NovelToon NovelToon

Friendship

01

“Assalamualaikum.... “ Teriak cowok itu tepat di depan pintu yang sebelumnya telah dia ketuk. Rumah keluarga cewek yang dia claim sebagai sahabatnya dan satu-satunya sahabat.

Pintu dibuka, menampilkan cewek yang sudah rapi dengan seragam khas anak SMA sama seperti cowok yang mengetuk pintu rumahnya tadi. Cewek itu tersenyum saat mengetahui siapa yang datang.

“Shendy!” teriaknya girang

“Aww.... “ Cewek itu meringis saat mendapatkan sentilan dikeningnya.

“Kalo ada orang salam tuh dijawab, bukannya malah teriak!” cowok yang di panggil Shendy itu masuk tanpa menghiraukan Sang Sahabat yang masih berdiri didepan pintu sambil mengusap keningnya yang terasa panas.

“Dih ngeselin “ mencabik kesal. Cewek itu menutup pintu dan masuk untuk melanjutkan sarapannya yang sempat tertunda.

Cewek itu kembali duduk. Bersampingan dengan Shendy yang ikut dalam acara sarapan keluarga itu, seperti biasanya. Dan tidak ada yang merasa terganggu, bahkan mereka menganggap sarapan pagi tanpa kehadiran Shendy akan terasa berbeda. Seperti ada yang kurang.

Bagai sayur asem tanpa asem.

Kurang.

“Shendy. Arra. Gimana sekolah kalian?” Tanya Sunjaya selaku pemimpin keluarga mengawali percakapan dipagi hari seperti biasa.

“Baik-baik aja kok Pah.” jawab anak perempuan satu-satunya dalam keluarga itu.

Sunjaya menatap Shendy seolah bertanya akan kebenaran jawaban Sang Putri Sematawayang.

“Iya Om. Baik-baik aja kok.” Jawab Shendy membenarkan.

“Kalau Organisasi kalian gimana? Arra gak ngerepotin Kamu sebagai Ketua Osis-kan?”

“Apa-an sih Pah? Orang Aku tuh yah, paling mandiri di Osis. Bahkan nihh yahh, Aku ngerjain Mading sendirian tau! Hebatkan Aku?” Arra menyombong diri.

“Benar Shendy?” Sunjaya kembali bertanya. Kembali meragukan ucapan Sang Putri dengan kesombongannya itu.

“Iya Om. Arra ngerjain Mading-nya sendiri, karena temen satu bidangnya jarang banget masuk sekolah.” Sunjaya menganggukan kepala, suasana kembali hening beberapa detik. Sebelum....

“Papah tuh yahh. Pas Shendy ngomong aja langsung percaya, pas Arra yang ngomong diraguin. Papah tuh sebenernya Papah-nya Arra, apa Papah-nya Shendy sih?” cewek itu beranjak dengan rasa kesal dan berlalu tanpa mau menoleh pada Sang Mama yang memanggilnya untuk melanjutkan sarapan.

-*-

Arra, berjalan masih dengan rasa kesal akibat pertanyaan dari Sang Papah yang terkesan lebih percaya pada Shendy dari pada dirinya. Dia Misya Ratna Farradibha orang terdekat biasa memanggilnya Arra dan orang lain akan memanggilnya dengan panggilan Mis, Sya atau bahkan Misya.

“Papah ngeselin, Shendy juga. Mamah apa lagi. Bukannya belain Arra malah diem-diem bae. Kesellll.”dumel Arra sambil menendang bebatuan kecil di sepanjang jalan yang dilaluinya.

“Kenapa sih Papah lebih percaya sama Shendy? Shendy juga. Emang ngeselin tuh orang. Ihhhhh keselll” Arra masih menyurakan kekesalannya mengacuhkan tatapan aneh dari orang-orang yang berlalu-lalang di sekitar.

“Dasar Shendy Sambara ngeselin. Awas nanti Arra bakal kasih pela-“

“Shendy! Shendy. Woyy Arra ketinggalan ini! Shendy! Shendy ngelewatin Arra!” Arra berteriak memanggil Shendy yang baru saja melewatinya dengan mengendarai sepeda motor besar kesayangan cowok itu.

“Shendy! Ngeselin Ahh, dasar Shendy Sambara gak berperi-ke-persahabatan! Shendy, Arra ketinggalan ini! Shendy! Awas yah, Arra aduin Papah Sunjaya!”

“Ehh... Arra-kan lagi kesel sama Papah. Ahh bodo amat.”

“Shendy woyyy Shendy. Awas di sekolah yahh Arra bakal bales perbuatan Shendy! Shendy!”

Shendy yang berada diatas motornya terkikik geli. Cukup.

Arra pasti sudah sangat lelah berteriak. Apa lagi dengan tatapan dari beberapa orang yang cewek itu bentak karena melihatnya yang mengamuk tidak jelas. Shendy memutar arah motor-nya, menuju tempat Arra yang sekarang berada di pinggir trotoar dengan wajah yang ditekuk kesal.

“Yuk naik!” ajak Shendy.

Arra mendengus kesal, sebelum akhirnya naik kemotor Shendy, dengan pandangan yang dia arahkan ke samping.

“Pegangan Ra.” Shendy mengingatkan.

Arra tak perduli. Dia masih cukup kesal karena sifat Shendy yang mengerjainya tadi. Tolong ingatkan Arra untuk membalas dendam nanti.

-*-

Misya Ratna Farradibha cewek penyuka es krim strauberry dan kripik singkong rasa balado, yang menganggap kedua makanan itu adalah sumber asupannya adalah cewek dengan sikap manja yang hanya dia tunjukan kepada orang-orang yang cewek itu anggap dekat saja. Cewek dengan tingkah dan ucapan lucu yang selalu membuat orang-orang yang berada didekatnya gemas sendiri dengan tingkah dan ucapan cewek yang di panggil Arra itu, cewek dengan segala keunikan, kelebihan dan kurangan yang menjadikannya lebih istimewa di mata seorang Shendy Sambara.

Seperti saat ini, Arra yang masih dalam mood kesal, membuat Shendy yang baru saja memberhentikan motornya diparkiran sekolah, menjadi gemas hanya dengan melihat Arra yang menekuk bibirnya dan menyilangkan kedua tanganya di depan dada sambil duduk diatas jok belakang motor milik Shendy.

Dasar Arra, tadi cewek itu mengejar Shendy yang mengendarai motor dan berpura-pura tak melihatnya saat cewek itu berjalan kaki. Berteriak di pinggir jalan layaknya orang gila dengan menyebut nama Shendy kencang. Membuat Shendy yang sudah melewatinya tertawa dan memutuskan untuk memutar balikkan arah motor yang dikendarainya dan menghampiri Arra yang duduk di tepi jalan dengan nafas yang ngos-ngosan dan wajah yang memerah padam.

Shendy yang pengertian dan tau akan apa yang di inginkan Sang Sahabat pun dengan segera berbalik badan dan menyerahkan punggungnya untuk menjadi gendongan Arra. Senyum manis tercetak jelas di bibir Arra, dengan semangat 45 Arra naik ke punggung Shendy, mereka berjalan. Bukan, maksudnya hanya Shendy yang berjalan karena Arra yang berada dalam gendongan cowok itu, membuat semua orang yang melihat mereka, memandang dengan berbagai tatapan yang berbeda-beda. Ada yang menatap suka, benci, iri, kesal dan lainnya. Sedangkan yang ditatap hanya acuh-acuh saja terus berjalan tanpa perduli pada mereka yang menatap mereka aneh atau lain sebagainya.

Shendy menurunkan Arra di salah satu bangku yang terdapat di kantin utama sekolah.

“Makasih Shendy. “ Shendy tersenyum sebagai balasan.

Mengusap kepala Arra dan bertanya apa yang sahabatnya itu inginkan. Arra mendongakkan kepalanya menatap Shendy yang lebih tinggi karena masih berdiri. Bahkan saat Shendy duduk pun Arra masih lebih pendek dari Shendy, karena tinggi cewek itu tidak lebih dari dada Shendy .

Bisa dibilang Shendy adalah salah satu cowok berbadan tinggi di sekolah, dan satu-satunya cowok di sekolah yang memilik mata setajam elang dengan berhias alis yang sangat tebal, membuat cowok itu menjadi satu-satunya cowok yang di takuti di sekolah karena wajahnya yang galak, namun tidak di pungkiri walaupun Shendy memiliki wajah yang sangar dan mata yang tajam, tapi banyak bahkan bisa di bilang sangat banyak karena hampir siswi satu sekolah menyukainya dan menyebut diri mereka sebagai ‘Bucinnya Shendy’.

Jadi wajar kalau kedekatan Arra dan Shendy sering jadi sorotan bahkan gunjingan bukan hanya saat mereka lewat di depan siswa maupun siswi lain tapi juga menjadi bahan gosip setiap para Siswi berkumpul di belakang mereka. Itu wajar. Dan biasa.

“Umm Arra mau Es krim.”

“Enggak! Masih pagi Ra.” Tolak Shendy lembut.

“Ihh Shendy, Arra mau Es krim” Kekeh Arra. Menampikkan Puppy eyes-nya.

Shendy tak menjawab, hanya berlalu dan kembali dalam beberapa menit kemudian dengan menempelkan satu cup es krim rasa strouberry ke pipi sahabatnya itu .

“Nih, udah jangan ngambek lagi” serah Shendy, menyodorkan satu cup Es Krim rasa Stroubarry yang dia bawa. Arra hanya mengangguk, tersenyum manis yang di balas senyuman hangat oleh Shendy.

Arra tau Shendy akan menolak permintaannya tadi, tapi Arra lebih tau kalau sahabatnya itu tak akan pernah bisa untuk menolak permintaannya sesulit atau seaneh apa pun permintaan itu. Karena Arra tau, secuek-cueknya Shendy kepada semua cewek, Shendy tak akan mampu untuk cuek kepadanya. Karena bagi Shendy, Arra adalah segalanya. Dan bagi Arra, Shendy juga segalanya. Arra memang memiliki banyak teman, tapi baginya Sahabatnya hanya satu, yaitu Shendy. Hanya Shendy. Begitu juga sebaliknya. Dan begitu pula seterusssnya...

Shendy beranjak membuat Arra yang baru menikmati dua sendok Es Krim-nya menatap Shendy penuh tanya.

“Shendy ke toilet bentar.” Arra tersenyum menggangguk pelan, membiarkan Shendy pergi setelah mengusap kepalanya dengan sayang.

Shendy berlalu, Arra hendak menundukkan kepala untuk memakan Es Krim-nya kembali, namun harus terhenti saat seseorang menggebrak meja tempatnya duduk dengan keras. Arra menatap sekilas, cewek dengan rok ketat, baju yang juga tak kalah ketat dari roknya, dan jangan lupakan wajah yang penuh dengan riasan make-up yang tidak seharusnya di pakai di lingkungan sekolah. Arra kembali menunduk enggan meladeni seseorang yang berdiri di depannya dengan dua orang lain di belakangnya yang berpenampilan tidak jauh beda dari si orang yang menggebrak meja tempat Arra duduk tadi.

Arra kembali menatap ke depan saat cewek yang Arra tau bernama Shelly dari papan nama yang ada di atas saku baju cewek itu kembali menggebrak meja. Arra menatap dengan santai dengan tatapan yang seolah berkata’Apa?’

“Bisa gak sih Lo jauhin Shendy!?” Arra menghela nafas.

‘Ternyata Bucinya Shendy toh. Pantesan.’ Arra membatin, kemudian kembali menatap cewek yang berdiri di depannya itu.

“Bilangnya sama Shendy sana.” Arra mengibaskan tanganya acuh.

Kemudian kembali melanjutkan acara makan Es Krim-nya yang tertunda. Cewek yang bernama Shelly menatap Arra nyalang, dia kesal saat melihat cowok yang dia taksir sejak kelas satu selalu di tempeli oleh Arra, padahal kenyatannya tidak seperti itu. Atau lebih tepatnya sebaliknya?

“Sumpah Lo ngesel-“ ucapan dan gerakan tangan Shelly yang hendak menjambak rambut Arra terhenti karena sebuah tangan mencengkal pergelangan tangan cewek itu dengan sangat keras.

Shelly menoleh dan mendapati tatapan tajam dari Shendy yang baru datang dari arah belakang.

“Sedikit aja Lo berani ngelukain Arra, atau berani nyentuh Arra dengan kasar, Gwe bakal bikin Lo nyesel masuk sekolah ini!” Ancam Shendy penuh peringatan. Tak lupa menghempaskan tangan Shelly dengan kasar.

“Tapi Shend, dia selalu nempelin Kamu, selalu ngikutin Kamu, selalu ada di samping Kamu dan tiap Kamu kemana-mana dia pasti selalu ikut. Aku gak suka!” Shelly menunjuk Arra yang masih asik dengan Es Krim-nya seakan tak perduli dengan keadaan sekitar yang mulai menjadikan mereka sebagai tontonan.

“Lo denger ya! Bukan Arra yang nempelin Gwe ataupun ngikutin Gwe. Tapi justru Gwe yang selalu nempelin dia, ngikutin dia, selalu ada di samping dia....” Shendy menatap Shelly kesal.

“Dan Gwe gak perduli lo suka atau enggak! Plus stop nyebut Aku Kamu sama Gwe. Karena Gwe JIJIK.” Shendy mengalihkan pandanganya dari Shelly, menarik tangan Arra untuk keluar dari kantin, sebelum Shelly kembali berkata lagi.

“ Ihhh... Shendyyy!” Shelly berteriak, namun tak di hiraukan oleh Sang pemilik nama yang sudah melangkah jauh keluar kantin.

Shendy menggenggam tangan Arra, dan membawanya pergi dari kantin yang mulai penuh dengan bisik-bisik tentang kejadian tadi. Shendy tak habis pikir, padahal dia sudah terlalu sering mengingatkan para pembucinya untuk tidak mengganggu Arra tapi kenapa cewek yang bernama Shelly itu malah mengusik Arra-nya, dan yang Shendy tak habis pikir lagi kenapa Arra terlihat santai bahkan sangat santai saat seseorang ingin membully-nya. Dan lagi, Shendy kesal kenapa masih ada yang memakai make-up berlebih di sekolah, padahal dia sudah sering mengingatkan bahkan melakukan razia untuk hal itu, tapi kenapa. Ah mungkin Shendy harus melakukan razia lebih sering lagi sebelum masa jabatannya habis.

Shendy menghentikan langkahnya saat Arra tiba-tiba melepaskan genggaman tangan mereka. Shendy menatap Arra dengan tatapan’ Kenapa Ra?’. Arra menundukan kepalanya, menautkan jari-jari tangannya di depan rok yang dia kenakan, Shendy yang melihat hal itu menatap Arra dengan alis yang saling bertaut.

“Ihh Shendy kok natep Arra gitu?” Alis Shendy semakin bertaut.

“Hehh kesel. Arra tuh cape Shendy....”

02

Shendy tersenyum sekilas sebelum menjongkok-kan badannya di depan cewek yang mengeluh cape hanya karena berjalan dari kantin sampai depan tangga kelas mereka yang bahkan menurut Shendy tidak jauh sama sekali. Tapi mungkin berbeda dengan Arra yang terlalu sering di gendong olehnya.

“Nahh gitu dong. Shendy peka yah. Walau harus di kode dulu. Hehhe” Shendy hanya geleng-geleng kepala mendengar ocehan Arra sebelum naik keatas punggungnya.

“Shendy, ingat yah. Shendy harus gantiin Es Krim Arra yang belum abis tadi.” peringat Arra saat dirinya telah naik keatas punggung Shendy, dan Shendy yang kembali melanjutkan langkahnya dengan Arra yang berada dalam gendongan cowok itu.

Shendy terkikik, membuat Arra terheran di buatnya.

“Kok ketawa. Emang ada yang lucu dari omongan Arra?” Arra bertanya dengan heran.

Shendy menggeleng. Membuat Arra semakin dibuat heran.

“Terus apa dong?”

“ Itu kan uang Shendy Ra.” Arra terdiam sejenak, berpikir apa maksud dari ucapan cowok yang menggendongnya itu.

“Ouhhhhhh jadi Shendy gak ikhlas gitu? Dan sekarang main itung-itungan sama Arra, iya?” Arra menabok pundak Shendy kesal.

“Bilang anaknya Om Hermawan tapi gitu aja itung-itungan, sama Arra lagi. Inget Arra tuh anaknya Sunjaya salah satu pembisnis terkenal yang kaya raya. Buat beli Es Krim Arra bisa kok. Jadi jangan sombong!”

“Enggak gitu Ra.” Shendy bingung harus menjawab apa.

“Yah terus apa?” Shendy diam.

“Kan tadi Shendy yang narik Arra, pas Arra lagi asik makan Es Krim. Jadi gak abis, terus Arra harus ninggalin Es Krim Arra deh. Padahal rasanya enak banget tuhhhh.” Arra membayangkan rasa Es Krim-nya tadi.

Shendy berhenti melangkah, menurunkan Arra cepat, dan memojokan tubuh Arra ke dinding. Shendy menatap Arra serius, membuat Arra yang semula ingin bertanya mengurungkan niatnya dan mengalihkan pandangannya agar tidak menatap mata Shendy yang bertambah tajam 100 kali lipat saat serius.

“Ra?” Shendy memanggil agar Arra menatapnya.

Arra masih menatap ke arah samping, enggan menatap mata Shendy yang serius sekaligus mengintimidasi itu.

“Ra?” Shendy menarik dagu Arra pelan, membuat Arra harus menatap mata Shendy yang sekarang tatapnya melembut.

“Arra dengerin Shendy bisa?” Arra mengangguk takut-takut.

“Arra lain kali jangan diem aja pas ada orang yang mau jahat sama Arra bisa-kan?” Arra kembali mengangguk.

Nada Shendy memang rendah namun terdapat peringataan di setiap kata-katanya. Membuat Arra kian menunduk takut.

“Ra...”

Shendy mengangkat dagu Arra dengan jari telunjuknya, membuat Arra mendongak namun tatapan Arra tidak mengarah pada Shendy.

“Tatep mata Shendy, Ra...” Arra menatap mata Shendy takut-takut.

“Arra bisa kan jangan bersikap terlalu santai saat ada orang yang ngebully Arra?” Arra mengangguk.

“Arra bisa-kan jangan diem aja kaya tadi?” Lagi, Arra mengangguk.

“Ra. Arra tau kan Shendy bakal selalu ada buat Arra.Tapi Arra juga harus bisa jaga diri Arra sendiri, jangan sampai kejadian kaya tadi keulang. Untung tadi Shendy dateng pas Shelly mau ngejambak Arra, kalo enggak Arra pasti bakal diem aja kan?” Arra terdiam.

“Arra harus bisa ngelawan Ra. Gak semua orang berhak Arra kasihan-in. Banyak orang yang bakal manfaatin Arra kalo Arra diem aja setiap kali Arra di injek. Arra Sayang Shendy kan?” Arra mengangguk.

“Arra jangan diem aja yah kalo kejadian kaya tadi keulang.” Shendy mengingatkan dengan nada yang sangatt rendah, membuat Arra menitikan air matanya.

Bukan karena Arra tidak suka di peringatkan oleh Shendy. Hanya saja Arra takut saat Shendy berkata dengan nada rendah namun tersirat ketegasan di dalamnya. Arra benar-benar takut. Shendy yang melihat Arra meneteskan air matanya, dengan segera membawa Arra ke dalam pelukan hangat cowok itu.

“Maafin Shendy kalo Shendy terlalu ngatur Arra.” Arra menggeleng dalam pelukan cowok itu.

Keduanya larut dalam pelukan hingga bel yang berbunyi nyaring. Menjadi hal yang membuat pelukan mereka terlepas, dengan lembut Shendy mengusap jejak air mata di pipi Arra dengan kedua ibu jarinya. Shendy tersenyum dengan manis membuat Arra yang melihatnya ikut tertular dan tersenyum sama manisnya. Dengan tangan yang saling menggenggam keduanya kembali berjalan menuju kelas, karena jam pelajaran pertama akan segera di mulai.

-*-

Jam istirahat sudah berakhir 30 menit yang lalu, namun Guru yang mengajar mata pelajaran selanjutnya tak kunjung datang, membuat Siswa yang berada dalam kelas 12 Ipa 3 mulai berhambur keluar menyisakan beberapa orang di dalamnya, termasuk Arra and the gang. Yang kali ini asik berbincangan ngalor-ngidul.

“Ehh kalian suka warna apa?” Laddy kembali mengambil perbincangan yang jauh dari topik sebelumnya membahas anak basket sekolah sebelah.

“Um kalo Gwe suka ungu” jawab Dynar, cewek dengan rambut sebahu dan senyum yang manis semanis gula biang kata Nathalia itu berucap sambil melihat-lihat kuku tangannya.

“Kalo Gwe suka warna Kuning dongs. Because my idol like this color. So Iam like to.” Nathalia, cewek yang selalu semangat dan sangat mengidolakan Billie Eilish kini berkata dengan nada yang super heboh seperti biasanya, membuat Brisikk.

“Lo gak punya pendirian.” Arra berkata sarkastik, Nathalia memberenggut kesal. Dynar, Laddy dan Rosse terkikik geli.

“Syukurin Lo hahah” Laddy tertawa jahat.

Nathali menatap horor Laddy yang tertawa. Namun tak dihirukan oleh cewek yang mengawali perbincangan itu.

“Kalo Lo Ra. Lo suka warna apa?” Laddy bertanya setelah tawanya reda, mengabaikan tatapan horor yang masih Nathalia layangkan untuknya.

“Iya Ra, Lo suka warna apa?”Nathalia ikut bertanya, dia bahkan lupa dengan kekesalannya pada Laddy tadi.

“Rosse dulu aja.” Arra mengelak.

“Kita mah tau, kalo Rosse itu suka warna item.” Laddy berkata cepat.

“Kata siapa?” Arra menatap Laddy dengan satu alis terangkat.

“Yah gampang. Tiap harikan Rosse itu selalu pake topi item, sepatu item, tas item, sama gelang juga item. Kaya cowok lahk, so i think you like black color, right?” Laddy menatap Rosse yang masih terdiam.

Tokk..

Laddy mengusap keningnya yang terasa panas karena di lempar tutup pulpen oleh Arra.

“Soto lo!”

“ Bhwahahhah” Ke-4 teman Arra sontak tertawa.

“Sotoy Ra, bukan Soto. Lo mah kocak!” Dynar menepuk-nepuk meja melampiaskan tawanya.

Arra memutar bola matanya malas. Teman-temannya memang sangat Recehhh!. Bahkan Arra tidak habis pikir dimana letak katanya yang lucu? Dia hanya memelesetkannya sedikit lantas dimana lucunya? Dasar Recehhh!

“Ah udah, emang Lo tau Ra warna kesukaan Rosse?” Laddy menatap serius.

“Merah.” Rosse membulatkan matanya, membuat semua temannya yang semula menatap Arra kini beralih menatap kearah cewek yang suka sekali diam itu.

“Kok Lo tau Ra?” Rosse menatap Arra dengan mata yang membulat sempurna. Bahkan Laddy yang tabiatnya selalu bersamanya saja tidak mengetahui warna kesukaannya.

Tapi kenapa Arra tau?

Bagaimana bisa?

“Iyah Ra, kok Lo bisa tau sih? Padahalkan Lo sama Rosse... yah sama kita juga sih, tapi kan Lo yang paling sering jarang ngomong apa lagi bareng Rosse kok bisa tau?” Nathalia menatap penuh tanya.

“Secret. Sekarag Lo.” Arra menunjuk Laddy dengan ujung matanya.

“Gwe suka hijau dong yahh. Warna penuh damai pluss ketenangan.” Laddy berkata dengan merentangkan kedua tanganya seolah menikmati kedamaian yang cewek itu ucapkan. Nathalia memutar matanya malas.

“BAC... otttt” Arra berkata dengan keras kemudian sangat pelan saat mengucapkan dua huruf di akhir kata itu.

Laddy, Rosse, Dynar, dan Nathalia menatap Arra aneh sekaligus tak mengerti.

“Biar gak di marahin Shendy.”

“Hahhahahah” Semuanya kembali tertawa. Arra hanya acuh enggan perduli.

“Lo takut banget sama Shendy?” Nathalia bertanya setelah mereka puas menertawakan ucapan Arra.

Arra hanya menggangguk membenarkan akan hal itu. Memangnya siapa yang tidak takut dengan sorot mata Shendy yang selalu tajam, bahkan Para Guru pun akan menghindar bersitatap dengan Shendy saking tajamnya sorot mata cowok itu. Apa lagi Arra, ya walaupun dirinya sering bersama Shendy tapi tidak menutup fakta bahwa Arra juga kadang takut kalo Shendy menatapnya tanpa senyum hangat cowok itu.

“Uhh gimana kalo Gwe bilang-in ke Shendy kalo Lo abis bilang kata-kata yang kasar?” Laddy menaik turunkan alisnya. Menantang.

“Gwe gak takut. Paling kalian yang bakal dia amuk.” Ke-empatnya menatap Arra tak mengerti.

03

“Shendyy.... “ Nathalia dengan cepat membuktikan.

Shendy yang sedang duduk dalam lingkaran teman-teman cowok-nya menoleh yang di lakukan serentak oleh semua temannya.

“Kaoplak Gwe manggil Shendy yang nengok semua.” Nathalia tak habis pikir.

“ Eh Shendy sini bentar dong!” Laddy terkikik geli, membayangkan Arra yang di bentak Shendy hanya gara-gara umpatan kasar yang temannya itu ucapkan tadi.

Shendy menoleh pada ke-empat temannya, mengangguk sekilas kemudian beranjak yang di ikuti oleh ke-empat temannya yang lain. Shendy mengambil tempat duduk di samping Arra yang memang semula kosong, dan di ikuti juga oleh ke-empat temannya yang melakukan hal serupa. Mengambil tempat di kursi yang semula kosong.

Shendy menatap Nathalia yang tadi memanggilnya untuk ikut dalam lingkaran tempat duduk cewek-cewek itu.

“Shen, kata Arra Lo bakal ngamuk kalo tau Arra ngomong kasar?” Laddy bertanya semangat, Regal yang sekarang duduk di sebelahnya menatap ingin tau.

Shendy mengangguk mengiyakan pertanyaan dari Laddy.

“Masa Shend tadi Arra bilang kaya gini ‘BAC...ottt’ gitu “ Nathalia memperagakan dengan antusias, dia sungguh ingin melihat reaksi Shendy yang memarahi Arra.

Shendy menatap Arra tajam, Arra balik menatap dengan datar kemudian menatap teman-temannya yang sedang berusaha menahan tawa dengan tatapan seolah berkata ‘Mereka yang nyuruh!’. Shendy berganti menatap satu persatu teman-teman Arra dengan tatapan serupa. Membuat Laddy, Nathalia, Rosse, dan Dynar yang semula menahan tawa kini menahan rasa gugup plus takut.

“Kok Lo natep kita kaya gitu?” Laddy memberanikan diri bertanya.

“Arra gak bakal ngomong kaya gitu kalo bukan kalian yang nyuruh.” Shendy meredam amarahnya. Laddy, Nathalia, Rosse, dan Dynar menatap cengo ke arah Arra.

‘Jadi ini maksud Arra tadi. Kamprettt.’ Gumam ke-4nya kesal sambil menatap Arra yang menjulurkan lidah meledek.

“Emang kalian ngobrolin apa sih sampe nyuruh Arra ngomong kasar?” Naga memecah adegan saling tatap dan saling ledek di depannya itu.

“Ahh kita cuma lagi tanya-tanya warna kesukaan aja.” Nathalia menjawab gugup. Arra menatap penuh arti.

“Terus, udah gitu aja?” Regal bertanya kepo.

“Enggak kita belum tau warna kesukaan Arra.” Laddy yang menjawab.

“Jawab Ra, warna kesukaan Arra apa?” Shendy juga ikut bertanya.

“Gwe suka warna Abu-abu sama Pink.” Arra berkata dengan santai. Semua menatap Arra tak percaya.

“Hahah Lo gokil Ra. Gwe gak percaya kalo Lo suka warna Pink. Ya emang sih, Lo itu kadang manja. Sorry nih ya? Tapi kalo menurut Gwe gak mungkin ah Lo suka warna Pink.” Dynar berargumen

“Bener tuh, Gwe juga gak percaya apa coba alasannya seorang Misya Ratna Farradibha suka warna Pink?” Regal ikut meragu dengan kedua tangan yang di angkat sebahu.

“Simpel. Dua warna itu ngewakil-in hidup Gwe.” Semua menatap tak mengerti

“ Gwe tanpa Shendy bakal jadi Abu-abu suram dan kelihatan gak bernyawa. Dan Gwe bakal berwarna secerah dan seceria Pink dengan adanya Shendy di sisi Gwe, di samping Gwe, di hari dan di hidup Gwe.” Arra menatap Shendy, yang di balas dengan senyuman dan usapan lembut cowok itu di kepalanya.

“Uwuhhhh Gwe baperrr” Cipto refleks memegang tangan Rosse yang dengan cepat di tepis cewek itu.

“Elah refleks kali.” Rosse menatap tajam cowok yang duduk tepat di samping kanannya itu.

Semua tertawa, melihat Rosse yang selalu tak nyaman saat berdekatan dengan Cipto, dan Cipto yang selalu gencar mendekati cewek dengan penampilan yang persis seperti cowok itu.

“Tapi gila loh, Gwe gak nyangka Arra bakal ngasih alasan kaya gitu.” Naga menatap kedua orang yang tepat di depannya itu dengan tatapan jenaka sekaligus mengembalikan attensi ke-keduanya yang sempat teralihkan sebentar.

“Itu bener. Bukan alesan!” Arra berkata galak.

“Hahah tau rasa Lo!” Regal menatap puas. Naga balas menatap horor.

“Tapi Gwe jadi penasaran kalo warna kesukaan Shendy apa?” Regal menatap Shendy penuh tanya, yang di ikuti oleh yang lainnya.

“Gwe Biru sama Putih.” Shendy menjawab tanpa menghentikan usapannya di kepala Arra.

“Yehh gak seru. Kirain bakal kaya Arra gitu jawabnya. Contohnya item sama kuning. Atau apa kek yang lebih mirip.” Regal memberenggut.

“Iya. Lo mah gak bisa romantis!” Laddy menimpali.

“Gwe belum kasih penjelasan dugong!” Shendy menatap kesal pada Regal juga Laddy.

“Emang apaan Babangggg apaan emang? Coba jelasin, Eneng mau denger!” Regal berkata alay. Semua orang terkikik geli sekaligus jijik mendengarnya.

“Jijik Gwe dengernya!” Shendy mengungkapkan. Regal memutar matanya tidak perduli.

“ Gini. Mungkin Biru emang cerah, indah tanpa goresan, berwarna dengan syahdunya. Tapi gak tau kan? Biru yang cerah dan indah bisa jadi dongker yang menyeramkan dan hitam pekat yang menakutkan. Kaya gitu Gwe tanpa Arra, bakalan dongker atau parahnya hitam pekat yang suram, kejam, dan menakutkan. Gwe juga bakal putih yang semai, terlihat sama namun semu tanpa Arra di hari Gwe. Yah itulah Gwe. Yang orang bilang sempurna nyatanya gak bakal sempurna tanpa Misya Ratna Farradibha yang buat Gwe serasa hidup dengan berjuta warna.” Shendy menatap Arra dengan senyum manisnya yang dibalas dengan senyum yang tak kalah manis dari Arra.

Semuanya cengo, tidak menyangka akan mendengar perkataan puitis dari cowok yang terkenal garang, pemilik mata setajam elang, tegas dan tak terbantahkkan. Dari Shendy Sambara yang selalu cuek terhadap semua cewek? Cuma buat Arra? Gillaaa....

“Kalian pacaran?”

Semuanya sontak bertanya, saat mendengar kalimat Shendy yang hanya cowok itu tunjukan untuk Arra di tambah dengan Arra yang sekarang bersandar ke bahu Shendy dan cowok itu yang mengusap kepala Arra dengan sayang.

“Kita Sahabatan.” Keduanya menjawab kompak tanpa niat berpindah posisi.

Semuanya menatap tak percaya. Dan sontak kembali berkata kompak.

“GENDENGGGGG!!!”

Arra dan Shendy sekarang yang tertawa kompak melihat wajah teman-teman mereka yang kesal, greget, dan marah secara bersamaan yang menurut mereka lucu bahkan sangat lucu. Berbeda dengan Laddy, Regal, Cipto, Rosse, Dynar, Naga, Nathalia dan Reno yang menatap tak mengerti, sebelum beranjak bersamaan meninggalkan kedua orang yang mengaku Sahabat namun bertingkah layaknya sepasang kekasih yang sudah bersumpah saling mencintai seumur hidup dengan tawa keduanya yang tak henti-henti.

-*-

Ruang kelas 12 ipa 3 yang semula ramai di isi 32 Siswa kini hanya menyisakkan beberapa orang siswa. Mereka Shendy, Naga, Regal dan Cipto yang tengah duduk melingkar setelah kepergian Reno yang pamit pulang karena ada urusan yang harus cowok itu urus. Di dalam ruangan itu tidak hanya di isi oleh mereka ber-4 tapi juga ada Arra yang anteng duduk sendirian di meja cewek itu dengan novel yang sibuk dia baca. Bukan hanya Arra, tapi ada Laddy, Nathalia, Dynar, dan Rosse yang duduk melingkari satu meja sambil bergosip segala hal.

Shendy melirik Arra sekilas, sebuah ide muncul dalam kepalannya, yang dengan segera cowok itu diskusikan pada ke-3 temannya. Regal mengangguk, Naga tersenyum, Cipto bertepuk tangan sekali. Dengan kompak ketiganya beranjak dan menghampiri meja yang terdapat Laddy, Nathalia, Rosse, dan Dynar untuk menyampaikan ide dan rencana milik Shendy yang masih anteng duduk di tempat semula.

Mereka kembali menghampiri Shendy, yang masih duduk di tempat sama. Shendy tersenyum, kemudian mengangguk yang dibalas dengan anggukan dari ke-7 temannya. Shendy beranjak di ikuti ke-7 temannya yang mengambil posisi sesuai rencana Shendy. Dengan seulas senyum Shendy menghampiri Arra yang masih berada di posisi yang sama sejak beberapa menit yang lalu, tanpa merasa terganggu oleh semua orang yang berada di kelas itu.

Shendy menghentikan langkahnya tepat di depan Arra, cowok itu tersenyum, memandang Arra sebentar sebelum berkata.

“Boleh duduk gak?”

Shendy memulai rencanan-nya yang menirukan salah satu short movie yang di buat oleh youtube-er asal satu daerah. Arra diam, cewek dengan novel ditangannya itu seperti ingat akan ucapan Shendy barusan.

“ Oke kalo gitu boleh kenalan?” Shendy mengulurkan tanganya pada Arra.

Ingat... Arra tau short movie satu ini, salah satu short movie yang pernah di tontonnya bersama dengan Shendy.

“Jadi Shendy ngajak bikin vidio? Hmm pasti Naga sama Cipto yang jadi camera-men-nya. Oke Arra ikutan!” Arra membatin.

Arra tersenyum kecil yang mungkin tak akan bisa di lihat oleh orang lain. Novel yang berada di tangannya Arra taruh di atas meja, kemudian mengambil tas dan beranjak pergi, tanpa menghiraukan Shendy dengan uluran tangannya.

“Heii” Arra menghentikan langkahnya yang baru dua langkah dari meja itu.

“ Aku pasti-in sebentar lagi aku tau nama kamu”

Arra kembali melangkah, dengan iringan lagu ‘Awas nanti jatuh cinta- Armada’ yang Arra yakini pasti dari Hp milik Nathalia. Arra berjalan dengan pelan, sebelum akhirnya berhenti tepat di depan pintu kelas. Arra memutar tubuhnya saat ingat kalau novel yang tadi dia baca belum dia masukan kedalam tas.

Kembali ke mejanya, dan mendapati tempat yang seingatnya tempat dimana dia letakan novel sudah dalam keadaan kosong. Hal serupa juga terjadi pada dua bagian kolong mejanya setelah dia cek. Arra menegakkan tubuhnya sebelum berbalik dan mendapati Shendy yang berdiri tepat di belakangnnya dengan memperlihatkan novelnya yang terdapat tulisan nama Arra pada bagian depan sampul novel.

Arra mendekat, merampas novelnya dari tangan Shendy kasar sebelum pergi tanpa mengucap sepatah kata. Shendy mengukir senyum, setelahnya ikut beranjak pada arah yang berlawanan dengan arah yang ditempuh Arra.

Arra duduk percis seperti sebelumnya, dengan novel yang berada di tangannya dan tak lupa dengan tas yang setia dia gendongkan di punggung. Arra menghembuskan nafas lelahnya.

“Kemana ya, cowok aneh itu?” Arra bermonolog sambil membuka halaman-halaman novel tanpa minat.

Beranjak, setelah menaruh novelnya dalam tas, Arra mulai melangkah meninggalkan meja yang semula dia duduki. Tanpa Arra sadari dari belakangnya Regal datang dan berusaha mengambil tas yang Arra genggam erat. Di tempat yang tak jauh dari Arra yang sedang berusaha menahan tasnya agar tak diambil oleh Regal, Shendy berdiri dengan Hp yang fokus dia mainkan sampai Dynar datang dan meminta tolong pada Shendy untuk membantu Arra yang sedang di copet.

Dengan cepat Shendy menghampiri Arra yang membuat Regal pergi saat mengetahui rencana pencopetan-nya dipergoki oleh seseorang. Arra bernafas lega saat tas yang terdapat ponsel dan dompetnya tidak jadi di ambil oleh pencopet.

“Maka...”

“Kamu gak...”

Shendy dan Arra berucap kompak, setelahnya tertawa kikuk.

“Kamu gak papa?” Shendy bertanya.

“Gak papa. Makasih yah. Ouh yah Aku Arra.” Arra mengulurkan tangannya pada Shendy yang dengan segera di balas oleh Shendy.

“Shendy.”

“Mau aku anter pulang?” Shendy menawarkan. Arra mengangguk dengan seulas senyum.

Keduannya berjalan dengan di iringi sedikit tawa.

“Cutt!” Nathalia mengintruksi.

Semua orang bertepuk tangan dengan akting Arra yang spontan tanpa tau sebelumnya bahwa ini adalah rencana Shendy.

“ Woww mari beri tepuk tangan untuk Misya Ratna Farradibha!” Laddy mengintruksi, semuanya mengikuti intruksi dari Laddy.

Prokk ... Prokk...

Arra sedikit merendahkan tubuhnya dan memegang rok abu-abunya, sambil tersenyum malu-malu. Selayaknya seorang ratu. Shendy terkikik geli di samping Arra.

“Gilla... Gila... Gwe gak nyangka spontan tapi bisa bagus gitu yah? Kalian punya telepati yah, sampe pas Shendy mulai akting Arra langsung tau terus ikutin mainnya Shendy?” Nathalia curiga.

“Enak aja! Arra tuh yah tau short movie itu, jadi pas Shendy nyamperin Arra terus bilang kaya tadi, Arra langsung tau deh. Makanya Arra langsung ikutin.” Semua mengangguk paham.

“Yuk liat hasilnya!” ajak Naga, yang di setujui oleh semuanya.

Naga meletakan tasnya di atas meja sebagai penyangga untuk Hpnya dan Hp Cipto. Vidio di putar, semuanya diam menyaksikan hasil dari akting Shendy, dan Arra dengan posisi berdiri membelakangi papan tulis.

Prokk... Prokk...

Semuanya kompak kembali bertepuk tangan saat vidio telah berakhir.

“Yeyy... Keren nihh...” Cipto berseru.

“Banget, tinggal nambahin background suara yang lain aja biar nambah bagus!” Naga mengajukan pendapat.

“Gwe setuju! Terus kita puter deh pas Promnight, biar jadi kenangan.” Regal mengajukan ide.

“Gimana Shend?” Naga meminta persetujuan.

Shendy menatap Arra seolah meminta pendapat. Arra mengangguk tanda menyetujui.

“Oke.” Semuanya sontak berseru bahagia. Tak terkecuali Arra yang ikut tersenyum.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!