya terlebih dahulu, Hhmmm?" Ucap Arandita kepada tiga preman itu dengan senyuman dan alis di naik turunkan.
Tiga preman itu menggelengkan kepalanya, dan mereka langsung bersujud meminta maaf kepada Arandita, Aran memutar bola matanya malas melihat tingkah ketiga preman gadungan itu.
"Baiklah aku akan memaafkan kalian semua dengan satu syarat kalian harus menulis kata maaf satu buku penuh besok kumpulkan di sini"
Ucapan Arandita membuat tiga preman dan wanita paruh baya itu tercengang mendengar perintah arandita.
"Waktu di mulai dari sekarang, jika besok tugas yang aku berikan tidak sesuai maka bersiaplah kalian masuk ke dalam penjara atau ruang lain"
"Ruang lain? Ruang apa itu?!" ucap tiga preman dengan serempak.
"UGD" jawab aran santai.
"Sekarang kalian pergilah sebelum aku berubah pikiran" Ucap Arandita mengimbas kan tangannya.
glekk
Tiga preman itu menelan slipanya dengan susah payah, mereka hanya mengiyakan permintaan arandita dari pada masuk UGD pikir mereka, lalu tiga preman itu pergi dengan tergopoh-gopoh karena takut arandita berubah pikiran. Kini Arandita menghampiri wanita paruh baya yang masih memeluk erat tasnya.
"Sudah aman tante, sepertinya tante bukan orang sini ya?''
"Iya nama saya Elisa, saya kemari mencari rumah teman saya tapi saya tidak tahu harus melewati jalan yang mana" Ucap wanita paruh baya itu dengan nada sedihnya sambil menatap secarik kertas yang ada di tangannya.
"Boleh saya lihat kertasnya tante?"
"Tentu" Elisa langsung memberikan kertas itu pada Arandita.
"Owh rumah ibu Winda, ayo saya antar tante kesana" dengan nada riang arandita langsung menggandeng tangan tante Elisha.
Dari kejauhan tampak seorang pria yang sedang memperhatikan mereka
Setelah melihat dua wanita beda usia itu pergi meninggalkan tempat tersebut, seorang pria tampan memakai kacamata hitam yang bertengger di hidung mancung nya keluar dari mobilnya berjalan menuju tempat dimana tadi ada pertarungan sengit terjadi.
Dia mengambil Id card yang tergeletak di atas aspal, pria itu tersenyum simpul melihat nama yang tertera di Id card itu.
"Zivanya Arandita nama yang unik"
Lalu pria itu mengantongi id card milik Arandita dan berlalu pergi dari tempat itu.
...----------------...
Di sepanjang jalan tante Elisa hanya diam saja, sebenarnya ingin tahu siapa gadis yang ada di depannya namun dia merasa segan kepada gadis yang berada di sampingnya. Arandita yang paham dengan gerakan gerik tante Elisa pun mulai membuka percakapan diantara mereka.
"Tante nggak usah sungkan, tanyakan saja apa yang ada di pikiran tante.'' Ucap Arandita dengan santai.
"Hmmm... siapa nama kamu nak?" Tanya tante Elisa dengan ragu.
Arandita menghentikan langkahnya dan menepuk keningnya sendiri kini ia lupa untuk memperkenalkan dirinya kepada tante Elisa "Owh iya tante Aran lupa, Perkenalkan nama saya Zivanya Arandita biasa di panggil Aran atau Arandita saya adalah putri dari teman tante yang bernama ibu Winda"
"Wahh benarkah kamu Zivanya, sudah lama sekali kita tidak bertemu tante tidak tahu kapan kau tumbuh dewasa, dulu tante sering gendong kamu lho Zi eh maksudnya Aran." Ucap tante Elisa dengan hebohnya dan langsung memeluk Arandita.
"Wahh benarkah tante"
Tante Elisa langsung menganggukan kepalanya dengan semangat.
Di sepanjang perjalanan tante Elisa menceritakan tentang masa mudanya dengan ibu Winda sahabat baiknya sampai sekarang, tak terasa mereka sudah sampai di depan rumah sederhana namun terlihat nyaman. Berbagai macam tanaman bunga yang di tanam di halaman rumah tersebut memberi kesan yang indah dan asri.
"Kita sudah sampai tante ini rumah Aran dan ibu, tapi aran sudah terlambat pulang tante bisa tolongin aran kan!"
"Tentu nak kamu mau minta tolong apa?"
"Begini tante, karna ibu punya jurus yang tak terduga, tante sembunyi dulu ya biar jadi kejutan buat ibu"
"Oke kalau begitu tante mau ngumpet di sana aja ya"
Aran hanya mengacungkan dua jempol nya.
Tokk.. tokk.. Tok
"Assalamualaikum ibu Aran pulang"
Lalu Aran membuka pintu, benar saja hal yang tak terduga pun muncul sebiji wortel melayang tepat di depan mata aran dengan sigap aran menangkap wortel tersebut.
"Terlambat dua puluh menit, kamu kemana saja anak gadis sudah hampir petang baru pulang ke rumah, ibu sudah masak untuk mu tapi kau malah terlambat"
"Hehe.. maafin Aran bu tadi di jalan macet"
Ucap aran cengengesan.
"Alasan saja, mana ada jalan kaki macet"
Dari kejauhan tante Elisa merasa terharu melihat keakraban ibu dan anak itu,
"Winda ternya kau itu masih sama seperti dulu ya, sering mengomel dan mempermasalahkan hal sepele" Ucap tante Elisa terkekeh.
"Elisa Kau, kapan kau pulang sudah lama kita tidak bertemu ya" ibu Winda langsung memeluk sahabatnya dengan erat.
Mereka berdua langsung masuk ke dalam rumah meninggalkan arandita sendirian.
"Yah emak-emak kalo reuni lupa sama anaknya, maen di tinggalin gitu aja tadi aja marah gara-gara telat dua puluh menit lah sekarang"
"Arandita" terdengar suara nyaring ibu dari dalam rumah.
"Iya bu, I am coming"
Aran pun langsung bergegas masuk ke dalam rumahnya dengan cepat.
Setelah percakapan panjang, dua sahabat yang sudah lama tidak berjumpa akhirnya aran pamit ke kamarnya, karna percuma saja Aran berada di antara mereka, dua wanita itu sibuk dengan urusan mereka saja lupa dengan keberadaan Arandita disana.
"Dari pada jadi obat nyamuk, mending aku kerjain skripsi ku sajalah" Lalu Aran membuka laptop nya, dan dengan lihainya Aran mengotak ngatik laptopnya untuk mengerjakan tugas kaliahnya yang sempat tertunda.
Setelah melihat arandita, pergi ke kamarnya kini Tante Elisa pun mulai membicarakan hal serius kepada sahabatnya.
"Winda bagai mana kalau kita jodohkan saja anakku dengan anakmu Arandita, sekarang putraku sudah dewasa dan menggantikan almarhum papanya menjadi CEO perusahaan peninggalan suamiku"
"Soal itu aku sih oke-oke saja tapi aku juga tidak bisa memaksakan kehendak untuk kebahagiaan putriku dia adalah satu-satunya harta paling berharga yang aku miliki, bukankah kebahagiaan bukan melulu soal uang"
"Iya kau memang benar tapi tenang saja kita akan mencari caranya nanti''
"Baiklah lebih baik sekarang kita tidur saja ini juga sudah malam" Ucap ibu Winda kepada sahabat nya.
Setelah selesai Aran menutup laptopnya dan melihat jam dinding menunjukkan pukul sebelas malam aran bergegas untuk tidur karna besok adalah jadwal kuliah pagi.
''Ayah restui aran agar aran menjadi seorang putri yang ayah inginkan, semoga ayah tenang di alam sana, aran rindu ayah." Kini Arandita pun mulai menutup matanya dan tertidur dengan nyenyak.
Setelah beberapa saat Aran tidur ibu Winda masuk ke dalam kamar putrinya. "Anak ini selalu saja lupa mematikan lampu dan memakai selimut nya" Ibu menarik selimut dan mulai menyelimuti tubuh putrinya, kini tatapan ibu Winda pun melihat tangan Arandita yang memar dan mengolesi nya dengan salep.
Ibu sudah tahu Aran berkelahi dengan preman demi menyelamatkan Elisa sahabatnya orang yang belum dia kenal saat itu, karna tante Elisa sendiri yang menceritakan kejadian saat perjalanan menuju rumahnya.
''Arandita ibu senang kau jika kau suka membatu orang, namun ibu juga khawatir jika terjadi apa-apa padamu karna di dunia ini hanya kau lah harta yang ibu miliki setelah kepergian ayahmu." Ibu mengusap air matanya yang tiba-tiba menetes begitu saja. Kini Ibu pun keluar dari kamar Aran setelah mematikan lampunya.
Dari kejauhan tante Elisa melihat gerak-gerik sahabatnya. "kamu beruntung winda, punya putri yang cantik dan baik hati seperti arandita, ini membuat aku menjadi yakin bahwa keputusan ku untuk menjadikan arandita menantuku adalah hal yang paling benar.'' Kini Tante Elisa pun kembali ke kamarnya, sebelum sahabatnya melihat dia masih berada di luar kamar.
...----------------...
Malam berlalu pagi pun menyingsing mulai menampakkan cahayanya, membangunkan seorang gadis yang masih tertidur pulas.
Dengan sedikit lemas Arandita bangun dari ranjang sederhana nya. "Andai saja bisa tidur seharian pull." Arandita berjalan keluar menuju kamar mandi dan bersiap-siap untuk pergi kuliah.
Arandita seperti melupakan sesuatu, namun entah apa itu, aran menghabiskan sarapannya, dan bersiap untuk berangkat menimba ilmu, namun iya langsung mengingat kartu identitas nya.
Id card
Arandita terus mengacak-acak isi tas dan meja belajar nya namun dia tak kunjung menemukan apa yang dia cari.
"ya ampun dimana kartu identitas ku kalau sampai hilang bisa gawat ini, ceroboh aran kau sangat ceroboh, kartu itu pasti jatuh di tempat kamarin aku bermain-main dengan tiga kadal itu."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!